UJI KUALITATIF HISTAMIN MENGGUNAKAN KIT HISTAKIT PADA IKAN PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN

dokumen-dokumen yang mirip
UJI KUALITATIF KANDUNGAN FORMALDEHID ALAMI PADA IKAN PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN MENGGUNAKAN TEST KIT ANTILIN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR HISTAMIN PADA YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacore) ABSTRAK

BIOKIMIA HISTAMIN. DINI SURILAYANI S.Pi., M.Sc

MENGENAL LEBIH JAUH SKOMBROTOKSIN

BAB I PENDAHULUAN. protein hewani yang mengandung omega-3 dan protein yang cukup tinggi sebesar

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu:

Ind. J. Chem. Res., 2015, 2,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KADAR HISTAMIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) ASAP YANG DIAWET DENGAN ASAM ASETAT. Verly DotuLong 1 ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) SELAMA PENYIMPANAN DINGIN BERDASARKAN UJI HISTAMIN dan ph

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN KANDUNGAN HISTAMIN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) SEGAR DAN ASAP PADA SENTRAL PENGOLAHAN IKAN ASAP DI KOTA AMBON

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

Seminar Nasional Biologi dan Pembelajaran Biologi. Biodiversitas Kepulauan Maluku dan Pemanfaatannya dalam menunjang Pembelajaran Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. proses terjadinya perubahan suhu hingga mencapai 5 0 C. Berdasarkan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

BAB I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2006 saat harga minyak dunia bergerak naik, jarak pagar

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB I PENDAHULUAN. Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

1 BAB I. PENDAHULUAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

Transkripsi:

UJI KUALITATIF HISTAMIN MENGGUNAKAN KIT HISTAKIT PADA IKAN PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) SELAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN Evi Mauliyani 1*, Muhamad Agus Wibowo 1, Rudi Rianto 2 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. HadariNawawi 78124, Pontianak 2 Laboratorium Pengemasan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Jln. K.S.Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat 10260, Indonesia * Email : e.mauliyani@yahoo.com ABSTRAK Ikan patin jambal (Pangasius djambal) merupakan jenis ikan kelompok spesies pangasius yang sekarang mulai popular dibudidayakan di Indonesia. Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan tidak terlepas dari masalah penyakit dan parasit ikan. Penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri sangat mempengaruhi hasil budidaya karena penyakit tersebut dapat menurunkan hasil ikan budidaya. Diantaranya penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah melalui luka ikan yang dapat menghasilkan histamin. Histamin merupakan salah satu bahan kimia bersifat toksik yang dihasilkan dari proses dekarboksilasi histidin bebas oleh aktivitas enzim L- histidin decarboxylase (HDC). Pembentukan histamin dapat terus berlangsung walaupun dengan lambat pada penyimpanan suhu dingin yang dapat menyebabkan reaksi alergi dan keracunan pada konsumen. Penelitian kadar histamin secara uji kualitatif menggunakan kit histakit pada ikan patin jambal selama penyimpanan suhu dingin telah dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya histamin pada ikan patin jambal selama penyimpanan suhu dingin oleh ikan setelah mati dan intensitas pembentukan warna yang di hasilkan pada sampel. Ikan dimatikan dengan cara hipotermal menggunakan es curah dan disimpan dalam coolbox selama 14 hari dengan selang waktu 2 hari setiap analisis kemudian dianalisis dengan menggunakan kit histakit secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kit histakit dapat mendeteksi histamin pada fillet ikan patin jambal sesuai dengan intensitas warna yang di hasilkan antara reaksi kit dengan sampel. Ikan patin jambal sebanyak 48 ekor yang di analisis setiap 2 hari selama 14 hari dinyatakan positif mengandung histamin sejak hari pertama (hari ke-0) hingga hari terakhir (hari ke-14) pembentukan. Kata kunci: histamin, ikan patin jambal, kit histakit, uji kualitatif, penyimpanan PENDAHULUAN Ikan patin merupakan salah satu spesies ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan potensial untuk dikembangkan serta menjadi ikan yang disukai masyarakat Kalimantan. Ikan patin jambal sekarang mulai popular dibudidayakan di Indonesia (Janurianda,2013). Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan tidak terlepas dari masalah penyakit dan parasit ikan (Yuliartati, 2011). Penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri sangat mempengaruhi hasil budidaya karena penyakit tersebut dapat menurunkan hasil ikan budidaya. Diantaranya penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah melalui luka ikan (Lubis dkk., 2015). Dari penelitian yang telah dilakukan lubis dkk. (2015), didapat empat bakteri yaitu Aeromonas hydrophila, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas pseudomallei, Morganella morganii. Morganella morganii sebagai bakteri yang diindikasikan paling besar membentuk histamin pada ikan golongan scombroidae juga mempunyai kemampuan pembentukan histamin yang berbeda pada berbagai jenis ikan. Histamin merupakan salah satu bahan kimia bersifat toksik jika ditemukan dalam jumlah banyak dalam tubuh. Senyawa ini juga merupakan suatu amino histidin. Terjadi perubahan histidin menjadi histamin apabila jenis-jenis ikan tersebut mati. Ikan yang telah mati tersebut akan 13

segera diserbu oleh bakteri, dan bakteri inilah yang akan merubah histidin menjadi histamin dengan cara dekarboksilase (Hattu dkk., 2014). Keracunan histamin tidak hanya disebabkan oleh kelompok ikan yang secara alami mengandung histamin, tetapi juga bisa disebabkan oleh ikan yang kurang segar mutunya dan terbentuk selama proses pengolahan ikan. Makin tinggi tingkat kerusakan ikan, makin banyak histamin yang terbentuk pada ikan. Keracunan histamin dapat mengakibatkan kepala terasa pusing, perut mual ingin muntah, denyut jantung menjadi cepat, rasa haus terus-menerus, dan gatal-gatal (Hattu dkk., 2014). Pada umumnya, kebusukan dan keruskan ikan ada kaitanya dengan kadar histamin. Menurut food and drug administration (2001), kadar histamin yang berbahaya bagi kesehatan ialah minimal 50 mg%. Jumlah tersebut mengindikasikan penanganan ikan yang tidak baik. Kadar histamin yang lebih dari 15 mg% diperhitungkan sebagai gejala awal terbentuknya kerusakan. Kandungan histamin lebih dari 50 mg% sudah sangat berbahaya bagi kesehatan dan bila lebih dari 100 mg% umumnya mengalami keracunan dan harus mendapatkan perawatan khusus (Damongilala, 2009). Hattu dkk. (2014), mereaksikan sampel ikan komu dengan p- phenyldiazonium sulfonate memberikan intensitas warna kuning-orange yang di ukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 497,8 nm untuk mengetahui nilai kadar histamin. Dalam menentukan kualitas produk perikanan segar maupun olahan, diperlukan cara yang mudah,cepat dan akurat. Berdasarkan hasil penelitian balai besar riset penelitian (2012), kit histakit uji kandungan Histamin didesain sebagai peralatan uji sederhana dan mudah yang dapat digunakan mendeteksi keberadaan histamin pada bahan makanan, termasuk produk perikanan. Mengingat bahaya dan besarnya potensi histamin yang dihasilkan oleh ikan terhadap konsumsi dan kesehatan masyarakat serta cara uji kadar histamin yang memerlukan proses tahapan dan waktu yang cukup lama maka perlu dilakukan penelitian mengenai uji kualitatif histamin menggunakan kit histakit pada ikan patin jambal (pangasius djambal) selama penyimpanan suhu dingin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya kandungan histamin pada ikan patin jambal selama penyimpanan suhu dingin oleh ikan setelah mati dan tingkatan pembentukan warna yang di hasilkan kit histakit pada sampel dilakukan dengan penyimpanan ikan dengan suhu dingin selama 14 hari dengan tengang waktu uji selama 2 hari penyimpanan. METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi peralatan gelas, peti pendingin, neraca analitik, tabung reaksi, waterbath. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi Ikan patin jambal (Pangasius djambal),metanol,koh,kithistakitdan standarhistamin. CARA KERJA Preparasi Sampel Penelitian ini meliputi pengamatan perkembangan penurunan mutu ikan serta penyimpanan pada suhu dingin 0 0 C - 4 0 C. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan patin jambal yang masih hidup. Ikan ini di ambil dari pertambakan ikan patin jambal di bogor, jawa barat. Kondisi ikan ini di bawa ke dalam laboratorium dalam keadaan masih hidup dalam air segar. Ikan patin segar sebanyak 48 ekor dimatikan serempak secara hypotermal kemudian ikan patin sebanyak 48 ekor dibagi kedalam 8 kelompok (satu kelompok sebagai kontrol dan tujuh kelompok disimpan sesuai waktu penyimpanan tahapan analisis) dimana setiap satu kelompok terdiri dari 6 ekor ikan yang di beri kode dan akan di ambil sesuai dengan selang waktu 2 hari penyimpanan dari hari pertama. Analisis hingga hari 14 analisis selama penyimpanan untuk masing-masing kelompok selanjutnya ikan dimasukan kedalam coolbox pendingin dengan suhu 0 0 C - 4 0 C dengan penambahan es curah. Suhu coolbox di rekam dengan thermocouple. Analisa di lakukan setiap 2 hari selama 2 minggu. Setiap di lakukan analisa ikan patin di ambil sebanyak 6 ekor untuk tiga kali pengulangan (setiap satu pengulangan terdiri dari 2 ekor ikan patin 14

yang di gabung menjadi satu). Masingmasing ikan sesuai kode pengulangan kemudian di fillet dan di analisis secara kualitatif menggunakan kit histakit. Uji Histamin (Hattu dkk., 2014; Widiastuti dkk., 2010) Preparasi sampel pada saat analisis ikan untuk uji histamin dilakukan dengan ikan patin utuh di fillet secara vertical dan horizontal, diambil bagian daging ikan, daging ikan diblender terlebih dahulu agar homogen, daging ikan yang telah halus ditimbang 10 gram, tambahkan metanol 50 ml lalu diblender biar tercampur, kemudian panaskan di waterbath selama 15 menit pada suhu 60 0 C, dinginkan selama 5 menit lalu netralkan dengan KOH 1 N sampai ph 7 kemudian di saring dan di peroleh ekstrak sampel. Ekstrak sampel di uji secara kualitatif menggunakan kit histakit yang terdiri dari reagen A, reagen B dan reagen C yang akan menghasilkan pereaksi p- phenildiazodium sulfonat dari reaksi diazotasi dengan cara ekstrak sampel di masukan kedalam tabung reaksi kemudian di tambahkan campuran reagen A dan reagen B selanjutnya di tambahkan reagen C. Warna yang terbentuk dari reaksi sampel dengan kit histakit menunjukan ada atau tidaknya histamin pada ikan patin jambal selama penyimpanan suhu dingin. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kualitatif Kadar Histamin Analisis kadar histamin dilakukan dengan mereaksikan daging fillet ikan dengan metanol dengan tujuan untuk memisahkan histamin dari jaringan daging kemudian dipanaskan selama 15 menit dalam waterbath pada suhu 60 0 C dengan tujuan saat proses pemanasan akan terjadi kerusakan sel ikan sehingga histamin yang terikat pada jaringan ikan lepas. Menurut fuji et al. (1994) dalam mahendratta dan tawali (2006), histamin yang terikat dengan jaringan ikan maupun mikroba dapat lepas akibat kerusakan sel secara mekanik maupun fisik. Histamin kemudian diubah menjadi bentuk OH setelah penambahan larutan KOH. Ekstrak histamin yang diperoleh kemudian di uji secara kualitatif dengan menggunakan kit histakit untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan histamin pada ikan patin jambal. merupakan reagen uji yang terdiri dari reagen A, reagen B dan reagen C yang akan menghasilkan pereaksi p- fenildiazonium sulfonat melalui reaksi diazotasi. Reaksi diazotasi di gunakan untuk penetapan semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amina primer. Bahan yang digunakan dalam kit histakit disini dapat mendeteksi keberadaan senyawa histamin pada ikan dengan cara p- fenildiazonium sulfonat mengikat gugus amina primer dari histidin bebas. Banyaknya gugus amina primer yang terikat pada pereaksi p-fenildiazonium sulfonat di tandai dengan intensitas warna yang di hasilkan. Warna yang ditimbulkan antara ekstrak sampel dengan pereaksi p- fenildiazonium sulfonat dari reagen mengindikasikan adanya histamin, yaitu timbulnya warna kuning hingga orange yang merata dalam larutan. Konsentrasi histamin yang semakin tinggi pada sampel akan menunjukan intensitas warna yang lebih nyata (Hattu dkk., 2014). Intensitas warna yang dihasilkan reaksi antara larutan standar histamin dengan histakit disesuaikan pada konsentrasi standar yang telah di buat. Skala warna dari larutan standar histamin dengan konsentrasi berkisar antara 0,001 ppm 5 ppm dapat digunakan untuk pemeriksaan secara visual terhadap sampel. Kit histakit yang digunakan sebagai tes uji kandungan histamin memberikan warna yang jelas terhadap adanya kandungan histamin dari hari pertama (hari ke-0) hingga hari terakhir (hari ke-14) analisis fillet patin jambal selama penyimpanan suhu dingin karena secara kualitatif kit histakit dengan konsentrasi yang kecil mampu menghasilkan warna seperti yang di tunjukan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 menunjukan bahwa kit histakit mampu mendeteksi keberadaan senyawa histamin dalam ikan secara kualitatif dengan warna yang di hasilkan berupa kuning hingga orange. 15

( a) (b) (c) Gambar 4.2 uji kualitatif sampel (a) ekstrak fillet pada hari ke-0 yang di uji secara kualitatif dengan test histakit (b) ekstrak fillet patin pada hari ke-6 yang di uji secara kualitatif dengan test histakit (c) ekstrak fillet patin pada hari ke-14 yang di uji secara kualitatif dengan test histakit Tabel 4.2 Uji Kualitatif Histamin dengan Kit Reaksi No Kode Sampel Pereaksi Warna Hasil Akhir 1 PTE 0 Kit Orange 2 PTE 1 Kit 3 PTE 2 Kit orange 4 PTE 3 Kit 5 PTE 4 Kit 6 PTE 5 Kit 7 PTE 6 Kit 8 PTE 7 Kit Orange keorangean Keterangan : PTE 0 : ikan patin pada hari ke- 0 (control) ;PTE 1 : ikan patin penyimpanan pada hari ke- 2 ; PTE 2 : ikan patin penyimpanan pada hari ke- 4 ; PTE 3 : ikan patin penyimpanan pada hari ke-6 ; PTE 4 : ikan patin penyimpanan pada hari ke-8 ; PTE 5 : ikan patin penyimpanan pada hari ke -10; PTE 6 : ikan patin penyimpanan pada hari ke- 12; PTE 7 : ikan patin penyimpanan pada hari ke -14. Larutan standar histamin berupa warna kuning kebeningan namun ketika bereaksi dengan pereaksi p-fenildiazonium sulfonat dari histakit menghasilkan warna kuning hingga orange sesuai dengan konsentrasi yang di buat sebagai standar warna dalam penentuan ada atau tidaknya kandungan histamin yang terdapat pada ikan patin dan warna larutan sampel yang dihasilkan bervariasi seperti pada tabel 4.2. Intensitas warna dari larutan sampel yang di hasilkan melalui kit histakit menunjukan adanya histamin yang terbentuk pada setiap sampel dimana warna orange menunjukan bahwa kandungan histamin yang diperoleh besar, warna kuning menunjukan kandungan histamin yang di peroleh cukup besar dan warna kuning menunjukan kandungan histamin tidak terlalu besar. SIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Warna kuning hingga orange yang terbentuk menunjukan adanya histamin pada ikan patin jambal selama penyimpanan suhu dingin. 2. Ikan patin jambal selama penyimpanan suhu dingin dari hari pertama (hari ke-0) hingga hari terakhir (hari ke-14) analisis di nyatakan positif mengandung histamin. DAFTAR PUSTAKA Balai Besar Riset Pengolahan Produk Bioteknologi, 2012, Test Kit Histamin, Jakarta. Damongilala, L.J., 2009, Kadar Air dan Total Bakteri pada Ikan Roa ( Hemirhampus Sp) Asap dengan Metode Pencucian Bahan Baku Berbeda, Jurnal Ilmiah Sains. Food Drug Administration, 2001, Fish and Fisheries Product Hazards and Controls Guidance, 3rd ed. U.S. FDA. Center for Food Safety and Applied Nutrition, Maryland. Fujji, T., Kurihara, K., and Okuzumi. M., 1994, Viability and Histidine Decarboxylase Activity of Halophilic Histamine-forming bacteria During Frozen Storage, J.of Food Prot, Hal 611-613. 16

Hattu, N., Telussa, I., dan Paiss, shela.,2014, Kandungan Histamin dalam Olahan Ikan Komu (Auxis thazard) yang Direbus dengan Variasi Konsentrasi NaCl, Ind. J. Chem, Hal 147-154. Janurianda, F.V., 2013, Inventarisasi Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Di Danau Bekat dan Implementasinya Pembuatan Buklet Keanekaragaman Jenis, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura, Pontianak (skripsi). Lubis, Y.P.P., Yunasfi, dan Leidonald, R., 2015, Jenis-Jenis Bakteri pada Luka Ikan Patin (Pangasius jambal). Mahendradatta, M., dan Tawali, A.B., 2006, Kombinasi Bumbu dan Asap Cair dalam Meminimalkan Pembentukan Histamin pada Ikan Kembung Perempuan (Rastrellinger negletus) Asap, Jurnal Teknologi dan Industry Pangan. Mangunwardoyo, W., Sophia, R.A., Heruwati, E.S., 2007, Seleksi dan Pengujian Aktivitas Enzim L-Histidin Decarboxylase Dari Bakteri Pembentuk Histamin, Makara Sains, Hal 104-109. Suryaningrum, T. D., Muljanah, I., dan Tahapari, E., 2010, Profil Sensori dan Nilai Gizi Beberapa Jenis Ikan Patin dan Hibrid Nasutus, Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Taylor, S. L., Guthertz, L. S., Leatherwood, M., Tillman, F., and Lieber, E. R., 1988, Histamine Productionby Food-Borne Bacterial Species, J. Food Saf. Widiastuti, I., dan Putro, S., 2010, Analisis Mutu Ikan Tuna Selama Lepas Tangkap, Universitas Sriwijaya Indralaya, Ilmu Kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan-KKP, Jakarta, Maspari Journal, ISSN : 977-2087055-01. Yuliartati, E., 2011, Tingkat Serangan Ektoparasit Pada Ikan Patin (Pangasius jambal) Pada Beberapa Pembudidaya Ikan Di Kota Makassar, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar (skripsi). 17