BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

dokumen-dokumen yang mirip
5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB III ANALISA KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

BAB III PEMBAHASAN. tidak muncul pada Ny. W dengan post section caesaria indikasi ketuban pecah

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

CATATANPERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) WIB (skala nyeri : 8)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ARI PRABOWO J KARYA TULIS ILMIAH

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

PATHWAY THALASEMIA. Mutasi DNA. Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang. Kelainan pada eritrosit. Pengikatan O 2 berkurang

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada dasarnya penulis akan membicarakan tentang pelaksanaan asuhan

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S KHUSUSNYA PADA TN.S DENGAN TUBERKULOSIS(TBC) DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN: ASMA BRONCHIALE DI BANGSAL BOUGENVILLE III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS

BAB III TINJAUAN KASUS. Pasien bernama Tn. N umur 48 tahun nomor register dengan jenis

A. Pengertian B. Etiologi

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. MORBILI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

CATATAN PERKEMBANGAN. vital. posisi semi fowler. tenang.

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

BAB III LAPORAN KASUS di ruang Lukman RS. Roemani Semarang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan tanggal 5 7 Juni 2007 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

Oksigenasi dan Proses Keperawatan. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns Departemen Dasar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara 2009

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

BAB III LAPORAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. kecemasan di ruang Parikesit di RSUD Kota Semarang.

Lampiran CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi Dan Evaluasi Kepererawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari/ tanggal Pukul. No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I KONSEP DASAR. stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena

ASMA BRONKHIAL. inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 Mei 2010 jam WIB.

BAB III TINJAUAN KASUS. : 5,5 tahun. Tanggal Masuk : 17 Mei 2010 ( Jam ) Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2010 (Jam )

Transkripsi:

27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi. Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah suatu kadaan dimana seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasansehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara befektif. (Carpenito, 1997:318) Menurut Doenges 2000, dalam menegakkan diagnosa ini dibuktikan dengan adanya: perubahan frekwensi dan kedalaman pernafasan yang tidak normal, penggunaan otot aksesoris, bunyi nafas yang tidak normal, dispnea, sianosis, batuk efektif atau tidak efektif dengan atau tanpa produksi spuntum. Setelah dilakukan pengkajian An.T ditemukan data: ibu anak T mengatakan anaknya batuk-batuk dan sesak nafas setelah batuk. Pada pemeriksaan auskultasi dada terdengar suara krekels, respiratory rate 28x/menit.Anak tampak batuk-batuk dengan nafas grok-grok.maka berdasarkan data tersebut diatas penulis menegakan diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif. 27

28 Diagnosa tersebut diturunkan pada prioritas pertama, berdasarkan atas konsep triase. Pembebasan jalan nafas merupakan tindakan yang pertamakali dilakukan dalam triase (IDAI, 2004:245). Sedangkan menurut Carpenito 2000, sumbatan oleh karena benda asing atau lendir pada jalan nafas akan menyebabkan gagal nafas yang ditandai dengan: hipoksia, hiperventilasi, karena ketidak seimbangan asam dan basa, dan dapat menurunkan kesadaran. Adapun rasionalisasi dalam tindakan keperawatan sebagai berikut; 1. Beri posisi semi fowler. Untuk meningkatkan ekspansi paru dan untuk pertukaran gas yang akan mencegah adanya sekret pada pernafasan (Wong, 2003:1348) 2. Observasi tanda-tanda vital Perubahan respiratori rate heart rate dapat menunjukan adanya distres pernafasan (Gale, 2000:87) 3. Lakukanalam tindakan fisioterapi dada Untuk mempertahankan fungsi utama respirasi dan membersihkan saluran pernafasan dari sekret yang ada dibronkus (Wong, 2003:1348) 4. Berikan minum air hangat. Cairan hangat dapat memobilisasi dan mengeluarakan sekret (Doenges, 2000; 167) 5. Kolaborasi pemberian ekspektoran. Untuk mengeluarkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret (Dongoes, 2000:167)

29 Kekuatan dalam tindakan keperawatan pada An.T adalah intervensi dapat dilakukan dengan baik, karena keluarga mau bekerjasama dengan perawat dalam pemberian obat antitusif oral. Kelemahan dari pelaksanan tindakan ini adalah pasien menangis atau rewel ketika dilakukan pengukuran tanda-tanda vital. Evaluasi yang diharapkan pasien menunjukan adanya pengeluaran sekret yang adekuat serta fungsi pernafasan normal (Wong, 2003:1348) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pada An T, didapatkan hasil: ibu pasien mengatakan anaknya masih batuk-batuk namun sesak berkurang, pada pemeriksaan auskultasi dada masih menunjukan suara krekels sedangkan RR normal 28x/m.Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi sebagian dan rencana tindakan dilanjutkan. B. Diagnosa 2 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak adekuat. Menurut Carpenito 2000, Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah kondisi dimana dialami oleh individu yang tidak mengalami atau beresiko mengalami puasa atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan tidak cukupnya masukan atau metabolisme nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

30 Kondisi tersebut dapat ditandai oleh: berat badan dibawah 10% hilangnya nafsu makan, penurunan tonus otot, turgor kulit jelek, edema dependent, berkeringat dan palpitasi abdominal yang dapat menyebabkan hepatomegali (Doenges, 2000:153) Diagnosa tersebut penulis tegakkan dari data pasien berupa: ibu klien mengatakan anaknya sush sekali makan diet dari rumah sakit tidak dihabiskan, berat badan 9kg, pemeriksaan NHCS menunjukan resiko kurang nutrisi kurang yang ditunjukan dengan berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan dibawah garis 5%. Dignosa ini diprioritaskan menjadi diagnosa kedua berdasarkan atas hirarki kebutuhan A.Maslow berupa kebutuhan fisiologi tentang nutrisi. Nutrisi yang kurang dari kebutuhan akan menyebabkan rendahnya tahanan terhadap infeksi serta lambatnya respon terhadap terapi (doenges, 2000:172). Masalah ini harus segera diatasi agar proses penyembuhan segera tercapai. Dalam hirarki Maslow kebutuhan makan merupakan kebutuhanfisiologis, setelah kebutuhan cairan. Adapun rasionalisasi tindakan keperawatan adalah sebagai berikut: 1. Timbang berat badan setiap hari. Untuk mengkaji status nutrisi (Wong and Whaley s, 1996:453). 2. Berikan diit dalam keadaan semenarik mungkin dan sajikan saat hangat. Dengan memberikan makanan yang bervariasi dapat memperbaiki nafsu makan dan dapat menimbulkan peningkatan masukan (Carpenito, 1999:790).

31 3. Penkes mengenai kebutuhan nutrisis. Informasi mengenai nutrisis yang sesuai dapat membantu sebagai pengingat dan pendorong keluarga untuk menyadiakan nutrisi sesuai kebutuhan (Doengos, 2000:436). 4. Menganjurkan makan sedikit tapi sering. Makan sedikit tapi sering dapat mengurangi malabsorbsi dan distensi dengan menurunkan jumlah protein yang dimetabolisme pada suatu kesempatan dan dengan porsi yang sedikit anak akan termotivasi untuk makan (Carpenito, 1999:183). 5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit. Dengan kolaborasi dengan tim gizi dapat memberikan nutrisi yang lengkap sesuai kebutuhan (gale, 2000:71). Kekuatan dari tindakan ini adalah keluarga An.T kooperatif dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Hal ini ditandai dengan: keluarga menyediakan berbagai makanan kecil pada pasien dan menyuapkan diit yang diberikan. Kelemahannya anak hanya mengahbiskan 2-3 sendok setiap disuapi ibunya. Hasil evaluasi yang diharapkan adalah An.T akan menerima asupan nutrisi yang optimal (Wong and Whaley s, 1996;453).setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam didapatkan hasil: ibu klien mengatakan An.T masih usush untuk makan, diit yang diberikan dari rumah sakit hanya dimakan dua sendok, aanak hanya mau minum ASI, tampak makanan dari rumah sakit masih utuh, berat badan 9 kg dan keluarga sudah dapat menyadiakan

32 kebutuhan nutrisi sesuai anjuran dan kebutuhan anak. Dari hasil tersebut diatas dapat diambil kesimpulan masalah teratasi sebagian dan rencana tindakan dilanjutkan. C. Diagnosa ke-3 Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas, prosedur yang belum dikenal dan lingkungan yang tidak nyaman (Wong 2003:1348). Cemas adalah perasaan yang timbul karena adanya ancaman yang tidak mudah diidentifikasi (Carpenito, 2000:403). Diagnosa ini dapat ditegakkan pada pasien ditemukan data: peningkatan kewaspadaan, kemampuan untuk mengakui perasaan ancaman, penurunan kemampuan komunikasi keluarga untuk berkomunikasi, penurunan perhatian (Nelson, 1995:312). Diagnosa tersebut muncul pada An.T karena dalam pengkajian ditemukan data-data; pasien tampak tak tenang, sukar tidr, sering rewel. Adapun rasionalisasi dari tindakan ini ; 1. Jelaskan prosedur tindakan yang belum dipahami oleh orangtua dan anak. Mengurangi kecemasan keluarga dan klien (Wong, 2003). 2. Berikan suasana lingkungan yang tenang. Mengurangi rangsangan terhadap kecemasan (Doenges, 2003). 3. Hindari tindakan yang menyebabkan anak bertambah cemas Perasaan tkut atau tertekan dapat menyebabkan anak bertambah cemas (nelson, 1995).

33 4. Beri aktitivitas sesuai kemampuan. Aktivitas yang tidak sesuai kemapuan akan meningkatkan kecemasan (Carpenito,2000). Kekuatan dari tindakan ini adalah keluarga An.T kooperatif menjaga agar lingkungan tetap tenang.hal ini ditandai dengan lingkungan yang terjaga ketenangannya, keluarga mampu membuat An.T lebih tenang. Hasil evaluasi yang diharapkan An.T akan dapat beradaptasi dengan kecemasan setelah dilakukan tindakan 1x24 jam didapatkan hasil: keluarga An.T mampu menjaga ketenangan lingkungan, keluarga tidak cemas, An.T tampak lebih tenang. Selain membahas masalah yamg muncul pada kasus pasien An.T penulis juga akan membahas tentang diagnosa yang terdapat pada konsep dasar tetapi tidak muncul pada kasus diatas. Adapun diagnosa tersebut adalah: 1. gangguan pengaturan suhu tubuh: hipertermi berhubungan dengan proses peradangan alveoli (Carpenito, 1999:195). Menurut Carpenito 1999, gangguan pengaturan suhu tubuh hipertermi adalah kedaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko untuk mengalami suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,8 0 C per oral atau 38,8 0 C perektal karena faktor-faktor eksternal. Keadaan tersebut dapat ditandai dengan kulit kemerahan, hangat waktu disentuh, peningkatan tingkat pernafasan dan takikardi (Doenges, 2000:875). Sedangkan pada An.T ditemui adanya data: suhu peroral 36 0 C dan nadi 100x/menit. Berdasarkan data tersebut diagnosa ini tidak ditegakkan.

34 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dispneu (Doenges, 2000:170). Intoleransi aktivitas adalah penurunan kapasitas fisiologi sesorang untuk mempertahankan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau diperlukan (Carpenito, 2000:109). Menurut Doenges, 2000, keadaan ini dapat dibuktikan oleh adanya: kelelahan, kelemahan, keletihan, yang diungkapkan secara verbal,takipneu, dan takikardi. Diagnosa ini tidak ditegakkan karena setelah dilakukan pengkajian, tidak terdapat data-data yang mendukung untuk ditegakkanya diagnosa ini. Seperti keluhan lelah, sianosisi, dan takikardi.