BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aas Assa adatul Muthi ah, 2015

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Budhi Wicoksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pemakai jalan raya. Ada bermacam-macam rambu lalu lintas yang dipasang baik

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS

TINJAUAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN DAN KEPATUHAN MASYARAKAT SUMENEP

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

terbanyak keempat didunia, menurut Akbar (2015), jumlah penduduk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DI BAWAH UMUR DI DESA RANCAMANYAR KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman, cepat, dan ekonomis. Bersamaan dengan meningkatnya arus jumlah masyarakat dan barang serta berkembangnya kota Surakarta yang merupakan kota kebudayaan dan perdagangan tentu meningkatkan pula kebutuhan akan jasa transportasi. Namun kenyataanya tidak diimbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, sehingga arus pergerakan yang terjadi tidak terdukung secara optimal baik segi kwantitas maupun kwalitas. Helm sudah mulai digunakan sebagai sarana keamanan pada tahun 1939, namun baru pada tahun 1967 Inggris menetapkan kewajiban memakai helm bagi pengendara sepeda motor. sayangnya sekalipun aturan tentang pemakaian helm sudah ada, penegakannya masih dipertanyakan dan dukungan terhadap peraturan tersebut masih minim (Mumtaz, dkk, 2007). Sebagaimana diketahui, prosedur untuk mendapatkan SIM berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Asumsi yang muncul dari faktor ini adalah wilayah yang menerapkan prosedur ketat dalam memberikan SIM berdampak pada rendahnya angka kecelakaan dan korban jiwa di 1

2 wilayah tersebut. Pengetatan prosedur ini dilakukan dengan beberapa cara diantaranya kewajiban calon pemegang SIM untuk mengikuti pelatihan dan pemberian materi berkendara yang dilakukan baik di dalam maupun diluar kelas. keefektifan kedua hal ini dinilai dari pengaruh keduanya terhadap jumlah korban meninggal akibat kecelakaan, pelanggaran lalu lintas dan pemakaian peralatan penunjang keamanan bagi pengendara sepeda motor (Daniello, dkk, 2009). Sikap terhadap sesuatu objek juga mempunyai hubungan dengan niat seseorang untuk melakukan berbagai tingkah laku berkaitan objek tertentu. Apabila telah terbentuk dengan mantap, sikap akan mempengaruhi pola pembentukan kepercayaan-kepercayaan baru. Begitu juga perlakuan tingkah laku tertentu mungkin akan membawa kepada kepercayaan-kepercayaan baru terhadap objek sikap itu dan akibatnya mempengaruhi sikap yang terbentuk (Chodidjah, 2006). Menurut Symmons dan Howarth (Suraji, 2010), kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh pengendara sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilakunya. Kelebihan kecepatan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan lalu lintas merupakan pelanggaran tertinggi dan menjadi penyebab kecelakaan. Selain itu, kelelahan dan pengaruh minuman keras dan obat-obattan (narkoba) juga menjadi penyebab kecelakaan walaupun tidak setinggi akibat kelebihan kecepatan. Kelelahan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengendara, bahkan kelelahan juga dapat

3 mempengaruhi konsentrasi dan berpotensi menimbulkan pelanggaran yang mengarah pada ketidakdisiplinan. Disiplin berlalulintas menurut Darrmawan (Yuwono, 2012) adalah proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kepatuhan, ketaatan, keteraturan, dan ketertiban tentang rambu-rambu lalulintas, masalah surat tanda bermotor (BPKB) dan SIM. Dapat disimpulkan bahwa sikap disiplin berlalulintas adalah serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kepatuhan, ketaatan, keteraturan, dan ketertiban tentang ramburambu lalulintas yang berlaku. Tabel 1 Jumlah pelanggaran tilang berdasarkan tingkat pendidikan No Tahun Bulan SMP SMA PT Jumlah 1 2010 Januari- 2056 15270 5444 22770 2 2011 Desember 2913 34422 8174 45509 (Sumber, Satlantas Surakarta) Menurut data pada pelanggaran tilang korps daerah Jawa Tengah resor surakarta mencatat terdapat 22770 kasus pelanggaran tilang ditinjau dari tingkat pendidikan, sepanjang tahun 2010. Pada tahun 2011 terdapat 45509 kasus pelanggaran tilang. Pelanggaran paling banyak terjadi karena banyak pengemudi tidak mematuhi peraturan misalnya pada kelengkapan surat seperti SIM (Surat izin mengemudi) dan STNK (Surat tanda nomor kendaraan), dan mengendarai sepeda motor curian sehingga surat-suratnya tidak lengkap.

4 Tabel 2 Jumlah kecelakaan lalulintas berdasarkan tingkat pendidikan No Tahun Bulan SMP SMA PT Jumlah 1 2010 Januari- 142 1189 85 1416 2 2011 Desember 150 325 75 550 (Sumber, Satlantas Surakarta) Korps daerah Jawa Tengah resor kota Surakarta mencatat terdapat 1416 kasus kecelakaan lalu lintas ditinjau dari tingkat pendidikan, sepanjang tahun 2010. Pada tahun 2011 terdapat 550 kasus kecelakaan lalu lintas. Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Di antaranya, dari faktor kondisi pengemudi misalnya kondisi kesehatan kurang baik, terlalu capek, ngantuk, mabuk, minum alcohol atau obat tidak sampai mengakibatkan hilang kesadaran, dan pengelihatan atau pendengaran kurang baik. Dari faktor kendaraan alat-alat rem tidak baik kerjanya, ban atau roda kondisinya kurang baik, tidak memenuhi aturan penerangan, dan menggunakan lampu yang menyilaukan kendaraan lain. Selanjutnya dari faktor jalan misalnya, jalan licin, tikungan yang terlalu tajam, jalur jalan yang menyempit, dan jalan berlubang. Dari tabel diatas dapat disimpulkan tingkat pendidikan SMA lebih banyak melakukan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas daripada tingkat pendidikan SMP dan Perguruan Tinggi. Semua itu terjadi karena banyak pengendara tidak membawa kelengkapan berkendara seperti SIM, STNK, dan mengendarai sepeda motor curian yang surat-suratnya tidak lengkap

5 dan masih banyak kecelakaan terjadi akibat dari faktor kondisi pengemudi, faktor kendaraan dan faktor jalan. Data pelanggaran dan data kecelakaan dari satlantas Surakarta dapat menunjukkan berapa banyak orang yang melakukan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di daerah Surakarta di tinjau dari tingkat pendidikan. Dari tabel menunjukkan pendidikan SMA lebih banyak melakukan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Sehingga dilihat dari tabel dapat menjadi acuan peneliti untuk melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan sikap disiplin berlalu lintas ditinjau dari tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap program peningkatan pengetahuan secara langsung dan secara tidak langsung terhadap perilaku. Pada umumnya pekerja yang berpendidikan rendah mempunyai ciri sulit untuk diajak bekerja sama dan kurang terbuka terhadap pembaruan. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Ariwibowo, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariwibowo menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula pola pikirnya dalam mencerna informasi-informasi yang dapat mendasari pola perilaku orang tersebut. Walaupun tingkat pendidikan

6 bukan merupakan satu-satunya faktor yang mendukung pola pikir seseorang namun dengan tingginya tingkat pendidikan seseorang maka seseorang tersebut cenderung lebih mudah menerima perubahan yang bersifat baik sedangkan seseorang yang tidak memiliki dasar tingkat pendidikan yang berkelanjutan akan bersifat tertutup dan sulit untuk menerima perubahan perilaku tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukarto (Huda dan Loso, 2011), menyatakan bahwa faktor pengemudi merupakan faktor penyebab kecelakaan yang paling besar pengaruhnya, yang antara lain disebabkan kurangnya pemahaman para pengemudi terhadap ketentuan dan persyaratan mengemudi, dalam survey lain ditemukan bahwa terdapat sepuluh penyebab utama terjadinya kecelakaan, enam diantaranya dipicu oleh sikap dan keteledoran pengemudi seperti ketidakdisiplinan, kelelahan, emosional dan karena pengaruh minuman keras atau narkoba. Dari survey dan data yang diperoleh peneliti mengambil subyek penelitian di Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Alasan memilih kota Surakarta sebagai tempat penelitian karena sesuai berita yang diterbitkan Koran Tribun Jogja yang terbit pada hari jumat, 7 Desember 2012, Surakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan pelanggaran lalu lintas terbanyak Se-Jawa Tengah, serta sesuai Koran online Soloblitz bahwa kecamatan Banjarsari menjadi wilayah yang mendominasi angka kecelakaan di Surakarta dengan 187 kejadian per Januari April 2013.

7 Pemicu dari kecelakaan dan kurangnya sikap tertib lalu lintas ini dikarenakan kurangnya pendidikan tentang lalu lintas, tidak menaati rambu-rambu yang sudah terpasang, dan tidak menggunakan helm sebagai keamanan berkendara. Melihat uraian di atas kecelakaan dikarenakan kurangnya pengetahuan berlalu lintas yang benar. Sehingga harapan dari peneliti yaitu untuk mengurangi kecelakaan dan pelanggaran berlalu lintas di jalan raya, maka perlu diberi pembelajaran sikap tertib berlalu lintas melalui pendidikan sejak dini. Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu: Apakah ada perbedaan sikap disiplin berlalu lintas ditinjau dari tingkat pendidikan?. Adapun judul dalam penelitian ini yaitu Perbedaan Sikap Disiplin Berlalu Lintas Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan. B. Tujuan Adapun penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut, yaitu 1. Untuk mengetahui perbedaan sikap disiplin berlalu lintas ditinjau dari tingkat pendidikan. 2. Untuk mengetahui tingkat disiplin berlalu lintas ditinjau dari tingkat pendidikan.

8 C. Manfaat Penelitian 1. Bagi Subjek Diharapkan subjek dapat mengerti aturan rambu-rambu lalu lintas untuk menghindari terjadi kecelakaan. 2. Bagi Kelurahan Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kelurahan untuk memberikan surat pengantar pembuatan SIM. Sesuai dengan peraturan yang telah dicantumkan dalam undang-undang. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian selanjutnya.