BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil akhir baik berupa perilaku, maupun pengetahuan (kognitif) yang terjadi setelah proses pembelajaran dalam rangka memperoleh suatu pengetahuan dan dinyatakan dalam benuk skor. Sudjana (2005), mengemukakan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa. Sementara Aini (2009), hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Suprijono (2009), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Hamalik (2006), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut klasifikasi hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan), chomprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya adalah termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpreatif, (Sudjana, 2005). Berdasarkan uraian di atas hasil belajar dapat diartikan perubahan pada tingkat kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami pebelajar baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang telah diajarkan dan dalam waktu tertentu. 6
7 Dalam penelitian ini aspek yang diukur adalah perubahan pada tingkat ranah kognitifnya saja. 2.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar dicapai tidaklah dengan mudah atau ada dengan sendirinya, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau juga faktor lingkungan, menurut Sunarto (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor intern, factor internadalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara factor-faktor intern yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Faktor ekstern, factor ekstern adlaah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk dalam factor-faktor ekstern antara lain keadaan lingkungan keluarga, keadaan lingkungan sekolah, dan keadaan lingkungan masyarakat. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 1. Faktor internal: a. Jasmani (kesehatan, cacat tubuh). b. Psikologi (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan). c. Kelelahan. 2. Faktor eksternal: a. Keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, perhatian orangtua, latar belakang budaya). b. Sekolah (model atau metode pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat dan media pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah). c. Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
8 2.3 Model Pembelajaran Winataputra dalam Sugiyanto (2008), mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran menurut Joyce (1992) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, dan lain-lain. Menurut Trianto (2011) dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbagan-pertimbangan, seperti materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Model-model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi haruss bervariasi (Aunurrahman, 2010: 141). Menurut Aunurrahman (2010: 140) menyatakan bahwa pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Berdasarkan dari uraian diatas model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual sebagai pedoman dalam merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran dapat digunakan sebagai cara dalam upaya mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran. 2.4 Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Proses belajar mengajar terdapat komponen-komponen yang harus dikembangkan guna mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dan keberhasilan siswa dalam belajar. Pemilihan model pembelajaran sebagai salah satu dari komponen pembelajaran akan sangat menunjang pencapaian tujuan
9 pembelajaran. Salah sau model pembelajaran yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektifitas penggunaan latihan-latihan agar siswa dapat mencapai peningkatan yang baik adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP), Gitaniasari (2008). Sedangkan Convey dalam (Krismanto, 2003) menyatakan bahwa model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yang secara empiris melalui penelitian merupakan model pembelajaran tersetruktur yang terdiri atas 5 tahap kegiatan, yaitu review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork (kerja mandiri), dan penugasan/pr. a. Tahap I : Review Tahap pertama ini dilakukan selama kurang lebih 10 menit. Review meliputi: 1. Meninjau ulang pembelejaran sebelumnya, terutama yang berkaitan dengan materi yang kaan dipelajari pada pembelajaran yang sedang dilakukan. 2. Membahas pekerjaan rumah. 3. Membangkitkan motovasi siswa. b. Tahap II : Pengembangan Tahap kedua, guru sebaiknya mengalokasikan 50% waktu pelajaran. Pengembangan meliputi: 1. Pennyajian ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu. 2. Penjelasan materi disajikan oleh guru atau siswa melalui diskusi maupun kolaborasi antara guru dan siswa. 3. Diskusi interaktif antara guru dan siswa. 4. Demonstrasi dengan contoh konkrit. c. Tahap III : Kerja Kooperatif/Latihan Terkontrol Tahap ketiga ini dalam beberapa sumber disebut juga latihan terkontrol atau latihan dengan bimbingan guru. Sesuai dengan penamaannya, pada langkah ini siswa diminta untuk mengerjakan latihan berupa lembar kerja proyek yang menghendaki siswa terlibat dalam prosedur-prosedur seperti investigasi, penemuan dan inkuiri dengan diawasi guru. Pengawasan berguna jika saja ada miskonsepsi pada pembelajaran. Latihan yang diberikan kepada siswa dikerjakan secara berkelompok. Pada langkah ini, terdapat garis besar kegiatan kooperatif siswa. Waktu yang dialokasikan adalah kurang lebih 20 menit. d. Tahap IV : Seat work/ Kerja Mandiri Tahap keempat ini siswa diminta untuk bekerja sendiri sebagai latihan atau perluasan mempelajari konsep yang disajikan guru pada tahap
10 pengembangan. Seat work juga dimaksudkan sebagai sarana untuk mengaplikasikan pemahaman yang diperoleh dari langkah pengembangan dan latihan terkontrol. Alokasi waktu pada tahap ini kurang lebih 15 menit. e. Tahap V : Penugasan/PR Tahap kelima ini adalah memberikan penugasan/pr kepada peserta didk agar peserta didik juga belajar dirumah. Waktu pemberian PR adalah di akhir proses pembelejaran dan isi/soal dari PR tersebut merupakan tentang materi pelajaran yang pada saat itu diajarkan. PR ini selanjutnya akan menjadi bahan review pada pembelajaran berikutnya. Karakteristik dari model MMP ini adalah lembar tugas proyek dan prinsip- prinsip dari model pembelajaran MMP ini adalah belajar kooperatif dan kemandirian siswa, belajar kooperatif dan kemandirian siswa dalam model pembelajaran MMP sangat ditekankan. Pada model pembelajaran MMP siswa diberikan tugas proyek yang berisi sederetan soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep matematika. Tugas proyek ini antara lain dimaksudkan untuk memperbaiki komunikasi, penalaran, hubungan interpersonal, keterampilan membuat keputusan, dan keterampilan memecahkan masalah. Tugas proyek ini dapat diselesaikan secara individu (pada langkah seat work), berkelompok (pada langkah latihan terkontrol) atau bersama-sama dengan seluruh siswa dalam kelas (pada langkah pengembangan). Jadi tugas proyek matetamatika merupakan suatu tugas yang meminta siswa menghasilkan sesuatu oleh diri siswa sendiri. Dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) memungkinkan untuk terjadi interaksi yang baik karena dalam pembelajarannya terjadi berbagai interaksi antara guru dan siswa, dan juga siswa dan siswa. 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Menurut Rachmadi (2004), beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran MMP adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan a. Banyak materi yang bisa disampaikan kepada siswa karena tidak terlalu banyak waktu. Artinya, penggunaan waktu dapat diatur raltif ketat. b. Banyak memberikan latihan sehingga siswa mudah terampil dengan beragam soal.
11 2. Kekurangan a. Kurang menempatkan siswa pada posisi yang aktif. b. Mungkin siswa cepat bosan karena lebih banyak mengerjakan. Meskipun dalam model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) terdapat kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat diatasi dengan cara sebagai berikut: 1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang mereka anggap sulit atau kurang bahkan tidak dipahami. 2. Memperbanyak latihan sehingga siswa mudah terampil mengerjakan beragam soal. 3. Memberikan bimbingan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan. 2.6 Hasil Penelitian yang Relevan Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai, serta hubungannya dengan penelitian terdahulu yang relevan. Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ilmiah dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memperkuat teori dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan topik pembahasan. Dan untuk menunjang teori dasar penelitian, maka beberapa penelitian yang akan dibahas sebagai tinjauan adalah penelitian yang telah dilakukan oleh: Sappe Rauf (2011), tentang Peningkatan Hasil Belajar Bangun Ruang Melalui Missouri Mathematics Project (MMP) pada siswa kelas VIII.7 Negeri Parepare. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hasil belajar bangun ruang siswa kelas VIII.7 SMP Negeri 2 Parepare mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kesimpulan tersebut diperoleh dari, (1) meningkatnya rata-rata hasil belajar matematika siswa dari siklus I sebesar 57,50 ke siklus II sebesar 81,17, (2)Meningkatnya ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu dari 23 siswa atau (56,1%) meningkat menjadi 39 siswa atau (95,1%). Zainal Arifin (2010), tentang Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok fungsi pada Peserta Didik Kelas VIII MTs YASI Kronggen Brati Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian dari siklus I dan II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar pada pra siklus nilai rata-rata 48,00 dan ketuntasan klasikal 42,86%, dengan peserta didik yang tuntas 10 peserta didik dari 28 peserta didik. Pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 62,07 dan ketuntasan klasikalnya meningkat menjadi 71,74% dengan peserta didik yang
12 tuntas 20 peserta didik, dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 71,57 dan ketuntasan klasikalnya menjadi 92,86% dengan peserta didik yang tuntas adalah 26 siswa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Tri Widiastuti (2011), tentang Eksperimentasi Pembelajaran Koopertif Tipe Two stay Two Stray (TSTS) Dan Tipe Missori Mathematics Project (MMP) Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Sikap Sosial Siswa. Hasil penelitian menunjukan (1) Prestasi belajar matematika pada model TSTS lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran MMP. (2) pada masing-masing model pembelajaran TSTS dan MMP prestasi belajar siswa dengan sikap sosial tinggi lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan sikap sosial menengah ataupun rendah. 2.8 Kerangka Berpikir Proses dalam belajar mengajar guru harus memilih model atau metode pembelajaran yang tepat dan memiliki, efektif, efisien dan tujuan yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar matematika banyak faktor yang memepengaruhi hasil belajar siswa di antaranya adalah model pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran MMP adalah pembelajaran kooperatif di mana hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran MMP yang memberikan siswa tugas proyek yang berisi sederetan soal ataupun perintah untuk mengembangkan suatu ide atau konsep matematika. Tugas proyek ini antara lain dimaksudkan untuk memperbaiki komunikasi, penalaran, hubungan interpersonal, keterampilan membuat keputusan, dan keterampilan memecahkan masalah. Tugas proyek ini dapat diselesaikan secara individu (pada langkah seat work), berkelompok (pada langkah latihan terkontrol) atau bersama-sama dengan seluruh siswa dalam kelas (pada langkah pengembangan). Jadi tugas proyek matetamatika merupakan suatu tugas yang meminta siswa menghasilkan sesuatu oleh diri siswa sendiri. Dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) memungkinkan untuk terjadi interaksi yang baik karena dalam pembelajarannya terjadi berbagai interaksi antara guru dan siswa, dan juga siswa dan siswa. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, maka secara mental menemukan pengetahuan yang berupa konsep, prinsip maupun
13 keterampilan pengetahuan yang dapat bertahan lama, dan mempunyai efek yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini akan meneliti seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa di MTs Negeri Kalibeber kelas VII tahun ajaran 2012/2013.