BAB II KAJIAN TEORI. perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Istilah cognitive berasal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. kita. Disadari atau tidak, pendidikanlah yang telah membuat kita menjadi lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIK

Abstrak. Pendahuluan. Anas et al., Analisis Deskriptif Soal Ujian Nasional Matematika...

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

KONSEP REVISI TAKSONOMI BLOOM DAN IMPLEMENTASINYA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SMP

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki

BAB II Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses. pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain.

1.Identitas mata pelajaran: berisi mata pelajaran yang akan diajarkan, kelas, semester, alokasi waktu yang digunakan dan banyaknya jam pertemuan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

Alamat Korespondensi : 1) Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan,

Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut...

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. Silabus 2. RPP

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) yang menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

TEORI BELAJAR KOGNITIF

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa,

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Menurut Ambarjaya (2012:7) pendidikan merupakan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

BAB II KAJIAN TEORI. diungkapkan kembali oleh siswa. 1. siswa adalah kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menerima,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penjabaran lebih lanjut dan sekaligus sebagai evaluasi dari KBK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

Enam Kategori pada Dimensi Proses Kognitif dan Proses-proses Kognitif Terkait. 1. MENGINGAl -Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing untuk menghadapi tantangan yang begitu kompleks. Upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi mewarnai dan menjadi salahsatu faktor penting penunjang aktifitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

SILABUS (HASIL REVISI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Proses Kognitif Arti kata proses dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Istilah cognitive berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Kognitif artinya berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Kognisi adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan dsb) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Menurut Monks (2006) kognisi adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian. Menurut Soemanto (1990) berpikir berarti meletakkan hubungan antarbagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Yang dimaksud dengan pengetahuan disini mencakup segala konsep, gagasan dan pengertian yang telah dimiliki atau diperoleh manusia. Menurut Kuswana (2013) berpikir merupakan suatu istilah yang digunakan dalam menggambarkan aktivitas mental, baik yang berupa tindakan yang disadari maupun yang tidak sepenuhnya disadari yang merupakan tindakan rutin, tetapi memerlukan perhatian la ngsung untuk bertindak ke arah 5

6 lebih sadar secara sengaja dan refleksi atau membawa ke aspek-aspek tertentu atas dasar pengalaman. Diperkuat menurut Walgito (2004) aktivitas berpikir tidak pernah lepas dari suatu situasi atau masalah. Gejala berpikir tidak berdiri sendiri, dalam aktivitasnya membutuhkan bantuan dari gejala jiwa yang lain. Misalnya pengamatan, tanggapan, ingatan dan sebagainya. Sifat dari berpikir adalah goal directed yaitu berpikir tentang sesuatu, untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Berpikir juga dapat dipandang sebagai pemrosesan informasi dari stimulus yang ada (starting position) sampai pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa berpikir itu merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respons. Begitu juga menurut Moosley (2005) istilah berpikir, dapat digunakan untuk merujuk pada beberapa hal. Diantaranya yaitu menjelaskan mengenai aktivitas mental, walaupun mungkin kita tidak sepenuhnya menyadari. Bentuk ini, termasuk dalam berpikir yang setengah sadar. Kemudian, setiap hari pun kita menerima informasi sesuatu, merenungkan sesuatu, melakukan sesuatu, bertindak terhadap sesuatu, atau menceritakan sesuatu dari hasil pengalaman. Semua hal itu, merupakan contoh-contoh yang erat kaitannya dengan proses berpikir. Jadi proses kognitif adalah runtutan perubahan yang melibatkan aktivitas mental, baik yang berupa tindakan yang disadari maupun yang tidak sepenuhnya disadari untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk mendapatkan sesuatu yang baru.

7 Menurut Piaget (Santrock,2014) kemampuan kognitif untuk siswa SMP sudah sampai pada tahap operasional formal. Pada tahap ini siswa melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran yang ideal dan membayangkan kemungkinan-kemungkinan. Mereka menyusun rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusinya. Dalam perkembangan kognitif tahap ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yaitu: kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis seorang remaja akan mampu berpikir hipotesis artinya berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang dia respons, sedangkan dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak artinya remaja akan mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak seperti ilmu matematika dengan luas dan lebih mendalam. Kemampuan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Taksonomi Bloom dapat digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar sedemikian sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitif mereka sepenuhnya. Menurut Hamzah (2014) evaluasi adalah sarana untuk mendapatkan informasi

8 yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data. Evaluasi dalam kegiatan belajar meupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar siswa yang dilakukan secara berkala dalam bentuk ujian, tugas maupun pengamatan oleh pengajar. Bentuk ujian meliputi ulangan harian, kuis, ulangan tengah semester, ujian akhir semester dan sebagainya. Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin W. Anderson, Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Terdapat beberapa alasan taksonomi Bloom yang lama perlu direvisi, yakni: (1) Taksonomi Bloom revisi dibutuhkan oleh pendidik masa kini karena pendidikan masih terkait dengan masalah-masalah desain pendidikan, penerapan program yang tepat, kurikulum standar, dan asesmen autentik. (2) Adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran-pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Taksonomi Bloom Revisi. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi: Gambar 2.1 Perubahan-perubahan pada Taksonomi Bloom Revisi

9 1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi. Alasan: a. Kata kerja merepresentasikan proses-proses kognitif yang dijelaskan dalam teori dan hasil penelitian kognitif. b. Kata kerja merupakan jenis-jenis proses yang lazim dijumpai dalam rumusan tujuan dan rencana unit pelajaran guru. 2. Perubahan hampir terjadi pada semua level, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan rendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat) Pada level 2, comperhension dipertegas menjadi understanding (memahami) Pada level 3, application diubah menjadi applying (mengaplikasikan) Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis) Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta) Pada level 6, evaluation turun posisinya menjadi level 6, dengan sebutan evaluating (menilai).

10 Jadi proses kognitif siswa menurut taksonomi Bloom ada enam kategori sebagai berikut: 1. Mengingat Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Diperkuat menurut Majid (2015) mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Menurut Sudjana (2001) ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpan dalam ingatan yaitu dibaca berulang-ulang menggunakan teknik mengingat (teknik memo), jembatan keledai, mengurutkan, dan membuat singkatan yang bermakna. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut. Spesifikasi proses kognitif yang berupa kata kerja untuk mendeskripsikan proses kognitif mengingat adalah mengenali dan mengingat kembali. a. Mengenali Proses mengenali artinya mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dalam memori jangka panjang untuk membandingkan dengan informasi yang baru saja diterima. Sedangkan menurut Majid (2015) mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan

11 dengan hal-hal yang kongkret misalnya usia. Dalam mengenali, siswa mencari di memori jangka panjang suatu informasi yang identik atau mirip sekali dengan informasi yang baru diterima (seperti terjadi dalam memori kerja). Jika menerima informasi baru, siswa menentukan apakah informasi tersebut sesuai dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya atau tidak; siswa mencari kesesuaian di antara keduanya. b. Mengingat kembali Proses mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang apabila terdapat petunjuk soal yang menghendaki demikian. Begitu juga menurut Majid (2015) memanggil kembali adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat. Dalam mengingat kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses. 2. Memahami Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau gambar/grafik yang disampaikan melalui pengajaran oleh guru, buku ataupun layar komputer. Sedangkan menurut Majid (2015) memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi. Diperkuat menurut Sudjana (2010) memahami misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh

12 lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengenal atau mengingat kembali. Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya, pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Lantaran konsep-konsep di otak seumpama blok-blok bangunan yang didalamnya berisi skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif. Skema, model dan teori ini merepresentasikan pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata dan distrukturkan, bagaimana bagian-bagian atau bit-bit informasi saling berkaitan secara sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum/meringkas, menyimpulkan, dan membandingkan. a. Menafsirkan Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat merubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain, misalnya berupa pengubahan kata-kata menjadi kata-kata lain, dari gambar menjadi kata-kata atau sebaliknya. b. Mencontohkan Proses kognitif mencontohkan terjadi jika siswa memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum. Mencontohkan

13 melibatkan proses identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip umum dan menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau membuat contoh. c. Mengklasifikasikan Proses kognitif mengklasifikasikan terjadi ketika siswa mengetahui sesuatu (contoh, benda atau fenomena) termasuk dalam kategori tertentu. Mengklasifikasikan melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau pola yang sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Mengklasifikasikan adalah proses kognitif yang melengkapi proses mencontohkan. Jika mencontohkan dimulai dengan konsep atau prinsip umum dan mengharuskan siswa menemukan contoh tertentu, mengklasifikasikan dimulai dengan contoh tertentu dan mengharuskan siswa menemukan konsep atau prinsip umum. d. Merangkum Proses kognitif merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan sebuah tema. Merangkum melibatkan proses membuat ringkasan informasi dan proses mengabstraksikan ringkasannya. e. Menyimpulkan Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam sejumlah contoh. Menyimpulkan terjadi ketika siswa dapat mengabstraksikan sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-

14 contoh tersebut dengan mencermati ciri-ciri setiap contohnya dan yang terpenting dengan menarik hubungan diantara ciri-ciri tersebut f. Membandingkan Proses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi. Membandingkan meliputi pencarian korespondensi satu-satu antara elemen-elemen dan pola-pola pada satu objek, peristiwa, atau ide lain. g. Menjelaskan Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem. Model ini dapat diturunkan dari teori atau didasarkan pada hasil penelitian atau pengalaman. Penjelasan yang lengkap melibatkan proses membuat model sebab-akibat, yang mencakup setiap bagian pokok dari suatu sistem atau setiap peristiwa penting dalam rangkaian peristiwa dan proses menggunakan model ini untuk menentukan bagaimana perubahan pada satu bagian dalam sistem tadi atau sebuah peristiwa dalam rangkaian peristiwa tersebut memengaruhi perubahan pada bagian lain. 3. Mengaplikasikan Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan suatu prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Soal latihan adalah tugas yang prosedur penyelesaiannya telah diketahui siswa, sehingga siswa menggunakannya secara rutin. Masalah adalah tugas yang

15 prosedur penyelesaiannya belum diketahui siswa, sehingga siswa harus mencari prosedur untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan. a. Mengeksekusi Dalam mengeksekusi, siswa secara rutin menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familier. Menurut Majid(2015) siswa dapat mengeksekusi ketika siswa sudah mengetahui informasi dalam soal dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan tugas harus dilalui dengan urutan tertentu, apabila langkah-langkah tersebut dilakukan dengan benar, hasilnya adalah jawaban tertentu pula. b. Mengimplementasikan Mengimplementasikan berlangsung saat siswa memilih dan menggunakan suatu prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier. Begitu juga menurut Majid (2015) mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui siswa atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu mengenali dan memahami permaasalahan terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

16 4. Menganalisis Menganalisis melibatkan proses menguraikan suatu permasalahan atau objek menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antara bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. a. Membedakan Membedakan melibatkan proses memilah-milih bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Membedakan terjadi sewaktu siswa mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan tidak penting, dan kemudian memperhatikan informasi yang relevan atau penting. b. Mengorganisasi Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen suatu keadaan dan mengenali bagaimana elemen-elemen tersebut membentuk sebuah struktur yang koheren. Dalam mengorganisasi, siswa membangun hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren antarpotongan informasi. Siswa mula-mula mengidentifikasi elemenelemen yang relevan atau penting dan kemudian menentukan sebuah struktur yang terbentuk dari elemen-elemen itu. c. Mengatribusikan Mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai atau tujuan dibalik komunikasi.

17 Mengatribusikan melibatkan proses dekontruksi, yang didalamnya siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru. 5. Mengevaluasi Mengevaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi. Standar-standarnya bisa bersifat kualitatif atau kuantitatif. Spesifikasi proses kognitif yang berupa kata kerja untuk mendeskripsikan proses kognitif mengevaluasi adalah memeriksa dan mengkritik. a. Memeriksa Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsisten atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Misalnya, memeriksa terjadi ketika siswa menguji apakah suatu kesimpulan sesuai dengan premispremisnya atau tidak, apakah data-datanya mendukung atau menolak hipotesis, atau apakah suatu bahan pelajaran berisikan bagian-bagian yang saling bertentangan. Dalam matematika, memeriksa terjadi ketika siswa memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada. b. Mengkritik Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses baik kelebihan maupun kekurangannya berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian

18 berdasarkan ciri-ciri tersebut. Dalam pelajaran matematika, misalnya tujuannya adalah belajar menilai manakah dari dua metode yang lebih efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah. 6. Mencipta Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren dan fungsional. Proses mencipta(kreatif) dapat dibagi menjadi tiga tahap: yang pertama penggambaran masalah yang didalamnya siswa berusaha memahami tugas dan mencari solusinya, yang kedua perencanaan solusi yang didalamnya siswa mengkaji kemungkinankemungkinan dan membuat rencana yang dapat dilakukan, yang ketiga eksekusi solusi yang didalamnya siswa berhasil merencanakan rencananya dengan baik. Mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu : merumuskan, merencanakan dan memproduksi. a. Merumuskan Merumuskan melibatkan proses menggambarkan suatu masalah dan membuat pilihan atau hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut. b. Merencanakan Merencanakan melibatkan proses merancang suatu metode atau strategi penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya. Merencanakan adalah mempraktikan langkah-langkah untuk menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah. c. Memproduksi

19 Memproduksi melibatkan proses menjalankan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Berdasarkan pendapat Bloom yang disempurnakan oleh Lorin W. Anderson maka dalam penelitian ini mengambil empat proses kognitif dengan deskripsi sebagai berikut. Proses Kognitif Deskripsi Mengingat Kemampuan menyebutkan kembali informasi atau pengetahuan dalam ingatan. Memahami Kemampuan mengkontruksi pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Mengaplikasikan Kemampuan menggunakan prosedur tertentu untuk menyelesaikan latihan soal atau menyelesaikan masalah. Menganalisis Kemampuan menguraikan suatu permasalahan menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan keterkaitan dari tiaptiap bagian tersebut. B. Materi Geometri Menurut Adjie (2006) geometri sebagai salahsatu sistem matematika, didalamnya memiliki banyak konsep, mulai dari unsur primitif atau unsur tak terdefinisi, unsur yang terdefinisi aksioma atau postulat dan akhirnya pada teorema atau dalil. Contoh unsur yang tak terdefinisi, misalnya titik, garis, kurva dan bidang. Sedangkan beberapa unsur yang terdefinisi misalnya sinar, setengah garis, ruas garis, kesejajaran, sudut, segitiga, poligon dan lain-lain. Kemudian menurut Windayana (2007) geometri telah dianggap sebagai sebuah abstraksi dari dunia nyata atau sebuah model yang membantu pikiran atau logika. Jadi geometri merupakan bagian dari matematika yang dianggap sebagai sebuah abstraksi dari dunia nyata yang membantu pikiran atau logika.

20 Menurut Silabus Kelas VIII Semester Genap untuk Materi Pokok/Pembelajaan mengenai lingkaran, kubus, balok, prisma tegak dan limas. Materi dalam penelitian ini mengenai kubus dan balok. SK : 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian bagiannya, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus,balok, prisma dan limas. Proses Kognitif Indikator Proses Kognitif pada materi geometri Mengingat 5.3.1 Mengenali, mengingat kembali rumus luas permukaan dan volume bangun kubus dan balok. Memahami 5.3.2 Memahami, menentukan luas permukaan dan volume bangun kubus dan balok. Mengaplikasikan 5.3.3 Mengaplikasikan rumus luas permukaan dan volume bangun kubus dan balok. Menganalisis 5.3.4 Menganalisis luas permukaan dan volume kubus dan balok. Contoh soal : 1. Tuliskan rumus volume kubus beserta keterangannya. Penyelesaian: Diketahui : kubus Ditanya : rumus volume kubus Jawab : Volume Kubus = = Ket :

21 2. Panjang rusuk sebuah kubus 10. Jika rusuk-rusuknya diperpendek kalinya. Tentukan perbandingan volume kubus sebelum dan sesudah rusuknya diperpendek. Jawab : Diketahui : rusuk kubus sebelum =, volume kubus sebelum = rusuk kubus sesudah = =, volume kubus sesudah = Ditanya : perbandingan volume kubus = Jawab : Menentukan = Menentukan Menentukan v v r cm Perbandingan volume = = = Jadi perbandingan volume kubus sebelum dan sesudah rusuknya diperpendek adalah

22 3. Sebuah bak mandi berbentuk kubus dengan panjang rusuk bagian dalam cm. Jika bak mandi tersebut diisi air yang mengalir dengan debit liter/menit sampai penuh, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan? Penyelesaian: Diketahui : rusuk kubus = debit aliran air = volume bak = volume kubus = Ditanya : lama waktu mengisi air Jawab : = = = = Lama waktu mengisi air = = = Jadi lama waktu mengisi air =. 4. Nisa dan Ayu pergi ke toko untuk membeli masing-masing sebuah kotak kado berbentuk balok. Ukuran kotak kado Nisa yaitu tutup kotak Nisa

23 mempunyai luas 120, sisi depan mempunyai luas dan sisi samping mempunyai luas. Sedangkan volume kotak kado Ayu yaitu. Tentukan perbandingan volume antara kotak kado Nisa dan Ayu. Jawab : Diketahui : Ukuran kotak kado Nisa luas tutup kotak luas sisi depan kotak luas sisi samping kotak volume kotak kado Nisa Volume kotak kado Ayu Ditanya : perbandingan volume antara kotak kado Nisa dan Ayu. Jawab : Ukuran kotak kado Nisa Misal : panjang, lebar dan tinggi..(1).(2) (3) Subtitusikan persamaan (3) ke persamaan (1) :

24 (4) Subtitusikan persamaan (2) ke persamaan (4) : jadi Jadi, ukuran kotak Nisa adalah,, dan Perbandingan antara volume kotak Nisa dan Ayu Jadi, perbandingan antara volume kotak Nisa dan Ayu adalah

25 C. Penelitian Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Batul (2014) dengan judul representasi proses berpikir matematik siswa dapat diambil kesimpulan bahwa proses berpikir matematik siswa meliputi tahapan mengingat, memahami dan mengaplikasikan. Siswa yang dapat mencapai tingkat kemampuan berpikir matematik sampai tahap mengingat sebanyak tiga siswa atau 37,5%. Siswa yang dapat mencapai tingkat kemampuan berpikir matematik sampai tahap memahami sebanyak dua siswa atau 25%. Siswa yang dapat mencapai tingkat kemampuan berpikir matematik sampai tahap mengaplikasikan sebanyak tiga siswa atau 37,5%. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mahmud Efendi (2012) dengan judul analisis proses kognitif siswa dapat diambil kesimpulan untuk hasil analisis proses kognitif dari 64 siswa, pada tahap kemampuan mengingat pencapaian siswa cukup baik yaitu 75,52%, pada tahap kemampuan memahami pencapaian siswa kurang baik yaitu 48,96%, pada tahap kemampuan mengaplikasikan pencapaian siswa sangat kurang baik yaitu 34,90% dan pada tahap kemampuan menganalisis pencapaian siswa tidak baik yaitu 3,13%. D. Kerangka Pikir Proses kognitif adalah runtutan perubahan yang melibatkan aktivitas mental, baik yang berupa tindakan yang disadari maupun yang tidak sepenuhnya disadari untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Taksonomi Bloom yang telah direvisi Lorin W. Anderson

26 mengklasifikasikan proses kognitif meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Mengingat adalah kemampuan menyebutkan kembali informasi atau pengetahuan dalam ingatan. Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau gambar/grafik yang disampaikan melalui pengajaran oleh guru, buku ataupun layar komputer. Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan suatu prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengevaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren dan fungsional. Penelitian ini kami akan membatasi tentang proses kognitif siswa untuk tingkat SMP, hanya sampai pada tingkat menganalisis khususnya pada mata pelajaran matematika. National Council Of Teacher Of Mathematics(2000) telah menetapkan lima standar isi dalam matematika yaitu bilangan dan operasinya, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data dan peluang. Geometri merupakan bagian dalam matematika. Materi geometri dalam penelitian ini meliputi bangun kubus dan balok. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan proses kognitif siswa sampai tahap menganalisis pada materi geometri yang meliputi bangun kubus dan balok. Penelitian ini akan dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 4 Purwokerto. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pra-riset untuk

27 mendapatkan data awal siswa. Setelah itu membuat instrumen tes berupa soal tes dan pedoman wawancara untuk melakukan pengumpulan atau pengambilan data. Kemudian melakukan penelitian dengan memberikan soal tes dan untuk melakukan penajaman analisa data yang belum terekam didalam sampel maka dilakukan wawancara kepada sembilan siswa. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.