PENGGUNAAN AMILUM SAGU Metroxylon rumphii (Willd.) Mart. SEBAGAI BAHAN PELICIN DALAM PEMBUATAN TABLET

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM BIJI DURIAN (Durio zibethinus, Murr) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS TABLET VITAMIN C DENGAN METODE GRANULASI KERING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

PENGARUH VARIASI KADAR AMILUM GARUT (Maranta arundinaceae Linn) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

PENGARUH VARIASI KADAR GETAH SAGU (Metroxylon sagus Rottb) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN TABLET DEXAMETHASON

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA ABSTRAK

PENGARUH KANDUNGAN PATI SINGKONG TERPREGELATINASI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK TABLET LEPAS TERKONTROL TEOFILIN

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM BIJI DURIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

PENGARUH MAGNESIUM STEARAT, TALK ATAU KOMBINASINYA TERHADAP WAKTU HANCUR DAN DISOLUSI TABLET PREDNISON PADA CAMPURAN INTERAKTIFNYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

PEMANFAATAN MALTODEKSTRIN DARI PATI SINGKONG SEBAGAI BAHAN PENYALUT LAPIS TIPIS TABLET

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN Heni Sumanti, Iskandar Sudirman, Indri Hapsari

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

PHARMACY, Vol.08 No. 01 April 2011 ISSN PENGARUH MANITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI YANG DIVARIASIKAN TERHADAP SIFAT FISIK TABLET ANTASIDA.

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot) DENGAN METODE GRANULASI BASAH

PENGARUH CARA PENGENDAPAN KEMBALI KRISTAL PARASETAMOL DENGAN PELARUT ETANOL SELAMA PROSES FABRIKASI TERRADAP SIFAT FISIK TABLET

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

(Submitted: 06 Agustus 2017, Accepted: 25 September 2017) Sri Rahayu, Nezar Azhari, Ina Ruslinawati

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

STUDI KEMAMPUAN PATI BIJI DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DALAM TABLET KETOPROFEN SECARA GRANULASI BASAH

Pembuatan Tablet Asetosal dengan Metode Granulasi Kering

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SUKROSA-LAKTOSA-ASPARTAM

Sapri, Dedi Setiawan, Rizki Khairunnisa Akademi Farmasi Samarinda ABSTRACT

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Dwi Rahayuningsih, Agus Siswanto, Suparman

UJI AMILUM LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE GRANULASI BASAH

Pengaruh laktosa dan povidon dalam formula tablet ekstrak Kaempferia galanga L. secara granulasi basah

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. UJI AMILUM BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA TABLET KLORFENIRAMIN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung

OPTIMASI FORMULA EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale) DENGAN METODE KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN ANALISIS SIMPLEX LATTICE DESIGN

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI BIJI ALPUKAT

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

FORMULASI TABLET ANTALGIN DENGAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TUGAS AKHIR

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana Hakim. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. Abstrak

Pembuatan Tablet CTM Dengan Metode Kempa Langsung

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi.

OPTIMASI SUHU DAN WAKTU PENGERINGAN GRANUL TABLET KUNYAH BEE POLLEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

Bahan tambahan tablet

METODE GRANULASI BASAH DALAM PEMBUATAN TABLET KOMPRESI

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang. Kentang Putih. Kentang Kuning. Kentang Merah. Universitas Sumatera Utara

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KECEPATAN PELARUTAN PIROKSIKAM HASIL PEMBENTUKAN DISPERSI PADAT DENGAN PEG 4000 DAN PEG 6000

THE EFFECT OF INCREASING CONCENTRATION OF SWEET POTATO STARCH AS A BINDER ON PHYSICAL PROPERTIES OF WET GRANULATION LOZENGES OF GINGER EXTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN OPTIMASI PENGGUNAAN SPRAY DRIED LACTOSE DAN AVICEL PH 102 SEBAGAI FILLER- BINDERS TABLET ASPIRIN

Rika Widyapranata, Siti Aisiyah,Yunita Ayuningtyas Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta ABSTRAK

PERBANDINGAN LAMA PENGERINGAN GRANUL TERHADAP KADAR AIR DAN SIFAT FISIS TABLET PARASETAMOL TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

Penghancur (Disintegran) Tablet

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG UMBI PORANG (Amorphophallus oncophyllus) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA TABLET PARASETAMOL

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR TERHADAP SIFAT FISIK TABLET LEPAS LAMBAT MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

THE EFFECT OF ASPARTAME AND SUCROSE AS SWEETENER AND DURIAN SEED S STARCH AS A BINDING AGENT IN ETHANOL EXTRACT 95% BETLE LEAF LOZENGES

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

Transkripsi:

PENGGUNAAN AMILUM SAGU Metroxylon rumphii (Willd.) Mart. SEBAGAI BAHAN PELICIN DALAM PEMBUATAN TABLET T. N. Saifullah, S. *, Fudholi, A. *, dan Soegihardjo, C. J. * * Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Abstract The use of sago starch Metroxylon rumphii (Willd.) Mart. as glidant in tabletting was investigated. The aims of this investigation to evaluate sago starch used as glidant in tabletting process. Third formulas of parasetamol 300 mg/tablet as active ingredient and Sago starch at concentrations of 2,5; 5, and 10 % were used as glidants were examined. Data of the parameters value of tablet form sago starch as glidant were calculated by common calculation and compared to the common standard value. A one-way analysis of variance and t-test were used to assess the statistical significance of all parameters of interest. A value of p < 0.05 was used as the minimum level of statistical significance. The results showed that sago starch, which were produced from stem of M. rumphii used at concentration of 2, 5 % produced a good function of glidant, it could increase the flow rates, and prevented the attachment of tablet to the die and punch. When concentration of sago starch, increased to 5 and 10 %, it could increase the flow ability of parasetamol granules and its glidants function became better. When concentration of sago starch, increased it could increase disintegration time. Key words: tablet, sago starch, glidant. PENDAHULUAN Bahan pelicin sebagai salah satu bahan pembantu yang ditambahkan dalam proses pembuatan tablet dapat berfungsi sebagai : 1. Lubricant untuk mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet antara dinding ruang cetak dengan tepi tablet selama penabletan berlangsung. 2. Glidant adalah bahan yang dapat menaikkan kemampuan mengalir serbuk, umumnya digunakan dalam proses kempa langsung tanpa proses granulasi. 3. Antiadheren untuk mencegah agar bahan yang dikempa tidak melekat pada permukaan stempel dan matris. Bahan pelicin sangat penting artinya dalam proses pembuatan tablet, terlebih lagi bila campuran serbuk atau granul tidak dapat mengalir atau mempunyai waktu alir yang jelek. Waktu alir merupakan parameter sifat alir atau fluiditas granul yang akan berpengaruh pada proses penabletan, yaitu akan mempengaruhi keseragaman bobot dan keseragaman zat aktif, juga tampilan fisik dari tablet. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan disintegrasi dan dissolusi tablet, oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindari. Contoh bahan pelicin : talk (5 %), magnesium stearat (1 %), derivat-derivat silika (0,25-3%), dan amilum jagung (5-10%) (9,2,1) Amilum merupakan cadangan makanan utama pada tanaman, yang merupakan gabungan dari dua polisakarida, yaitu amilopektin (α-amilosa) yang merupakan polimer rantai bercabang dan amilosa (βamilosa) merupakan molekul berantai lurus (7, 4,13). Amilum terdapat dalam granul dari berbagai ukuran dalam hampir semua organ tumbuh-tumbuhan. Amilum pada sumber asalnya terdapat dalam bentuk granul (butiran kecil). Granul amilum dapat diperoleh dari kebanyakan tanaman dengan menyaring bagian tanaman yang sudah dihancurkan dengan menggunakan kain kasar dan kemudian mengendapkan granul-granul amilum dari filtrat (13,10). Dalam bidang farmasi, amilum yang sudah sering digunakan adalah amilum jagung, kentang, beras, tapioka, dan gandum, seperti yang tercantum dalam British Pharmacopoeia. Amilum jagung, garut, gandum, dan kentang tercantum dalam USP, serta Arrowroot tercantum di BPC. Tapioka atau amilum ubi digunakan di negara-negara subtropis dan tropis (4). Amilum diketahui tersebar banyak di batang, rhizoma, buah, dan biji-bijian (15). Sejak lama telah dikenal, bahwa pada sejumlah senyawa dalam suatu proses penabletan dimungkinkan setelah penambahan 10-20 % amilum. Dalam hal ini biasanya digunakan amilum kentang, jagung, tapioka, dan gandum. Penambahan amilum dapat berfungsi sebagai bahan penghancur, bahan pengikat, dan bahan pengatur aliran. Menurut Evans (4) amilum telah biasa digunakan sebagai disintegrant. Banker dan Anderson (2), mengatakan bahwa amilum dalam proses penabletan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, dan sebagai bahan pelicin. 30

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No. 1, Januari 2002 Amilum sagu adalah amilum yang diproduksi dari batang pohon Metroxylon, sp. terutama M. rumphii Mart., M. laeve Mart., M. sagu Rottboll yang mengandung rata-rata 40 % amilum per batang (3,16). Cara produksi modern hampir sama dengan cara tradisional, cuma secara gradual mengganti dengan sistem peralatan yang lebih canggih (mekanis). Pada umumnya industri sagu di Indonesia masih bersekala kecil atau rumah tangga. Batang pohon sagu yang telah berumur 8-9 tahun ditebang, bagian tengah dari batang pohon yang mengandung sari amilum diambil dan kemudian digiling/diparut atau ditumbuk. Kemudian diaduk dengan air sampai amilum keluar dan selanjutnya disaring serta diendapkan. METODE PENELITIAN Bahan : Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parasetamol (Farmasetis), Laktosa (Farmasetis), Amprotab (Farmasetis), dan Amilum sagu (dibuat dari pohon Metroxylon rumphii (Wild.) Mart.) Alat : Mesin tablet Single Punch (Korsch), Motorized Tapping, Hardness Tester (model Stokes), Friabilator (Erweka), Disintegrator (Erweka), Granulator (Erweka), Dehumidifier (Sanyo), Stopwatch, alat uji penyerapan air, timbangan tipe LS. GDT (Ohauss), spektrofotometer ( Spectronic 601, Milton Roy). Cara penelitian : Untuk mengevaluasi fungsi amilum sebagai bahan pelicin, dibuat 3 macam formula dengan parasetamol sebagai model obatnya. Masing-masing formula mengandung bahan pelicin sebesar 2,5; 5, dan 10 %. Adapun formulanya, sebagai berikut : F1 F2 F3 R/ Parasetamol 300 300 300 Laktosa 333,75 317,5 285 Musilago Amprotab 10 % q.s Amilum sagu 16,25 32,5 65 Parasetamol dicampurkan dengan laktosa sampai homogen, kemudian ditambah musilago Amprotab 10 % sampai terbentuk massa granul. Massa granul selanjutnya diayak dengan ayakan no. 10 dan dikeringkan dalam almari pengering selama 24 jam. Granul yang telah kering diayak dengan ayakan no. 12/35. Fraksi granul no.12/35 ditimbang dan ditambah bahan pelicin (amilum sagu kering masing-masing dengan kadar 2,5 %; 5 % dan 10 %), dicampur sampai homogen. Campuran granul dan amilum kering selanjutnya dikempa menjadi tablet. Dilakukan pengukuran dan uji waktu alir granul, pengetapan granul, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, keseragaman bobot, keseragaman kadar, waktu hancur dan daya serap air. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan pelicin adalah suatu bahan tambahan yang ditambahkan dalam proses pembuatan tablet dengan tujuan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding cetakan pada saat tablet ditekan keluar, untuk mencegah agar serbuk yang dikempa tidak melekat pada dinding ruang cetakan serta untuk mengurangi gesekan antar partikel. Data hasil perhitungan waktu alir, pengetapan, dan sifat fisis tablet parasetamol yang menggunakan bahan pelicin amilum sagu dengan kadar 2,5; 5, dan 10 % dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil perhitungan waktu alir dan pengetapan granul, serta sifat fisis tablet F1-F3 Waktu alir (detik) Pengetapan (% T) Keseragaman bobot (CV %) Kekerasan (kg) Kerapuhan (%) F1 8,94 17,20 0,629 5,88 0,275 F2 8,66 16,80 0,631 6,30 0,279 F3 8,56 16,60 0,630 6,19 0,285 Dari hasil pengukuran waktu alir (tabel 1) terlihat bahwa kecepatan alir semakin meningkat (waktu alir semakin rendah) dengan semakin besarnya konsentrasi amilum sagu yang ditambahkan. Adanya kemampuan amilum sagu dalam memperbaiki sifat alir disebabkan karena partikel amilum berbentuk oval dan permukaan partikelnya licin, sehingga akan lebih mudah mengalir. Menurut Gold et al (8), kombinasi fines dalam campuran granul dengan bahan pelicin mempunyai aksi yang sama dalam memperpendek waktu alir bila jumlahnya 10-20 %. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa amilum sagu mampu memperbaiki sifat alir granul atau dapat berfungsi sebagai glidan. Waktu alir yang diperoleh untuk ketiga formula, baik dengan kadar bahan pelicin 2,5; 5 maupun 10 %, semuanya kurang dari 10 detik. Menurut Guyot (6), serbuk atau granul dengan waktu alir lebih dari 10 detik untuk 100 gram granul akan mengalami kesulitan dalam proses pabrikasi. 31

Bila diamati permukaan tablet yang dihasilkan oleh ketiga formula tersebut, baik yang menggunakan bahan pelicin 2,5 %, 5 % maupun yang 10 %, semuanya menghasilkan permukaan tablet yang halus dan relatif mengkilat. Selain itu pada saat pencetakan tablet, tablet yang tercetak tidak melekat, baik pada dinding cetakan maupun pada matris. Dalam hal ini juga dapat dikatakan bahwa amilum sagu yang ditambahkan tersebut, juga dapat berfungsi sebagai lubricant dan antiadheren. Harga pengetapan yang diperoleh untuk ketiga formula (F1, F2 dan F3) kurang dari 20 %, berarti campuran serbuk dari ketiga formula memiliki harga persen pengetapan yang baik. Dari hasil pengetapan terlihat bahwa semakin besar kadar amilum sagu yang ditambahkan, harga persen pengetapan semakin kecil. Hal ini mungkin disebabkan karena fungsi amilum sagu sebagai bahan pelicin, sehingga sifat alir dari campuran semakin baik, dengan demikian penataan granul di dalam corong menjadi lebih baik. Hasil perhitungan keseragaman bobot untuk F1 sampai F42, semua formula memenuhi persyaratan keseragaman bobot seperti yang dipersyaratkan dalam Farmakope Indonesia 1979. Pada tabel 1 juga dapat dilihat harga koefisien variasi (CV) untuk keseragaman bobot untuk F1, F2 dan F3 berturut-turut sebagai berikut : 0,629; 0,631; dan 0,630 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa keseragaman bobot untuk ketiga formula tersebut cukup seragam dan baik(tablet yang baik memiliki CV kurang dari 5 %). Keseragaman bobot untuk ketiga formula juga terlihat tidak ada perbedaan/sama. Hasil perhitungan keseragaman kadar (tabel 2) juga diperoleh hasil yang cukup baik dengan harga koefisien variasi kurang dari 5 %, dan dengan nilai CV yang hampir sama yaitu 1,646; 1,337; dan 1,392 %. Hasil ini sejalan dengan sifat alir dan keseragaman bobot yang baik untuk ketiga formula tersebut, sehingga menghasilkan tablet yang memiliki keseragaman kadar yang baik pula. Menurut Parrot (14), tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-8 kg. Kekerasan untuk ketiga formula (F1, F2 dan F3) dibuat sama yaitu sekitar 6 kg, namun sulit mencapai harga kekerasan yang benar-benar sama karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Namun bila harga masing-masing kekerasan dari ketiga formula dilakukan uji statistik ANOVA satu jalan, diperoleh harga p = 0,0874. Jadi dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara ketiga harga kekerasan tersebut. Hasil uji kerapuhan, diperoleh harga persen kerapuhan berturut-turut untuk F1, F2 dan F3 adalah 0,275; 0,279 dan 0,285 %. Harga persen kerapuhan ini cukup baik karena kurang dari 1 %. Tablet yang baik mempunyai kerapuhan tablet tidak lebih dari 1 % setelah perlakuan (5). Bila dilakukan uji statistik ANOVA satu jalan, diperoleh harga p = 0,8891, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna untuk ketiga harga persen kerapuhan. Salah satu keuntungan penggunaan bahan pelicin yang bersifat hidrofilik adalah dapat mempercepat waktu disintegrasi dan pelarutan obat (12,11). Amilum sagu bersifat sangat suka air dan mampu mengabsorbsi air dalam jumlah yang cukup besar. Hasil pengujian waktu hancur (disintegrasi) tablet pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kecepatan hancurnya tablet meningkat dengan meningkatnya kadar bahan pelicin (amilum Sagu) yang bersifat suka air. Peningkatan jumlah amilum sagu sebagai bahan pelicin yang mampu menyerap air, akan meningkatkan kecepatan disintegrasi tablet yang akhirnya diharapkan akan mampu meningkatkan kecepatan pelarutan obat. Dari tabel 3 dan gambar 1 juga dapat dilihat, semakin banyak kadar amilum sagu sebagai pelicin yang ditambahkan, maka kecepatan dan jumlah air yang diserap juga bertambah besar. Hal ini akan lebih jelas dengan melihat jumlah air yang diserap oleh tablet baik total maupun per-mg tablet (tabel 4), terus meningkat sebanding dengan makin besarnya amilum sagu sebagai pelicin yang ditambahkan. Tabel 2. Data hasil uji waktu hancur dan keseragaman kadar F1-F3 Waktu hancur (menit) Keseragaman kadar (CV %) F1 2,66 1,646 F2 1,45 1,337 F3 1,25 1,392 32

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 1, No. 1, Januari 2002 Tabel 3. Data kecepatan penyerapan air F1-F3 Waktu Jumlah air yang diserap (mg) (menit) F1 F2 F3 0,30 98 147 207 1 125 196 265 1,30 154 219 299 2 177 236 315 3 222 261 328 4 247 279 336 5 262 290 341 6 268 296 345 Tabel 4. Hasil perhitungan jumlah air yang diserap (AUC) total dan per-mg tablet untuk F1-F3 F1 F2 F3 AUC total 1185,90 1435,55 1800,75 AUC/mg 1,82 2,21 2,77 Jumlah air yang diserap (mg) 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0.5 1 1.5 2 3 4 5 6 Waktu (detik) F22 F23 F24 Gambar 1. Kurva kecepatan penyerapan air dari tablet F1-F3 KESIMPULAN Amilum sagu yang ditambahkan sebagai pelicin dengan kadar 2,5 %, sudah dapat berfungsi dengan baik sebagai pelicin, yaitu dapat meningkatkan sifat alir dan mencegah melekatnya tablet dalam ruang cetakan dan pada punch. Peningkatan kadar amilum sagu sebagai pelicin menjadi 5 dan 10 %, dapat meningkatkan sifat alir granul parasetamol dan fungsinya sebagai pelicin semakin baik. Peningkatan kadar amilum sagu yang ditambahkan sebagai bahan pelicin juga akan meningkatkan waktu hancur tablet. DAFTAR RUJUKAN 1. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen kesehatan RI, Jakarta, 4-6, 107-108, 488-489, 515-516, 649-650, 771-772. 2. Banker, S. G. and Anderson, R. N., 1976, Tablet, in The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lachman and Lieberman (ed.), 2 nd Ed. Lea and Febiger, Philadelphia, 463-735.Banker, S. G., Peck, E. G., and Bally, C., 1980, The tion and Design, in Pharmaceutical dosage Forms. Tablets, Vol. I, Marcell Dekker Inc., New York, 72-87. 3. Corbishley, A. D., and Miller, W., 1984, Tapioka, Arrowroot, and Sago Starches Production, in Starch, Chemistry and Technology, Whistler, et al (ed.), 2 nd Ed., 33

Academic Press Inc., New York, 469-478. 4. Evans, C. W., 1989, Trease and Evans Pharmacognocy, 13 th Ed., English Language Book Society, 356-362. 5. Fonner, D.E., Anderson, N.R., and Banker, G.S., 1981, Granulation and tablet Characteristic in Pharmaceutical Dosage Forms: Tablet, Lieberman, H.A., Lachman, L., (Ed), Vol. 2, Marcel Dekker Inc., New York, 226-231, 246,249, 252. 6. Fudholi, A., 1983, Metodologi si dalam Kompresi Direk, Medika, 7, 586-593. 7. Gaman, M. P. and Sherrington, K. B., 1981, The Science of Food, an Introduction to Food Science Nutrition & Microbiology, 2 nd Ed., Pergamon Press, England, 65-67. 8. Gold, G., Duvall, R.N., Palermo, B.T., and Slater, J.G., 1968,. Factors Affecting The Flow of Lactose Granules, J. Pharm. Sci. 667-671. 9. Gunsel, W.C., and Kanig, J.L., 1976, Tablet, in The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lachman and Lieberman (ed.), 2 nd Ed. Lea and Febiger, Philadelphia, 321, 327-329. 10. Haryadi, 1995, Kimia dan Teknologi Pati, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1-23. 11. Hess, H., 1987, Tablets Under the Microscope, J. Pharm. Techn. Vol. 11, (4), 54-68. 12. Lowenthal, W., 1972, Disintegration of Tablets, J. Pharm. Sci. Vol. 61, (11), 1695-1707. 13. Newman, A.W., Vitez, I.M., Kiesnowski, C., and Mueller, R.L., 1990, Starches and Starch Derivatives, in Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Swarbrick and Boylan (ed.), Vol. 1, Marcel Dekker Inc., New York, 223-249. 14. Parrot, E.A., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3 rd Ed., Burgess Publishing Co., Mineapolis, 18, 82, 158, 171, 389, 390. 15. Trease, E. G., 1961, A Text Book of Pharmacognosy, 8 th Ed., Tindall and Cox., London, 746. 16. Youngken, W. H., 1950, Text Book of Pharmacognosy, 6th Ed., Mc Graw Hill Book Com. Inc., New York, 176. 34