BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB II LANDASAN TEORI

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Murabahah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen risiko menurutbank Indonesia adalah. serangkaianprosedur dan metode yang digunakanuntuk mengidentifikasi,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Peran Pembiayaan Murabahah Pada Sektor. Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Anggota Koperasi Simpan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB III PEMBAHASAN. I. Pengertian, Unsur, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan. penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

RESCHEDULING DAN KOLEKTABILITAS

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH, PEMBIAYAAN SYARIAH, DAN JAMINAN. diperkenalkan dengan istilah bagi hasil dalam sistem perbankan Indonesia.

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA MENURUT FATWA. DEWAN SYARIAH NASIONAL No.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Risiko Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim pengertian risiko pada tiga hal yaitu pertama, keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan. kedua, variasi dalam keuntungan, penjualan, atau varibel keuangan lainnya dan ketiga, masalah keuangan yang dapat mempengaruhi kinerja posisi keuangan seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan masalah industri. 23 1. Pengertian Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekan manajemen secara komprehensif dan sistematis. 24 2. Manfaat Manajemen Risiko Diterapkannya manajemen risiko di suatu perusahaan ada beberapa manfaat yang akan diperoleh yaitu perusahaan memiliki ukuran kuat 23 Irham Fahmi, Manajemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi), (Bandung : Alfabeta, 2010), Hlm 2 24 Ibid Hlm 2-3 19

20 sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, mampu memberi arah bagi suatu perusahaan, mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk menghindari risiko, memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian minimum, dan perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara suistainable. 25 3. Jenis-jenis risiko 26 Risiko-risiko perbankan pada umumnya dibandingkan dengan bank syariah, mengacu pada Bab II pasal 4 butir 1 PBI No. 5/8/PBI/2003 antara lain sebagai berikut: a. Risiko Kredit (credit risk) Risiko yang terjadi karena counter part gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Syariah membedakan antara dua jenis gagal bayar yaitu yang mampu (gagal bayar sengaja) dan gagal bayar karena bangkrut, tidak mampu membayar kembali utangnya karena alasan-alasan yang diakui syariah. Dalam pembiayaan murabahah apabila bank melakukan assesment terhadap calon debitur dan bank kurang monitoring (pengawasan/pemantauan) nasabah dapat menyebabkan pembiayaan macet pada pembiayaan murabahah. 111 25 Idroes Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta:Rajawali Press, 2011), Hlm 5-6 26 Sumar in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2012), Hlm

21 Bentuk risiko kredit terdiri dari : 1. Risiko yang bersifat jangka pendek Adalah risiko yang disebabkan karena ketidakmampuan suatu perusahaan memenuhi dan menyelesaikan kewajibannya yang bersifat jangka pendek terutama kewajiban likuiditas. 2. Risiko yang bersifat jangka panjang Ketidakmampuan suatu perusahaan menyelesaikan berbagai kewajibannya yang bersifat jangka panjang, seperti kegagalan untuk menyelesaikan utang perusahaan yang bersifat jangka panjang dan juga kemampuan untuk menyelesaikan proyek hingga tuntas. b. Risiko pasar, merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar. c. Risiko likuiditas, risiko yang ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. d. Risiko operasional, risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancar. e. Risiko Hukum, risiko yang disebabkan adanya kelemahan aspek yudiris. Kelemahan aspek yudiris antara lain disebabkan tuntutan hukum, ketidaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau lemahnya perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak.

22 f. Risiko kepatuhan, risiko akibat bank syariah tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan perundang-undangan undangan dan ketentuan yang berlaku, serta Prinsip Syariah. 27 g. Risiko imbal hasil, risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat memengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank. 28 4. Proses Manajemen Risiko 29 Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait di dalam organisasi. Proses manajemen risiko yang di dalamnya mencakup semua tahapan yang harus dilakukan oleh bank. Alur proses manajemen risiko dapat dilihat pada gambar berikut ini Menentukan Konteks Identifikasi Risiko Analisis Risiko Evaluasi Risiko Perlakuan Risiko Gambar 2.1 Sumber : ISO 31000 (2009), diolah lebih lanjut 27 Bambang Riyanto Rustman, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:Salemba empat, 2013) Hlm 233 28 Ibid., Hlm 253 29 Imam Wahyudi, Miranti Kartika Dewi, dkk, Manajemen Risiko Bank Islam, (Jakarta:Salemba empat, 2013) Hlm 61-62

23 Proses manajemen risiko pada bank Islam dapat diawali dengan melakukan tahap penentuan konteks. Pada tahap ini, semua hal terkait dengan rincian manajemen risiko diperjelas dan didefinisikan. Tahap penentuan konteks tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran menyeluruh atas pemetaan dasar, ruang lingkup, dan kerangka kerja manajemen risiko, mengidentifikasi lingkungan penerapan manajemen risiko, mengetahui dan menetapkan para pemangku kepentingan utama, dan menetapkan kriteria untuk menganalisa dan mengevaluasi risiko. Oleh karena itu, hal-hal yang dilakukan dalam tahapan penentuan konteks meliputi : (i) Identifikasi risiko menjadi area asal kepentingan (domain of interest), (ii) Perencanaan proses manajemen, (iii) pemetaan lingkup sosial manajemen risiko, identitas dan tujuan pemangku kepentingan, (iv) kriteria dan dasar untuk mengevaluasi risiko, (v) mendifinisikan kerangka kerja untuk aktivitas dan agenda identifikasi, (vi) mengembangkan kriteria analisis risiko-risiko yang terlibat dalam proses, dan (vii) mitigasi atau solusi risiko dengan menggunakan teknologi, SDM, dan sumber daya yang ada. Kotak berwarna putih pada gambar merupakan rincian dari risk assesment yang dilakukan oleh bank Islam. Sebagaimana di dalamnya terdapat tahapan identifikasi risiko dapat dimulai dari sumber permasalahan (source analysis) maupun dari permasalahan itu sendiri (problem analysis). Selain itu, metodologi yang digunakan dalam

24 identifikasi risiko sangat bergantung pada budaya, praktik di industri, dan kepatuhan pada berbagai peraturan yang berlaku. B. Murabahah 1. Pengertiann Murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Berdasarkan akad jual beli tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh nasabah dan menjualnya kepada nasabah. Harga jual bank adalah harga beli dari suplier ditambah keuntungan yang disepakati. Bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Tingkat keuntungan bisa dalam bentuk lumpsum atau presentasee tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran bisa dilakukan secara spot (tunai) bisa dilakukan di kemudian hari yang disepakati bersama. 30 2. Landasan Hukum Murabahah 31 a. Landasan Al-Qur an Ayat-ayat alquran yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi murabahah, adalah : Hlm 81-82 31 30 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Muhammad, Press,2000), Hlm 23 Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam, (Yogyakarta:UII

25 Artinya : Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. (QS. An-nisa : 29) b. Landasan Sunnah Hadis-hadis Rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi murabahah adalah : Dari Abu Said al-hudriyyi bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka. (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan Sahih menurut Ibn Hibban). Pedagang yang jujur dan benar berada di surga bersama para nabi, siddqin dan syuhada. (Imam Tirmizi berkata hadis ini hasan). c. Undang-Undang Perbankan Syariah Berdasarkan UU Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008 bahwa Akad Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. d. Fatwa DSN-MUI 1. Ketentuan tentang murabahah (Fatwa DSN no. 04/DSN- MUI/IV/2000). 2. Uang muka murabahah (Fatwa DSN no. 13/DSN- MUI/IX/2000).

26 3. Diskon murabahah (Fatwa DSN No. 16/DSN-MUI IX/2000) 4. Sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran (Fatwa DSN No. 17 / DSN-MUI/IX/2000) 5. Potongan pelunasan dalam murabahah (Fatwa DSN No.23/DSN-MUI/III/2002). e. Kompilasi Hukun Ekonomi Syariah (KHES) 1. Ketentuan umum murabahah (Buku II tentang akad, Bab V, bagian keenam, pasal 116). 2. Uang muka murabahah (Buku II tentang akad, Bab V, bagian keenam pasal 121). 3. Potongan pelunasan dalam murabahah (Buku II tentang akad, Bab V, bagian ketujuh pasal 125). 4. Penyelesaian pembiayaan bermasalah. (Buku II tentang akad, Bab V, bagian ketujuh pasal 126-133). 3. Rukun Murabahah Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu : 32 1) Pelaku akad, yaitu penjual adalah pihak yang memiliki barangg untuk dijual, dan pembeli adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang; 2) Objek akad, yaitu barang dagangan dan harga, 3) Ijab dan Qabul. 32 Ibid, Hlm 82

27 4. Syarat Murabahah 33 a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembeli dilakukan secara utang. 5. Jenis Murabahah Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu 1. Murabahah tanpa pesanan, maksudnya ada yang pesan atau tidak, bank syariah menyediakan barangnya. 2. Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan. 33 Muhammad Syafi I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta:Gema Insani Press, 2001), Hlm 102

28 6. Skema Akad Murabahah Berikut merupakan bagan murabahah sederhana : 34 2a. Barang/mobil PENJUAL 1. Akad murabahah PEMBELI 2b. Cost + Margin Gambar 2.2 Keterangan : 1. Penjual dan pembeli melakukan kesepakatan menggunakan akad murabahah. Dimana harga pokok penjualan dan margin telah ditetapkan. 2. Penjual mengirimkan barang sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh pembeli. 3. Pembeli membayar harga pokok dan margin sesuai kesepakatan diawal secara tangguh. C. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah non bank maupun bank sangat di perlukan demi kelangsungan kemajuan sebuah lembaga keuangan syariah non bank maupun bank. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama lembaga keuangan syariah bank 34 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah.. Hlm 82

29 maupun non bank, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. 35 Berdasarkan UU no 7 tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan adalah : Penyediaan uang atau tagihan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil Sedangkan menurut PP No. 9 tahun 1995, tentag pelaksanaan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah: 36 Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan. Dalam pengertian sederhana pembiayaan merupakan penyaluran dana dari pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. 37 35 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta:UII Press, 2004), Hlm 163 36 Ibid, Hlm 164 37 Ismail,Manajemen Perbankan dari teori menuju aplikasi cet 1, (Jakarta : Kencana,2010) Hlm 93

30 Agar dapat memaksimalkan pengelola dana, maka manajemen BMT/BTM harus memperhatikan tiga aspek penting dalam pembiayaan, yakni: 38 1. Aman Keyakinan bahwa dana yang telah dilempar dapat ditarik kembali sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Untuk menciptakan kondisi tersebut, sebelum dilakukan pencairan pembiayaan, terlebih dahulu harus melakukan survey usaha untuk memastikan bahwa usaha yang dibiayai layak. Dilarang memberikan pembiayaan hanya faktor kasian, harus betul-betul jeli dalam melihat usaha yang diajukan. 2. Lancar Keyakinan bahwa dana dapat berputar dengan lancar dan cepat. Semakin cepat dan lancar perputaran dananya, maka pengembangan koperasi/bmt/btm akan semakin membaik. 3. Menguntungkan Perhitungan dan proyeksi yang tepat, untuk memastikan bahwa dana yang dilempar akan menghasilkan pendapatan. Semakin tepat dalam memproyeksi usaha, kemungkinan besar gagal dapat diminimalisasi. Kepastian pendapatan ini memliki pengaruh yang besar bagi kelangsungan koperasi/bmt/btm. 38 Ibid.,Muhammad Ridwan, Hlm 164-165

31 2. Macam-macam Pembiayaan Pembiayaan dibagi menjadi dua, yakni pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif. 39 a. Pembiayaan Produktif Yaitu pembiayaan yang di tunjukkan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti yang sangat luas seperti pemenuhan kebutuhan modal untuk menigkatkan volume penjualan dan produksi, pertanian, perkebunan maupun jasa. Pembiayaan produktif dibagi menjadi dua yaitu : 1. Pembiayaan modal kerja. 2. Pembiayaan investasi. b. Pembiayaan Konsumtif Yaitu pembiayaan yang ditunjukkan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi, baik digunakan sesaat maupun dalam jangka waktu yang relatif panjang. Berbagai bentuk pembiayaan tersebut, harus selalu berlandaskan pada aturan syariah. Penyimpangan dari prinsip-prinsip syariah dapat berakibat pada batal/rusaknya akad sehingga dikhawatirkan dapat terjerumus pada riba yang haram. 3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Pemberian suatu fasilitas pembiayaan mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan lepas dari misi bank 39 Ibid., Hlm 166

32 tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian pembiayaan antara lain: 40 1. Mencari keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian pembiayaan tersebut. Hasil tersebut dalam bentuk bagi hasil atau margin yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi pembiayaan yang dibebankan kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. 3. Membantu pemerintah Bagi pemerintah, semakin banyak pembiayaan atau kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah adalah: 41 1. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank. 2. Membuka kesempatan kerja sehingga mengurangi pengangguran. 40 Kartika Puspitawati, Prosedur Restrukturisasi Pada Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BNI Syariah Cabang Semarang, (Semarang:IAIN Semarang,2012) hlm 32-34 41 Ibid.,

33 3. Dapat menghemat devisa negara, terutama untuk produk yang sebelumnya diimpor. 4. Meningkatkan devisa negara apabila barang yang diproduksi dapat diekspor. Kemudian, disamping tujuan diatas suatu fasilitas pembiayaan atau kredit memiliki fungsi sebagai berikut: 42 1. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barag dan jasa. 2. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund. 3. Pembiayaan dapat menciptakan alat pembayaran yang baru. 4. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga. 5. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada. D. Risiko Pembiayaan Murabahah Risiko pembiayaan dapat terjadi apabalia peminjam (debitur) tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam namun risiko lain dapat terjadi pada pembiayaan dengan akad murabahah yaitu : a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran. b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual tersebut. 42 Ibid.,Ismail. Hlm 96-97

34 c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain. d. Dijual; karena bai al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar. Apabila pihak bank menerapkan perwakilan pembelian barang kepada nasabah maka, risiko yang akan di alami, yaitu : 43 1. Hutang nasabah lebih kecil dibandingkan dengan hutang dalam transaksi murabahah. Dengan diserahkan uang kepada nasabah sebagai wakil dengan akad wakalah maka hutang nasabah kepada bank hanya sebesar uang yang diterima nasabah, hal ini sangat berbeda jika terjadi jual beli murabahah, dimana yang terhutang nasabah adalah sebesar harga jual barang, yaitu harga perolehan ditambah keuntungan. Pada saat 43 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta:UII Press, 2005) Hlm 69-71

35 penyerahan uang kepada nasabah sebagai wakil dengan akad wakalah, belum terjadi transaksi jual beli murabahah, sehingga jika nasabah setelah penyerahan uang tersebut, kemudian mereka tidak membeli barang maka nasabah hanya utang sebesar uang yang diserahkan. 2. Peluang besar untuk penyalahgunaan dana Dengan diterimanya uang ini menjadi peluang besar bagi nasabah untuk mengunakan dana tersebut untuk kepentingan lain, karena bagi nasabah hutangnya hanya sebesar uang yang diterima. Dengan penyalahgunaan dana ini akan mengakibatkan ketidaklancaran dalam melakukan pembayaran angsuran, karena dalam melakukan analisis pembayaran angsuran didasarkan pada data-data yang terkait dengan pemanfaatan dari barang yang dibeli tersebut.