BAB I PENDAHULUAN. Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. baru menjadi era reformasi, pengelolaan keuangan daerah juga. mengalami perubahan. Pengelolaan keuangan daerah yang dulunya

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berjalan sejak tahun 1999-an

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi semacam new product dari sebuah industri bernama pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya kepada publik. Pemerintah merupakan entitas publik yang harus

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi di Indonesia setidaknya telah mengeluarkan dua undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat tersalurkan. Selain itu dalam Pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berhasil menjalankan tugas dengan baik atau tidak (Suprapto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap kepala daerah, hal ini bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang negara sesuai mekanisme yang ada. Laporan keuangan merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja sebuah entitas. Terutama untuk pemerintah daerah, laporan keuangan akan menjadi salah satu bahan penilaian yang penting, karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran tersebut tercantum dalam laporan keuangan. Kita dapat menjadikan laporan keuangan tersebut sebagai salah satu pertimbangan untuk menilai kinerja sebuah pemerintah daerah. Tentu pengguna dari laporan keuangan ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan keuangan. Tapi justru penggunanya adalah publik atau semua kalangan, karena uang negara yang dikelola dan digunakan oleh pemerintah daerah itu sebagian besar merupakan uang yang berasal dari pajak yang dipungut dari rakyat. Oleh karenanya ada sebuah badan yang harus menilai laporan keuangan tersebut dan menginformasikannya kembali kepada publik akan hasil penilaiannya. Dalam hal ini adalah BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang bertindak sebagai penilai laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah. Adapun beberapa peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan dan penyusunan laporan keuangan bagi pemerintah daerah adalah UU No 17 Tahun 1

2 2003 tentang Keuangan Negara yang mengatur keharusan setiap kepala daerah untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) kepada DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) berupa laporan keuangan yang telah diaudit BPK paling lambat enam bulan setelah tahun anggaran berakhir, setelah itu muncul PP No 24 Tahun 2005 yang sekarang telah diganti menjadi PP No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yang mewajibkan pemerintah daerah untuk menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan mulai tahun anggaran 2007 dan beberapa aturan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa setiap pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melakukan pengelolaan keuangan yang baik serta membuat pertanggungjawabannya melalui laporan keuangan yang diperjelas dengan kriteria yang diharapkan serta mekanisme yang harus dilakukannya. Laporan keuangan merupakan sebuah media informasi akuntansi untuk menyampaikan hasil kinerja pengelolaan keuangan kepada pihak lain. Agar informasi tersebut dapat bermanfaat bagi para penggunanya, maka sebuah informasi harus dapat memenuhi kualitas tertentu. Begitupun informasi yang terdapat dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi beberapa kriteria yang disebutkan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan, yaitu relevan, handal, dapat dibandingkan serta dapat dipahami. Namun, pada kenyataannya, dewasa ini setelah berbagai usaha dilakukan baik dari adanya peraturan serta dibuatnya lembaga pembina, namun LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) yang telah diperiksa BKP, menunjukkan kualitas yang masih jauh dari harapan. Berdasarkan data dari IHPS ( Ikhtisar Hasil

3 Pemeriksaan Semester) yang dikeluarkan BPK untuk semester satu tahun 2010, perkembangan opini yang diterima oleh LKPD di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun menunjukan hasil sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Opini LKPD LKPD OPINI JUMLAH WTP % WDP % TW % TMP % Tahun 2007 4 1% 283 60% 59 13% 123 26% 469 Tahun 2008 12 3% 324 67% 31 16% 116 24% 483 Tahun 2009 14 4% 259 74% 30 19% 45 13% 348 Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini terdapat penurunan jumlah LPKD yang mendapat opini dengan kategori paling buruk yaitu TMP (Tidak Memberikan Pendapat), namun tetap saja walaupun LPKD yang mendapat kualitas paling baik atau sesuai dengan harapan yaitu WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) mengalami peningkatan, peningkatannya tidak signifikan dan masih merupakan sebagian kecil dari keseluruhan LKPD yang diperiksa. Disamping itu, untuk semester satu tahun 2010, LKPD yang baru diperiksa BPK berjumlah 348, sedangkan total LKPD yang harus diperksa adalah 498. Beberapa diantaranya, terjadi disebabkan keterlambatan pemeriksaan dari BPK sendiri, dan sebagian lain disebabkan oleh keterlambatan penyampaian LKPD dari pihak pemerintah daerah sendiri. Hal ini menunjukan bahwa, kualitas laporan keuangan belum dikatakan baik karena tidak memenuhi salah satu unsur dalam karakteristik laporan keuangan yaitu relevan, karakteristik ini salah satu

4 unsurnya adalah laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu. Kondisi ini bermakna bahwa, masih banyak pemerintah daerah yang memiliki kekurangan dalam menyajikan laporan keuangannnya. Padahal ini merupakan hal yang sangat penting, karena lebih jauh hasil penilaian ini juga akan mempengaruhi pencitraan terhadap pemerintah daerah tersebut. Peningkatan kapabilitas pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah menjadi sangat penting seiring dengan meningkatnya alokasi dana bagi daerah dan sangat penting pula untuk memastikan keberhasilan pembangunan daerah. Seperti sudah dijelaskan di awal, bahwa pemerintah daerah bekerja berdasarkan anggaran, oleh karenanya, pada awal tahun harus selalu dibuat anggaran yang akan menjadi salah satu acuan pelaksanaan program kerja yang telah dicanangkan sebelumnya. Pembuatan anggaran yang disebut dengan APBD juga akan menjadi dasar acuan untuk dapat cairnya salah satu sumber penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah pusat yang berupa dana perimbangan yang salah satunya berupa DAK ( Dana Alokasi Khusus). Fenomena yang terjadi di lapangan dikatakan dalam artikel yang berjudul Keuangan Daerah Didera Banyak Masalah dalam Kompas Online 2 Februari 2009 menyebutkan bahwa akibat banyaknya masalah yang mendera keuangan daerah, pencairan dana ke sektor riil menjadi terhambat. Dari 510 pemerintah daerah, hanya 156 yang memperoleh dana alokasi khusus. Daerah lainnya dipastikan terlambat memperoleh dana alokasi khusus. Dengan demikian, pelaksanaan proyek atau program dipastikan terhambat dan akhirnya sumbangan pemerintah daerah terhadap perekonomian menjadi sangat minim. Beberapa alasan terjadinya hal ini

5 adalah karena pemda harus menunggu perhitungan final APBD 2008 dan harus menunggu BPK melakukan pemeriksaan. Selain itu, penyusunan program dan anggaran dari SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) juga tidak tuntas dengan cepat. Hal tersebut menunjukan pengelolaan keuangan daerah masih belum optimal, dimulai dari penyusunan APBD sampai proses pertanggungjawaban keuangan daerah sendiri yaitu pembuatan laporan keuangan masih memiliki banyak kekurangan. Begitupun untuk Kota Bandung yang merupakan salah satu ibu kota yang memilki potensi begitu besar dan menjadi salah satu pusat perekonomian di negara Indonesia. Pengelolaan keuangannya masih jauh dari harapan, hal ini seperti dikatakan dalam Pikiran Rakyat Online tanggal 13 Agustus 2010 bahwa BPK memberi opini Disclaimer (Menolak Memberikan Pendapat) terhadap LKPD Kota Bandung Tahun Anggaran 2009. Penilaian Disclaimer ini pertama kali diterima Kota Bandung, sebelumnya LKPD Kota Bandung mendapat penilaian WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Dari delapan LKPD kota kabupaten di Jawa Barat yang telah diperiksa BPK, tujuh diantaranya mendapatkan opini WDP dan satu TMP atau disclaimer, yang mendapatkan opini TMP ini adalah Kota Bandung. Ironis memang, selayaknya Kota Bandung dapat memberikan contoh kepada pemerintah kota atau kabupaten yang lain yang ada di Jawa barat, karena merupakan ibu kota dari Jawa Barat dan memiliki perekonomian yang sudah jauh lebih maju dibandingkan kota lainnya, sehingga seharusnya sudah memiliki pengalaman untuk mengelola keuangannya dengan baik. Namun kenyataannya

6 masih jauh dari harapan, kualitas laporan informasinya masih dapat dikatakan sangat minim atau kurang memadai. Selain akan berdampak pada pencitraan yang kurang baik, informasi yang terdapat dalam laporan tersebut akan sulit untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang relevan. Berdasarkan fenomena tersebut, dapat kita ambil sebuah kesimpulan yaitu masih terdapat kesenjangan antara harapan pemerintah pusat dan seluruh masyarakat tentang pemerintah daerah yang akuntabel serta transparan. Fakta di lapangan menunjukan sebagian besar pemerintah daerah termasuk Kota Bandung, masih belum melakukan pengelolaan serta pertanggungjawaban keuangannya dengan baik. Seperti kita ketahui bersama, dibaginya bidang ilmu menjadi kategori yang khusus adalah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dengan bidang tersebut. Sehingga terdapat para ahli yang bisa mempergunakan ilmunya agar ilmu tersebut bermanfaat untuk mencapai tujuan tertentu. Begitu juga dalam bidang keuangan, ada ilmu akuntansi yang harus digunakan oleh yang kompeten dalam bidang ini sehingga tujuan dari entitas pengguna dapat tercapai. Namun, hal ini akan tergantung dari manajemen yang mengelola sumber daya manusia, untuk menempatkan masing- masing individu pada posisi yang tepat dalam suatu entitas. Begitupun bagi pemerintah daerah, pada dasarnya yang harus membuat APBD serta laporan keuangan adalah orang yang berkompeten di bidang tersebut, agar hasil yang dicapai dapat optimal serta dapat tercipta pemerintah daerah yang akuntabel. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-undang nomor 43 tahun 1999

7 tentang pokok-pokok kepegawaian, ditegaskan bahwa pengangkatan PNS dalam suatu jabatan berdasarkan prinsip profesionalitas sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras/golongan. Namun pada kenyataannya, posisi pengelola keuangan masih banyak dipegang oleh orang yang di luar kompentensi keuangan. Fenomena ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pelaporan pada DPKAD (Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah) Kota Bandung yang menyebutkan bahwa salah satu kendala yang dialami dalam proses pelaporan salah satunya adalah minimnya SDM yang berlatar belakang akuntansi. Seperti dinyatakan dalam sebuah jurnal akuntansi keuangan tentang, Peningkatan Kapasitas Akuntan Pemerintah Melalui Standar Kompetensi Akuntan Pemerintah dengan Mengadopsi Sistem Pendidikan Akuntansi yang mengacu pada Internasional Education Standard Oleh Arie Pratama tahun 2010, bahwa untuk dapat mempertahankan mutu dan kualitas informasi akuntansi, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) sehingga memiliki pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan yang cukup. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iman Abdurachman (Universitas Padjadjaran) pada tahun 2009 tentang Pengaruh Kompetensi Aparatur terhadap Kualitas Laporan Keuangan Organisasi Perangkat Daerah. Penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan yaitu sebesar antara Kompetensi Aparatur terhadap Kualitas Laporan Keuangan Organisasi Pemerintah Daerah. Serta beberapa penelitian lain yang menunjukan

8 hubungan serupa. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan beberapa penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.2 Tabel Perbedaan dengan Penelitian terdahulu No Judul Hasil Penelitian Perbedaan 1. Pengaruh Kompetensi Aparatur terhadap Kualitas Laporan Keuangan organisasi Perangkat Daerah Iman Abdurachman 2009 2. Pengaruh Kompetensi Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Kabupaten/Kota Wilayah IV Propinsi Jawa Barat. Asep Sudradjat Terdapat pengaruh yang signifikan yaitu sebesar 32,9% antara Kompetensi Aparatur terhadap Kualitas Laporan Keuangan Organisasi Pemerintah Daerah Hasil penelitian menunjukan bahwa Kompetensi Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terdiri atas komptensi teknik (X 1 ), kompetensi sosial (X 2 ), dan kompetensi Sampel pada Penelitian ini adalah 26 OPD pada Kabupaten Purwakarta, menggunakan metode deskriptif analisis, sedangkan yang menjadi sampel penelitian penulis adalah 33 SKPD Kota Bandung dengan menggunakan metode asosiatif. Sampel pada Penelitian ini adalah 84 SKPD yang ada di Kabupaten/Kota Wilayah IV Propinsi Jawa Barat, dengan menggunakan metode deskriptif analitis, alat statistik yang digunakannya adalah analisa jalur (path

9 Hardipradja 2009 konseptual (X 3 ) secara simultan berpengaruh yaitu sebesar 52,2%. 3. Pengaruh Implementasi Hasil penelitian Pengendalian Internal Dan menunjukan bahwa Kompetensi PPK-SKPD impelementasi Terhadap Kualitas Laporan pengendalain Keuangan Di Lingkungan internal dan Pemerintah Kota kompetensi PPK- Tasikmalaya. SKPD berpengaruh positif secara Iman budiman 2010 simultan sebesar 33,6% dan secara parsial mempunyai pengaruh tidak langsung masingmasing sebesar 19,8% dan 13,8% terhadap kualitas laporan keuangan SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya 4. Peningkatan Kapasitas Salah satu hasil Akuntan Pemerintah penelitian Melalui Standar menunjukan bahwa analysis), sedangkan yang menjadi sampel penelitian penulis adalah 33 SKPD Kota Bandung dengan menggunakan metode asosiatif. Sampel pada Penelitian ini adalah seluruh SKPD di Tasikmalaya yaitu sebanyak 31 SKPD. dengan menggunakan metode deskriptif analitis, alat statistik yang digunakannya adalah analisa jalur (path analysis), sedangkan yang menjadi sampel penelitian penulis adalah 33 SKPD Kota Bandung dengan menggunakan metode asosiatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi-kualitatif,

10 Kompetensi Akuntan Pemerintah dengan Mengadopsi Sistem Pendidikan Akuntansi yang Mengacu pada International Education Standard Arie Pratama 2010 5. Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan Konsekuensi Ekonomis Zaenal Fanani 2009 di Pemerintahan Indonesia, kondisi SDM bidang Akuntansi sangat memprihatinkan yang ditunjukkan dengan SDM pengelola keuangan belum memiliki kompetensi yang memadai. Penelitian ini salah satu hasilnya menunjukan bahwa kinerja perusahaan merupakan salah satu faktor yang signifikan yang menunjukkan hubungan positif terhadap kualitas laporan keuangan. objek penelitiannya adalah kompetensi akuntan di pemerintah dan penyusunan standar akuntan pemerintah, sedangkan yang menjadi obyek penelitian penulis adalah kompetensi SDM, Peran auditor Internal serta Kualitas Laporan Keuangan dengan menggunakan metode asosiatif. Penelitian ini menggunakan metode kausal komparatif yang dilakukan pada tahun 2001-2006, yang menjadi sampel adalah perusahaan manufaktur. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian penulis adalah 33 SKPD Kota Bandung dengan menggunakan metode asosiatif. Sumber: Data diolah

11 Selain faktor SDM yang merupakan pihak yang membuat laporan tersebut, pihak pengawas yaitu auditor internal juga akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Peran dari seorang pemeriksa internal atau sering disebut auditor internal pemerintah, juga akan sangat berpengaruh karena sebagai pihak yang mengawasi mereka harus memastikan bahwa semuanya telah berjalan sesuai dengan prosedur sehingga kualitas informasi bisa terjaga. Seperti dinyatakan dalam Konvensi Nasional Akuntansi tahun 2009 pemaparan Peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam Pemberdayaan Kapasitas Pemerintahan oleh Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara, yaitu bahwa..peran kunci dari Auditor Internal Pemerintah untuk dapat memberikan keyakinan kepada eksekutif dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan pemerintah serta auditor eksternal dalam memberikan opini terhadap laporan keuangan pemerintah. Jadi kualitas laporan yang dihasilkan juga akan tergantung dari peran auditor internal dalam melakukan pemeriksaan ataupun pengarahan dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat dihasilkan sebuah laporan dengan kualitas yang benar- benar memadai dan dapat bermanfaat bagi para pengguna informasi tersebut dengan kata lain akan tergantung salah satunya dari kinerja mereka. Dengan demikian, diharapkan jika para auditor internal telah melakukan perannya dengan baik dapat mencegah terjadinya penilaian yang buruk dari BPK yaitu sebelumnya mereka dapat memastikan isi dari laporan yang telah disajikan oleh pihak eksekutif adalah sudah baik dan sesuai dengan standar yang ada.

12 Berbagai fenomena serta dikaitkan dengan beberapa penelitian yang ada sebelumnya, membuat penulis ingin mengetahui pengaruh dari kompentensi SDM serta peran dari auditor internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan pada Pemerintah Daerah Kota Bandung sebagai salah satu kota yang memilki perkembangan perekonomian yang cukup pesat di Indonesia. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Kompetensi SDM Keuangan dan Peran Auditor Internal Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dari berbagai fenomena yang ada, yang sebelumnya telah dipaparkan dalam latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah kompetensi SDM keuangan berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota bandung 2. Apakah peran auditor internal pemerintah berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota bandung 3. Apakah kompetensi SDM keuangan dan peran auditor internal pemerintah berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota bandung

13 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pengaruh yang ditimbulkan dari Kompetensi yang dimiliki oleh SDM Keuangan serta Peran Auditor Internal terhadap Kualitas Laporan Keuangan pada Pemerintah Daerah Kota Bandung 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi yang dimiliki oleh SDM keuangan secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Kota Bandung 2. Untuk mengetahui pengaruh peran auditor internal pemerintah secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan pada Pemerintah Daerah Kota Bandung 3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi yang dimiliki oleh SDM keuangan dan peran auditor internal pemerintah secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini sendiri merupakan salah satu cara untuk mempertajam analisis terhadap fenomena yang dikaitkan dengan teori yang ada. Penulis berharap penelitian ini memiliki kegunaan secara teoritis sebagai berikut:

14 1. Dapat bermanfaat bagi pengembangan teori untuk bidang ilmu akuntansi. Baik untuk akuntansi pemerintahan ataupun untuk akuntansi perilaku sendiri yang dewasa ini menjadi topik khusus bidang akuntasi yang sedang gencar untuk dikembangkan. 2. Penelitian ini dapat melengkapi temuan-temuan empiris sehingga dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu akuntansi di masa yang akan datang. 2.4.1 Kegunaan Praktis Adapun penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan secara praktis adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah daerah khususnya bagi pemerintah daerah Kota Bandung untuk dapat menentukan langkah strategi perbaikan pengelolaan keuangan serta pertanggungjawabannya kepada publik, sehingga dapat terciptanya pemerintahan yang akuntabel dan transparan. 2. Diharapkan akan terjadi perubahan citra tentang pemerintah daerah di masa yang akan datang, yang merupakan awal untuk menuju kemajuan Indonesia.