BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan pada industri gula Indonsesia saat ini cukup tinggi. Tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

BAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGELOLAAN VALUE-ADDED ACTIVITIES

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

TOC dan Just In Time (JIT)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. dan tumbuh. Sehingga dibutuhkan cara agar perusahaan bisa melakukan

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

ANALISIS METODE ACTIVITY

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mampu melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan cepat terhadap

BAB II. Tinjauan Pustaka. bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang penerapan MCE. sebagai alat ukur dalam meningkatkan produksi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Menjelang era Masyarakat Ekonomi Asean, UMKM

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang memudahkan masyarakat luas mendapatkan informasi terkini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih satu tahun. Di Indonesia sendiri tanaman tebu banyak dibudidayakan di

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

BAB I PENDAHULUAN. Gula (PG) dan Pabrik Spirtus (PS) Madukismo. PG dan PS Madukismo

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang kompetitif sekarang ini, peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. semen (umumnya Portland Cement), dan air. Kelebihan beton antara lain

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan di dalam dunia bisnis semakin ketat khususnya

BAB I PENDAHULUAN. masalah bagi perusahaan, karena terkait dengan biaya penyimpanan dan biaya kerugian jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan

BAB I. Pendahuluan UKDW. Namun secara umum tujuan untuk organisasi profit adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri gula di Indonesia sudah ada sejak tahun 30-an, kebanyakan pabrik

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan, yaitu sarana akomodasi dan sarana pelengkap lainnya sebagai penunjang

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

PENDAHULUAN. Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai

BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT

Pembahasan Materi #8

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan output yang memenuhi tujuan sistem tersebut. lainnya yang ditentukan oleh manajemen.

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

BAB II TARGET COSTING

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

Lampiran 1 Daftar Wawancara

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON-VALUE-ADDED ACTIVITIES PADA PG KANIGORO MADIUN. Alwiyanti Kusuma Wardani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tempat. Pemerintah sedang giat-giatnya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

I. PENDAHULUAN. memiliki keunggulan kompetitif dapat mempertahankan dan atau. memiliki ketersediaan barang yang dijual pada setiap saat ketika pesanan

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha, Kecil, dan Menengah yang biasa disebut UKM kini ikut meramaikan

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi pada dunia perekonomian dewasa ini menyebabkan

PENETAPAN HARGA & TARGET. Prepared by Yuli Kurniawati

BAB I Pendahuluan. Tabel I. 1 Target dan Realisasi Produksi pada Masing-masing Komponen Pesawat A320 Periode Januari-September 2015

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK (HPP) DI PT. WIKA BETON DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasir, kerupuk pelangi (rainbow), dll. Kerupuk ini tidak hanya berfungsi menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan produksi. Aktivitas produksi melibatkan banyak aspek dalam perusahaan.

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFICIENCY

BAB V PENUTUP. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) dapat diterapkan dalam

BAB IV ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK. A. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi UD.

Definisi Activity Based Management Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus

Pembahasan Materi #4

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa cepat. Menurut data dari jumlah pengguna internet di

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi globalisasi yang semakin cepat kemajuannya memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam memenuhi permintaan konsumen saat ini

Deskripsi Mata Kuliah

ANALISIS MANUFACTURING CYCLE EFFECTIVENESS (MCE) DALAM MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES (Studi Empiris Pada PT Bhirawa Steel Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Tingkat kompetisi diantara perusahaan-perusahaan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mursyidi (2008:174) Just In Time (JIT) dikembangkan oleh

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan, pencarian dan pengambilan barang. Pergudangan. memegang peran sangat penting dalam kehidupan setiap perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantoro KM 1.5 Tropodo, Krian. Perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat persaingan pada industri gula Indonsesia saat ini cukup tinggi. Tingkat persaingan ini terlihat dari gencarnya gula impor yang masuk ke dalam negeri. Konsumsi gula yang semakin meningkat dan tidak disertai dengan peningkatkan produksi mengakibatkan impor gula semakin meningkat (Suryantoro et al., 2013). Akibatnya gula produksi dalam negeri bersaing dengan gula impor yang harganya lebih murah. Harga jual gula dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan gula impor. Perbedaan harga jual antara gula dalam negeri dengan gula internasional dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Perbandingan Harga Gula Internasional dengan Harga Gula Dalam Negeri Tahun Harga Gula Internasional- HGI [2] (Dollar Per Kg) Harga Gula Internasional- HGI [2] (Rupiah Per Kg) Harga Gula Dalam Negeri- [1] [3] HGDN (Rupiah Per Kg) Perbedaan HGI dengan HGDN (%) 2015 0,39 4.734 [3] 12.949,00 174,00 2014 0,36 4.730 11.782,75 149,12 2013 0,39 5.058 12.541,00 147,93 2012 0,48 6.244 11.961,42 91,57 2011 0,60 7.837 20.818,50 165,64 Sumber: Badan Pusat Statistik (2016) [1], LIFFE (2016) [2], dan Kementerian Perdagangan (2015) [3] Data diolah 1

2 Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa perbedaan yang cukup mencolok. Perbandingan ini diperoleh dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan, dan London International Financial Futures and Options Exchange (LIFFE). Pada tabel tersebut terlihat pula bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan antara harga gula dalam negeri (HGDN) dengan harga gula internasional (HGI). Perbedaan yang tertinggi terdapat pada tahun 2011 yaitu sebesar 165,64%. Nilai kurs terhadap dollar yang digunakan adalah Rp 13.130,00. Proses bisnis yang kurang efektif dapat menyebabkan tingginya biaya produksi. Hal ini dapat berimbas kepada penetapan harga jual. Tingginya biaya terjadi pula pada Pabrik Gula Madukismo (PG Madukismo). Alasan PG Madukismo memiliki biaya produksi yang tinggi adalah masih adanya aktivitas yang tidak bernilai tambah pada proses produksinya. Besar biaya produksi PG Madukismo dapat dilihat pada Tabel 1.2. Biaya produksi gula dalam negeri yang diwakili oleh biaya produksi PG Madukismo, apabila dibandingkan dengan harga gula internasional terjadi perbedaan yang cukup tipis. Perbandingan ini dapat dilihat pada Tabel 1.2. Bahkan pada tahun 2012 terdapat perbedaan hampir setengahnya antara biaya produksi gula dengan harga gula internasional.

3 Tabel 1.2. Perbandingan Antara Biaya Produksi, Harga Gula Dalam Negeri, dan Harga Gula Internasional Tahun Biaya Produksi Gula Harga Gula Dalam Harga Gula PG Madukismo/ Kg [1] [2] [3] Negeri Internasional 2012 Rp6.605,62 Rp12.541,00 Rp6.284,40 2013 Rp10.704,06 Rp11.961,42 Rp5.388,00 2014 Rp4.388,99 Rp20.818,50 Rp4.694,40 2015 Rp3.536,6 Rp12.949,00 Rp4.734,00 Sumber : Laporan Keuangan PT Madubaru [1], Badan Pusat Statistik (2016) [2], LIFFE (2016) [3], dan Kementerian Perdagangan (2015) [3]. Data diolah Perusahaan saat ini harus menghadapi berbagai dinamika dalam dunia bisnis. Dinamika tersebut salah satunya adalah bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelanggan. Pemuasan kebutuhan pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan melakukan operasi yang memiliki cost effectiveness atau keefektifan biaya. Perusahaan dapat melakukannya dengan cara menghasilkan keluaran yang mampu memuaskan kebutuhan pelanggan. Pola pikir itu disebut dengan customer value mindset yang melandasi prinsip keefektifan biaya (Mulyadi, 2007). Prinsip lain yang mendasari keefektifan biaya adalah continuous improvement mindset atau pola pikir perbaikan keberlanjutan. Pola pikir tersebut merupakan sebuah prinsip dimana perbaikan di seluruh aspek perusahaan secara berkelanjutan terjadi (Mulyadi, 2007). Perbaikan secara berkelanjutan tersebut dapat terlihat dari kualitas proses bisnis yang terus meningkat, kualitas keluaran yang semakin baik, atau waktu tunggu yang semakin berkurang. Ukuran dari keefektifan biaya dari proses produksi adalah cycle effectiveness (Mulyadi, 2007). Cycle effectiveness diperoleh dari perbandingan antara waktu pemprosesan (processing time) dengan cycle time. Persentase cycle

4 effectiveness pada kegiatan produksi yang semakin mendekati 100% memperlihatkan bahwa kegiatan produksi mengonsumsi aktivitas tidak bernilai tambah semakin sedikit. Peneliti mengkaji cycle effectiveness pada perusahaan manufaktur sehingga istilah analisis yang digunakan adalah manufacturing cycle effectiveness (MCE). MCE (Kaplan, 1989 dalam Kaplan, 1998) berguna untuk mengevaluasi usaha suatu organisasi dalam menghilangkan waktu yang tidak bernilai tambah. Rasio yang dihasilkan dari perhitungan MCE menekankan pentingnya pengelolaan terhadap waktu dan peningkatan daya responsif terhadap pelanggan. Perusahaan saat ini perlu memiliki pandangan yang utuh dalam persaingan usaha. Pandangan ini dimulai dari mengetahui kondisi pasar hingga bagaimana cara memproduksi suatu produk dengan biaya yang efektif. Perusahaan perlu meningkatkan MCE untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Perusahaan akan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas dan laba yang meningkat apabila keunggulan tersebut dapat ditingkatkan. Berdasarkan pemaparan tersebut, perusahaan perlu untuk meningkatkan MCE dari proses produksinya karena mempertimbangkan besarnya peran penilaian kinerja tersebut. 1.2. Rumusan Permasalahan Penelitian PT Madubaru adalah perusahaan yang berupaya menerapkan cost leadership dalam strategi bisnisnya (PT Madubaru, 2007). Perusahaan yang menggunakan strategi tersebut berusaha untuk menerapkan keefektifan biaya dalam setiap aspek operasi perusahaannya. PT Madubaru memiliki dua lini bisnis, yaitu

5 menghasilkan gula dan spiritus. Produk gula dihasilkan oleh Pabrik Gula Madukismo (PG Madukismo) dan produk spiritus dihasilkan oleh Pabrik Spiritus Madukismo (PS Madukismo). Dalam menjalankan proses produksi gulanya, PG Madukismo masih mengalami kendala, yaitu adanya aktivitas tidak bernilai tambah. Secara umum jenis aktivitas tidak bernilai tambah yang terjadi terdiri atas aktivitas perpindahan, menunggu, dan pengerjaan kembali. Aktivitas tidak bernilai tambah tersebut terjadi pada tahapan aktivitas pengukuran berat tebu, pengiriman tebu, kristalisasi, dan berhenti giling. PG Madukismo hampir tiap bulannya mendapatkan retur untuk barang yang telah diserahkan kepada konsumen. Tabel 1.3 memperlihatkan retur gula yang terjadi pada PG Madukismo. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 terjadi retur sebanyak 26.169,5 Kg atau 1,01% dari penjualan gula kemasan pada tahun 2015. Distributor melakukan retur disebabkan oleh rupa gula yang berubah menjadi basah serta berat gula tidak sesuai dengan standar. Hal ini terlihat pada kutipan wawancara dengan Sugeng, Kepala Gudang Kemasan PG Madukismo berikut ini (Lampiran 2, T6;L29-L30). Gula yang diretur biasanya adalah gula yang berubah menjadi basah atau kotor.

6 Tabel 1.3. Retur Gula Tahun 2015 PG Madukismo Bulan Jumlah Retur (Kg) Januari 3.323 Februari 1.322 Maret 1.925 April 1.616 Mei 3.225 Juni 1.476 Juli 2.304 Agustus 3.610 September 2.712 Oktober 2.269 Nopember 802,5 Desember 1.585 Jumlah Retur (Kg) 26.169,5 Sumber : Laporan Produksi Harian PG Madukismo Tahun 2015, data diolah Efek yang terjadi dari retur adalah perusahaan perlu melakukan inspeksi atas barang yang diretur. Setelah melakukan inspeksi, perusahaan akan melakukan pemprosesan ulang untuk barang yang diretur. Akibatnya, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pengolahan ulang dan inspeksi. Pemprosesan ulang tersebut merupakan aktivitas pengerjaan kembali. Aktivitas pengerjaan kembali yang lainnya adalah pada saat tahapan proses kristalisasi. Pada tahap tersebut terjadi pemprosesan ulang nira kental selama satu jam. Hal itu terjadi akibat adanya bahan baku yang tidak sesuai dengan standar yang ada. Proses kristalisasi menjadi lebih lama satu jam, seharusnya proses kristaliasi yang terjadi adalah lima jam. Apabila aktivitas pengerjaan kembali tersebut dibiarkan terus menerus dapat mengurangi daya kompetisi PG Madukismo.

7 Kendala lain yang terjadi adalah pabrik mengalami aktivitas menunggu, perpindahan, dan pengerjaan kembali. Aktivitas perpindahan terjadi pada aktivitas pengukuran berat tebu hingga pengiriman tebu. Lokasi pengukuran berat tebu terjadi pada jembatan timbang yang bertujuan untuk mengukur berat tebu dan memindahkan tebu dari truk menuju lori. Aktivitas tidak bernilai tambah lainnya adalah aktivitas menunggu. Aktivitas tersebut banyak terjadi pada saat proses produksi terjadi. Aktivitas menunggu tersebut disebabkan oleh adanya kesalahan teknis, seperti ketel yang akan digunakan belum siap, ampas tebu tumpah, hingga pasokan tebu yang habis (Lampiran 3). Aktivitas lainnya yang terkait dengan proses produksi gula adalah aktivitas inspeksi. Aktivitas tersebut terkait dengan pemeriksaan kualitas gula serta limbah yang dihasilkan dari proses produksi gula. Aktivitas inspeksi terjadi secara terusmenerus dalam jangka waktu tertentu. Pada aktivitas inspeksi tersebut terdapat kendala, yaitu alat yang digunakan masih manual dan mengandalkan tenaga manusia. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan alat tersebut juga cukup lama, sehingga beberapa tes hasil dari pemeriksaan laboraturium tidak dapat diketahui saat itu juga. Faktor lingkungan eksternal dan internal dapat memengaruhi aktivitas produksi PG Madukismo. Faktor lingkungan internal yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya merupakan faktor yang berasal dari pihak internal PG Madukismo yang dapat memmengaruhi produksi. Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor di luar faktor lingkungan internal yang memengaruhi proses produksi. Contoh dari faktor eksternal adalah pasokan tebu untuk produksi

8 terbatas. Faktor eskternal tersebut menyebabkan PG Madukismo menerima tebu dengan kualitas apapun. Hal itu diungkapkan oleh Nur Zamzam, Kepala Bagian Tanaman. Berikut ini adalah pernyataan narasumber tersebut. (Lampiran 2, T3;L53-L57) Akan tetapi PG Madukismo mau tidak mau menerima tebu yang berasal dari petani. Karena pabrik memiliki pasokan tebu yang terbatas. Sehingga pabrik tidak mungkin menolak tebu yang berasal dari petani. Hal ini mengakibatkan kualitas bahan baku menjadi menurun. Faktor lingkungan eksternal lainnya adalah berbagai tekanan yang berasal dari lingkungan eksternal pabrik. Faktor pertama yang berasal dari lingkungan eksternal adalah pasokan tebu yang terbatas. Hal tersebut menyebabkan pabrik menerima tebu dengan kualitas apapun. Faktor kedua adalah tekanan persaingan yang berasal dari produk subtitusi yang tinggi. Jumlah produk pengganti dari gula yang banyak mengakibatkan tekanan persaingan menjadi tinggi. Faktor ketiga adalah tingginya tekanan yang berasal dari pemasok karena perusahaan memiliki sumber bahan baku yang terbatas. Faktor keempat adalah tingginya tekanan yang berasal dari pelanggan, karena spesifikasi dari gula yang ada di Indonesia tidak terlalu banyak terdiferensiasi. Faktor kelima adalah tingginya tekanan persaingan yang berasal dari pesaing yang sudah ada. Biaya berpindah yang rendah dan produk gula yang tidak terdiferensiasi menyebabkan tekanan yang terjadi begitu tinggi. Berbagai kendala yang telah dibahas sebelumnya membuat pabrik harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Pada sisi lain, kendala tersebut dapat memengaruhi tingkat MCE atas suatu proses produksi. Pengaruh tersebut terjadi

9 karena adanya komponen faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Apabila hal itu dibiarkan terus-menerus dapat mengurangi daya kompetisi PG Madukismo. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai MCE. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berikut ini adalah pertanyaan penelitian yang penulis uraikan berdasarkan latar belakang sebelumnya. a. Bagaimana siklus kegiatan produksi gula PG Madukismo? b. Apa saja aktivitas bernilai tambah serta tidak bernilai tambah pada kegiatan produksi gula PG Madukismo? c. Bagaimana tingkat MCE proses produksi gula PG Madukismo? d. Apabila MCE ditingkatkan, bagaimana imbasnya terhadap biaya produksi gula PG Madukismo? 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Proses produksi gula merupakan fokus utama dalam analisis MCE produksi gula pada PG Madukismo bukan produksi spiritus yang merupakan produk turunan dari pengolahan gula. Proses produksi dimulai dari persiapan bahan baku hingga memperoleh barang jadi yang berupa gula pasir. Penelitian ini menggunakan analisis nilai proses yang berfokus kepada pengurangan biaya, bukan pembebanan biaya.

10 1.5. Tujuan Penelitian Berikut ini adalah tujuan penelitian yang akan dilaksanakan berdasarkan permasalahan dan ruang lingkup sebelumnya. a. Untuk menganalisis siklus produksi gula PG Madukismo b. Untuk menganalisis aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah pada kegiatan produksi gula PG Madukismo. c. Untuk menganalisis tingkat MCE proses produksi gula PG Madukismo. d. Untuk menentukan imbasnya kepada biaya produksi apabila MCE ditingkatkan. 1.6. Kontribusi Penelitian Berikut ini adalah kontribusi penelitian yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis. a. Kontribusi teori Pada penelitian-penelitian terdahulu belum memasukkan komponen lingkungan eksternal yang terkait dengan analisis MCE. Faktor-faktor yang memengaruhi MCE tidak dijelaskan secara terperinci. Sudut pandang lingkungan eksternal dapat memberikan pandangan yang lebih luas bagi teori yang terkait dengan MCE. b. Kontribusi praktik Penelitian ini dapat memberikan saran atas praktik proses produksi gula PG Madukismo, sehingga PG Madukismo dapat melakukan praktik proses produksi gulanya secara lebih baik.

11 1.7. Sistematika Penulisan Tesis Berikut ini adalah sistematika penulisan tesis yang dilakukan oleh penulis. Bab I Bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, dan kontribusi penelitian Bab II Bab ini membahas mengenai mengenai landasan teori yang berkaitan dengan MCE. Bab III Bab ini membahas teknik pengambilan data serta cara analisis yang digunakan oleh peneliti. Bab IV Bab ini membahas mengenai hasil observasi serta hasil analisis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bab V Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dan saran yang diberikan guna memperbaiki proses produksi serta sistem yang terkait dengan proses produksi gula yang ada.