I. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik (Public Service) merupakan segala macam kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB I PENDAHULUAN. melayani 10 koridor dengan total panjang lintasan 123,35 km yang

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

REDESAIN TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK

Kota Bandung telah menyiapkan beberapa fasilitas untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KABUPATEN PANDEGLANG ( Suatu Tinjauan Teknis )

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Umum Masal Perkotaan. Jabodetabek. Jaringan. Rencana Umum.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 55 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

Analisis Pembiayaan Pembangunan Bus Transjakarta

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat dari masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SURAT IZIN KERJA (SIK) DI TERMINAL BUS KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angkutan umum merupakan suatu bentuk transportasi kota yang sangat esensial dan komplementer terhadap angkutan pribadi, tetapi pada kenyataannya hal ini tidak dapat sepenuhnya diupayakan oleh masyarakat kota. Masyarakat belum berpindah moda transportasi dari kendaraan pribadi ke angkutan Bus. Akibatnya penggunaan kendaraan pribadi cendrung lebih dominan dari pada kendaraan angkutan umum, sebagaimana tercermin pada gambar 1 di bawah. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun 2004 Sepeda Motor 49% Bus 8% Kendaraan pribadi 43% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004) Pertumbuhan kendaraan pribadi yang cukup tinggi dan dominannya moda transportasi pribadi tersebut akan menimbulkan kemacetan lalu lintas karena tidak dibarengi dengan penambahan jaringan jalan. Pola jaringan jalan yang ada itu menyebabkan pergerakan lalu lintas terkonsentrasi pada pusat kota. Tetapi ada juga penyebab lain yang menghalangi pergerakan lalu lintas pada penggal jalan atau persimpangan karena adanya pusat pusat aktivitas yakni berupa : terminal, persimpangan kereta api, pasar, pusat perbelanjaan, sekolah, hotel yang sepanjang jalan arteri. Selain hal tersebut di atas ada penyebab lain yakni sarana pejalan kaki dan juga parkir. Fasilitas yang disediakan untuk para pejalan selain memang masih belum mencukupi juga tidak digunakan sesuai dengan peruntukannya,

banyak dipergunakan oleh pedagang kaki lima, sehingga pejalan kaki itu sendiri menggunakan bagian jalan yang dipergunakan untuk kendaraan yang akan berakibat terjadinya penurunan kapasitas jalan. Sedangkan untuk masalah perparkiran merupakan penyebab juga dari kemacetan lalu lintas karena banyaknya pasar atau pusat kegiatan dimana kurang memperhatikan masalah perparkiran sehingga kapasitas perparkiran yang ada tidak dapat menampung kendaraan yang parkir, sehingga banyak kendaraan yang parkir pada bagian jalan, dan berakibat terjadinya penurunan pada kapasitas dari jalan tersebut. Di samping itu tingkat disiplin pengguna jalan masih belum memadai. Tingkah laku sebagian pengemudi kendaraan umum dalam berlalu lintas masih sangat memprihatinkan, kebut kebutan, saling mendahului, menurunkan penumpang disembarang tempat, di belokan dan tempat tempat lain yang selalu menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas. Budaya antri yang masih jauh dari harapan dengan segalah alasanya merupakan cermin masih kurangnya disiplin para pengguna jalan. Untuk mengatasi persoalan transportasi di DKI Jakarta, penambahan jumlah armada angkutan umum bukan merupakan satu satunya pemecahan. Pemecahan persoalan lebih ditekankan pada efisiensi pemanfaatan ruang lalu lintas dengan mengutamakan penggunaan angkutan massal. Pemerintah Propinsi DKI Jakarta memberi arahan terhadap kebijaksanaan transportasi didasari atas pemikiran bahwa pembangunan transportasi ditujukan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan angkutan bagi masyarakat. Dalam upaya untuk lebih meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen pelayanan masyarakat (publik) atau sektor publik, pemerintah propinsi DKI Jakarta mempopulerkan suatu konsep, gagasan, gerakan, Reinverting Government. Inti gerakan Reinverting Government menganjurkan agar pemerintah sebaiknya lebih berfungsi sebagai pengendali (Steering) dari pada sebagai penyedia layanan (rowing) kepada masyarakat (Osborne dalam Mardiasmo 2002).

Prinsip utama Reinverting Government menurut Sianipar (2000), adalah pengembangan sistem manajemen pelayanan masyarakat dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan kerja sama dengan publik (public private partnership). Maksudnya kalau publik (swasta) sudah mampu menyediakan jasa layanan, pemerintah tidak perlu ikut campur tangan lagi. Pemerintah hanya berfungsi sebagai pengendali agar swasta yang diberi kepercayaan mengelola penyediaan jasa pelayanan tidak merugikan, membahayakan masyarakat. Kebijakan transportasi di Propinsi DKI Jakarta secara rinci dinyatakan dalam Peraturan Daerah nomor 5 tahun 1984 tentang Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) DKI Jakarta 2005, dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang lancar aman, nyaman dan efisien, terjangkau oleh daya beli seluruh kelompok masyarakat namun tetap mampu memelihara kelangsungan penyelenggaraan perhubungan, dapat mengurangi kemacetan dan gangguan lalu lintas di jalan, sekaligus dapat memelihara kualitas lingkungan hidup. 2. Memadukan sistem jaringan jalan perkotaan dengan wilayah sekitarnya agar angkutan perkotaan dapat berfungsi secara optimal dalam melayani kegiatan lokal dan wilayah sekitarnya. 3. Mengembangkan keterpaduan intra dan antar moda yang sejalan dengan kebijaksanaan spasial dan daya dukung lingkungan serta mampu menjawab pertumbuhan kebutuhan. 4. Mengembangkan manajemen transportasi dalam rangka mencapai efisiensi dan kualitas pelayanan yang lebih tinggi melalui kebijaksanaan yang lebih aplikatif, melalui antara lain : a. penataan jaringan trayek sesuai dengan hirarki trayek; b. pembatasan penggunaan kendaraan pribadi seiring dengan peningkatan pelayanan angkutan umum ; c. manajemen lalulintas yang menyeluruh, peningkatan dan pemeliharaan jalan yang ditekankan untuk kepentingan angkutan umum ;

d. mengembangkan standar kualitas sarana angkutan sesuai dengan perkembangan sosial dan kebutuhan masyarakat. 5. Meningkatkan koordinasi antara perencanaan dengan pelaksanaan transportasi, termasuk di dalamnya kerangka pengaturan dan kelembagaan. 6. Meningkatkan peran serta swasta dalam investasi dan pengelolaan transportasi perkotaan melalui aturan main yang jelas dan memperhatikan kepentingan berbagai pihak (penanam modal, penyewa, kontraktor dan pemerintah sendiri). 7. Mengendalikan dampak lingkungan sebagai akibat dari transportasi melalui konservasi dan diversifikasi energi dan dengan menerapkan peraturan yang lebih mengena tentang kelaikan dan pengujian kendaraan bermotor untuk lebih mendorong keselamatan dan menjaga kualitas lingkungan. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dibidang lalu lintas dan angkutan yang tertuang dalam Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta nomor 12 tahun 2003. Maka peranan perusahaan Bus TransJakarta dipandang sebagai salah satu prioritas dalam mengatasi masalah lalu lintas. Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta tersebut diformulasikan menjadi tujuan perencanaan transportasi BustransJakarta jangka panjang yang dirumuskan dalam Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta nomor 110 tahun 2003, sebagai berikut : Meningkatkan sistem transportasi perkotaan yang selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, serta terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan Dalam kondisi tersebut, hal utama yang harus diprioritaskan oleh Badan Pengelola Transjakarta adalah memahami harapan harapan dari pelanggan/pengguna jasa umumnya diperoleh dari hasil riset pasar, baik dengan cara wawancara, pengisian kuisioner, atau keluhan-keluhan dari pengguna jasa mengenai pelayanan yang diberikan pada Tabel 1,

keluhan dan tanggapan masyarakat dari bulan Februari sampai bulan Juni 2004 dan pemberitaan tentang Busway cendrung menurun, serta masukan masukan dari karyawan lini depan inilah yang menjadi bagian dari latar belakang penelitian. Data yang diperoleh diolah, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang harapan dari pengguna layanan jasa Bus Transjakarta. Tabel 1. Keluhan dan Tanggapan Masyarakat (Februari Juni 2004) B u l a n No Keluhan Masyarakat tentang Bus Way Februari Maret April Mei Juni 1 Satgas - 8 16 4 3 2 Pramudi 4 9 19 4 5 3 Tiket 5 7 10 6 2 4 Sarana Prasarana 4 18 17 4 2 5 Feeder / Pengumpan 3 - - - - J u m l a h 16 42 62 18 12 Pemberitaan tentang Bus Way 1 Positif 39 23 19 9 14 2 Negatif 61 19 21 12 13 3 Informatif 78 18 18 18 40 J u m l a h 178 60 58 39 67 Sumber : DISHUB Propinsi DKI Jakarta. Harapan harapan dari pelanggan/pengguna jasa mengenai pelayanan Bus Transjakarta tersebut selanjutnya diterjemahkan menjadi sesuatu yang operasional, yaitu berupa spesifikasi atau standar kualitas pelayanan. Spesifikasi yang telah ditetapkan sebagai standar kualitas pelayanan inilah yang menjadi acuan bagi seluruh karyawan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan/pengguna jasa. Operasional maksudnya adalah standar kualitas pelayanan tersebut harus dapat diukur, sehingga mudah untuk mengetahui bila terjadi penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan.

Standar pelayanan harus mengacu pada beberapa dimensi antara lain (1) Keandalan, (2) Daya tanggap, (3) Jaminan, (4) Empati, (5) Bukti fisik. Tidak ada gunanya suatu standar pelayanan yang baik tanpa ada manusia yang mampu mengerjakannya, atau tanpa sarana prasarana dan teknologi yang menunjangnya. Demikian juga sebaliknya, walau sarana prasarana dan teknologinya memadai, sumber daya manusianya cukup berkualitas, bila tidak ada standar yang harus dicapai, kualitas pelayanan yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh manajemen. Pada akhirnya kepuasan dari pelanggan / pengguna jasa tidak akan tercapai. Manajemen Transjakarta, dalam usahanya untuk memenuhi harapan dari pelanggan / pengguna jasa, disamping menyediakan sarana fisik dan teknologi, maka yang juga penting untuk dilakukan adalah melakukan pemasaran internal. Pemasaran internal ditujukan pada Pemerintah Propisin DKI Jakarta yang bertujuan agar apa yang telah dioperasikan dapat dipenuhi dengan memuaskan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka menjadi menarik topik ini untuk dianalisis terutama dari segi kualitas pelayanan perusahaan Bus Transjakarta. 1.3. Perumusan Masalah Dengan semakin meningkatnya pembangunan sistem transportasi tersebut, maka sistem transportasi ini menjadi suatu sektor yang sangat penting. Dengan kondisi ini dan berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Faktor apa yang menjadi pertimbangan dalam upaya memberikan kepuasan pelayanan kepada pengguna jasa Transjakarta - Busway. 2. Upaya apa yang perlu dilakukan oleh pihak Badan Pengelolah Transjakarta Busway dalam rangka memberikan kepuasan pelayanan kepada pengguna jasa.

1.4. Tujuan Tujuan dari penelitan ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan maupun ketidak puasan pengguna jasa Transjakarta Busway. 2. Menganalisis tingkat kepuasan pengguna jasa Transjakarta Busway, dan keterkaitannya (hubungan) dengan karaktristik pengguna jasa Transjakarta Busway. 3. Merumuskan faktor faktor yang perlu mendapat prioritas untuk direkomendasikan dalam meningkatkan kepuasan pengguna jasa Transjakarta Busway.