BAB I PENDAHULUAN. kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh RAUDATUL MAULIDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk pasien. World Health

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat pada pasien selama berada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

NASKAH PUBLIKASI EFEKTIVITAS VIDEO MODELLING HAND HYGIENE DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

BAB I PENDAHULUAN. 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang

7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok (one group pre-test post-test design) karena rancangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN PENGUNJUNG DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR

Variabel Indikator Lembar observasi Kepatuhan cuci tangan Melakukan cuci tangan sesuai dengan indikasi cuci tangan 5 momen. 6 langkah mencuci tangan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mencuci tangan sangatlah penting dilakukan terutama bagi setiap orang yang berada di pelayanan kesehatan. Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun atau handrub oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (Kemenkes, 2014). Mencuci tangan di pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya preventif yang dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai HAIs. Infeksi nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) merupakan masalah penting di seluruh dunia dan menjadi isu yang menarik untuk diteliti terutama tentang upaya pencegahan infeksi tersebut. Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun personil kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter urin, kasa pembalut atau perban dan cara yang keliru dalam menangani luka. Infeksi nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh personil yang ada di pelayanan kesehatan. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling berisiko terjadinya infeksi nosokomial, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke 1

2 petugas kesehatan, dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien (Rikayanti, 2014). Seringkali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, oleh karena itu sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection) sering disebut dengan Healthcare Associated Infections (HAIs), dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat saat melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit, selanjutnya disebut sebagai infeksi rumah sakit atau Hospital Infection. HAIs dapat terjadi baik dari saat perawatan atau datang berkunjung ke pelayanan kesehatan (Depkes, 2008). Infeksi nosokomial menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Septiari, 2012). Angka kejadian infeksi nosokomial belum bisa diketahui secara pasti. Berdasarkan survei prevalensi yang dilakukan WHO pada 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 wilayah (Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat), didapatkan 8.7% dari total pasien rumah sakit mengalami infeksi nosocomial. Frekuensi tertinggi infeksi nosocomial berasal dari wilayah Mediterania Timur dan Asia Tenggara berturut-turut 11.8% dan 10%, sedangkan prevalensi di Eropa dan Pasifik Barat berturut-turut 7.7% dan 9% (WHO, 2012). Menurut Kasmad tahun 2007 menyatakan bahwa di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, kejadian infeksi nosokomial jauh lebih tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan di dua kota besar Indonesia didapatkan angka

3 kejadian infeksi nosokomial sekitar 39%-60%. Selain itu, penelitian yang dilakukan Marwoto tahun 2007 menunjukkan bahwa kejadian infeksi nosokomial di lima rumah sakit pendidikan yaitu di RSUP Dr. Sardjito sebesar 7.94%, RSUD Dr. Soetomo sebesar 14.6%, RS Bekasi sebesar 5.06%, RSCM Jakarta sebesar 4.06%. Dari hasil observasi dan wawancara pra penelitian di Puskesmas Kasihan I dan puskesmas Sewon I 20 Maret 2016, didapatkan bahwa 10 dari 10 pengunjung mencuci tangan tidak sesuai dengan standar 6 langkah cuci tangan, 5 momen dan durasi waktu. Ketika mencuci tangan mereka hanya mencuci telapak tangan dan punggung tangan saja sehingga banyak bagian yang terlewatkan seperti sela-sela jari dan kuku yang merupakan tempat bersarangnya kuman. Terdapat 5 momen untuk melakukan cuci tangan di pelayanan kesehatan yaitu: 1) Sebelum menyentuh pasien, 2) Sebelum melakukan prosedur aseptik, 3) Setelah terpapar cairan tubuh/ beresiko, 4) Setelah menyentuh pasien, 5) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien (WHO, 2009). Data dari Riskesdas juga menunjukkan bahwa secara nasional tercatat hanya sebesar 23,2% yang berperilaku cuci tangan dengan benar. Sedangkan di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta hanya sebesar 32,8% (Riskesdas, 2007). Data proporsi penduduk umur 10 tahun yang berperilaku benar dalam cuci tangan menurut kabupaten/ kota, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta 2013 yaitu Gunung Kidul 55,7%, Kota Yogyakarta 53,7%, Sleman 52,6%, Bantul 46,3%, dan Kulon progo 35,7%. Data tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang cuci tangan dengan benar khususnya di Daerah Istimewa

4 Yogyakarta masih rendah, padahal dengan mencuci tangan dengan benar seseorang dapat terhindar dari infeksi di pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, edukasi cuci tangan dengan benar menggunakan metode jembatan keledai sangat tepat dilakukan. Jembatan keledai atau yang lebih dikenal dengan mnemonic merupakan sebuah metode untuk membantu memudahkan seseorang mengingat informasi/ kata secara lebih efektif dan mudah (Wolgemuth et al, 2008). Jembatan keledai efektif ketika mereka ingin mempercepat pembelajaran, mengurangi kebingungan antara barang serupa, dan meningkatkan ingatan jangka panjang (Shmidman et al, 2010). Dengan metode ini, diharapkan pengetahuan masyarakat tentang cuci tangan akan bertambah dan langkah ini bisa diterapkan sehari-hari tanpa takut lupa bagaimana mencuci tangan yang benar. Metode yang menarik akan membuat pengunjung tertarik untuk belajar. Metode jembatan keledai bekerja mengikuti cara kerja otak, sehingga memungkinkan akan mampu maksimal hasil yang akan dicapai pengunjung dalam memahami teknik cuci tangan dengan benar. Teknik mencuci tangan dengan benar apabila menggunakan jembatan keledai adalah TEPUNG SELACI PUPUT sebagai berikut: 1. Telapak tangan (Te): gosok kedua telapak tangan 2. Punggung tangan (Pung): gosok punggung dan sela-sela jari sisi luar tangan kiri dan sebaliknya 3. Sela-sela jari (Se): gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam 4. Kunci (Ci): jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

5 5. Putar (Pu): gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 6. Putar (Put): rapatkan ujung jari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri dengan cara memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari tangan sebaliknya. Metode tersebut lebih mudah diaplikasikan sehingga memungkinkan pengunjung untuk menguasai teknik mencuci tangan dengan benar. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh kartika tahun 2013 bahwa metode pembelajaran mnemonik atau jembatan keledai dapat meningkatkan kemampuan mengingat seseorang dalam suatu mata pelajaran. Mencuci tangan sangatlah penting dalam mengupayakan kebersihan diri, seperti yang tersebut dalam beberapa hadits berikut ini. Sesungguhnya Allah swt. itu baik, Dia menyukai kebaikan. Allah itu bersih, Dia menyukai kebersihan. Allah itu mulia, Dia menyukai kemuliaan. Allah itu dermawan ia menyukai kedermawanan maka bersihkanlah olehmu tempattempatmu (H.R. At Tirmizi: 2723). Islam itu adalah bersih, maka jadilah kalian orang yang bersih. Sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih. (H.R. Baihaqi).

6 Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh edukasi cuci tangan dengan metode jembatan keledai dalam meningkatkan pengetahuan cuci tangan pengunjung puskesmas Kasihan I dan puskesmas Sewon I Bantul. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut diatas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh edukasi cuci tangan dengan metode jembatan keledai dalam meningkatkan pengetahuan cuci tangan pengunjung Puskesmas Kasihan I dan Puskesmas Sewon I Bantul. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi cuci tangan dengan metode jembatan keledai dalam meningkatkan pengetahuan cuci tangan pengunjung puskesmas. 2. Tujuan Khusus: a. Mengetahui pengetahuan cuci tangan pengunjung puskesmas pada kelompok kontrol. b. Mengetahui pengetahuan cuci tangan pengunjung puskesmas pada kelompok perlakuan. c. Membandingkan pengetahuan cuci tangan pengunjung pada kelompok kontrol dan perlakuan.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Melengkapi konsep dan teori tentang urgensi atau pentingnya mencuci tangan dalam pencegahan infeksi nosokomial. 2. Manfaat Praktis Melengkapi referensi dan panduan tentang urgensi atau pentingnya mencuci tangan dalam pencegahan infeksi nosokomial.

8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti dan Tahun Penelitian Heru Iskandar (2014) Nikson, et al (2014) Judul Penelitian Metode Variabel Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan Pengaruh Modelling Media Video Cuci Tangan terhadap Kemampuan Cuci Tangan Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa SD Negeri 157 Palembang Kuasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest posttest, non probability total sampling. Pra eksperimen dengan one group pretest posttest, purposive sampling. Bebas: Pengaruh Modelling Media Video Cuci Tangan. Terikat: Kemampuan Cuci Tangan. Bebas: Pendidikan Kesehatan Terikat: Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun. Pada penelitian yang akan dilakukan ini variable bebasnya edukasi cuci tangan dengan metode jembatan keledai dan variable terikatnya adalah pengetahuan cuci tangan pengunjung puskesmas. Pada penelitian yang akan dilakukan ini variable bebasnya edukasi cuci tangan dengan metode jembatan keledai dan variable terikatnya adalah pengetahuan cuci tangan pengunjung puskesmas.

9 Sanyati, et al (2015) Pengaruh Edukasi Cuci Tangan terhadap Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien di RSUD Ungaran Pre Eksperimen dengan one group pretest posttest, teknik insidental sampling. Bebas: Pengaruh Edukasi Cuci Tangan Terikat: Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Pada penelitian yang akan dilakukan variable bebasnya edukasi cuci tangan dengan metode jembatan keledai dan variable terikatnya adalah pengetahuan cuci tangan pengunjung puskesmas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Edukasi a. Pengertian Edukasi Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmojo, 2003). Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu (Suliha, 2002). Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sudah semestinya usaha dalam menumbuh kembangkan pendidikan secara sistematis dan berkualitas perlu terus di upayakan, sehingga tujuan dari proses pendidikan dapat dicapai secara optimal. Pendidikan memiliki arti penting bagi individu, pendidikan lebih jauh memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Dalam konteks relasi sosial, khususnya dalam relasi antara masyarakat yang membutuhkan pendidikan pada tingkat dan jenjang tertentu melalui pendidikan formal dan pemerintah sebagai penyedia kebutuhan itu terdapat semacam muatan yang menjadi pengikat dalam relasi itu. Hubungan antara masyarakat dan pemerintah dengan salah satu muatannya adalah kebutuhan atas pendidikan dipahami dalam konteks organisasi, keberadaannya dapat dilihat dari sudut pandang muatan dalam jaringan sosial dalam suatu organisasi sosial (Agusyanto, 2007). 10