BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)

BAB I PENDAHULUAN. tahun di dunia. Angka morbiditas sebagai dampak dari polusi udara jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan

Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

MARGA JALAN ACHMAD YANI NO. 90 DENPASAR TUGAS AKHIR. Oleh : A.A I. Agung Semarayanthi NIM: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Tanggal : Nomor Responden : Lokasi :

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Msayarat OLEH: YULITA PUTRI NIM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

HUBUNGAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KELUHAN PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KABUPATEN SIDOARJO

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kuesioner Penelitian

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA

KUALITAS UDARA DALAM RUANG DENGAN KEJADIAN SICK BUILDING SYNDROME DI GEDUNG 4 KANTOR PUSAT BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA PUSAT, TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber: Conference on Sustainable Building South-East Asia New Green Opportunities & Challenges 4,5 May 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh

ARTIKEL RISET URL artikel:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

GAMBARAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA KAMAR OPERASI DAN KELUHAN KESEHATAN

BAB I PROSES MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

UNIVERSITAS INDONESIA. Skripsi

KUALITAS UDARA BEBERAPA RUANG PERPUSTAKAAN DI UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO BERDASARKAN UJI KUALITAS FISIKA. Fransiska Lintong

FAKTOR ACH PADA PENGHAWAAN HYBRID KANTOR DI JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

KUALITAS UDARA DALAM RUANG KELAS BER-AC DAN KELUHAN KESEHATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

KARAKTERISTIK KARYAWAN YANG BEKERJA PADA RUANGAN YANG MENGGUNAKAN AC DAN KELUHAN SICK BUILDING SYNDROME DI GEDUNG TVRI KOTA MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SICK BUILDING SYNDROME DAN INDOOR AIR QUALITY

BAB I PENDAHULUAN. dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes, 2010). Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon Dioksida (CO 2 ), dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problema kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) Umumnya di daerah perkotaan, 80% dari kehidupan suatu individu dihabiskan di dalam ruangan. Lingkungan di dalam ruangan (indoor environment) sangat kompleks sehingga penghuni bangunan dapat mengalami paparan dengan berbagai jenis gas dan partikel yang dihasilkan oleh berbagai sumber polutan, antara lain mesin-mesin perkantoran, produk pembersih, aktivitas konstruksi, karpet dan alat rumah tangga, parfum, asap rokok, material dari gedung rusak, mikroorganisme (jamur dan bakteri), serangga, dan polutan berasal dari luar serta faktor-faktor lain misalnya suhu, kelembaban udara, dan keadaan ventilasi lingkungan di dalam ruangan. (2) Pembangunan gedung bertingkat dan tertutup rapat dilengkapi dengan ventilasi udara yang tergantung sepenuhnya pada berbagai mesin seperti air conditioner (AC) meningkat selama dua puluh tahun belakangan di dunia. Salah satunya adalah gedung perkantoran sebagai tempat kerja yang menggunakan ventilasi dengan sistem AC. Hal tersebut menyebabkan polusi, terutama polusi udara yang diakibatkan ventilasi sistem AC dengan sirkulasi udara sendiri, sehingga akan mempengaruhi sirkulasi udara dalam ruangan. (3) Bersamaan dengan ini mulailah timbul keluhan-keluhan pada pekerja yang merasa suasana lingkungan kerja menjadi kurang nyaman. Pekerja yang lama bekerja di lingkungan indoor dengan polutan tinggi akan mengalami gangguan kesehatan berupa sick building syndrome (SBS). Menurut Badan Kependudukan Nasional (Baknas) Indonesia, diperkirakan 2,7 juta jiwa di dunia meninggal akibat polusi udara, 2,2 juta diantaranya akibat 1

2 indoor air pollution atau polusi udara di dalam ruangan. Environmental Protection Agency (EPA) menggolongkan polusi udara di dalam ruangan sebagai urutan lima besar resiko lingkungan pada kesehatan umum. (4) Sick Building Syndrome (SBS) merupakan sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau bangunan, dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. (5, 6) SBS penting untuk diperhatikan karena dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dan konsentrasi kerja. SBS merupakan sekumpulan gejala yang akan berakibat pada munculnya penyakit akibat kerja berupa Building Related Illness (BRI). Pegawai kantor merupakan kelompok pekerja yang sangat berhubungan dengan kejadian SBS. Pegawai kantor menghabiskan sebagian besar waktu kerjanya di gedung tertutup sehingga sangat banyak terpengaruh oleh kualitas udara di dalam ruangan dan faktor lain di dalam gedung tersebut. Karyawan dapat terpengaruh dengan peralatan dan produk yang digunakan sebagai bagian dari pekerjaannya. Hal ini menerangkan bahwa beberapa faktor ini telah didokumentasikan dalam studi penelitian untuk mengetahui penyebab dari SBS pada pekerja kantor. (7) Sick Building Syndrome terjadi akibat kurang baiknya rancangan, pengoperasian, dan pemeliharaan gedung. Gejala yang ditimbulkan berupa iritasi kulit, mata, dan nasofaring, sakit kepala, lethargy, fatigue, mual, batuk, dan sesak. (4, 8) Gejala tersebut akan berkurang atau hilang bila karyawan tidak berada di dalam gedung dan dapat terjadi pada satu atau tersebar di seluruh lokasi gedung. (1) Sick Building Syndrome atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun 1970. Kedokteran okupasi pada tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah kesehatan akibat lingkungan kerja berhubungan dengan polusi udara, IAQ (Indoor

3 Air Quality), dan buruknya ventilasi gedung perkantoran. Berdasarkan laporan WHO pada tahun 1984, 30% gedung baru di seluruh dunia memberikan keluhan pada (9, 10) pekerjanya dihubungkan dengan IAQ. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli, didapatkan bahwa IAQ merupakan salah satu penyebab terjadinya keluhan SBS. (7) IAQ telah mendapatkan perhatian yang besar dalam hubungannya dengan gejala SBS pada karyawan kantor. (11) Kualitas udara dalam ruangan merupakan rangkaian beberapa variabel, termasuk kualitas udara luar gedung, desain ventilasi, dan sistem penyejuk udara, kehadiran sumber kontaminan dan besarnya serta sistem pemeliharaan dalam gedung. Polutan udara dalam ruangan dapat berupa gas, uap (organik dan anorganik), dan partikel. Bahan pencemar yang sering ditemukan dalam indoor air yaitu PM 10 dan CO yang dapat menimbulkan beberapa gangguan kesehatan, terutama gangguan respirasi. Sick Building Syndrome di Amerika Serikat terjadi setiap tahun, sebanyak 8000-18000 kasus. Pada gedung perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan di kantor modern di Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala SBS. Keluhan pada umumnya merasa cepat lelah (45%), hidung tersumbat (40%), sakit kepala (46%), kulit kemerahan (16%), tenggorokan kering (43%), iritasi mata (37%), serta lemah (31%). (12) National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) menyebutkan bahwa 52% penyakit pernapasan terkait dengan SBS akibat buruknya ventilasi gedung dan kinerja AC akibat jarang dibersihkan. Penelitian Occupational Safety and Healthy Act (OSHA) mendapatkan bahwa dari 446 gedung, penyebab polusi udara dalam gedung karena ventilasi tidak adekuat (52%), alat/ bahan dalam gedung (7%), polusi luar gedung (11%), mikroba (5%), bahan bangunan/alat kantor (3%),

4 dan tidak diketahui (12%). Gejala yang terjadi tidak spesifik berupa nyeri kepala, iritasi membran mukosa, mata serta nasofaring, batuk, sesak, rinitis, dan gejala lain tetapi bukan merupakan penyakit spesifik dan penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. (10) Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta terhadap 350 karyawan dari 18 kantor selama 6 bulan (Juli-Desember 2008) menunjukkan penurunan kesehatan pekerja di dalam ruangan akibat udara ruangan tercemar radikal bebas (bahan kimia), berasal dari dalam maupun luar ruangan dan 50% orang yang bekerja di dalam (3, 4) gedung perkantoran cenderung mengalami SBS. Faktor-faktor di luar lingkungan, seperti problem pribadi, pekerjaan, dan psikologis ikut mempengaruhi kepekaan seseorang terhadap SBS. Stres merupakan gabungan antara beban kerja di kantor dengan lingkungan sosial dan faktor ini dapat menghambat kenyamanan bekerja dan berperan pada iritasi mukosa dan keluhan umum lainnya. Hal ini merupakan indikator tidak langsung akibat stres kerja yang berpengaruh pada kejadian SBS. Penelitian yang dilakukan oleh Laila pada tahun 2011 mendapatkan bahwa psikososial merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian SBS. (4) Pasila Office Center melaporkan bahwa suasana lingkungan sosial kerja menjadi faktor kuat terjadinya SBS. (13) Selain itu, Marmot et al, pada tahun 2006 dalam penelitiannya menemukan bahwa karyawan dengan beban kerja yang berat, rendahnya dukungan dalam pekerjaan, rendahnya kontrol terhadap pekerjaan dan lingkungan kerja mempunyai lebih banyak keluhan SBS dibandingkan dengan karyawan dengan kontrol yang baik. (7) Gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat terletak di Jl. Khatib Sulaiman No. 87 Padang dan merupakan sebuah gedung perkantoran yang rawan polusi udara. Gedung DPRD merupakan salah satu contoh gedung perkantoran bertingkat dan

5 tertutup yang menggunakan sistem pengaturan udara dengan AC. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 Februari 2016, gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat terdiri atas tiga lantai. Secara umum, karakteristik ruangan di setiap lantai hampir sama, yaitu menggunakan AC sentral dan split, tidak menggunakan ventilasi, dan menggunakan lampu neon yang terus dinyalakan pada siang hari. Selain itu, mayoritas pegawai berjenis kelamin laki-laki dengan status merokok sehingga kegiatan aktifitas merokok di dalam gedung masih banyak dilakukan dan akan berpengaruh pada kualitas udara di dalam ruangan. Jumlah pegawai yang bekerja di gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat adalah sebanyak 97 orang dan sebagian besar bekerja selama 8 jam sehari dari Senin sampai Jum at. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10 sampel pegawai gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat tanggal 3 Maret 2016 didapatkan bahwa pegawai telah mengalami gejala-gejala sick building syndrome dalam kategori sering seperti lesu (5%), nyeri pada tangan (5%), dan tidak fokus dalam bekerja (5%). Gejala yang kadang dirasakan yaitu mengantuk (35%), gejala flu (30%), hidung berair (25%), sakit kepala (25%), kering di tenggorokan (20%), dan nyeri punggung (20%). Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan bahwa kejadian SBS merupakan masalah yang cukup serius dan pada beberapa negara seperti Hongkong dan Singapura sudah dilakukan tindakan pencegahan. Namun di Indonesia belum ada program khusus yang dilakukan untuk memonitor SBS, sehingga kejadian SBS pada pekerja gedung bertingkat masih tinggi, khususnya di Provinsi Sumatera Barat dan sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian mengenai SBS. Oleh karena penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kualitas udara dalam

6 ruangan serta kondisi psikososial terhadap kejadian sick building syndrome pada pegawai kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalah pada penelitian adalah bagaimana hubungan kualitas udara dalam ruangan serta kondisi psikososial terhadap kejadian sick building syndrome pada pegawai kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai hubungan kualitas udara dalam ruangan serta kondisi psikososial terhadap kejadian sick building syndrome pada pegawai kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian SBS pada pegawai kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat. 2. Diketahuinya distribusi frekuensi PM 10 pada kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat. 3. Diketahuinya distribusi frekuensi CO pada kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat. 4. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi psikososial pegawai pada kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat. 5. Diketahui hubungan PM 10 dalam ruangan terhadap kejadian sick building syndrome pada pegawai kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat.

7 6. Diketahuinya hubungan CO dalam ruangan terhadap kejadian sick building syndrome pada pegawai kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat. 7. Diketahuinya hubungan kondisi psikososial terhadap kejadian sick building syndrome pada pegawai kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan sebagai informasi dan wawasan tambahan khususnya bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan yang dapat berguna bagi pimpinan DPRD Provinsi Sumatera Barat, khususnya bidang kepegawaian dalam mengetahui hubungan kualitas udara dalam ruangan serta kondisi psikososial terhadap kejadian sick building syndrome pada pegawai, sehingga dapat menyusun rencana strategis dalam mengurangi dampak kesehatan yang ditimbulkan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan kualitas udara dalam ruangan serta kondisi psikososial terhadap kejadian sick building syndrome pada pegawai kantor DPRD Provinsi Sumatera Barat. Kualitas udara dalam ruangan yang diukur dalam penelitian ini adalah PM 10 dan CO. Sasaran dalam penelitian ini adalah para pegawai gedung DPRD Provinsi Sumatera Barat. Penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Variabel penelitian terdiri atas kejadian sick building syndrome (SBS), PM 10, CO, dan kondisi psikososial.