PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Alat kromatografi gas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

BAB III METODE PENELITIAN

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

PENGARUH ph PADA PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI ISOLASI DENGAN PELARUT ETER SECARA KCKT

BAB III METODE PERCOBAAN

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan

LAPORANPRAKTIKUM AnalisaTabletVitaminCdenganHPLC (High PerformanceLiquidChromatography)

III. BAHAN DAN METODE

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Kopi bubuk. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

BAB III METODE PENELITIAN

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

4 Hasil dan Pembahasan

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

Transkripsi:

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Afdhil Arel 1), B.A. Martinus 1), Romi Nofiandri 1) 1) Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang INTISARI Telah dilakukan penelitian tentang penetapan kadar kofein dalam minuman berenergi yang beredar dipasaran secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Minuman energi ini difraksinasi dengan kloroform. Hasil fraksi kloroform diuapkan dengan rotary evaporator. Kadar kofein diukur dengan kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom LC- 20AD dengan panjang 25 cm dan detektor SPD-20MAD dengan panjang gelombang 272nm. Fase gerak yang digunakan Metanol : Air (50:50)dengan laju alir 1 ml/menit. Dari hasil penelitian didapatkan kadar kofein dalam 1 botol sampel Kr =27,73 mg, M =34,14 mg,, Pm=28,41 mg dan sampel Lv =69,78 mg. Hasil tersebut sampel Lv yang melebihi batas yang telah ditentukan oleh SNI No. 01-6684-2002 yaitu kurang dari 50 mg persaji. Kata Kunci : KCKT (Kromatografi cair kinerja tinggi, Koffein ABSTRACT This research is telling about estimating amount of coffeine cosumption in energy drink which available in the market with HPLC method. Energy drink filtrat fractionated with chloroform and chloroforom fractionation evaporated by rotary evaporator. Coffein amount measured by HPLC using column LC- 20 AD ( Length 20 cm ) and detector SPD 20 MAD (λ 272 nm) with mobile phase methanol : water (50:50). Amount estimating of coffein from this research in 1 bottle Sample Kr =27,7264 mg, M =34,140 mg, Pm=28,41 mg and sample Lv= 69,78 mg. The results sample Lv that exceed the limit set by SNI Num. 01-6684-2002 is less than 50 mg. Keywords: HPLC(high performance liquid chromatography), Coffeine PENDAHULUAN Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dan upaya kesehatan adalah kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Setiap orang memiliki hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka pemerintah telah mengusahakan berbagai cara dan upaya sebagaimana dijelaskan dalam Undang Undang No. 23 tahun 1992, yaitu penyelenggaraan kesehatan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 10 yang dilakukan melalui beberapa kegiatan, dimana salah satu dari kegiatan itu adalah pengamanan makanan dan minuman (Departemen Kesehatan, 1992). Di kota Padang banyak dijual minuman berenergi yang sebagian besar pembeli atau pengguna minuman berenergi adalah para pengemudi kendaraan, khususnya para supir bus antar kota. Minuman berenergi memungkinkan para supir untuk selalu waspada saat berkendara, karena minuman berenergi dapat memberi efek tidak mudah lelah dan ngantuk, karena di dalam minuman berenergi terdapat komposisi kofein yang berperan sebagai zat aktif yang dapat menimbulkan efek tidak mudah ngantuk dan dapat menjaga stamina tubuh. Kofein sebagai zat stimulan tingkat sedang memang seringkali dituding sebagai penyebab kecanduan. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi 19

dalam jumlah yang sangat banyak dan rutin. Namun kecanduan kofein berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang dalam satu dua hari setelah konsumsi (Moore, 2001). Pemerintah telah menetapkan standar kofein pada minuman berenergi yaitu SNI No 01-6684-2002 tentang minuman berenergi. Tujuan dari SNI tersebut adalah untuk melindungi konsumen dari efek negatif kafein yang berlebih. Namun disisi lain, konsentrasi kofein yang telah ditentukan tersebut tidak memberikan efek stamina yang instan bagi konsumen, sehingga dimungkinkan ada produsen yang meningkatkan kadar kafeinnya untuk menghasilkan efek yang cepat bagi pengkonsumsinya. Kadar maksimum pada minuman berenergi berdasarkan peraturan menurut SNI No 01-6684- 2002 yaitu 50 mg persaji (SNI, 2002). Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah kandungan kofein dalam minuman berenergi kemasan botol yang beredar di daerah kota Padang memenuhi syarat atau tidak. Metode yang digunakan dalam penetapan kadar kofein pada minuman berenergi kemasan botol yang beredar di daerah kota Padang, yaitu menggunakan metoda kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Pemilihan Metode ini dikarenakan waktu analisis cepat, daya pisah baik memiliki kepekaan yang tinggi bisa untuk molekul besar dan kecil mudah untuk memperoleh kembali cuplikan (Johnson & Stevenson, 1991). METODE PENELITIAN Bahan Minuman berenergi, etanol, reagen Parry, NH4OH pekat, asam klorida, kalium klorat, natrium sulfat, kloroform p.a, aquabidest, metanol p.a, kofein pembanding kimia. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi : HPLC SHIMADZU, UV- VIS detector, kolom vp ods C18 dengan panjang kolom 50 x 4,6, Volume injector (20 µl), timbangan analitik, labu ukur, pipet ukur, erlenmeyer, gelas piala, corong, pipet tetes, cawan penguap, batang pengaduk, corong pisah, penyaring membrane milipore 0,22 mm, alat untuk menghilangkan gas yang terdapat dalam larutan (Branson 1800), rotary evaporator, kertas saring PROSEDUR PENELITIAN Pengambilan Sampel Sampel yang diambil adalah Minuman berenergi dari merek Kr, Pm, Lv dan M yang beredar di pasaran kota Padang. Dari masing- masing produk diambil empat sampel dengan nomor batch, tanggal kadaluwarsa dan waktu produksi yang sama, sehingga sampel dianggap homogen. Ekstraksi Kofein dalam Sampel Siapkan minuman berkofein seperti minuman berenergi, ambil sebanyak 50mL. Masukan ke corong pisah dan difraksinasi dengan 4 x 25 ml kloroform selama 15 menit. Kloroform akan memisahkan kafein dari minuman, akan terbentuk 2 lapisan air dan kloroform. Kemudian lapisan kloroform dipisahkan, gabungkan hasil fraksinasi dari masingmasing kloroform. Tambahkan Na2SO4 anhidrat yang berfungsi sebagai pengikat air pada kloroform, kemudian disaring. Kloroform hasil saringan diuapkan menggunakan rotary evaporator maka akan terbentuk ekstrak kental Pembuatan larutan Standar Timbang 50 mg kofein standar, dilarutkan dengan air dalam labu ukur 100 ml, kemudian tambahkan aquabidest sampai tanda batas hingga didapatkan konsentrasi kafein standar 500 µg/ml. Penentuan dan Pemilihan Kondisi Analisa a. Panjang gelombang serapan maksimum Dibuat larutan standar kofein 15 µg/ml dengan melakukan pengenceran dari larutan standar 500 µg/ml. Kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometerdidapatkan panjang gelombang 272 nm. 20

b. Fase gerak Fase gerak yang digunakan adalah methanol : air dengan perbandingan (50:50). c. Kecepatan alir Kecepatan alir yang digunakan adalah 0,8 ml/menit dan 1,0 ml/menit. Untuk pemilihan kondisi analisa, dibuat larutan standar kofein 30 µg/ml dengan melakukan pengenceran dari larutan standar kofein 500 µg/ml. Kemudian diinjeksikan larutan tersebut sebanyak 20 µl ke alat KCKT pada panjang gelombang maksimum, dengan kecepatan 0,8 ml/menit dan 1,0 ml/menit, dengan fase gerak metanol : air (50:50). Pembuatan kurva kalibrasi Dari larutan standar kofein dengan konsentrasi 500 µg/ml, dipipet 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml berturut-turut dan dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml, dicukupkan volumenya dengan fase gerak sampai tanda batas hingga diperoleh konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 µg/ml. Kemudian masing- masing konsentrasi diinjeksikan sebanyak 20 µl ke alat KCKT dengan kondisi analisa terpilih, lalu dianalisis hubungan antara konsentrasi dengan luas puncak kromatogram dan dicari persamaan regresi linearnya. Validasi Metoda Analisis a. Linieritas Larutan standar dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 µg/ml diinjeksikan sebanyak 20 µl ke dalam sistem KCKT. Kurva kalibrasi dibuat dengan memplot konsentrasi dan luas puncak pada masing-masing konsentrasi. Harga koefisen korelasi (r) ditentukan dengan persamaan regresi linier : y = a + bx. b. Sensitifitas Sensitifitas ditentukan dari perhitungan nilai batas deteksi (BD) dan nilai batas kuantitasi (BK). Penentuan BD dan BK dihitung dari persamaan regresi kurva kalibrasi yang diperoleh dan dari data simpangan baku. c. Presisi Larutan standar kofein dengan konsentrasi 40 µg/ml, dipipet 0,1 ml. Kemudian dimasukkan ke labu ukur 10 ml dan dicukupkan volumenya dengan fase gerak. Lalu saring dengan penyaring membrane milipore 0,22 mm dan diinjeksikan 20 µl ke sistem KCKT, dielusi dengan fase gerak yang. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali. Lalu dihitung simpangan baku dan koefisien variasinya (KV). Penetapan Kadar Kofein Ekstrak Sampel dicukupkan dengan methanol sampai 10 ml, di pipet 3 ml masukan dalam labu 10 ml cukupkan dengan methanol, sehingga terbentuk larutan ekstrak kemudian di pipet 2 ml encerkan dengan methanol dalam labu 50 ml, Hasil yang diperoleh diinjeksikan 20 µl ke alat KCKT. Kromatogram yang diperoleh dibandingkan dengan kromatogram baku pembanding dan kadarnya dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Setelah dilakukan penelitian tentang penetapan kadar kofein dalam minuman berenergi secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), maka diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Identifikasi kofein dalam sampel dengan menggunakan reagen Parry memberikan hasil negatif, reaksi murexid memberikan hasil yang positif, reaksi murexid memberikan warna merah keunguan yang menandakan adanya kofein dalam sampel. 2. Penentuan dan pemilihan kondisi analisa dilakukan pada fase gerak metanol : air dengan tiga perbandingan dan laju alir 0,8 dan 1 ml/menit. Pada laju alir 0,8 ml/menit dengan fase gerak metanol : air (20:80) diperoleh waktu retensi 21

kofein pada 7,454 menit dengan jumlah plat teoritis 17094.158 dan nilai HETP 8,775. Pada fase gerak metanol : air (70:30) diperoleh waktu retensi kofein 4,694 menit dengan jumlah plat teoritis 2075.508 dan nilai HETP 72,271. Sedangkan untuk laju alir 1 ml/menit pada fase gerak metanol : air (50:50) diperoleh waktu retensi kofein lebih cepat 3,554 menit dengan jumlah plat teoritis 5416.594 dan nilai HETP 27,639. 3. Pada pembuatan kurva kalibrasi dengan pelarut metanol menggunakan sederetan larutan standar (10, 20, 30, 40, dan 50 µg/ml) diperoleh persamaan regresi linear y = a + bx. 4. Untuk pengujian linearitas, berdasarkan perhitungan statistik regresi linier diperoleh nilai koefisien korelasi untuk baku kofein adalah 0,9995. 5. Untuk batas deteksi dan batas kuantitasi, dari hasil pengujian diperoleh batas deteksi kofein pada konsentrasi 1,806913532 µg/ml dan batas kuantitasi pada konsentrasi 6,023045 µg/ml. 6. Dari hasil uji presisi dengan baku kofein konsentrasi 40 µg/ml diperoleh nilai simpangan baku 6,46510 dan KV 1,598%. Perhitungan kadar kofein dalam 1 botol (150 ml), Sampel Kr =27,73 mg, sampel M =34,14 mg, sampel Lv =69,78 mg, sampel Pm=28,41 mg Pembahasan Pada penelitian ini digunakan empat sampel minuman energi yang beredar di pasaran kota padang pemilihan sampel ini dikarenakan banyak dikonsumsi oleh masyarakat, dan dikatakan juga memiliki kadar kofein yang tinggi. Berdasarkan SNI tentang minuman energi, kadar kofein yang terdapat pada Minuman energi kurang dari 50 mg. Oleh karena itu perlu kiranya di lakukan penelitian untuk mengetahui dan menetukan kadar konsumsi kofein dalam Minuman energi. Untuk data pendukung dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif dari kofein pada sampel minuman energi. Untuk menarik kofein dalam minuman energi dilakukan fraksinasi dengan kloroform karena kofein larut dalam 6 bagian kloroform. Metoda fraksinasi ini dilakukan dalam corong pisah. Setelah fraksinasi selesai, seluruh fraksi kloroform digabungkan dan diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Proses penguapan berjalan dalam keadaan vakum sehingga kloroform dapat menguap dengan mudah, bahkan sebelum mencapai titik didihnya. Dengan demikian proses penguapan dapat berjalan lebih cepat dan juga dapat mengatasi kemungkinan rusaknya sampel karena pemanasan yang terlalu lama. Analisis kofein secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan reaksi murexid dan reagen Parry. Reagen Parry menggunakan kobal nitrat dalam metanol tidak memberikan warna hijau. Reaksi murexid akan memberikan warna merah violet bila di uap amoniak dan hilang dengan penambahan alkali kuat. Timbul nya warna ini karena adanya pemecahan oksidatif struktur purin. Penetapan kadar konsumsi kofein pada penelitian ini dilakukan menggunakan metoda kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Metoda ini dipilih karena tidak memakan waktu yang cukup lama dan memiliki ketepatan dan ketelitian yang relatif tinggi (Rohman, 2009). Metoda kromatografi yang digunakan adalah fase terbalik, dimana fase diam yang digunakan adalam colom LC- 20 AD yang bersifat non polar dan fase geraknya metanol : air yang bersifat polar. Pengukuran panjang gelombang maksimum kofein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang 200-400nm dan diperoleh penjang gelombang serapan maksimum kofein dalam metanol pada 272 nm dengan nilai absorban 0,622. Panjang gelombang ini yang akan digunakan pada detektor pada KCKT. Dalam kondisi pemilihan optimum ada beberapa faktor yang perlu di perhatikan, yaitu nilai efisiensi kolom (N), HETP, waktu retensi dan puncak kromatogram yang dihasilkan. Efisiensi kolom (N) adalah jumlah plat teori sedangkan HETP adalah tinggi setara lempeng teoritis. Kolom yang baik akan 22

mempunyai nilai N yang tinggi dan HETP yang rendah. Waktu retensi adalah waktu yang dibutuhkan oleh analit mulai saat injeksi sampai keluar dari kolom. Kromatogram yang baik memiliki waktu retensi yang pendek dengan puncak yang tajam dan tidak lebar serta pemisahan yang jelas. Berdasarkan data- data yang diperoleh untuk pemelihan kondisi optimum, fase gerak metanol: air ( 50 : 50) dengan laju alir 1 ml/menit memberikan hasil yang paling baik karena memiliki nilai N yang tinggi dan HETP yang rendah. Selain itu juga puncak yang dihasilkan tajam dan tidak lebar serta waktu retensi yang tidak terlalu lama yaitu, 3,554 menit, Waktu retensi ini tidak mutlak bahkan dapat bergeser, ini dapat terjadi karena beberapa hal yaitu perbedaan waktu retensi, lamanya menginjeksi, pemutaran valve dan pengupan selektif dari fase gerak. Validasi metoda analisis dilakukan untuk memastikan bahwa beberapa parameter metoda analisis yang digunakan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, terutama untuk menjamin bahwa metoda analisis tersebut memberikan hasil yang cermat dan handal sehingga dapat dipercaya. Parameter tersebut meliputi linearitas, batas deteksi, dan batas kuantitas. Linearitas merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x ) (Rohman, 2009). Berdasarkan perhitungan statistik regresi linear kurva kalibrasi diperoleh persaman regresi linear y = 55904,9 + 57286,99x. Dengan koefisiensi korelasi (r) = 0,9995. Nilai (r) tersebut mendekati 1, menunjukkan bahwa kurva kalibrasi yang dibuat telah membentuk satu garis lurus linear. Batas deteksi merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi dan memberikan respon yang signifikan, sedangkan batas kuantitas merupakan jumlah terkecil analit yang msih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Dari hasil pengujian diperoleh batas deteksi pada konsentrasi 1,806913532 µg/ml dan batas kuantitas pada konsentrasi 6,023045 µg/ml. Hasil pengukuran konsentrasi larutan sampel menunjukkan bahwa konsentrasi tidak melewati batas deteksi dan batas kuantitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari hasil pengukuran tidak memenuhi kriteria cermat dan seksama. Hasil pemeriksaan kadar kofein masing masing sampel menggunakan persamaan regresi linier didapatkan kadar kofein dalam sampel minuman energi. Sampel Kr =27,73 mg, sampel M =34,14 mg, sampel Lv =69,78 mg, sampel Pm=28,41 mg Dari penetapan kadar keempat jenis sampel tersebut, pada sampel Lv terdapat kadar kofein yang lebih tinggi melebihi batas yg telah ditentukan oleh SNI No. 01-6684-2002. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar kofein dalam 1 botol (150mL) sampel Kr =27,73 mg, M =34,14 mg,, Pm=28,41 mg dan sampel Lv =69,78 mg. Pada hasil tersebut sampel Lv yang melebihi batas yang telah ditentukan oleh SNI No. 01-6684-2002 yaitu kurang dari 50 mg persaji. Saran Pada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan analisa kuantitatif kofein pada jenis bahan minuman lain dan kepada masyarakat terutama anak anak dan orang dewasa sebagai konsumen agar tidak berlebihan dalam mengkosumsi minuman berenergi DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan, 1992. Undang- Undang Tentang Kesehatan Nomor 23. Jakart Johnson, E. and L., Stevenson, R., 1991, Dasar Kromatografi Cair, Penerbit ITB, Bandung, 1-54. Moore, 2001, Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi Dua. Jakarta. Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta. Standar Nasional Indonesia, Minuman Energi, No. 01-6684- 2002. 23