BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harapan merupakan satu syarat yang sangat penting bagi hidup manusia. Tanpa harapan, seorang manusia tidak dapat berada. Manusia mengalami keberadaannya sebagai kerinduan dan pergumulan, sebagai sebuah dinamika yang mengalir keluar dari sebuah gerak hati yang tersembunyi serta menghasratkan sebuah kehidupan yang lebih baik, lebih sempurna. Ada banyak hal yang diharapkan dalam kehidupan manusia: kesehatan, kemerdekaan, kemenangan dari apa yang ia yakini sebagai ide-ide yang benar, keringanan bagi orang-orang yang kekurangan dan tertindas. 1 Berbicara tentang Maria sebagai Bunda, kita juga bisa menyebut Maria sebagai tanda harapan yang pasti serta hiburan bagi umat Allah yang berziarah. 2 Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Lumen Gentium menutup uraian tentang Maria dengan menatap penuh kerinduan kepada dia yang sudah dimuliakan dan menikmati kebahagiaan penuh bersama Kristus. Maria yang dimuliakan, menjadi tanda penghiburan yang bisa mengobarkan harapan orang-orang beriman bahwa merekapun akan memperoleh kebahagiaan dan kemuliaan abadi sebagaimana yang sudah dinikmati Bunda Maria selama ini. 3 1 Karl Heinz Peschke SVD, Etika Kristiani II, dalam Alex Armanjaya, dkk (Penterj.), (Ledalero- Maumere 2003) Hal. 67. 2 Georg Kirchberger, Allah Menggugat Sebuah Dogmatik Kristiani, (Ledalero-Maumere, Maret 2007) Hal. 438. 3 Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Lumen Gentium dalam R.Hardawiryana,SJ. (Penerj.), (Jakarta: Obor, 1993), art. 64. Untuk kutipan selanjutnya akan digunakan singkatan LG dan Nomor Artikel.
Santa Perawan Maria seringkali diperbandingkan dengan seorang ibu, namun demikian ia tetap jauh lebih mengagumkan daripada seorang ibu terbaik sekalipun; sebab ibu terbaik kadangkadang menghukum anaknya apabila anaknya itu mengecewakan hatinya, dan bahkan menghajarnya: ia berpikir bahwa ia melakukan hal yang tepat. Lain halnya dengan Santa Perawan Maria. Bunda Maria menjadi ibu yang baik; ia begitu lembut hati hingga ia memperlakukan kita dengan penuh kasih sayang dan tak pernah sekali pun menghukum kita. Sebagai seorang ibu yang penuh belaskasihan, ia juga telah menunjukkan kepada kita bagaimana semua perkaranya dapat ditanggungnya dengan hati terbuka penuh pengharapan kepada Allah. 4 Bunda Maria, dengan iman, harapan dan kasihnya pada Allah, menyerahkan semuanya pada penyelenggaraan Allah. Di sini Bunda Maria menjadi tokoh iman dan model pengharapan seluruh umat beriman. Paus Benediktus dalam Ensikliknya yang kedua, yang berjudul Spe Salvi, 5 melihat Bunda Maria sebagai Bintang Harapan. Paus menyerukan sekaligus memotivasi umat pada zaman ini untuk melihat Bunda Maria sebagai contoh dan model harapan sejati. Bertolak dari ajaran Paus ini, penulis ingin merefleksikan dengan lebih jauh dalam karya Skripsi di bawah tema Bunda Maria Sebagai Model Harapan Umat Beriman Dalam Terang Ensiklik Spe Salvi No.49-50. 1.2 Perumusan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis berusaha merumuskan beberapa pokok permasalahan yang ingin dikaji dalam tulisan ini, yaitu: 4 P.Sipri Asa, CMF, Bahan Konferensi Novisiat CMF Benlutu, (Novisiat Benlutu, 2010), hal.2 5 Paus Benediktus, XVI, Encyclical Spe Salvi, www.vatikan.va. Ensiklik ini merupakan Ensiklik kedua dari Paus Benediktus XVI selama masa kepausannya yang dipublikasikan pada pesta Santo Andreas, 30 November 2007 lalu. Ensiklik ini muncul hampir dua tahun setelah Ensiklik pertama Deus Caritas Est (Allah adalah cinta) yang menekankan cinta Allah atas dunia ini. Kutipan selanjutnya akan digunakan singkatan SS dan diikuti normor artikelnya.
1. Siapakah Maria 2. Bagaimana pandangan Gereja Katolik tentang Maria. 3. Bagaimana iman, harap dan kasih sebagai kebajikan-kebajikan teologal dipahami dalam ajaran iman Katolik. 4. Bagaimana Maria menjadi model pengharapan dalam terang Ensiklik Spe Salvi? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dari tulisan ini yaitu: 1. Untuk mengenal secara lebih mendalam siapakah Bunda Maria, terutama bagaimana kesaksian Kitab Suci dan ajaran Magisterium Gereja tentang Bunda Maria. 2. Untuk mengkaji dan memahami refleksi mengenai harapan dalam kaitan dengan pribadi Bunda Maria sebagai model pengharapan umat beriman menurut Ensiklik Spe Salvi nomor 49-50. 3. Untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar Sarjana Filsafat pada Fakultas Filsafat Agama, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. 1.4 Kegunaan Penulisan 1.4.1 Bagi Umat Katolik Pada Umumnya dan Pembaca Pada Khususnya Tulisan ini diharapkan dapat memberi suatu masukan dan sumbangan yang berarti bagi umat Katolik dalam menjalani hidup panggilannya masing-masing, dengan menjadikan Bunda Maria sebagai model penghayatan yang total penuh pengharapan pada panggilan Allah.
1.4.2 Bagi Civitas Akademika UNWIRA Kupang Pada Umumnya dan Mahasiswa/i Fakultas Filsafat Agama Unwira Khususnya Tulisan ini juga berguna bagi Civitas Akademika UNWIRA Kupang pada umumnya dan Mahasiswa-mahasiswi FFA pada khususnya, agar dapat memahami Bunda Maria sebagai model harapan dan dapat meneladaninya sebagai model iman mereka dalam menjalani hidup dengan penuh pengharapan. 1.4.3 Bagi Pribadi Penulis Secara pribadi, tulisan ini sangat bermanfaat bagi penulis sendiri, karena sebagai seorang religius, tulisan ini sangat membantu penulis untuk memahami konsep pengharapan yang dimaksud dalam Ensiklik Spe Salvi terutama dalam hubungan dengan Bunda Maria sebagai model pengharapan; dan berusaha untuk menerjemahkannya dalam hidup dan panggilan penulis sehari-hari. 1.5 Metodologi Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode riset kepustakaan, di mana penulis mengambil literatur-literatur yang sesuai, yang mendukung penyelesaian tulisan ini. 1.6 Sistematika Penulisan Secara keseluruhan, penulis menyajikan tulisan ini dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan tentang Latar Belakang Penulisan Skripsi, disertai dengan Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Kegunaan Penulisan, Metodologi dan Sistematika Penulisan. Bab II: Siapakah Maria. Dalam bab ini, penulis menguraikan secara umum siapakah Maria menurut Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Maria menurut Magisterium Gereja dan keutamaan-keutamaannya. Bab III: Hubungan Iman, Harap dan Kasih. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan tentang iman, harap dan kasih sebagai tiga kebajikan teologal Kristiani serta hubungan antara ketiganya. Bab IV: Bunda Maria Sebagai Model Harapan Umat Beriman dalam Terang Ensiklik Spe Salvi No.49 dan 50. Bab keempat ini merupakan bab inti. Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang Latar Belakang Ensiklik Spe Salvi, uraian singkat tentang keseluruhan isi Ensiklik Spe Salvi, Teks lengkap Ensiklik Spe Salvi No. 49-50, tema-tema pokok dari Ensiklik Spe Salvi No. 49-50 dan Bunda Maria sebagai teladan kita. Bab V adalah bab Penutup