BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan perekonomian di Indonesia di nominasi oleh kegiatan

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional senantiasa dilakukan untuk mencapai

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang membentang dari Sabang sampai Merauke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

2013, No BAB I PENDAHULUAN

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

J. PRIMA TANI LKDRIB KABUPATEN SIJUNJUNG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud yaitu sebagian besar petani Indonesia sulit untuk mengadopsiteknologi sederhana untuk meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Kemudian, petani mengalami keterbatasan pada akses informasipertanian sehingga pasarkomoditas pertanian menjadi semakin tersudut. Petani juga memiliki kendala atas sumberdaya manusia yang dimiliki dan rendahnya pendidikan yang dimiliki petani. Faktor penyebab lainnya adalah pemerintah yang berpihak pada sektor industri dari pada sektor pertanian yang berdampak pada semakin menyempitnya lahan yang dimiliki oleh petani akibat konversi lahan menjadi lahan industri maupun pemukiman. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan olehjhingan (1999) bahwa hambatan yang paling erat berkaitan dengan perkembangan ekonomi juga sama dengan hal di atas yaitu kelangkaan modal. Sebab utama kekurangan modal adalah kecilnya tabungan atau kurangnya investasi di dalam produksi yang mampu menaikkan tingkat pendapatandanpertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena pendapatan per kapita rendah, penduduk tidak dapat menabung banyak, sehingga bagian yang tersisa untuk investasi lebih lanjut hanya sedikit. Hal ini mengakibatkan produktivitas masyarakat dalam berusaha menurun. Bertitik tolak pada lemahnya penguasaan modal dan sulitnya masyarakat dalam mengakses permodalan, Pemerintah Republik Indonesia menerapkan satu program yang dinamakan dengan PUAP (Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan). PUAP mengalokasikan anggaran penguatan modal untuk pengembangan usaha agribisnis perdesaan sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk satu peserta GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Salah satu ide dasar pencetusan program ini adalah berhasilnya pendekatan Prima Tani yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian, dipadukan dengan program P4S. Prima

Tani mendorong pengembangan teknologi dan P4S memicu pertumbuhan swadaya masyarakat. Menurut Daerobi, Hery dan Tetuko. (2007), Prima Tani itu sendiri merupakan program terobosan yang diluncurkan untuk mempercepat proses alih teknologi ke pengguna, dengan sasaran utama peningkatan pendapatan masyarakat melalui penggalian dan pemanfaatan semua potensi perdesaan yang tersedia. Pencapaian sasaran dilakukan melalui pemberdayaan kelembagaan, penerapan teknologi spesifik lokasi yang efektif dan pengembangan industri perdesaan dengan pengawalan dan pembimbingan oleh tim kerjasama. Pada dasarnya, PUAP dilaksanakan adalah untuk mengatasi permasalahan permodalan dalam pengembangan agribisnis perdesaaan yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan peningkatan pendapatan petani di perdesaan. Menurut Numanaf (2009), modal merupakan masalah utama yang selalu muncul dalam upaya pengembangan potensi dan kemampuan masyarakat, terutama di wilayah perdesaan. Upaya peningkatan pendapatan masyarakat baik melalui penerapan teknologi maupun melalui penggunaan Inovasi selalu terkendala oleh kelangkaan modal. Dalam penerapannya, wilayah perdesaan dijadikan sebagai Laboratorium Agribisnis, yang nantinya akan berkembang menjadi Desa Industri (Agro Industrial Perdesaan= AIP). Pelaksana Prima Tani adalah para peneliti dan penyuluh BPTP, bekerjasama dengan penyuluh lapang setempat, aparat instansi terkait di Kabupaten dan Propinsi, aparat desa dan pemuka serta pengusaha setempat. Kata kunci dalam pelaksanaan Prima Tani adalah sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan, pembimbingan berkelanjutan serta fasilitasi kerjasama dan pemasaran. Dalam lima tahun pelaksanaannya di lapangan tahun 2005-2009, umumnya kegiatan Prima Tani diberbagai daerah memperlihatkan hasil yang baik dan berperan besar dalam memacu gerakan pertumbuhan agribisnis yang dimulai di perdesaan. Laporan pelaksanaan dari BPTP (2010) mengemukakan bahwa peningkatan aktivitas agribisnis yang dicirikan oleh peningkatan pendapatan masyarakat pelaku. Perkembangan tersebut telah memicu harapan para pengambil kebijakan untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut secara massal di seluruh Indonesia.

Pada tahun 2008, kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), dimulai dengan alokasi bantuan penguatan modal untuk 10.000 desa yang terintegrasi dengan PNPM-Mandiri. Pelaksanaan program ini dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 30 April 2007 di Palu. Pada tahun 2010 lalu, ditegaskan kembali bahwa PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. Bantuan diberikan kepada GAPOKTAN yang menghimpun beberapa kelompok tani, dibina oleh Penyuluh Pertanian Lapang dan Penyelia Mitra Tani. Secara Nasional PUAP dilaksanakan oleh Tim Pelaksana ditetapkan oleh Menteri Pertanian, yang juga ditindaklanjuti oleh para Gubernur dan Bupati/Walikota daerah pelaksana (Departemen Pertanian, 2009). Lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. MENTERI PERTANIAN TIM PUAP PUSAT BPTP Penyelia Mitra Tani (PMT) E - FORM TIM PEMBINA PROPINSI TIM TEKNIS KABUPATEN KOTA Penyuluh Pendamping GAPOKTAN TIM TEKNIS KECAMATAN USAHA PRODUKTIF PETANI Gambar 1. Skema Pelaksanaan dan Tim Pelaksana PUAP Secara Nasional yang Ditetapkan oleh Menteri Pertanian Menurut Departemen Pertanian RI (2009), sasaran yang akan dicapai dari pelaksanaan PUAP adalah: a) Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin yang terjangkau sesuai dengan potensi pertanian desa ; b) Berkembangnya 10.000 GAPOKTAN yang dimiliki dan dikelola oleh petani ; c) Meningkatnya

kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani atau peternak (pemilik atau penggarap) skala kecil, buruh tani dan d) Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman. Indikator keberhasilan outputpuap ditetapkan antara lain ; a) Tersalurkannya dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM ) PUAP kepada petani, buruh tani, dan rumah tangga tani miskin anggota GAPOKTAN sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian dan b) Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya manusia pengelola GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping, dan Penyelia Mitra Tani (Departemen Pertanian RI, 2009). Sementara indikator keberhasilan outcomeantara lain ; a) Meningkatnya kemampuan GAPOKTAN dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani ; b) Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha ; c) Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, hilir) di perdesaan dan d) Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.sedangkan indikator benefit dan impact antara lain ; a) Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani dilokasi desa PUAP ; b) Berfungsinya GAPOKTAN sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani dan c) berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Departemen Pertanian RI, 2009). Telah banyak bantuan yang diberikan oleh pemerintah dan telah banyak sistem yang dikembangkan untuk penguatan modal masyarakat, tetapi selalu kandas di tengah jalan. Mulai dan KUT (Kredit Usaha Tani), KCK (Kredit Candak Kulak), Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) dan lain sebagainya. Berbagai hambatan ditemui dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan terutama disebabkan oleh sosialisasi yang kurang efektif baik pada anggota masyarakat yang menjadi sasaran program maupun para pelaksana program itu sendiri. Sebagian besar program tidak mengikutsertakan secara aktif masyarakat luas. Dengan demikian,

banyak ditemukan kasus bahwa program yang dilaksanakan tidak tepat sasaran baik jenis kegiatan maupun kelompok targetnya (Numanaf, 2009). Dipropinsi Sumatera Barat, kegiatan PUAP telah dilaksanakan pada tahun 2008, yangmencakup 204 Nagari dan meningkat menjadi 258 Nagari pada tahun 2009. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Sumatera Barat memberlakukan suatu kebijakan daerah yang beda dengan pelaksana PUAP lainnya. Kebijakan dimaksud adalah dana bantuan penguatan modal (Rp. 100.000.000,-) yang diberikan kepada Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) yang merupakan prasyarat pencairan dana bergulir tersebut. Jika LKMA belum dibentuk maka dana penguatan modal belum bisa dicairkan. Tujuannya adalah agar dana yang dialokasikan tersebut lebih bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat. LKMA dimaksud merupakan bagian unit usaha dari GAPOKTAN yang bersangkutan (Sekretariat Program PUAP Sumatera Barat, 2010). Namun, sampai dengan bulan Juni 2010, belum diperoleh laporan hasil pelaksanaan PUAP secara menyeluruh, baik yang berasal dari instansi pelaksana (Dinas Pertanian Tanaman Pangan) maupun Instansi Pendamping (BPTP). Masa operasi LKMA (GAPOKTAN) yang sudah memperoleh dana tersebut sangat bervariasi, delapan bulan sampai lima belas bulan. Pencairan dana PUAP baru terlaksana mulai Oktober 2008-Mei 2009. Sebagai gambaran, dikemukakan dalam laporan Sekretariat Program PUAP Sumatera Barat (2010) tentang Profil GAPOKTAN/LKMA PUAP 2008 dan perkembangan LKMA 2009 seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Jumlah dan Sebaran serta Petani Binaan Beberapa LKMA PUAP yangberkembang di Sumatera Barat Bulan Juni 2010 No Nama LKMA Lokasi (Kabupaten) Petani Binaan (KK) Jumlah Modal (Rp) Kel.Tan i Binaan 1 Padang Magek Sakato Tanah Datar 160 98.484.000 11 2 Nandiati Agam 120 208.148.205 7 3 Tunas Harapan Lima Puluh Kota 134 139.260.000 11 4 Pesona Gumanti Kabupaten Solok 132 105.945.000 5 5 Sukma karsa Pasaman Barat 577 632.943.827 4 6 Sumua Nan Janiah Sijunjung 90 102.420.000 7 7 Jaya Bersama Dharmasraya 65 110.000.000 5 8 Gema Nagari Pesisir Selatan 185 101.705.000 12 9 Sinar Swadaya Solok Selatan 110 107.320.000 8 10 Maju Bersama Padang Pariaman 80 102.000.000 4 11 Selamat Mandiri Pasaman 53 126.000.000 3 Sumber : Sekretariat PUAP Sumatera Barat, Juni 2010.

Laporan Tabel 1diatas, hanya menggambarkan perkembangan penggunaan dana penguatan modal serta status LKMA penerima. Laporan yang menyangkut substansi program serta perkembangan dan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat belum tersedia. Sedangkan dana PUAP tahun 2009 sampai April 2010 belum cair seratus persen. Fenomena dan kenyataan inilah yang menjadi alasan bahwa pentingnya untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang Analisis Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani di Nagari Lareh Nan Panjang Kabupaten Padang Pariaman. B. Perumusan Masalah Secara teoritis dan berdasarkan pengalaman pelaksanaan Prima Tani, PUAP yang merupakan lanjutan atau pengembangan Prima Tani Badan Litbang Pertanian ini, diyakini akan mampu mengangkat dan memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat. Karena dengan suntikan dana penguatan modal untuk pengembangan usaha di perdesaan maka akan terjadi peningkatan aktivitas agribisnis yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh (Sumodiningrat, 1996). Dengan demikian, secara bertahap akan terjadi proses pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran. Akan tetapi apakah penerapannya di lapangan sudah sesuai dengan rencana (program) dan apakah program tersebut cukup berperan dalam peningkatan perekonomian masyarakat, belum diketahui secara pasti. Sejak diluncurkan pada tahun 2008, sampai saat ini belum diperoleh hasil penelitian/kajian yang mengemukakan perkembangan dan dampaknya terhadap peningkatan pendapatan serta pertumbuhan ekonomi masyarakat perdesaan. Data yang dikemukakan sebelumnya oleh Sekretariat PUAP Sumatera Barat tahun 2010hanya mengemukakan status LKMA dan perkembangan dana penguatan modal yang telah dialokasikan. Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman terletak sekitar 13 km dari ibukota Kabupaten dan 60 km dari ibukota Propinsi. Nagari Lareh Nan Panjang adalah Nagari di Kecamatan VII Koto yang memiliki luas 1.500 ha dan memiliki 9 korong dengan topografi datar sedikit berbukit (40-100 dpl). Nagari ini merupakan Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Basah

(LKDRIB) dengan komposisi 80% lahan kering dan 20% lahan sawah (curah hujan 2500-3000 mm/tahun). Masyarakat Nagari Lareh Nan Panjang pada umumnya memiliki mata pencaharian di sektor pertanian sebagai petani. Jumlah penduduk yang berjumlah 5.881 jiwa (2.858 jiwa laki-laki dan 3.023 jiwa perempuan serta 1.083 KK). Penduduknya masih berpendidikan rendah (25,6% SD, 35,5% SMP, dan 15,9% SMA, serta 20% lainnya) dan terdapat 327 RTM. Pendapatan per kapita penduduknya sekitar Rp. 4,5 juta per tahun dengan pertumbuhan ekonomi Kecamatan VII Koto sebesar 3,5% per tahun (BPS Kabupaten Padang Pariaman, 2010). Menurut Sekretariat PUAP Sumatera Barat (2010), permasalahan petani di Kabupaten Padang Pariaman pada umumnya adalah keterbatasandalam mengakses sumber modal makin menguatkan petani mengalami beragam tekanan, baik tekanan ekonomi maupun tekanan sosial. Berdasarkan hasil pengamatan awal penelitian ini dari berbagai laporan pelaksanaan PUAP di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2010 diperkirakan bahwa rata-rata modal petani masih tergolong rendah sekitar Rp. 200.000 s/d Rp. 800.000. Disamping itu, tekanan ekonomi juga berhubungan langsung dalam pengadaan sarana produksi meliputi bibit, pupuk maupun obat-obatan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara itu, tekanan sosial lebih bersifat kepada penilaian sebagian besar masyarakat di luar petani yang menilai bahwa petani itu terbelakang dan tertinggal karena tidak mempunyai keinginan untuk maju. Kemunduran dan kemiskinan petani (kemiskinan banyak berada di wilayah perdesaan) ini merupakan akibat dari pendapatan petani di perdesaan semakin menurun. Berdasarkan hasil pengamatan awal penelitian ini dari berbagai laporan pelaksanaan PUAP di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2010 terlihat bahwa perbedaan antara pendapatan petani baik sebelum dan sesudah pelaksanaan Program PUAP tidak jauh berbeda sekitar 10% per tahun. Begitu juga dengan data pendapatan peserta PUAP dengan bukan peserta PUAP juga tidak jauh berbeda secara rata-rata Rp. 55.000 atau 2,96%. Akan tetapi, Program PUAP diperkirakan telah mampu membangun kelembagaan kelompok tani dan lembaga keuangan mikro di sektor agribisnis yang sudah berjumlah sekitar 204 kelembagaan. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi dan kajian mengenai

pelaksanaan PUAP dilapangan serta pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan petanidi perdesaan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan solusi perbaikan dan tindak lanjut pelaksanaan PUAP kedepan untuk percepatan peningkatan pendapatan petani di perdesaan dengan basis agribisnis. Berdasarkan latar belakang dan kenyataan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana implementasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Nagari Lareh Nan Panjang Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman? 2) Bagaimana pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan(PUAP) terhadap peningkatan pendapatan petani di Nagari Lareh Nan Panjang Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui implementasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Nagari Lareh Nan Panjang Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman. 2) Untuk menganalisis pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) terhadap peningkatan pendapatan petani di Nagari Lareh Nan Panjang Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak terkait dan kepentingan yang berbeda-berbeda, yaitu : 1) Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dan Nagari Lareh Nan Panjang Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman untuk melakukan evaluasi dan pengembangan program PUAP dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lainnya dalam meningkatkan pendapatan petani di daerah perdesaan. 2) Sebagai bahan rujukan dan referensi tambahan bagi peneliti untuk melakukan kajian sejenis dalam bidang pemberdayaan ekonomi

masyarakat dan implementasi Program Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan PUAP dalam meningkatkan pendapatan petani di perdesaan.