St. 1 St. 3 P. Kabetan

dokumen-dokumen yang mirip
VI. KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG FISIK KAWASAN WISATA BAHARI

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Nusa Manu dan Nusa Leun untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 TINJAUAN PULAU TIKUS BENGKULU

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

JOURNAL OF MARINE RESEARCH Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

PETUNJUK MONITORING LAMUN DI KABETE

macroborer seperti polychae~a, sponge dan bivalva yang mengakibatkan bioerosi PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

ANALISIS POTENSI BIOFISIK DAN KESESUAIAN LOKASI WISATA, PANTAI DATO KABUPATEN MAJENE ABSTRAK

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

BAB III METODA PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung. Perameter yang diamati dalam penelitian adalah jenis-jenis

I. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

ANALYSIS OF BUTTERFLY FISH (CHAETODONTIDAE) ABUNDANCE IN THE CORAL REEF ECOSYSTEM IN BERALAS PASIR ISLAND BINTAN REGENCY ABSTRACT

Transkripsi:

Survey Daya Tarik Wisata Pulau Kabetan P. Burung P. Boleh P. Tumpangan St. 4 P. Buol St. St. P. Kabetan St. 2 Gambar. Lokasi Penelitian Pulau Kabetan dan Sekitarnya. Gambaran Umum Secara administratif pulau Kabetan merupakan salah satu pulau di wilayah Desa Kabetan. Pulau lain di wilayah Desa Kabetan adalah pulau Buol, pulau Tumpangan,Pulau Boleh dan Pulau Pamunukan, pulau-pulau tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Ogodeide. Luas wilayah Pulau Kabetan seluas ± 846,25 ha. Kondisi fisik Pulau Kabetan mempunyai tipe pantai pasir putih berlereng landai dan pantai berhutan mangrove. Pantai pasir putih berlereng landai menghadap utara dan merupakan daerah dengan konsentrasi penduduk terpadat (Dusun Butun 02 KK, tahun 204), karena mempunyaj akses terbuka kearah kota Tolitoli (ibu kota Kabupaten). Pantai yang landai dan berbentuk cresentic merupakan area yang tenang untuk

berlabuh. Perairan pantai yang jernih menndorong tumbuh kembangnya biota karang. pada daerah pasang surut dengan platform pantai berupa substrat karang, tumbuh vegetasi lamun yang menjadi breeding area ikan-ikan. Di bagian tengah pulau membentang bukit dengan ketinggian tidak lebih dari 50 meter diatas permukaan laut. Bukit ini merupakan lahan perkebunan cengkeh, coklat dan kelapa bagi penduduk Pulau Kabetan. Bukit yang terbentuk dari batuan vulkanis ini tanahnya kurang berkembang sehingga tidak menghasilkan solurn tanah yang tebal. Air hujan yang jatuh pada permukaan tanah lereng bukit akan dialirkan sebagai aliran permukaan (surface run off) dan rembesan (seepage). Air ini selanjutnya akan meresap kedalam tanah pada kaki dan dataran pantai, selebihnya mengalir. Sebaliknya, di bagian kaki lereng hingga daerah belakang pantai mempunyai endapan pasir tebal yang merupakan akifer bagus untuk menyimpan ketersediaan air tanah, terutarna yang berasal dari air hujan dan teralirkan oleh morfologi lereng bukit. Masyarakat,nemanfaatkan potensi air tanah ini untuk kehidupan sehari-hari dengan membuat sumur-sumur gali. Masyarakat membedakan antara sumur untuk keperluan masakmemasak dengan sumur untuk keperluan mandi dan cuci. Khususnya di Dusun Butun, Untuk keperluan masak-memasak digunakan sumur gali pada kaki lereng bukit, sedangkan untuk mandi dan cuci menggunakan sumu gali yang berada di bagian dataran pantai. Gambar 2. Searah dengan Arah jarum jam Dusun Butun, dan Kampung Koko 2

Kondisi Sosial Ekonomi Sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan, yaitu nelayan pancing dan nelayan pukat. Nelayan pancing menghasilkan komoditas ikan katamba, bobara, sunu, dan ikanikan karang, sedangkan nelayan pukat menghasilkan ikan-ikan katamba, layang-layang, dan rumah-rumah. Saat ini Pulau Kabetan (tahun 204) memiliki buah dermaga yang terdapat di dusun Butun, bumbung, dan Soppe memilki alat angkutan berupa kapal kayu berkapasitas 8 (delapan) ton yang digunakan untuk angkutan umum. Untuk angkutan dan memancing di sekitar Desa Kabetan. Gambar. Dermaga Dusun Bumbun Pulau Kabetan Banyaknya angkatan kerja (penduduk usia dewasa) tidak berarti banyak angkatan kerja yang keluar dari pulau dan berkerja di kota. Sangat sedikit angkatan kerja yang bekerja di bidang jasa di kota Tolitoli. Bahkan tidak ada yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) meskipun terbuka jalan menuju negara tetangga (Malaysia). Di sektor pertanian, perkebunan dengan komoditas utama kopra dan kakao. Sebagian besar penduduk petani bekerja sebagai buruh kebun karena lahan-lahan perkebunan di Pulau Kabetan adalah milik pedagang dari luar daerah yang diperoleh melalui akad jual beli. Sektor perdagangan cukup dapat mencukupi kebutuhan sehari hari masyarakat Kabetan. Penyediaan barang kebutuhan hidup didukung oleh keberadaan kios.

. Aksessibilitas dan Sistem Transportasi Jarak pulau Kabetan dari kota Tolitoli ± 6.250 km (0.097 Mil) dengan waktu tempuh Jam 40 menit dengan menggunakan kapal kayu motor reguler yang dikelola oleh pengusaha setempat dengan tarif Rp. 5.000,- /Orang. Transportasi dari Kota Tolitoli (Tanjung Batu) tergolong lancar, karena terdapat dua buah kapal kayu motor reguler yang bertempat di Dusun II Butun dan dua lagi berlokasi di Dusun Soppe tergantung adanya penumpang pulau Kabetan yang mau ke Tolitoli. Kapal motor dengan kapasitas 5 Orang yang berkekuatan 6 PK berangkat dari pulau Kabetan ke Tolitoli pada pukul 07.00 07.0 Wita kemudian kembali pada pukul 0.00 2.00 Wita. Tergantung cepatnya calon penumpang yang mau kembali ke pulau yang habis belanja dan urusan lainnya di Tolitoli. Apabila masyarakat pendatang ingin ke kota dan sebaliknya ia terlambat menumpang kapal reguler, maka dapat mencarter perahu yang dengan tarif Rp 250.000,4. Parameter Kualitas Perairan Parameter kualitas perairan yang terkait dengan wisata diving dan wisata snorkeling adalah kecerahan perairan, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang dan lebar hamparan datar komunitas karang. Kecerahan perairan lokasi penelitian mencapai 00% baik pada kedalaman meter maupun 0 meter. Kecepatan Arus rata-rata mencapai Kecepatan rata-rata lapisan permukaan dan bawah berturut-turut sebesar 4,6 cm/detik dan 0,8 cm/detik. dan tergolong sangat sesuai untuk wisata bahari diving dan snorkeling. Lebar hamparan datar komunitas karang hanya untuk wisata snorkeling, rata-rata lebar hamparan datar komunitas karang adalah 25 meter dan tergolong cukup sesuai. 4

Kondisi Terumbu Karang Stasiun. Posisi 0º 02' 6,7" LU - 20º 40' 02,4"BT Pengamatan di seselah Utara Tanjung Tenge di antara dua buah pulau yakni Pulau kabetn dengan Pulau Buol, atau bisa dikatakan berada di sebuah selat kecil. Bagian pantai di dominasi oleh pohon kelapa, tumbuhan pantai dan beberapa rumah nelayan dikampung Tenge. Kondisi perairan pada saat pengamatan mempunyai pola arus yang tenang dan kecerahan cukup tinggi sehingga perairan cukup jernih. Pengamatan kondisi terumbu karang di lakukan pada kedalaman 5 m pada jarak 00 m dari garis pantai. Substrat dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir, patahan karang, karang mati dan pasir. Zonasi dasar perairan dimulai dengan lamun, lamun bercampur algae dan karang batu, selanjutnya merupakan daerah terumbu karang. Jenis lamun yang dominan yaitu Enhalus acoroides dan Cymodocea sp serta algae terutama jenis Halimeda sp. Lokasi ini memiliki panjang daerah rataan (reef flat) sejauh 25 m dari garis pantai. Jenis karang batu yang dominan yaitu Acropora grandis, Galaxea astreata, Pocillopora verrucosa, Porites lobata, Seriatophora hystrix dan Favites sp. Gambar 4. Sketsa Bagan Transek Pulau Kabetan (Kampung Tenge ) 5

Stasiun 2. Posisi 0º 00' 4," LU - 20º 40',"BT Lokasi ini pulau Kabetan sebelah Timur laut. Bagian pantai terlihat adanya sebuah suar (alat navigasi laut), pohon kelapa dan beberapa jenis tumbuhan pantai. Kondisi perairan pada saat pengamatan mempunyai pola arus yang tenang dan kecerahan cukup tinggi sehingga perairan terlihat jernih. Lokasi ini memiliki daerah rataan ( reef flat) sejauh 75 m dari garis pantai kearah laut, selanjutnya dasar laut agak miring dengan kemiringan mencapai 40º. Substrat dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir, patahan karang, karang mati dan pasir agak berlumpur. Zonasi dasar perairan dimulai dengan lamun, algae bercampur karang batu dan selanjutnya merupakan zona terumbu karang. Gambar 5. Sketsa Bagan Transek Sebelah Tenggara Pulau Kabetan Di kedua lokasi pengamatan, Karang hidup ditemukan mulai pada kedalaman 0,5 meter saat surut terendah dan mencapai kedalaman 25 0 meter. Sebaran karang hidup mulai ditemukan pada rataan terumbu (reef flate), tubir karang dan lereng terumbu, dengan pertumbuhan cukup bagus pada tubir dan rataan terumbu di belakang tubir. Pada rataan sampai belakang tubir lebih didominasi oleh karang massive dari genus 6

Porites dan Lobophyllia, sedangkan pada tubir karang sampai kedalaman 5 7 meter banyak karang bercabang Acropora dan Porites nigrescen dan Porites Cylindrica. Pada kedalaman 0 meter umumnya patahan karang mati, bongkahan karang mati dan hamparan pasir. Tutupan karang keras di Pulau Kabetan dan sekitarnya berkisar 2 % dengan persentase terendah di kawasan Pulau Tiga 6.64% dari kedalaman 0,5 m sampai kedalaman 5 m sebesar 2 % sedangkan yang tertinggi di kawasan antara Pulau Buol dengan Pulau Kabetan yakni 6.64 % pada kedalaman pada kedalaman 5 meter pada jarak 00 m dari garis pantai Pulau Kabetan. Karang keras terbagi kedalam dua kategori karang Acropora dan non-acropora. Nilai persentasi tutupan benthik yang terdiri karang keras, biota lain, karang mati, algae dan abiotik pada kawasan penelitian dapat dilihat pada Gambar6 Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa pada lokasi pengamatan di kawasan pulau Kabetan depan Tanjung Tenge memiliki nilai persentase tutupan karang keras 6.64 % pada kedalaman 5 meter dari garis pantai Pulau Kabetan sebelah Timur laut untuk nilai kesehatan karang tergolong dalam kriteria sangat baik (75%00%) berdasarkan formulasi Gomez dan Yap (988). Hal ini dikarenakan lokasi kawasan ini jauh dari pemukiman penduduk. Sehingga secara tidak langsung terjadi perlindungan dari kerusakan terumbu karang, kecepatan arus di kawasan relatif lebih kuat di selat). Kecepatan arus pada lapisan permukaan dan bawah berturut-turut berada dalam kisaran 0,9 59,6 cm/s dan 0,5-8,4 cm/s. Kecepatan rata-rata lapisan permukaan dan bawah berturut-turut sebesar 29,7 cm/s dan 2, cm/s. dibanding dengan lokasi penelitian yang lain berkisar 2.07 cm/detik dan kecerahan perairan sampai 00% Penelitian kondisi terumbu karang di perairan pesisir Pulau Kabetan dan Pulau Buol dilaksanakan di 2 (dua) lokasi pengamatan pada kedalaman 5 meter dan 7 meter. Hasil pendataan tutupan biota dan substrat untuk masing-masing kategori yaitu karang Arcopora non Arcopora, karang mati (dead coral), karang mati algae algae, karang lunak, spongs, fauna lain, patahan karang di satasiun (satu) Pada kedalaman 5 7 meter memiliki tutupan karang hidup sebesar 6.64 % Secara keseluruhan jumlah lifeform yang ditemukan di perairan Pulau Kabetan sebelah Timur laut berjumlah 5 lifeform, sedangkan sebelah Tenggara Pulau tedapat 4 7

lifeform. Keanekaragaman bentuk pertumbuhan (lifeform) karang yang berhasil teridentifikasi sebagai. Jenis karang yang ditemukan sebanyak 25 jenis, yang terdiri dari 5 famili. Jenis lifeform karang juga penting untuk diketahui dalam wisata bahari, hal ini sejalan dengan pernyataan Plathong et al. (2000) dalam wisata bahari jenis lifeform karang dibutuhkan sebagai variasi yang dapat dinikmati di bawah laut. Hal ini penting untuk diketahui untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing daerah penyelaman karena setiap jenis lifeform memiliki daya tarik yang berbeda. Selain itu lifeform karang juga memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan yang dapat disebabkan oleh kegiatan snorkeling dan diving. Baiknya kondisi terumbu karang yang ada di Pulau Kabetan merupakan suatu potensi yang sangat besar bila pulau ini dikembangkan sebagai objek wisata bahari karena menurut Supriharyono (2007), terumbu karang mempunyai nilai keindahan yang tak perlu diragukan. Andalan utama wisata bahari yang banyak dinikmati oleh wisatawan adalah keindahan dan keunikan dari terumbu karang. Terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata bahari karena memiliki nilai estetika yang tinggi. Tingginya persentase live hard coral cover pada Pulau Kabeatan pada kedalaman 5 m dan m juga sangat baik dalam mendukung pengembangan wisata bahari di wilayah tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williams dan Polunin (2000) yang mengatakan bahwa Persentase live hard coral cover adalah persentase dari jumlah karang keras hidup di suatu lokasi, hal ini diketahui dapat berpengaruh terhadap minat berekreasi wisatawan untuk berkunjung ke suatu lokasi penyelaman. Lanjut Shaffer dan Inglis (2000), mengatakan bahwa semua komponen yang berhubungan dengan karang dan ikan sangat meningkatkan kepuasan pengunjung. Selanjutnya dijelaskan bahwa yang paling mempengaruhi kepuasan pengunjung adalah jenis ikan karang, ukuran karang, dan banyaknya jenis karang. Dari survey lapangan yang dilakukan selama penelitian di Pulau Kabetan, kawasan Pulau Kabetan memiliki beberapa spot-spot yang bias dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan wisata bahari seperti snorkeling, diving, dan mancing, berenang dan berperahu di pulau tersebut. Lokasi yang direkomendasikan untuk kegiatan snorkeling yakni dapat dilakukan pada lokasi yang kan digambarkan dalam peta tematik lokasi snorkeling dan diving di Pulau Kabetan dan sekitranya, namun spot yang paling direkomendasikan pada saat cuaca cerah dan perairan tenang yakni pada stasiun karena memiliki lebar 8

hamparan karang yang paling besar dengan kondisi karang yang baik pada tubir. Pada saat perairan tidak terlalu tenang stasiun 2 yang baik untuk kegiatan snorkeling karena stasiun ini berada di sebelah barat yang memiliki perairan yang tetap tenang walaupun perairan lain tidak begitu tenang karena terlindungi oleh pulau (dapat dikatakan berda pada selat jecil antara Pulau Kabetan dengan Pulau Buol). Kegiatan snorkeling ini juga harus diawasi dan dikelola dengan baik karena kegiatan ini dapat memberikan ancaman terhadap ekosistem, hal ini didukung oleh pernyataan Daudet et al., (200) yang mengatakan bahwa kegiatan snorkeling yang terpusat disuatu area akan meningkatkan ancaman terhadap habitat dan spesies di area tersebut. Lokasi yang direkomendasikan untuk kegiatan diving dapat dilakukan pada daerah tubir di setiap stasiun, namun spot yang paling direkomendasikan yakni pada stasiun 2 dimana pada stasiun ini dapat ditemukan nudibranch yang merupakan organisme yang sering dicari oleh para penyelam saat mereka menyelam karena keindahannya. Namun, lokasi penyelaman ini harus di kelola dan dijaga dengan baik oleh pengelola maupun penyelam agar tidak merusak terumbu karang yang ada, hal ini didukung oleh pernyataan Tratalos dan Austin (200) bahwa kegiatan penyelaman memberikan dampak yang signifikan terhadap area yang menjadi daerah penyelaman, dimana penutupan karang keras dan karang lunak pada kedua lokasi ini dapat ditemukan karang arcopora dan non arcopora, karang yang dominan dijumpai yakni karang Acroporidae (5 Jenis) disusul dengan karang Faviidae ( jenis ) Fungidae (0 jenis) dan portidae serta acroporiidae masing-masing (7 jenis). Hasil lengkap persentase tutupan karang batu dan komponen lainnya ditampilkan dalam Tabel. 9

Tabel. Persentase tutupan biota dan substrat Pulau Kabetan dan sekitarnya Stasuin Tutupan Biota dan Substrat (%) Karang Acropora NonAcropora Karang mati Karang lunak Fauna lain 0,00 Karang mati algae 2,06 6,6 25,48 0,94 0,46 2 2,00,2 0,00 0,8,90 7,24 28.00-0.00.00.00.00 4. 5.00 -.00 4.00 6.00.00 Keanekaragaman jenis karang dan kemerataan jenis dijumpai di sebelah Tenggara Timur Laut Pulau Kabetan (anatara Pulau Kabetan dengan Pulau Buol) Pula. Tingginya nilai keanekaragaman jenis (74 Jenis 5 Famili) menunjukkan bahwa lokasi ini mempunyai jumlah jenis yang cukup banyak (bervariasi) sedangakan di Pulau Kabetan sebelah Tenggara depan mercusuar. Keanekaragaman karang menunjukkan mempunyai jumlah jenis yang cukup banyak (55 jenis dari 4 famili) yang menunjukkan bahwa sebaran jenis karang batu di lokasi ini merata tidak dalam bentuk patches (kelompok), sebaliknya di sebelah Timur Laut Pulau Kabetan mempunyai nilai kemerataan jenis yang rendah menunjukkan adanya pertumbuhan jenis karang batu yang mengelompok (patches). Gambar 6. Kemerataan Jenis Termbu Karang Pulau Kabetan 0

Gambar 7. Penutupan Karang Hidup (Living Coral) Pulau Buol Gambar 8. Penutupan Karang Lunak (Soft Coral) Pulau Kabetan

2

Gambar 9. Kondisi Terumbu Karang Pulau Kabetan

6. Kondisi Ikan Karang Hasil identifikasi yang dilaporkan oleh LIPI tahun 2009 bahwa ikan karang pada stasiun penelitian dan 2 diatas ditemukan 200 spesies ikan karang yang tergolong dalam 95 genera dan 6 famil. Famili Pomacentridae merupakan famili yang jumlah spesiesnya paling banyak sebesar 42, kemudian diikuti Labridae ( spesies) dan Chaetodontidae (2 spesies). Sedangkan genera Chaetodon memiliki jumlah spesies tertinggi yakni 5 spesies, kemudian diikuti Pomacentrus ( spesies) dan iganus (7 spesies). Ke-200 spesies ikan karang tersebut terdiri dari ikan indikator sebanyak 2 spesies; ikan mayor sebanyak 24 spesies; dan ikan target sebanyak 5 spesies.jumlah spesies dan genera tertinggi dijumpai pada Posisi 0º 02' 6,7" LU - 20º 40' 02,4"BT (stasiun ) sebanyak 55 spesies dan 78 genera Sedangkan di stasiun 2 pada posisi Posisi 0º 00' 4," LU 20º 40',"BT sebanyak 2 spesies dan 7 genera. Spesies Target : Cromileptes altivelis (kiri), Caesio teres (tengah) dan Platax teira (kanan). Spesies Indikator : Chaetodon octofasciatus, (kiri) Forcipiger longirostris (tengah) Chaetodon trifasciatus (kanan) Spesies Mayor : Kawanan dari Zebrasoma scopas dan Pomacentridae (kiri), Abudefduf sexfasciatus (tengah) dan Dascyllus reticulatus (kanan). Gambar 0. Spesies Ikan di Perairan Pulau Kabetan (tengah) dan Dascyllus reticulatus (kanan). 4

7. Penilaian kesesuaian wisata kategori wisata Selam (Diving) Berdasarkan hasil penilaian bahwa kondisi fisik perairan dilokasi penelitian untuk kategori kegiatan Selam (Diving) masuk kedalam kategori kelas (sangat sesuai) dengan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) yaitu bernilai 90. %. Berdasarkan data yang diperoleh dari lembaga Katopasa Indonesia dan LIPI bahwa Perairan Pulau Kabetan mempunyai luasan jenis karang yaitu 74 sebanyak 55 species tutupan karang hidup yaitu 45.2-6.64 %, jumlah jenis dan 5 suku. dan jumlah jenis ikan karang yaitu jenis, kecepatan rata-rata arusnya yaitu pada lapisan permukaan dan bawah berturut-turut beradadalam kisaran 0,9 59,6 cm/s dan 0,5 8,4 cm/s. Kecepatan rata-rata lapisan permukaan dan bawah berturut-turut sebesar 29,7 cm/d dan 2, cm/d. dan kedalaman perairanuntuk diving berkisar antara 0-5 meter. Tabel 2. Nilai Indeks Kesesuain Diving Pulau Kabetan dan Sekitarnya No 2 4 5 6 Parameter Hasil Lapangan Kecerahan perairan (%) Tutupan karang (%) Jumlah lifeform Jenis ikan karang Kec. Arus (cm/dt) Kedalaman karang (m) 00 6.64 5 55 4.6 0-5 Total Indeks Kesesuaian No 2 4 5 6 49 90. % Sangat sesuai () : 8 00 % ; Parameter Hasil Lapangan Kecerahan perairan (%) Tutupan karang (%) Jumlah lifeform Jenis ikan karang Kec. Arus (cm/dt) Kedalaman karang (m) 00 45.2 4 2 4.6 0.5-5 Total Indeks Kesesuaian Pulau Kabetan (Tanjung Tenge) kelas Bobot Skor Ni: BxS 5 5 5 S2 2 0 9 9 Pulau Kabetan (depan Suar) kelas Bobot Skor S 5 5 Cukup Sesuai S2) : 50 <8 % ; Ni: BxS 5 5 9 9 44 8.48 % 5

Gambar. Peta Kesesuaian Wisata Bahari Pulau Kabetan (tengah) dan Dascyllus reticulatus (kanan). 6