Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC
|
|
- Erlin Yuwono
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH KOMPOSISI FASA GERAK PADA PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DAN KAFEIN DALAM KOPI KEMASAN MENGGUNAKAN METODE KCKT (KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI) Auliya Puspitaningtyas, Surjani Wonorahardjo, Neena Zakia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi fasa gerak terhadap penetapan kadar asam benzoat dan kafein, serta mengetahui kadar asam benzoat dan kafein dalam kopi kemasan. Tahapan penelitian ada dua langkah pokok yaitu (1). Optimasi kondisi analisis yang meliputi penentuan masing-masing λ maksimum asam benzoat dan kafein menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, standart asam benzoat dan kafein dianalisis dalam berbagai komposisi fasa gerak menggunakan KCKT, dan pemilihan komposisi fasa gerak yang baik untuk analisis asam benzoat dan kafein menggunakan KCKT; (2) Penetapan kadar asam benzoat dan kafein dalam sampel, sebelumnya dilakukan beberapa tahapan yaitu pretreatment sampel untuk memisahkan asam benzoat dan kafein dari masing-masing sampel, pembuatan kurva kalibrasi larutan standart asam benzoat dan larutan standart kafein menggunakan komposisi fasa gerak terpilih, dan analisis sampel menggunakan komposisi fasa gerak terpilih. Fasa gerak terpilih yang digunakan adalah campuran metanol dan buffer asetat dengan perbandingan 50:50 dan 60:40. Kadar asam benzoat pada komposisi fase gerak 50:50 sampel A 20,5 ppm dan sampel B 12 ppm, untuk komposisi fase gerak 60:40 sampel A 35 ppm dan sampel B 41,5 ppm. Kadar kafein pada komposisi fase gerak 50:50 sampel A 6,5 ppm dan sampel B 11,5 ppm, untuk komposisi fase gerak 60:40 sampel A 22 ppm dan sampel B 37 ppm. Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT Abstract: This research is done to determine the effect of mobile phase composition on benzoic acid and caffeine and determine benzoic acid and caffeine in instant coffee package. This study conducted in the laboratory which consists of several steps: (1). Optimization of analysis condition that comprise determining each λ maximum of benzoic acid and caffeine using UV-Vis Spectrophotometer, benzoic acid and caffeine standard analyzed on various mobile phase composition using HPLC, the best selection of mobile phase composition for benzoic acid and caffeine using HPLC, (2) Determination benzoic acid and caffeine contains in samples, previously done several steps, sample pretreatment for separating benzoic acid and caffeine from sample, making the calibration curve for benzoic acid and caffeine solution standard, and analysis of sample using selected mobile phase composition. The selected mobile phase is the mixture of methanol and buffer acetate within comparison 50:50 and 60:40. The content of benzoic acid at mobile phase composition 50:50 for sample A 20,5 ppm and sample B 12 ppm, at mobile phase composition 60:40 for sample A 35 ppm and sample B 41,5 ppm. The content of caffeine at mobile phase composition 50:50 for sample A of 6.5 ppm and sample B 11.5 ppm, at mobile phase composition of 60:40 for sample A 22 ppm and sample B 37 ppm. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC PENDAHULUAN Jenis bahan pengawet yang sering digunakan dalam makanan untuk menghambat pertumbuhan jamur, ragi, dan beberapa bakteri adalah asam benzoat. Bahan pengawet ini biasanya digunakan dalam bentuk garam benzoat yang lebih mudah larut dalam air dibanding bentuk asamnya yaitu natrium benzoat (PerMenKes No.772, 1988). Selain bahan pengawet, beberapa minuman kemasan juga mengandung kafein yang berfungsi
2 untuk merangsang sistem saraf pusat sehingga dapat mengusir rasa kantuk dan lelah secara sementara. Jenis minuman kemasan tersebut antara lain jenis minuman ringan, minuman berenergi, teh kemasan, dan kopi kemasan. Pada penelitian sebelumnya McDevitt et al (1998) menganalisis asam benzoat dan kafein pada minuman ringan menggunakan spektrofotometri ultra violet (UV), dan El-Ziney (2009) menganalisis kandungan asam benzoat yang terdapat pada beberapa minuman ringan dan minuman berenergi dengan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometer). Metode spektrofotometri UV memiliki kelebihan antara lain sampel dapat langsung dianalisis meskipun tanpa preparasi dan sampel tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Sedangkan kelemahannya antara lain, penentuan kadar sampel berdasarkan banyaknya sinar yang diserap oleh sampel sehingga hasil yang diperoleh belum tentu sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Selain itu, banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain yang juga menyerap sinar pada panjang gelombang UV tersebut, sehingga dapat menimbulkan bias pada hasil analisis (Riyadi, 2009). Pada metode GC-MS, sampel yang akan dianalisis harus memenuhi persyaratan antara lain sampel mudah menguap, mudah diuapkan, dan tidak rusak karena panas (Anonymous, 2012). Perlu adanya metode lain yang mampu menutupi kelemahan yang dimiliki oleh metode spektrofotometri UV dan GC-MS. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi yang selanjutnya disingkat dengan KCKT. Metode KCKT termasuk suatu teknik kromatografi kolom dengan fase gerak berupa cairan dan fase diam berupa padatan yang terdapat pada kolom. Kelebihan yang dimiliki oleh KCKT antara lain mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan baik, memiliki kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi, dapat menggunakan berbagai detektor, kolom dapat digunakan kembali, memisahkan zat yang labil dan tidak mudah menguap, dilakukan pada suhu kamar, serta ideal untuk pemisahan ion dan molekul besar (Johnson dan Stevenson, 1991). Metode analisis KCKT dapat digunakan untuk analisis secara kualitatif maupun kuantitatif senyawa-senyawa yang terdapat dalam sampel. Penelitian yang menggunakan metode KCKT dilakukan oleh Ree, M dan Stoa, E (2011) untuk menetapkan kandungan aspartam, asam benzoat, kafein, dan sakarin dalam minuman ringan bebas gula. Fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol dengan buffer fosfat ph 3 (20:80), kolom XB-C18 (50 L x 4,6 mm), dengan panjang gelombang 220 nm dan 270 nm. Penelitian lain juga dilakukan oleh Techakriengkrai, I dan Surakarntul, R (2007) menggunakan metode KCKT untuk menganalisis asam benzoat dan asam sorbat pada minuman ringan menggunakan fase gerak metanol dengan buffer ammonium asetat (60:40), dan penelitian yang dilakukan oleh Saad, B dkk (2004) juga menggunakan metode KCKT untuk menganalisis bahan pengawet pada makanan dengan fase gerak metanol dengan buffer ammonium asetat (50:50). Fase gerak yang digunakan oleh Techakriengkrai, I dan Surakarntul, R (2007) dan Saad, B dkk (2004) berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ree, M dan Stoa, E (2011). Perbedaan dari ketiga penellitian tersebut terletak pada jenis buffer yang digunakan yaitu buffer ammonium asetat dan buffer fosfat, sedangkan pelarut yang lain sama-sama menggunakan metanol. Techakriengkrai, I dan Surakarntul, R (2007) dan Saad, B dkk (2004) menggunakan jenis fase gerak yang sama dengan perbandingan komposisi yang berbeda. Hasil dari ketiga penelitian yang diperoleh tidak dapat dibandingkan karena sampel yang digunakan berbeda. Dalam KCKT, fase gerak selain
3 berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen campuran menuju detektor, fase gerak merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses analisis (Hendayana, 2010). Terhadap kopi kemasan yang digunakan sebagai sampel dilakukan ekstraksi pelarut sebelum dianalisis menggunakan KCKT. Ekstraksi pelarut merupakan metode pemisahan yang sering digunakan dalam laboratorium untuk mengisolasi satu atau lebih komponen dari suatu campuran (Khopkar, 1990). Prinsip metode ekstraksi pelarut didasarkan pada distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi terhadap kopi kemasan dilakukan untuk menghilangkan unsur lain yang mungkin akan mengganggu proses analisis. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang pengaruh komposisi fase gerak pada penentuan kadar asam benzoat dan kafein yang terdapat pada kopi kemasan dengan metode KCKT menggunakan fase gerak campuran metanol dan buffer ammonium asetat. METODE Rancangan Penelitian Tahap penelitian meliputi dua langkah pokok yaitu: (1) Optimasi kondisi analisis yang meliputi beberapa tahap yaitu (a) Penentuan masing-masing λ maksimum asam benzoat dan kafein menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, (b) Standart asam benzoat dan kafein dianalisis dalam berbagai komposisi fase gerak menggunakan KCKT, (c) Pemilihan komposisi fase gerak yang baik untuk analisis asam benzoat dan kafein menggunakan KCKT; (2) Penetapan kadar asam benzoat dan kafein dalam sampel, sebelumnya dilakukan beberapa tahapan yaitu (a) Pretreatment sampel untuk memisahkan asam benzoat dan kafein dari masing-masing sampel, (b) Pembuatan kurva kalibrasi larutan standart asam benzoat dan larutan standart kafein menggunakan komposisi fase gerak terpilih (b) Analisis sampel menggunakan komposisi fase gerak terpilih. Prosedur Kerja 1. Ektraksi Asam Benzoat dan Kafein dalam Sampel Kopi Ekstraksi asam benzoat dilakukan dengan mengambil sebanyak 150 mg kopi bubuk kemasan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml dan ditambah dengan larutan NaCl jenuh secukupnya, larutan tersebut dibuat basa dengan menambahkan larutan NaOH 10%, selanjutnya ditambah larutan NaCl jenuh sampai tanda batas dan diaduk konstan selama 2 jam kemudian disaring sehingga diperoleh filtrat yang bebas bubuk kopi. Filtrat hasil saringan diambil sebanyak 25 ml dan dimasukkan dalam corong pisah 100 ml untuk diekstraksi menggunakan kloroform, sebelumnya ditambah dengan HCl sebanyak 1,25 ml. Ekstraksi dilakukan secara bertingkat dengan 18,5 ml; 12,5 ml; 10 ml; 7,5 ml kloroform. Fase organik dari hasil ekstraksi dimasukkan dalam gelas kimia 250 ml yang telah berisi air sebanyak 50 ml, selanjutnya didestilasi untuk menghilangkan fase organiknya (kloroform) sehingga diperoleh asam benzoat yang terlarut dalam air. Sedangkan untuk ekstraksi kafein, sebanyak 25 g kopi bubuk kemasan dimasukkan dalam timbel, kemudian dimasukkan dalam rangkaian alat sohlet yang telah berisi 300 ml metanol, selanjutnya diekstraksi selama 3 jam. Ekstrak kopi dalam metanol disaring dengan pompa vakum menggunakan kertas saring Whatman Φ 41. Ekstrak kopi yang telah disaring diambil sebanyak 100 ml untuk dimasukkan dalam gelas kimia 250 ml yang telah berisi 12,5 g MgO. Campuran tersebut selanjutnya
4 ditambah dengan 75 ml air dan diaduk konstan disertai pemanasan selama ± 10 menit. Setelah itu, campuran disaring, residu sisa penyaringan dicuci dengan 125 ml dan 63 ml air panas secara bergantian. Filtrat dari kedua penyaringan dicampurkan dan disaring kembali menggunakan pompa vakum. Selanjutnya, keseluruhan filtrat yang dihasilkan ditambah dengan H 2 SO 4 10% sebanyak 12,5 ml. Campuran tersebut dipanaskan dan diuapkan sampai tersisa 1/3 volume awal, setelah itu disaring dalam keadaan panas dan didinginkan. Setelah dingin, filtrat dimasukkan dalam corong pisah 250 ml dan diekstraksi dengan 7,5 ml kloroform. Lapisan organik hasil ekstraksi dimasukkan dalam gelas kimia 500 ml dan ditambah dengan larutan NaOH 1% sampai warnanya hilang, kemudian ditambah air dengan volume sama dengan volume larutan NaOH 1% yang ditambahkan dan didestilasi untuk menghilangkan pelarut organiknya. 2. Pembuatan Larutan a. Pembuatan Larutan Penyangga Amonium Asetat ph 4 Sebanyak 7,7 gram amonium asetat dimasukkan dalam labu ukur 1000 ml, kemudian ditambah aquabides sampai kira-kira volume 900 ml dan ditambah dengan asam asetat glasial sampai ph 4 yang diukur menggunakan kertas indikator universal. Selanjutnya, campuran tersebut ditambahkan aquabides sampai batas. b. Pembuatan Larutan Induk Asam Benzoat dan Kafein Pembuatan larutan induk asam benzoat dan kafein masing-masing 100 ppm. Larutan induk asam benzoat dibuat dengan menimbang sebanyak 10 mg asam benzoat. Asam benzoat tersebut dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambah aquabides sampai batas dan dikocok sehingga dihasilkan larutan induk asam benzoat 100 ppm. Larutan induk kafein dibuat dengan menimbang sebanyak 10 mg kafein. Kafein tersebut dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian ditambah aquabides sampai tanda batas dan dikocok. c. Pembuatan Larutan Standart Asam Benzoat dan Kafein Larutan induk asam benzoat dan kafein 100 ppm digunakan untuk membuat larutan standar. Larutan induk asam benzoat diencerkan dengan aquabides menjadi 5 ppm, 10 ppm, dan 20 ppm dengan cara mengambil 2,5 ml; 5 ml; dan 10 ml, kemudian dimasukkan dalam 3 labu ukur 50 ml yang berbeda secara berturut-turut. Larutan induk kafein diencerkan dengan aquabides menjadi 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm dan 50 ppm dengan cara mengambil 2,5 ml; 5 ml; 10 ml; dan 25 ml, dimasukkan dalam 4 labu ukur 50 ml yang berbeda secara berturut-turut. d. Pembuatan Larutan Sampel Sebanyak 5 ml ekstrak asam benzoat dan kafein masing-masing diencerkan dalam labu ukur 50 ml dengan aquabides sampai tanda batas. Larutan yang akan dianalisis disaring terlebih dahulu menggunakan Cellulose Nitrate Membrane Filtrat 0,45 µm. 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks ) Penentuan λ maks dilakukan dengan menganalisis larutan standart asam benzoat dan kafein menggunakan spektrofotometer UV-Vis. λ maks (panjang gelombang maksimal) yang diperoleh digunakan untuk analisis larutan standart dan sampel pada instrument KCKT Shimadzu. 4. Optimasi Kondisi Analisis dengan KCKT Larutan standart asam benzoat dan kafein masing-masing 20 ppm dalam pelarut aquabides disuntikkan sebanyak 100 µl ke dalam kolom secara bergantian menggunakan fase gerak campuran matanol dan buffer asetat ph 4,4 dengan berbagai komposisi yaitu 10:90; 20:80; 30:70; 40:60; 50:50; 60:40; 70:30; 80:20; 90:10. Panjang
5 gelombang yang digunakan untuk mendapat kondisi optimum adalah panjang gelombang maksimum asam benzoat dan kafein yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Komposisi yang memberikan hasil pemisahan terbaik berdasarkan waktu retensi dan bentuk puncak digunakan untuk pembuatan kurva kalibrasi dan analisis penetapan kadar asam benzoat dan kafein pada masing-masing sampel. 5. Penetapan kadar asam benzoat dan kafein Kondisi analisis terpilih digunakan untuk menganalisis 100 µl sampel disuntikkan ke dalam kolom dan diamati waktu retensi puncak-puncak yang dihasilkan oleh sampel. Apabila puncak-puncak tersebut mempunyai waktu retensi yang kurang lebih sama dengan waktu retensi puncak bahan baku pembanding asam benzoat dan kafein, maka dapat disimpulkan bahwa pada sampel terdapat zat-zat tersebut. Analisis Data Kadar asam benzoat dan kafein ditentukan melalui persamaan garis yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Nilai luas area setiap sampel yang dianalisis menggunakan KCKT disubstitusikan ke dalam persamaan garis, sehingga diperoleh kadar asam benzoat dan kafein. HASIL 1. Ekstraksi Asam Benzoat dan Kafein dalam Sampel Kopi a. Ekstraksi Asam Benzoat Fase organik hasil ekstraksi bertahap dikumpulkan dalam gelas kimia 250 ml yang telah berisi air sebanyak 50 ml. Campuran air dan fase organik tersebut selanjutnya didestilasi pada suhu ± 60 C untuk menghilangkan kloroform, setelah kloroform dalam campuran tersebut menguap seluruhnya destilasi dihentikan. Larutan sisa destilasi didinginkan, setelah dingin dilakukan analisis menggunakan KCKT. b. Ekstraksi Kafein Fase organik hasil ekstraksi dimasukkan dalam gelas kimia 500 ml dan ditambah dengan larutan NaOH 1% sampai warnanya memudar sekitar 50 ml, kemudian ditambah air dengan volume yang sama dengan volume NaOH 1% yang ditambahkan yaitu 50 ml, kemudian didestilasi untuk menghilangkan fase organik. Sisa hasil destilasi tersebut didinginkan dan dianalisis menggunakan KCKT. 2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Hasil dari pengukuran menggunakan spektrofotometer menunjukkan bahwa asam benzoat terdeteksi pada panjang gelombang 222 nm dan kafein terdeteksi pada panjang gelombang 272 nm. Panjang gelombang yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk analisis larutan standart dan sampel pada instrument KCKT Shimadzu. 3. Komposisi Fase Gerak pada Instrumen KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) Shimadzu Data waktu retensi dan luas area komposisi fase gerak terpilih yang diperoleh dari standart asam benzoat dan kafein disajikan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Data Waktu Retensi dan Luas Area Komposisi Fase Gerak Terpilih Standart Asam Benzoat 200 ppm pada λ 222 nm Variasi fase gerak Asam Benzoat Waktu retensi (menit) Luas Area 50 : 50 5, : 40 4,
6 Tabel 2. Data Waktu Retensi dan Luas Area Komposisi Fase Gerak Terpilih Standart Kafein 200 ppm pada λ 272 nm Variasi fase gerak Kafein Waktu retensi (menit) Luas Area 50 : 50 3, : 40 3, Pembuatan Kurva Kalibrasi Data hasil pengukuran larutan standart asam benzoat dan kafein untuk membuat kurva kalibrasi disajikan pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Data Hasil Pengukuran Larutan Standart Asam Benzoat untuk Membuat Kurva Kalibrasi Konsentrasi (x) ppm Luas Area Standart Asam Benzoat 50 : : Tabel 4. Data Hasil Pengukuran Larutan Standart Kafein untuk Membuat Kurva Kalibrasi Konsentrasi (x) ppm Luas Area Standart Kafein 50 : : Data yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk pembuatan kurva kalibrasi asam benzoat dan kurva kalibrasi kafein, sehingga diperoleh persamaan garis regresi pada masing-masing kondisi, persamaan regresi garis tersebut disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Persamaan Garis Regresi untuk Asam Benzoat dan Kafein Berdasarkan Kurva Kalibrasi Perbandingan Asam Benzoat λ (222 nm) Kafein λ (272 nm) Fase gerak Persamaan Regresi r Persamaan Regresi r 50:50 y = 69104x ,998 y = 61944x :40 y = 85961x y = 65545x , Hasil Kadar Asam Benzoat dan Kafein dalam Sampel Kopi Kemasan Sampel yang digunakan adalah dua macam kopi bubuk kemasan yang telah mendapat perlakuan sehingga diperoleh ekstrak asam benzoat A dan B, serta ekstrak kafein A dan B. Hasil analisis dengan KCKT adalah waktu retensi dan luas area. Data luas area disubstitusikan ke persamaan garis regresi, selanjutnya dikalikan dengan faktor pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi asam benzoat dan kafein dalam masing-masing sampel yang disajikan pada Tabel 6, 7, 8 dan 9. Tabel 6. Data Konsentrasi Ekstrak Asam Benzoat dalam Sampel Kopi Kemasan A Konsentrasi (ppm) Variasi fase gerak λ Persamaan Regresi Faktor Pengenceran 50:50 0,41 20, :40 0, 7 35
7 Tabel 7. Data Konsentrasi Ekstrak Asam Benzoat dalam Sampel Kopi Kemasan B Variasi fase gerak λ Kadar Asam Benzoat (ppm) Persamaan Regresi Faktor Pengenceran 50 : , : 40 0,83 41,5 Tabel 4.12 Data Konsentrasi Ekstrak Kafein dalam Sampel Kopi Kemasan A Konsentrasi (ppm) Variasi fase gerak λ Persamaan Regresi Faktor Pengenceran 50;50 0,13 6, :40 0,44 22 Tabel 4.13 Data Konsentrasi Ekstrak Kafein dalam Sampel Kopi Kemasan B Kadar Kafein (ppm) Variasi fase gerak λ Persamaan Regresi Faktor Pengenceran 50;50 0,23 11, :40 0,74 37 PEMBAHASAN 1. Ekstraksi Asam Benzoat dan Kafein dalam Sampel Kopi a. Ekstraksi Asam Benzoat Bubuk kopi yang akan diekstraksi dilarutkan terlebih dahulu dalam larutan NaCl jenuh yang disertai dengan pengadukan secara konstan selama 2 jam dengan tujuan menjenuhkan larutan sampel agar asam benzoat yang terkandung dalam sampel terikat dalam larutan sebagai natrium benzoat. Larutan selanjutnya ditambah larutan HCl agar sifat larutan yang semula basa menjadi netral dan mengubah natrium benzoat yang terlarut dalam larutan kembali ke bentuk semula yaitu asam benzoat. Tahap ekstraksi dilakukan secara bertahap menggunakan kloroform dengan tujuan hasil ekstraksi lebih maksimal. Fase organik yang dihasilkan dari ekstraksi ditambahkan air untuk mencuci fase organik tersebut, selanjutnya dilakukan destilasi pada suhu ± 30 o C untuk menghilangkan fase organik (kloroform) dari campuran sehingga hanya tersisa fase air. Suhu destilasi merupakan setengah dari titik didih kloroform, hal tersebut dilakukan agar penguapan terjadi secara perlahan sehingga kloroform terpisah dari fase air dengan baik. Fase air inilah yang dianalisis menggunakan KCKT. b. Ekstraksi Kafein Ekstraksi kafein dilakukan dengan metode soxhlet dengan pelarut yang berfungsi untuk melarutkan kafein yang terkandung dalam sampel. Kafein bersifat polar sehingga digunakan pelarut polar juga yaitu metanol agar kafein yang terdapat dalam sampel terlarut dalam pelarut tersebut. Ekstrak kopi hasil soxhlet ditambah dengan MgO dan air kemudian diaduk konstan selama ± 10 menit agar pencampuran merata sehingga zat selain kafein yang terkandung dalam ekstrak kopi tersebut berikatan dengan MgO, sehingga diperoleh larutan berwarna coklat orange. Saat pencampuran selesai, campuran disaring untuk memisahkan antara residu dan dan filtrat. Residu hasil penyaringan dibilas menggunakan air sebelum dibuang, tujuannya agar filtrat yang masih terdapat dalam residu tersebut ikut terbawa air dan bercampur dengan filtrat hasil penyaringan yang awal. Filtrat yang terkumpul ditambah dengan H 2 SO 4 10% untuk membuat larutan menjadi bersifat asam karena larutan tersebut
8 /5.452 bersifat basa akibat adanya Mg(OH) 2 yang terbentuk dari pelarutan MgO dalam air pada tahap sebelumnya, kemudian diuapkan sampai tersisa 1/3 dari volume awal untuk menghilangkan kandungan air dan asam berlebih. Sisa larutan yang diuapkan kemudian diekstraksi menggunakan kloroform sehingga akan diperoleh fase organik yang akan mendapat perlakuan selanjutnya. Fase organik hasil ekstraksi ditambah dengan larutan NaOH 1% sampai warnanya memudar dan ditambah air sebanyak volume NaOH 1% yang ditambahkan, setelah itu larutan didestilasi pada suhu ± 30 o C untuk menghilangkan fase organik (kloroform) dari campuran sehingga hanya tersisa fase air. Suhu destilasi merupakan setengah dari titik didih kloroform, hal tersebut dilakukan agar penguapan terjadi secara perlahan sehingga kloroform terpisah dari fase air dengan baik. Fase air inilah yang dianalisis menggunakan KCKT. 2. Komposisi Fase Gerak pada Penetapan Kadar Asam Benzoat dan Kafein Menggunakan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) Berdasarkan hasil analisis larutan standar asam benzoat dan kafein menggunakan beberapa perbandingan komposisi fase gerak diperoleh komposisi fase gerak yang baik untuk analisis sampel kopi kemasan menggunakan KCKT. Komposisi fase gerak baik yang dimaksud didasarkan pada waktu retensi, puncak yang terbentuk, dan luas area yang dihasilkan untuk asam benzoat dan kafein sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Komposisi fase gerak yang terpilih dari beberapa komposisi fase gerak yang digunakan untuk analisis yaitu 50:50 dan 60:40 pada panjang gelombang 222 nm untuk asam benzoat dan pada panjang gelombang 272 nm untuk kafein dengan waktu retensi masing-masing sebagaimana terdapat pada Gambar 5.3 dan 5.4. Komposisi fase gerak 60:40 lebih polar dibandingkan dengan komposisi fase gerak 50:50, kepolaran tersebut berpengaruh terhadap waktu retensi yang dihasilkan untuk asam benzoat dan kafein. Waktu retensi saat analisis menggunakan komposisi fase gerak 60:40 lebih cepat daripada menggunakan fase gerak 50:50. Kepolaran fase gerak berpengaruh juga terhadap hasil pemisahan, senyawa polar yang dipisahkan akan lebih banyak terbawa oleh komposisi fase gerak yang lebih polar. Waktu retensi asam benzoat lebih lama daripada waktu retensi kafein dikarenakan kafein lebih polar dibandingkan dengan asam benzoat sehingga asam benzoat tertahan lebih lama di fase diam. Komposisi tersebut menghasilkan kromatogram yang lebih baik untuk asam benzoat dan kafein dibandingkan dengan komposisi fase gerak yang lain yang menghasilkan kromatogram baik untuk salah satu senyawa saja. Komposisi fase gerak terpilih sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Techakriengkrai, I dan Surakarntul, R (2007) yang menggunakan komposisi fase gerak 60:40, serta penelitian Saad, B dkk (2004) yang menggunakan komposisi fase gerak 50:50. Kromatogram asam benzoat dan kafein pada komposisi fase gerak 50:50 disajikan pada Gambar 1. mv Detector A Ch2:222nm min
9 /4.130 Gambar 1. Kromatogram Menggunakan Komposisi Fase Gerak 50:50 (a) Asam benzoat, (b) Kafein Kromatogram asam benzoat dan kafein pada komposisi fase gerak 60:40 disajikan pada Gambar 2. mv Detector A Ch2:222nm min Gambar 2. Kromatogram Menggunakan Komposisi Fase Gerak 60:40 (a) Asam benzoat, (b) Kafein 3. Analisis Kadar Asam Benzoat dan Kafein dalam Kopi Kemasan dengan KCKT Berdasarkan kromatogram asam benzoat yang dianalisis menggunakan komposisi fase gerak 50:50 diperoleh data luas area untuk sampel A adalah dan sampel B adalah , dari data tersebut dapat diketahui konsentrasi masing-masing sampel dengan persamaan regresi asam benzoat pada komposisi fase gerak 50:50 yaitu y = 69104x , maka diperoleh masing- masing konsentrasi untuk sampel A 0,41 ppm dan sampel B 0,24 ppm. Kromatogram asam benzoat yang dianalisis menggunakan komposisi fase gerak 60:40 diperoleh data luas area untuk sampel A adalah dan sampel B adalah , dari data tersebut dapat diketahui konsentrasi masing-masing sampel dengan persamaan regresi asam benzoat pada komposisi fase gerak 60:40 yaitu y = 85961x , maka diperoleh masing-masing konsentrasi untuk sampel A 0,7 ppm dan sampel B 0,83 ppm. Berdasarkan kromatogram kafein yang dianalisis menggunakan komposisi fase gerak 50:50 diperoleh data luas area untuk sampel A adalah dan sampel B adalah , dari data tersebut dapat diketahui konsentrasi masing-masing sampel dengan persamaan garis regresi asam benzoat pada komposisi fase gerak 50:50 yaitu y = 61944x , maka diperoleh masing-masing konsentrasi untuk sampel A 0,13 ppm
10 dan sampel B 0,44 ppm. Kromatogram kafein yang dianalisis menggunakan komposisi fase gerak 60:40 diperoleh data luas area untuk sampel A adalah dan sampel B adalah , dari data tersebut dapat diketahui konsentrasi masing-masing sampel dengan persamaan regresi kafein pada komposisi fase gerak 60:40 yaitu y = 65545x , maka diperoleh masing-masing konsentrasi untuk sampel A 0,16 ppm dan sampel B 0,74 ppm. Konsentrasi masing-masing sampel yang telah diperoleh melalui persamaan garis selanjutnya dihitung berdasarkan banyaknya pengenceran yang dilakukan sebelum sampel tersebut dianalisis menggunakan KCKT, hal tersebut bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam benzoat dan kafein sebenarnya yang terkandung dalam 5 ml sampel yang telah diencerkan sebanyak 50 kali. Konsentrasi asam benzoat pada analisis menggunakan komposisi fase gerak 50:50 adalah 20,5 ppm untuk sampel A dan 12 ppm untuk sampel B, sedangkan konsentrasi asam benzoat yang dianalisis menggunakan komposisi fase gerak 60:40 adalah 35 ppm untuk sampel A dan 41,5 ppm untuk sampel B. Konsentrasi kafein pada analisis menggunakan komposisi fase gerak 50:50 adalah 6,5 ppm untuk sampel A dan 22 ppm untuk sampel B, sedangkan konsentrasi kafein yang dianalisis menggunakan komposisi fase gerak 60:40 adalah 22 ppm untuk sampel A dan 37 ppm untuk sampel B. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta analisis data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Fase gerak yang digunakan adalah campuran methanol dan buffer asetat dengan perbandingan 50:50 dan 60:40. Komposisi fase gerak yang memiliki tingkat kepolaran lebih tinggi mampu memisahkan asam benzoat dan kafein lebih cepat, serta menghasilkan kadar asam benzoat dan kafein lebih banyak yaitu komposisi fase gerak 60:40 (2) Kadar asam benzoat pada komposisi fase gerak 50:50 sampel A 20,5 ppm dan sampel B 12 ppm, untuk komposisi fase gerak 60:40 sampel A 35 ppm dan sampel B 41,5 ppm. Kadar kafein pada komposisi fase gerak 50:50 sampel A 6,5 ppm dan sampel B 11,5 ppm, untuk komposisi fase gerak 60:40 sampel A 22 ppm dan sampel B 37 ppm. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta kesimpulan, maka didapatkan saran-saran berikut sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya: (1) Penggunaan metode selain ekstraksi pelarut untuk pretreatment dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya (2) Fase gerak selain methanol dan buffer asetat ph 4 dapat digunakan pada penelitian selanjutnya untuk analisis menggunakan KCKT, serta sebagai perbandingan hasil yang diperoleh pada penelitian sebelumnya. DAFTAR RUJUKAN El-ziney, M. G Analysis of Benzoat and Sorbate in Saudi Dairy and Food Product with Estimation of Daily Exposure. Journal of Food Technology, 7 (4): Johnson, E., and Stenvenson, R Dasar Kromatografi Cair. Terjemahan dari Basic Liquid Chromatography, oleh Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB
11 Khopkar, S.M Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan Saptorahardjo. Jakarta: Universitas Indonesia Press. McDevitt, V. L Analysis of Soft Drinks: UV Spectrophotometry, Liquid Chromatography, and Capillary Electrophoresis. Journal of Chemical Education, 75 (5): Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 772 Tahun 1988 tentang Bahan Pengawet Makanan Jakarta: Menteri Kesehatan. Ree, M & Stoa, E Simultaneous Determination of Aspartame, Benzoaic Acid, Caffeine, and Saccharine in Sugar-Free Beverages using HPLC. Concordia College Journal of Analytical Chemistry, (1): Riyadi, W Perbedaan Spektrometri dan Spektrofotometri, (Online), ( diakses 30 Desember Saad, B., Bari, Md. F., Saleh, M. I., Ahmad, K., & Talib, M. K. M Simultaneous Determination of Preservatives (Benzoic Acid, Sorbic Acid, Methylparaben and Propylparaben) in Foodstuffs Using High-Performance Liquid Chromatography. Journal of Chromatography. 1073: Techakriengkrai, I., & Surakarnkul, R Analysis of Benzoic Acid and Sorbic Acid in Thai Rice Wines and Distillates by Solid-Extraction and High Performance Liquid Chromatography. Journal of Food Composition and Analysis. 20:
Perbandingan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) pada Analisis Kadar Asam Benzoat dan Kafein dalam Teh Kemasan
Perbandingan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) pada Analisis Kadar Asam Benzoat dan Kafein dalam Teh Kemasan Annina Sabrina, Surjani Wonorahardjo, Neena Zakia Universitas
Lebih terperinciABSTRACT. Hayun, Yahdiana Harahap, dan Citra Nur Aziza Departemen Farmasi FMIPA-UI, MAJALAH ILMU KEFARMASIAN
ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 148-159 PENETAPAN KADAR SAKARIN, ASAM BENZOAT, ASAM SORBAT, KOFEINA, DAN ASPARTAM DI DALAM BEBERAPA MINUMAN RINGAN BERSODA SECARA
Lebih terperinciPENENTUAN NATRIUM SAKARIN, ASAM BENZOAT, DAN KAFEIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASA BALIK
PENENTUAN NATRIUM SAKARIN, ASAM BENZOAT, DAN KAFEIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASA BALIK Determination of Sodium Saccharine, Benzoic Acid and Caffeine Using Reverse Phase High Performance
Lebih terperinciPEMISAHAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN MENGGUNAKAN METANOL-BUFFER FOSFAT DAN METANOL-BUFFER ASETAT
DOI : http://doi.org/10.22216/jk.v2i2.2537 EISSN : 25020943 Jurnal Katalisator Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Jurnal Katalisator Kopertis Wilayah X Website: http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/katalisator
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium
Lebih terperinciPENGARUH ph PADA PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI ISOLASI DENGAN PELARUT ETER SECARA KCKT
PENGARUH ph PADA PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI ISOLASI DENGAN PELARUT ETER SECARA KCKT THE EFFECT OF ph ON DETERMINATION OF SODIUMBENZOAT IN SYRUP TROUGH ETHER ISOLATION BY USING
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Kopi bubuk. Badan Standardisasi Nasional ICS
Standar Nasional Indonesia Kopi bubuk ICS 67.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat
Lebih terperinciAFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET
AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciJurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari
Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari 2018 5 PENETAPAN KADAR KALUM SORBAT DALAM KEJU KEMASAN DENGAN METODE KROMATOGRAF CAR KNERJA TNGG (KCKT) Rizki manda 1, Nofita 2, Ade Maria Ulfa 2 ABSTRACT
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C
LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C Nama : Ayu Elvana dan Herviani Sari Tanggal : 19 Desember 2012 Jam : 12.00-15.00 WIB Tujuan : 1. Praktikan dapat menentukan kadar vitamin C menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi
BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph
Lebih terperinci3 Metodologi Penelitian
3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi
Lebih terperinciSIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY
9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 30 Juni 2016 Nama Mahasiswa : 1. Irma Yanti 2. Rahmiwita 3. Yuliandriani Wannur Azah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)
LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) Nama : Rebecca Rumesty Lamtiar (127008016) Yulia Fitri Ghazali (127008007) Paska Rahmawati Situmorang (127008011)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia
21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian studi pendahuluan reaksi konversi selulosa jerami padi menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium
Lebih terperinciLampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida
LAMPIRAN Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida 53 Lampiran 2. Aplikasi Dosis Herbisida Selama 1 Musim Tanam No Blok Kebun Petak Luas (Ha) Aplikasi 1 (Liter) Aplikasi 2 (Liter) Ametryn 2,4-D
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR PENGAWET BENZOAT PADA SAUS TOMAT PRODUKSI LOKAL YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO ABSTRAK
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR PENGAWET BENZOAT PADA SAUS TOMAT PRODUKSI LOKAL YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO Jurike Kaunang 1), Fatimawali 1), Feti Fatimah 2) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang
Lebih terperinciLampiran 1. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 2004)
49 Lampiran. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 004) Performance characteristics for benzoic acid in almond paste, fish homogenate and apple juice (GC method) Samples
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang ditunjang studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,
Lebih terperinciKata kunci: asam benzoat, natrium sakarin, kafein, KCKT, minuman ringan
PENENTUAN ASAM BENZOAT, NATRIUM SAKARIN, DAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Jurnal Litbang Industri, Vol.2 No.2, Desember 2012: 7986 Determination of Benzoic Acid, Sodium Saccharin, And Caffeine
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015
BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C
LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C HARI/ TANGGAL PRAKTKUM : KAMIS/ 20 DESEMBER 2012 JAM : 08.00 11.00 WIB Nama Praktikan : KAROLINA BR SURBAKTI (NIM: 20127008018) LUCIA AKTALINA
Lebih terperinciANALISIS KANDUNGAN AKRILAMIDA DALAM UBI GORENG YANG DIJUAL DI KOTA MANADO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
ANALISIS KANDUNGAN AKRILAMIDA DALAM UBI GORENG YANG DIJUAL DI KOTA MANADO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) Clara A. Sengke, Gayatri Citraningtyas, Frenly Wehantouw Program Studi Farmasi
Lebih terperinciBAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PELARUT PADA EKSTRAKSI DAN PENENTUAN KAFEIN DALAM MINUMAN RINGAN KHAS DAERAH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
EFEKTIVITAS PELARUT PADA EKSTRAKSI DAN PENENTUAN KAFEIN DALAM MINUMAN RINGAN KHAS DAERAH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS THE EFFECTIVENESS OF SOLVENT IN EXTRACTION AND DETERMINATION OF CAFFEINE IN
Lebih terperinciPENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan
PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan Kelompok 3 Ade Juwita (109096000012) Chitta Putri Noviani (109096000007) Galuh Ilmia Cahyaningtyas (109096000011) Hafiz Akhyar (109096000034) Rahmawati
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Lebih terperinciPENETAPAN KADAR BENSORSAK DALAM OKKY JELLY DRINK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) KARYA ILMIAH NOVA LESTARI HARAHAP
PENETAPAN KADAR BENSORSAK DALAM OKKY JELLY DRINK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) KARYA ILMIAH NOVA LESTARI HARAHAP 132401125 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Preparasi Sampel Larutan standar dibuat dengan melarutkan standar tetrasiklin sebanyak 10 mg dalam metanol 100 ml dari larutan standar tersebut lalu dibuat larutan baku dengan
Lebih terperinciPENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A
PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
Lebih terperinci2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)
LAPORAN PRAKTIKUM 8 HPLC: ANALISA TABLET VITAMIN C Oleh : Maria Lestari dan Henny E. S. Ompusunggu Hari/Tanggal/Jam Praktikum : Rabu/ 19 Desember 2012/ 12.00 s/d selesai Tujuan : 1. Mengetahui prinsip
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah
30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. B. BAHAN Levofloksasin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS
Standar Nasional Indonesia Kecap kedelai ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Pendahuluan...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Klasifikasi... 1 5 Syarat
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinciHIGH PERFORMANCE LIQUIDCHROMATOGRAPHY
HIGH PERFORMANCE LIQUIDCHROMATOGRAPHY (HPLC) ; ANALISA TABLET VITAMIN C Oleh: Jenny Novina Sitepu Liza Mutia Waktu Praktikum: Kamis, 20 Desember 2012 Jam 08.00 17.00 WIB I. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN
ANALISIS SIKLAMAT PADA AGAR-AGAR YANG BEREDAR DI PASAR WAGE PURWOKERTO DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Rizki Widyaningsih*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinciLampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Kromatogram penyuntikan larutan Naa Siklamat ph dapar fosfat yang optimum pada analisis untuk mencari Dapar fosfat ph 4,5 dengan perbandingan fase gerak dapar fosfat : methanol (70:30) dan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di
20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan
Lebih terperinciPENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Afdhil Arel 1), B.A. Martinus 1), Romi Nofiandri 1) 1) Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan
Lebih terperinciANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak
ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi
Lebih terperinci