Andry Firmansyah *, Edy Seosanto**,Ernawati***

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang promotif, pencegahan, dan pengobatan seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :


HUBUNGAN FAKTOR KEPADATAN HUNIAN, SOSIAL EKONOMI, DAN PERILAKU KESEHATAN DENGAN PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN PELAYANAN PUSKESMAS PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA PENYAKIT KUSTA

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

ABSTRAK. Kata kunci: peran keluarga PMO, kepatuhan minum obat, penderita TB paru

peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fajarina Lathu INTISARI

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN PENYAKIT KUSTA MENINGKATKAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA KUSTA DI PUSKESMAS PADAS KABUPATEN NGAWI

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan penyumbang kusta nomor 4 terbesar di dunia setelah

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETUGAS KUSTA DENGAN TINDAKAN PENENTUAN KECACATAN PENDERITA KUSTA PADA SEMUA PUSKESMAS DI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2007 SKRIPSI

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit yang menjadi problema di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. perifer sebagai aktivitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

Tingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO)

Sutejo Haryanto, Mardini, Yuni Sandra Pratiwi, Idris Yani Pamungkas

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BOJONEGORO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PUSKESMAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELAKUKAN PERAWATAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SRAGI I KABUPATEN PEKALONGAN

Oleh : Rahayu Setyowati

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

-Faktor penyebab penyakit kusta. -Tanda dan gejala penyakit kusta. -Cara penularan penyakit kusta. -Cara mengobati penyakit kusta

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Cetakan Kedua belas. Rineka Cipta Jakarta

FAMILY ROLE IN RELATION WITH HEALTH COMMUNTITY CENTER SERVICE TO LEPROSY PATIENT

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

PERAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN STROKE

Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

: : G2A FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

Unnes Journal of Public Health

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT KUSTA PADA PENDUDUK DI KECAMATAN TUKDANA KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2012

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KHUSUS KUSTA KOTA KEDIRI

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

PENGALAMAN KLIEN DALAM MENJALANI PENGOBATAN KUSTA DI WILAYAH KABUPATEN BATANG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCARIAN PENGOBATAN KUSTA PADA PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN. Oleh : Ade Pratiwi

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

Transkripsi:

HUBUNGAN PERSEPSI PENDERITA TENTANGDUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETERATURAN PERAWATAN DAN PENGOBATAN PADA PENDERITA KUSTA DI KECAMATAN BANJARHARJO KABUPATEN BREBES 3 Andry Firmansyah *, Edy Seosanto**,Ernawati*** ABSTRAK Dukungan keluarga dalam penanganan pengobatan penyakit kusta sangat dibutuhkan untuk memberikan pendampingan dalam proses pengobatan, walaupun peranan para petugas juga sangat besar. Hal utama yang menjadi upaya dalam pendampingan proses pengobatan penyakit kusta bagi keluarga adalah untuk memperkecil kemungkinan kejadian yang tidak diharapkan, seperti tidak mau minum obat, tidak mau mengurus diri sendiri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan persepsi penderita kusta tentang dukungan keluarga dengan keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelasi dengan metode pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita penyakit kusta PB dan MB di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarharjo dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode total samplingyaitu berjumlah 58 orang yang terdiri dari penderita kusta PB (12 orang) dan MB (46 orang). Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah persepsi penderita kusta tentang dukungan keluaga dan keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik Fisher Exact. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh sebagian besar persepsi penderita kusta tentang dukungan keluarga sebagian besar adalah buruk yaitu sebanyak 33 orang (56,9%), keteraturan penderita kusta dalam perawatan dan pengobatan kusta sebagian besar adalah tidak teratur yaitu sebanyak 56 orang (96,6%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi penderita kusta tentangdukungan keluarga dengan keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes, dengan nilaip-value 0,181 > α (0,05). Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut maka diharapkan masyarakat dapat meningkatkan dukungan penghargaan dan dukungan emosional kepada anggota keluarga yang menderita penyakit kusta, yaitu dengan memberikan motivasi dan penghargaan kepada penderita kusta untuk melakukan aktivitas fisik serta dengan memberikan suasana rumah yang nyaman bagi penderita kusta. Kata kunci:dukungan keluarga, keteraturan perawatan dan pengobatan, kusta 1 Vol. 6 No. 2 Oktober 2013 : 97-107

PENDAHULUAN enyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. Penyakit ini dapat berdampak pada kecacatan yang permanen jika tidak ditangani dengan baik. Tidak hanya bagi segi medis saja, kusta juga berpengaruh terhadap masalah sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara berkembang sebagai akibat ketidakmampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan pada masyarakat. Jumlah kasus kusta di Indonesia tahun 2010 adalah 17.260 kasus terdiri dari tipe Pauci Baciller (PB) 2.589 kasus dan tipe Multi Baciller (MB) 14.671. Jumlah kasus kusta nomor tiga di Indonesia yaitu Jawa Tengah (1.584 kasus) dan tertinggi di Kabupaten Brebes (241 penderita) (Depkes RI, 2010). Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes merupakan kecamatan dengan penderita kusta tertinggi di wilayah Kabupaten Brebes. Jumlah penderita penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Banjarharjo Kabupaten Brebes pada tahun 2011 penderita yang terdaftar sampai bulan desember sebanyak 58 penderita terdiri dari 12 penderita PB dan 46 penderita MB. Dari penderita PB tersebut yang berobat secara teratur sebanyak 7 orang, dan yang drop out sebanyak 5 orang, sedangkan yang mengalami kecacatan sebanyak 2 orang. Sedangkan dari penderita MB yang berobat secara teratur sebanyak 20 orang dan yang tidak teratur sebanyak 17 orang, yang drop out sebanyak 9 orang, dan yang mengalami cacat sebanyak 17 orang (Profil Puskesmas Banjarharjo, 2010). Dukungan keluarga dalam penanganan pengobatan penyakit kusta sangat dibutuhkan untuk memberikan pendampingan dalam proses pengobatan, walaupun peranan para petugas juga sangat besar. Hal utama yang menjadi upaya dalam pendampingan proses pengobatan penyakit kusta bagi keluarga adalah untuk memperkecil kemungkinan kejadian yang tidak diharapkan, seperti tidak

mau minum obat, tidak mau mengurus diri sendiri. Hal ini sangat tidak diharapkan karena akan menganggu dalam proses pengobatan penyakit kusta, bahkan bisa terhenti sama sekali. Karena dalam pengobatan atau therapi penyakit kusta sangat membutuhkan waktu yang cukup lama. Dukungan dan partisipasi aktif dari keluarga sangat dibutuhkan. Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan hubungan persepsi penderita kusta tentang dukungan keluarga dengan keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel bebas dan terikat, serta dengan pendekatan cross sectional dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek, diobservasi sekaligus pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research design yaitu menganalisis hubungan antara variabel bebas (hubungan persepsi penderita kusta tentang dukungan keluarga) dengan variabel terikat (keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta) di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. Sampel pada penelitian ini adalah penderita penyakit kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarharjo yang berobat pada tahun 2011 sejumlah 58 orang yang terdiri dari, penderita kusta PB sebanyak (12 orang) dan MB yaitu sebanyak (46 orang), dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Total Sampling yaitu pengambilan secara keseluruhan pada anggota populasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Banjarharjo Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. Alat pengumpul data dengan kuesioner tentang dukungan keluarga, serta keteraturan perawatan dan pengobatan 3 Vol. 6 No. 2 Oktober 2013 : 97-107

pada penderita kusta. Proses penelitian berlangsung dari 01-16 Agustus 2012. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (korelasi, Fisher Exact). HASIL Hasil penelitian diperoleh karakteristik responden dalam penelitian ini antara lain meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan responden. Berdasarkan hasil penelitian gambaran karakteristik responden sebagian besar adalah kelompok usia dewasa tengah yaitu sebanyak 24 orang (41,4%), berjenis kelamin laki-laki 60,3%, berpendidikan SD sebanyak 63,8%, mayoritas bekerja sebagai buruh/tani 50%, serta berdasarkanstatus perkawinan responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menikah yaitu sebanyak 48 orang (82,8%). Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji Fisher Exact didapatkan nilai p-value 0,181 > α (0,05) berdasarkan analisis tersebut maka Ho gagal ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi penderita kusta tentang dukungan keluarga dengan keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes

Tabel 1 Hasil Tabulasi Silang Persepsi Penderita Kusta tentang Dukungan Keluarga dengan Keteraturan Perawatan dan Pengobatan pada Penderita Kusta di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes, Agustus 2012 (n=58) Persepsi penderira kusta tentang dukungan keluarga Buruk Baik 0 Total 26 44, 8 Keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta Tidak Teratur Total teratur frek % frek % Frek % 33 10 0 0,0 33 10 0 0 23 2 8,0 25 92, 10 24 41, 4 0 58 10 0 p-value 0,181 PEMBAHASAN Gambaran persepsi penderita kusta tentang dukungan keluarga responden sebagian besar adalah buruk yaitu sebanyak 33 orang (56,9%). Hal ini dapat dilihat pada dukungan penghargaan, yaitu sebagian besar responden mengungkapkan bahwa anggota keluarga tidak pernah menghargai setiap aktivitas yang dilakukan oleh responden yaitu sebanyak 67,2%, selain itu pada dukungan emosional, sebagian besar responden juga mengungkapkan bahwa keluarga tidak pernah memberikan suasana rumah yang nyaman yaitu sebayak 62,1%. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Mardelia (2009),tentang gambaran dukungan keluarga pada penderita kusta di Puskesmas Krejengan, dengan hasil bahwa sebagian besar dukungan keluarga pada penderita kusta di Puskesmas Krejengan adalah buruk yaitu sebanyak 52 dari 96orang responden (54,2%). Dukungan keluarga berupa penghargaan dan emosial merupakan dukungan yang sering tidak disadari oleh keluarga namun perannya sangat penting bagi penderita kusta. Secara umum, dukungan penghargaan dan emosional kurang begitu diperhatikan, dukungan keluarga lebih berorientasi pada 5 Vol. 6 No. 2 Oktober 2013 : 97-107

masalah materi. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya keluarga dalam memotivasi dan memberikan pengahargaan setiap upaya aktivitas penderita kusta, dan keluarga tidak memperhatikan lingkungan dan kenyamanan rumah. Adanya anggota keluarga yang menderita kusta maka akan menimbulkan stresor terhadap anggota keluarga. Adanya stresor tersebut, maka akan anggota keluarga akan mengalami tahap adaptasi stres berupa gejala interpersonal, yaitu antara lain sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah mempersalahkan orang lain (Safaria, 2009). Gambaran keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta sebagian besar adalah tidak teratur yaitu sebanyak 56 orang (96,6%). Sebagian besar responden mengatakan tidak tepat waktu untuk melakukan pemeriksaan penyakitnya sesuai waktu yang telah ditetapkan sebanyak 67,2%, selain itu pada aktivitas 62,1% responden mengatakan tidak melakukan latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (2009), tentang hubungan dukungan keluarga dengan keteraturan berobat pada penderita kusta di Desa Buddagan Kab. Pamekasan, dengan hasil sebagian besar penderita kusta kurang teratur dalam melaksanakan program pengobatan yaitu sebanyak 42 dari 71 responden (59,1%). Hal ini dikerenakan pada umumnya penderita kusta yang mengalami kelumpuhan tidak dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain. Orang terdekat dengan penderita adalah keluarga dari penderita itu sendiri. Jika keluarga tidak empati dan kurang mendukung dengan program perawatan penderita, maka penderita tidak dapat melakukan perawatan secara mandiri. Kurangnya kemauan dari penderita kusta sendiri dalam melakukan perawatan dan pengobatan. Penderita penyakit kusta yang kronis pada umumnya sudah terbiasa dengan kondisi yang dialaminya. Selain itu, anggapan masyarakat yang negatif tentang penderita kusta, serta perasaan malu tentang kondisi fisik juga menyebabkan penderita menjadi enggan melakukan kunjungan ke puskesmas untuk berobat.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi Fisher Exact didapatkan nilai p-value 0,181 > α (0,05) maka Ho gagal ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fany (2009), tentang hubungan karakteristik dan dukungan keluarga dengankepatuhan pengobatan pada penderita kusta di Puskesmas Parakan Kabupaten Temanggung, bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pengobatan pada penderita kusta. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yahya (2010), dengan hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan sikap dan perilaku pencegahan kecacatan pada penderita kusta di Puskesmas Blado I Kabupaten Batang. Persepsi penderita kusta tentang dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga kepada penderita kusta buruk. Hal ini mengakibatkan penderita kusta tidak teratur dalam melakukan perawatan dan pengobatan. Keluarga merupakan orang terdekat dengan penderita, sehingga keluarga dapat mengetahui kebutuhan dan memotivasi bagi penderita untuk teratur dalam proses perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita kusta. Berkaitan dengan aktivitas masing-masing anggota keluarga juga menyebabkan intensitas dukungan keluarga tidak setiap saat bisa dilakukan, padahal penderita kusta harus melakukan perawatan secara teratur untuk mencegah komplikasi lebi lanjut. Dengan demikian maka penderita kusta menjadi tidak teratur dalam melakukan perawatan dan pengobatan terhadap penyakitnya. Dukungan keluarga yang buruk dapat dilihat dari beberara segi, antara lain dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informasional. Beberapa jenis dukungan keluarga tersebut saling berkaitan, sehingga jika dukungan keluarga buruk maka penderita kusta menjadi tidak teratur melakukan perawatan dan pengobatan terhadap penyakitnya. Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tenteram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan 7 Vol. 6 No. 2 Oktober 2013 : 97-107

menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik serta penderita serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya. Karena dalam pengobatan atau therapi penyakit kusta sangat membutuhkan waktu yang cukup lama. Dukungan dan partisipasi aktif dari keluarga sangat dibutuhkan. Selain dukungan keluarga, dukungan dari petugas kesehatan juga menentukan keberhasilan keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta (Friedman, 1998). PENUTUP Hasil penelitian yang dilakukan pada penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Banjarharjo Kabupaten Brebes dan diperoleh hasil sebagian besar responden termasuk kelompok usia dewasa tengah, mayoritas laki-laki, berpendidikan SD, bekerja sebagai buruh/tani, serta status perkawinannya menikah. Gambaran Persepsi penderita kusta tentang dukungan keluarga sebagian besar adalah buruk yaitu sebanyak 33 orang (56,9%), sebanyak 56 orang (96,6%) tidak teratur dalam perawatan dan pengobatan, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi penderita kusta tentang dukungan keluarga dengan keteraturan perawatan dan pengobatan pada penderita kusta di Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes, dengan nilai p-value 0,181 > α (0,05). Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap keberhasilan tujuan program pemerintah, sehingga peneliti menyarankan pentingnya peran serta keluarga sebagai orang terdekat penderita kusta untuk selalu mendukung dan ikut berperan aktif dalam perawatan dan pengobatan agar hasilnya bisa lebih maksimal. Selain itu puskesmas sebagai ujung tombak pelaksana program pemerintah harus lebih meningkatkan perannya baik melalui sosialisasi media massa atau pun dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, agar kedepannyamasyrakat semakin paham bagaimana merawat, memperlakukan penderita kusta, dan mencegah penyebarannya.

1 Andry Firmansyah : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang. 2 H. Edy Soesanto, S.Kp., M.Kes. : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. 3 Ns. Hj. Ernawati, S.Kep. : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Jakarta : Rineka Cipta. Depkes RI. (2003). Diagnosis, Klasifikasi dan Pengobatan Penyakit Kusta. Jakarta.. (2004). Diagnosis, Klasifikasi dan Pengobatan Penyakit Kusta. Jakarta.. (2005). Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVII. Jakarta: DITJEN PPM & PLP.. (2007). Model pelatihan Program P2 Kusta Bagi UPK. Jakarta: DITJEN PPM & PLP.. (2010). Buku Pedoman Eliminasi Kusta. Jakarta: DITJEN PPM & PLP. Dian, Sofianty. (2009). Memahami Seluk Beluk Penyakit Kusta, http://www.surabaya.ehealth.org, diakses tanggal 5 Desember 2011. Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes. (2008). Profil Kesehatan Kabupaten Brebes Tahun 2008. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2010). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010.(On-line). http:// www. depkes.go.id/prov%20jateng%202006.pdf. Diakses 26 Oktober 2011. 9 Vol. 6 No. 2 Oktober 2013 : 97-107

Fajar, N. (2002). Analisis Faktor Sosial Budaya dalam Keluarga yang MempengaruhiPengobatan Dini dan Keteraturan Berobat pada Penderita Kusta (Studi pada Keluarga Penderita Kusta di Kabupaten Gresik). (Online).http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php. Diakses 26 Oktober 2011. Friedman, M. (1998). Keperawatan Keluarga, teori dan praktek. Alih Bahasa : Ina Debora : Edisi 3. Jakarta : EGC Green, L. (1995). Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Halim, Agus. (2003). Dukungan Sosial Pada Penyandang Kusta. e-psikologi. Diakses tanggal 13 Agustus 2012 dari http://www.e-psikologi.com. Kyngas, R. (2005). Dampak Dukungan Keluarga terhadap Keberhasilan Terapi Penyakit Kronis. Diakses tanggal 10 Agustus 2012 dari http://www.keluarga.holisticcare.com. Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.. (2003). Pengantar Pendidikan dan Imu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan.cetakan ke dua, Jakarta: Rineka cipta. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitianlmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Puskesmas Banjarharjo. (2010). Profil Puskesmas Banjarharjo Tahun 2010. Safaria, T.E. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Santoso, Joko. (2008). Studi Deskriptif Dukungan Keluarga terhadap Penderita Kusta di RSUD Tugurejo Semarang. Semarang: Diklat RSUD Tugurejo. Sofiarini, W. (2004). Pengetahuan, Sikap, dan Peran Keluarga dalam Upaya Penyembuhan Penderita Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Kramatsari Kota Pekalongan. Sripsi. FKM Undip, Semarang. Sukirman. (2009). Kusta dalam Pandangan Keluarga. Diakses tanggal 13 Agustus 2012 dari http://www.keluarga_kusta.com. Suprayitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta, EGC.

Supriyono, A. (2009). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Keteraturan Berobat pada Penderita Kusta di Desa Buddagan Kab. Pamekasan. Universitas Indonesia Press. Susilo, Joko. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita Kustadi Puskesmas Panunggangan Kota Tangerang. Universitas Indonesia Press. WHO. (1980). Leprosy Elimination. Penerjemah: Sjamsoe S. Emmy. 2003. Kusta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Zulkifli. (2003). Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. (On-line). http://www.library.usu.ac.id. Diakses 10 Nopember 2011. 11 Vol. 6 No. 2 Oktober 2013 : 97-107