BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Parasuraman (1997) dalam Wike (2009) kepuasan pasien adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran. Metodenya antara lain: berbicara dan mendengarkan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. lain (Crips &Taylor, 2001). Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

PERSEPSI KLIEN TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT DALAM PRATIK KEPERAWATAN DI RUANG MELATI III RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB 1. derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit.

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Menurut International Council of

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi sekarang ini, pelayanan prima. merupakan elemen utama yang harus diperhatikan oleh unit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. pengertian praktik keperawatan dan caring melalui laporan perawat ahli.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan di Perguruan Tinggi, perlu didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan diantaranya adalah milik swasta. 1. dari 6 buah puskesmas, 22 BKIA, 96 dokter praktik dan 3 Rumah Bersalin.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan saran dalam CSI (Customer Satification Indeks) rawat inap

BAB 1 PENDAHULUAN. berperasaan, dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. perilaku caring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien. dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang diberikan perawat atau caring, dalam asuhan. pasiennya. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien merasakan komunikasi yang sedang berjalan tidak efektif karena kesalahan

KUESIONER PENELITIAN. Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada. Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tantangan atau hambatan akan muncul dan mempengaruhi suatu organisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan melindungi pasien, yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk sembuh (Watson, 2007). Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak (Sitorus, 2006). Dengan demikian Caring adalah esensi dari keperawatan dimana perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Di dunia, perilaku caring perawat sudah mulai baik, namun masih ada beberapa negara yang perilaku caring perawatnya buruk. Penelitian Aiken (2012) menunjukkan persentase perawat yang memiliki kualitas pelayanan caring yang buruk terdapat pada Negara Irlandia 11%, dan Yunani 47%. International Association of Human Caring (Asosiasi Internasional untuk Kepedulian Terhadap Manusia) menjelaskan bahwa keperawatan selalu meliputi empat konsep yaitu merawat adalah apa yang perawat lakukan, manusia adalah sasaran dari apa yang perawat lakukan, kesehatan adalah tujuannya dan lingkungan adalah tempat dimana perawat merawat. 1

2 Di Indonesia sendiri caring menjadi salah satu penilaian bagi para pengguna pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil survei kepuasan pasien pada beberapa Rumah Sakit di Jakarta menunjukan bahwa 14% pasien tidak puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, disebabkan oleh perilaku caring kurang baik (Depkes, 2008). Pelayanan keperawatan saat ini masih kurang memuaskan salah satu penyebabnya karena kurangnya perilaku caring perawat. Hal ini dapat diketahui dari penelitian-penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit antara lain oleh Prabowo, dkk (2014) di RSU dr.h.koesnadi Bondowoso menunjukan separuh perawat 50% berperilaku kurang caring. Penelitian lain yang dilakukan oleh Gaghiwu, dkk (2013) di RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado didapatkan 26.7% perawat berperilaku caring kurang baik. Penelitian lainnya oleh Martiningtias, dkk (2013) di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal didapatkan 29.6% perawat kurang caring terhadap pasien. Penelitian Robiatun (2005) didapatkan 43,5% perawat tidak caring. Ardiana (2010) juga mengungkapkan bahwa 46% perawat berperilaku tidak caring menurut persepsi pasien. Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui perilaku caring perawat di Indonesia masih banyak yang kurang baik. Perawat yang mempunyai kepedulian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit adalah perawat yang memiliki sikap caring. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan Potter & Perry (2009) bahwa Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien, kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang

3 perawat, proses interpersonal dan hubungan antara pemberi asuhan dengan penerima asuhan akan menjadi kekuatan perantara yang penting. Kekuatan tersebut dapat mempengaruhi cara orang mempersepsikan dan berinteraksi satu sama lain (Morrisan & Burnard, 2009). Menurut Potter & Perry (2009) sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, dan selalu mendengarkan klien. Perilaku caring adalah salah satu bentuk perilaku yang harus ditunjukkan oleh perawat dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan. Memberikan asuhan (caring) secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik. Perilaku caring bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada satu tempat (Dwidiyanti, 2005). Maka kinerja perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan (Potter & Perry, 2005). Watson dalam Theory of Human Care dikutip oleh Goleman (2007) mengungkapkan bahwa ada sepuluh carative factor yang dapat mencerminkan perilaku caring dari seorang perawat. Sepuluh faktor tersebut adalah membentuk sistem nilai humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain,

4 membina hubungan saling percaya dan saling membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan atau memperbaiki mental, sosiokultural dan spiritual, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia, mengembangkan faktor kekuatan eksistensial fenomenologis. Perilaku caring yang dimunculkan oleh perawat dengan benar yang didasarkan pada sepuluh carative faktor tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Caring menjadi gambaran terhadap pelayanan di pelayanan kesehatan. Persepsi masyarakat tentang mutu itu berbeda-beda, karena bersifat sangat subjektif, disamping itu selera dan harapan pengguna pelayanan selalu berubah-ubah (Satrianegara & Saleha, 2009). Dampak caring dipelayanan sangat menjamin dan sangat diprioritaskan, karena caring menjadi tolak ukur dalam mutu atau kualitas pelayanan di suatu rumah sakit, oleh sebab itulah sering kali dirumah sakit terkadang membentuk tim pengawas khusus yang bertindak atau yang menjadi koordinator bagian mutu dimana di dalamnya terdapat sub bagian caring. Penanggung jawab dalam peningkatan mutu harus menjadikan caring salah satu hal yang harus sangat diperhatikan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat. Perilaku caring seorang perawat di pengaruhi oleh 3 faktor: faktor individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan

5 demografis. Faktor psikologis terdiri dari sikap, kepribadian, persepsi, belajar dan motivasi. Faktor organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, supervisi, desain pekerjaan (Gibson, Ivancevich & Donally, 2000). Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku caring adalah faktor individu emotional intelligence (Rosalina, 2008). Menurut Salovey & John mayer (1990) dalam Notoatmodjo (2012), kecerdasan emosional merupakan bagian himpunan kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan emosi yang ada pada diri sendiri maupun orang lain. Hal senada juga disampaikan oleh Goleman (2007) bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan memantau atau mengendalikan perasaan sendiri atau orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan perasaan. Sehingga kecerdasan emosional ini sangat diperlukan perawat dalam berperilaku caring untuk membina hubungan terapeutik yang baik antara perawat-pasien. Salovey dalam Goleman (2007) memperluas emotional intellegence menjadi lima wilayah utama yaitu, mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan. Ardiana (2010) di RS Bondowoso, menyatakan bahwa kecerdasan emosional perawat berdasarkan dimensi-dimensi kecerdasan emosional yaitu dimensi 1 (mengetahui emosi diri) sebanyak 69,6%, dimensi 2 (Pengaturan emosi diri) sebanyak 77,2%, dimensi 3 (memotivasi diri) 77,2%, dimensi 4 (memahami dan mendukung emosi orang lain) sebanyak 59,8%, dan dimensi 5 (membina hubungan dengan orang lain) 66,3%.

6 Kecerdasan emosional (emotional intelligence) perawat sangat berpengaruh dan menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Dharmanegara & Pradesa (2015) di RSUD Denpasar Bali, menunjukkan kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku caring. Penelitian Rosalina (2008) di RSUD Kab Indramayu hasilnya menunjukkan bahwa kecerdasan emosional sangat berpengaruh terhadap perilaku melayani konsumen/pasien. Jika perawat memiliki kecerdasan emosionalnya baik maka perilaku perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien pun baik, karena perawat yang memiliki kecerdasan emosional yang baik dapat mengontrol emosi-emosinya pada saat berinteraksi langsung dengan pasien maupun keluarga (Rosalina, 2008). Kesuksesan manusia dan juga kebahagiaannya, ternyata berkaitan erat dengan kemampuan mensinergikan tiga jenis kecerdasan manusia yaitu dengan yaitu Emotional Quotient (EQ), Spritual Quotient (SQ) dan Intelligence Quotient (IQ) (Ginanjar, 2005). Kecerdasan emosional dapat membuat seseorang sukses dalam bekerja dan menonjol dalam pekerjaan, dengan kecerdasan emosional perawat dapat berinteraksi dan membina hubungan yang baik dengan pasien. Penelitian Mc Queen (2008) menjelaskan kecerdasan emosional penting dalam mencapai kesuksesan seseorang dan juga penting dalam membangun hubungan perawat dan klien. Kecerdasan emosional menjadi lebih penting dibandingkan dengan kecerdasan intelektual atau prestasi akademik. Dimana IQ hanya memberikan kontribusi 20% dari kesuksesan hidup seseorang. Selebihnya bergantung pada

7 kecerdasan emosi dan sosial yang bersangkutan (Goleman, 2002). Penelitian Imam (2004) menunjukkan 75% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya dan hanya 4% yang ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya. Orang- orang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih bisa mengendalikan perilakunya, sehingga bisa menghambat perilaku-perilaku non produktif yang tidak perlu. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang merupakan satusatunya Rumah Sakit Pemerintah yang di tunjuk sebagai Rumah Sakit rujukan puskesmas di Padang. Jumlah ketenagaan perawat Rawat Inap RSUD Dr.Rasidin Padang saat ini sebanyak 56 orang yang terdiri dari tamatan Akper, S1 Keperawatan Ners. Total kunjungan pasien rawat inap Tahun 2014 berjumlah 11.284 orang, dengan BOR rawat inap 29,42% (Profil RSUD Dr. Rasidin Padang, 2014). Pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang berdasarkan keluhan masyarakat yang berkunjung termasuk buruk, beberapa informasi yang didapatkan peneliti tentang pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan konsumen yang berobat di RSUD Dr. Rasidin Padang pada berita yang di muat di Koran Haluan tanggal 27 agustus 2013 diketahui RSUD Dr.Rasidin Padang termasuk instansi yang memberikan layanan yang buruk kepada masyarakat (Haluan, 2013). Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 Desember 2015 di ruang rawat inap RSUD Dr.Rasidin Padang melalui wawancara dan survei kotak saran. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada delapan orang

8 pasien tiga diantaranya mengatakan perilaku perawat kurang ramah, nada suaranya agak tinggi ketika berbicara dengan pasien, dan dua orang pasien lainya mengatakan kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dalam melakukan tindakan keperawatan, dan dua orang pasien lagi mengatakan perawat kurang mempedulikan pasien pada saat pasien membutuhkan bantuan di malam hari. Dari kotak saran terdapat masukan dan kritikan yang mengatakan perawatnya cuek, perawat tidak menanggapi dengan cepat keluhan dari pasien, perawat bicaranya ketus kepada pasien, perawat kurang memuaskan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pasien. Kesan seperti ini menunjukan kurangnya perilaku caring perawat di ruang rawat inap RSUD dr. Bertolak dari fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara tingkat emotional intelligence dengan perilaku caring perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Dr. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Ada hubungan antara tingkat emotional intelligence dengan perilaku caring perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Rasidin Padang. C. Tujuan Penelitian

9 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara tingkat emotional intelligence dengan perilaku caring perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik mengenai jenis kelamin, umur, lama kerja, tingkat pendidikan dan status menikah perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. b. Diketahui distribusi frekuensi mengenal emosi diri perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin. c. Diketahui distribusi frekuensi mengelola emosi diri perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin. d. Diketahui distribusi frekuensi memotivasi diri sendiri perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin. e. Diketahui distribusi frekuensi membina hubungan (sosial) dengan orang lain perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin. f. Diketahui distribusi frekuensi emotional intelligence perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. g. Diiketahui distribusi frekuensi perilaku caring perawat pelaksana Ruang Rawat Inap RSUD Dr. h. Diketahui hubungan dimensi mengenal emosi diri sendiri dengan perilaku caring perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD dr.

10 i. Diketahui hubungan dimensi mengelola emosi diri sendiri dengan perilaku caring perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. j. Diketahui hubungan dimensi memotivasi diri sendiri dengan perilaku caring perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Rasidin Padang. k. Diketahui hubungan dimensi mengenali emosi orang lain dengan perilaku caring perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. l. Diketahui hubungan dimensi membina hubungan (sosial) dengan orang lain dengan perilaku caring perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. m. Diketahui hubungan tingkat emotional intelligence dengan perilaku perilaku caring perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen RSUD Dr. Rasidin Padang guna menghasilkan tenaga keperawatan yang mampu menerapkan perilaku caring dalam setiap pemberian pelayanan dan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

11 2. Bagi Institusi Pendidikan Sumbangan ilmiah dan masukan untuk ilmu pengetahuan khususnya hubungan tingkat emotional intelligence dengan perilaku caring perawat. Serta sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi Perawat Sebagai bahan masukan untuk peningkatan mutu pelayanan dalam pemberian asuhan keperawatan dengan penerapan aspek caring yang baik, dan untuk meningkatkan kualitas perawat dari segi emotional intelligence sehingga profesi perawat bekerja lebih professional. 4. Bagi Peneliti Untuk meningkatkan pemahaman dan menambah wawasan tentang penerapan manajemen mutu pelayanan khususnya tentang hubungan emotional intelligence dengan perilaku caring.