BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

dokumen-dokumen yang mirip
PERNYATAAN PERSETUJUAN Inform Consent. Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

B A B I PENDAHULUAN. Republika tabloid (7 November 2013) membahas pada sebuah media cetak

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, seperti yang terdapat dalam firman-nya: aturannya, karena semua sudah jelas di atur dalam Al-Qur an dan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

KISI-KISI INSTRUMENT. Perhatikan gambar berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA X

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

Modul ke: SEMINAR MEDIA. 01Ilmu. Presentasi Kelompok. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi,

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkan mampu

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat menuju arah kedewasaan yang digambarkan dengan adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817). Karakteristik seks sekunder merupakan berbagai karakteristik eksternal yang tidak berkaitan langsung/ tidak terlibat langsung dengan reproduksi, tetapi munculnya karakteristik sekunder pada remaja awal adalah sebagai akibat dari kematangan hormon. Karakteristik seks sekunder berfungsi untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan perkembangan yang dicirikan pada masing-masing jenis kelamin. Misalnya pada laki-laki muncul rambut pada sekitar kemaluan, katiak, janggut, dan kumis pada wajah. Selain itu dada terlihat lebih lebar, timbul jakun dan suara menjadi besar serta pertumbuhan otot juga berlangsung cepat sehingga terlihat menonjol dan terlihat lebih kekar daripada perempuan (Sheerwood, 2008: 97). Berdasarkan survey dari Komisi Nasional Perlindungan Anak terhadap 4500 remaja di 12 kota besar di Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan 97% dari responden pernah menonton filem porno, 93,7% pernah ciuman, petting, dan oral seks, serta 62,7% remaja yang duduk di bangku SMP pernah melakukan hubungan seksual (Puspitasari, 2012: 2). Penelitian sebelumnya 1

2 dilakukan oleh Sri Winarni pada tahun 2012 dengan judul Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Perkembangan Seks Sekunder pada Masa Pubertas Kelas VIII di SMP N 14 Surakarta, dengan jumlah responden 40 siswa kelas VIII yang diambil secara acak dan diperoleh hasil 15 remaja (37,5%) berpengetahuan baik, 23 remaja (57,5%) berpengetahuan cukup dan 7 remaja (5%) berpengetahuan kurang. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang perkembangan seks sekunder di SMP N 14 Surakarta adalah cukup (Winarni, 2012: 3). Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8 Januari 2015 terhadap 10 siswa MTs M Yanggong Kec. Jenangan Ponorogo dengan metode wawancara tentang perkembangan seks sekunder pada remaja, diperoleh hasil 5 siswa (50%) berpengetahuan kurang, 3 siswa (30%) berpengetahuan cukup, dan 2 siswa (20%) berpengetahuan baik. Dari studi pendahuluan yang dilakukan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja putra tentang perkembangan seks sekunder adalah kurang. Mayoritas remaja putra terlihat tidak tahu dan tidak peduli terhadap perkembangan yang dialami. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat tinggi, akan tetapi kebanyakan orangtua tidak memberikan informasi/ pendidikan seksual karena menganggapnya tabu. Padahal remaja awal berada dalam potensi seksual yang aktif karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan kebanyakan tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksualnya sendiri, sehingga mereka berusaha mencari informasi dari dunia luar baik dari buku, internet, filem porno ataupun dari lawan jenisnya dengan mencoba hal-hal yang seharusnya belum

3 mereka lakukan hanya untuk memenuhi rasa penasaran/ keingintahuannya tersebut. Hal tersebut sangat berbahaya karena kontrol dalam diri remaja kurang matang dan dapat mengakibatkan masalah-masalah yang tidak diinginkan (Syafrudin, 2011: 9). Melihat berbagai penyimpangan perilaku yang terjadi pada kalangan remaja di Indonesia, maka perlu berbagai upaya untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari tentang bagaimana cara menyikapi perubahan yang terjadi pada masa remaja awal. Upaya tersebut antara lain: Advokasi, Promosi, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki masalah khusus serta memberi dukungan pada kegiatan remaja yang positif. Orangtua juga harus memberikan informasi yang jelas dan terbuka agar anak paham apa yang dimaksud dengan organ seksual dan fungsinya secara sederhana. Selain itu juga harus memasukkan ajaran agama dan norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga masalahmasalah yang terjadi dalam remaja dapat berkurang dan diatasi (Admin, 2008: 15). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latarbelakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana gambaran perilaku remaja putra dalam menghadapi perkembangan seks sekunder di MTs M Yanggong Kec. Jenangan Ponorogo? C. Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran perilaku remaja putra dalam menghadapi perkembangan seks sekunder di MTs M Yanggong Kec. Jenangan Ponorogo.

4 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a) Bagi Institusi Pendidikan Menambah beragam hasil penelitian dalam dunia pendidikan serta dapat dijadikan referensi bagi pembaca lain yang mengadakan penelitian lebih lanjut, baik penelitian yang serupa maupun penelitian yang lebih kompleks. b) Bagi IPTEK Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang perilaku remaja putra dalam menghadapi perkembangan seks sekunder. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti Menambah wawasan dan dapat menjadikan penelitian tentang perilaku remaja putra dalam menghadapi perkembangan seks sekunder sebagai acuan dasar penelitian. b) Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan KTI ini dapat dijadikan data dasar dalam penyusunan KTI peneliti selanjutnya, baik dengan penelitian yang serupa atau yang lebih kompleks. c) Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah informasi masyarakat tentang perilaku remaja putra dalam menghadapi perkembangan seks sekunder.

5