BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan, diskusi, dan saran mengenai penelitian ini. 5.1. Kesimpulan Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda satu dengan yang lain begitu juga pada subjek 1 (Suster Francelin), subjek 2 (Suster Yashinta), subjek 3 (Suster Lusi), dan subjek 4 (Suster Elena). Pada keempat subjek ini masing-masing memberikan gambaran pada pencapaian bentuk pemenuhan kebutuhan mereka sebagai seorang biarawati yang utuh dengan melalui dan memenuhi semua tahapan kebutuhan pada Hirarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow. Pada motivasi (doongan) dasar dan awal mula keinginan para subjek dalam memilih jalan mereka sebagai biarawati, mereka memiliki alasan yang hampir serupa yaitu menyukai sosok biarawati yang terjadi pada subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 ataupun teladan orang kudus seperti Bunda Maria seperti yang terjadi pada subjek 4. Keempat subjek ini memiliki dorongan untuk menjadi seorang biarawati sejak mereka masih kecil. Persamaan selanjutnya yaitu ketika keinginan keempat subjek sudah kuat dan yakin untuk menjadi biarawati namun faktor keluarga yang saat itu pernah tidak mendukung keputusan mereka disebabkan oleh suatu alasan yang serupa pula yaitu keinginan keluarga untuk para subjek dapat membina hubungan dan berumah-tangga. Namun, hal tersebut dapat mereka lalui, dengan upaya dan perjuangan mereka dalam mendapatkan izin terutama pada pengalaman yang 143
dialami oleh subjek 4 karena orang tuanya sangat bersikeras untuk mendorong subjek 4 agar dapat memulai kehidupan berkeluarga. Pada pemenuhan setiap konten tahapan-tahapan kebutuhan yang terdapat pada Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, khususnya pada dimensi kebutuhan fisiologis, tentu keempat subjek tidak menjalankan kebutuhan seksualitasnya karena sebagai bentuk pengabdian, bermati raga, dan berkarya untuk Tuhan dalam seumur hidup mereka. Tidak hanya pada konten kebutuhan seksualitas saja, sebagai biarawati, keempat subjek dibatasi pada materi seperti uang yang mereka miliki. Hal ini untuk menahan rasa ego dalam diri mereka masing-masing, hidup sederhana, dan dapat berbagi baik hidup dalam komunitas maupun sebagai masyarakat. Gambaran pada konten tahapan pemenuhan kebutuhan kognitif para subjek juga, mereka dapat dari apa yang menjadi ketentuan dari pusat tarekat masing-masing. Keinginan belajar dan mendalami suatu ilmu yang diinginkan tidak dapat terlaksana karena segala yang menjadi pembelajaran mereka sudah ditentukan melalui pusat tarekat. Subjek 1 menghadapi hal ini secara terbuka dan menjalaninya hingga akhirnya ia mengajar sebagai salah satu guru di sekolah. Subjek 2 dan subjek 4 memiliki keinginan yang sama yaitu keinginan untuk belajar dan mendalami tentang ilmu psikologi, namun hal ini tidak dapat mereka lakukan sebab tarekat menentukan mereka untuk mengambil jurusan lain yang sesuai dengan kebutuhan tarekat. Dan pada subjek 3 dalam menghadapi hal ini, ia mencoba untuk melaksanakan jurusan yang sudah ditentukan tersebut, sesuai yang sudah ditentukan serta mencoba untuk menerimanya walaupun menurut subjek 3 144
hal tersebut cukup berat untuk dilakukan karena ia harus bekerja sembari belajar dan mempertahankan prestasinya di kampus tersebut. Pada tahapan akhir dalam Hirarki Kebutuhan tersebut untuk mencapai keseimbangan spiritualitas dan perasaan manusiawinya yaitu melalui penggambaran transendensi diri. Gambaran pada subjek 1 yaitu membawa segala aktifitas dan rutinitas kerja subjek pada karya hidup membiaranya. Subjek 2 dan subjek 4 memiliki gambaran yang sama dalam menghadapi hal ini yaitu dengan bersikap terbuka pada berbagai macam golongan masyarakat. Dan gambaran pada subjek 3 yaitu selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara kegiatan spiritualitasnya dengan kegiatan rutinitas kampus yang padat sehingga ia tetap dapat menjalankan kehidupan sebagai seorang biarawati yang sesungguhnya. Kesimpulan dan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu secara garis besar untuk menggambarkan secara menyeluruh apa yang menjadi pemenuhan kebutuhan para subjek dalam menjalankan kehidupan membiaranya. Dari gambaran pemenuhan kebutuhan yang sudah dijelaskan dan dijabarkan melalui penelitian ini, diharapkan untuk dapat dan mampu mendorong para calon hidup selibat lainnya, khususnya para calon biarawati agar dapat mengambil pembelajaran dari para subjek, makin mantap dan termotivasi pada panggilannya, serta menerapkan pada kehidupan membiara mereka. Pada lingkungan dan masyarakat awam, agar dapat mengetahui dan memahami gambaran kehidupan biarawati secara keseluruhan serta mengambil makna positif yang didapat dari kehidupan membiara yang mereka jalani. Terakhir, manfaat bagi subjek sendiri yaitu agar dapat menjadi suatu figur atau tokoh masyarakat sebagai motivator dan 145
sumber inspirasi dari perjalanan hidup mereka dan membagikan pada masyarakat luas sebagai bentuk pembelajaran dan pemahaman kehidupan. 5.2. Diskusi Hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan memberikan hasil yang dapat dijadikan bahan diskusi yang menarik. Gambaran pemenuhan kebutuhan pada kehidupan biarawati merupakan suatu hal yang menjadi dampak pada kehidupannya di masa yang akan datang dan dalam seumur hidupnya. Pada pandangan Maslow (Maslow, 1943, 1970) yang menjabarkan tentang pemenuhan kebutuhan manusia didasarkan oleh beberapa asumsi dasar menjelaskan bahwa pada asumsi pertama, Maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada suatu motivasi (holistic approach to motivation) artinya, keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi yang termotivasi. Hal ini dimaksudkan bahwa sebuah dorongan dasar para subjek adalah sebuah bentuk dorongan awal dalam memilih sebuah jalan dan mengambil suatu keputusan sebagai bentuk pencapaian pada beberapa hal yang ingin dicapai dalam kehidupan tersebut. Begitu pula kehidupan mereka yang sangat dibatasi dan harus menyelami tentang makna kesederhanaan pada diri dan kehidupan yang mereka jalani dan penuhi. Pada asumsi kedua, Maslow mengatakan bahwa motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal (motivation is usually complex), yang berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa dorongan yang terpisah. Hal ini ditunjukkan melalui pengambilan keputusan subjek dalam 146
memilih jalan hidupnya dan dijalani pada hidup membiara yang sebenarnya hal ini merupakan hal yang tidak mudah dilakukan bagi orang awam. Dikarenakan seseorang perlu berpisah secara fisik dengan keluarganya dan menjalani hidup bermati raga dengan menjalani hidup selibat sehingga mereka tidak menikah seumur hidup dan melakukan segalanya dengan adanya batasan serta peraturanperaturan yang perlu dipatuhi dalam kehidupan membiara, diarahkan dalam berkarya dan bekerja, hidup berdasarkan akan kesederhanaan, serta dapat hidup berkomunitas. Pada asumsi ketiga dijelaskan bahwa seseorang berulang kali terdorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya (people are continually motivated by one need or another). Hal ini menjelaskan tentang, ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan dan beralih untuk memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain. Pada usia dewasa awal hal ini perlu mendapat perhatian khusus sebab secara psikologis, pada usia ini seseorang memulai hidupnya dengan berkarier, berkeluarga, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya untuk mencapai cita-cita dan masa depan mereka. Tetapi lain hal-nya sebagai biarawati yang perlu membatasi diri pada beberapa kebutuhan dengan memutuskan untuk menjalani kehidupan membiara seumur hidup dengan berkarya bersama Tuhan secara total. Hidup sederhana pada masa dewasa awal merupakan hal yang menjadi suatu tantangan tersendiri bagi para biarawati yang menginjak umur di masa dewasa awal karena harus menjalani hidup sederhana dan jauh dari kemewahan atau dorongan duniawi. Pada asumsi keempat bahwa semua orang dimanapun memiliki kebutuhan dasar yang sama (all people everywhere are motivated by the same basic needs). 147
Yang dijelaskan bahwa kebutuhan biarawati sama dan tidak ada perbedaan dengan masyarakat awam lainnya. Asumsi ini dapat menggambarkan bagaimana para biarawati melakukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan mereka melalui bentuk pengalihan atau menggantinya melalui alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka seperti misalnya, jika ada timbul keinginan menyukai, mencintai ataupun adanya dorongan seks pada lawan jenis, para biarawati mengalihkannya dengan kesibukan-kesibukan yang mereka lakukan selama satu hari penuh. Ataupun dalam mempelajari pengetahuan yang mereka ingin pelajari, namun tidak dapat mereka lakukan karena adanya kewajiban yang harus dipatuhi, para biarawati mengambil alternatif untuk mempelajarinya sendiri melalui informasi ataupun buku bacaan mereka. Dan pada asumsi yang terakhir, Maslow mengatakan bahwa kebutuhankebutuhan dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki (needs can be arranged on a hierarchy). Asumsi ini menjelaskan, para biarawati telah melalui tahapan-tahapan pemenuhan kebutuhannya hingga mencapai pada pemenuhan transedensi diri yang menggambarkan keseimbangan religiusitas dan sisi manusiawinya untuk menjalankan kehidupannya sebagai biarawati yang utuh. 5.3. Saran 5.3.1. Saran Praktis Pemenuhan kebutuhan merupakan hal yang paling utama dimiliki oleh seorang perempuan Katolik saat ia memilih jalan hidupnya dan menjalani kehidupannya sebagai biarawati. Melalui pemenuhan kebutuhan ini akan 148
berkembang seiring perjalanan mereka sebagai biarawati dan berkarya seumur hidupnya. Maka, saran yang dapat diberikan yaitu : 1. Bagi subjek secara keseluruhan, sebaiknya untuk dapat lebih berkomunikasi terbuka dalam membagikan cerita mereka dan menceritakan apa yang terjadi dalam kehidupan membiaranya baik kepada keluarga terdekat (seperti ayah, ibu, atau saudara) maupun kepada orang-orang yang mendukung akan kehidupan membiara mereka. Hal ini agar subjek dapat lebih mengetahui apa yang menjadi kekurangan mereka dan mencoba untuk memperbaiki diri mereka. 2. Bagi keluarga terdekat subjek, diharapkan untuk dapat selalu mendukung mereka dalam kegiatan membiaranya, terutama memberikan saran serta masukan jika mereka menghadapi permasalahan yang bersifat pribadi. Sebab, dukungan melalui keluarga terdekat merupakan suatu bentuk motivasi yang paling kuat sebagai fondasi iman dan kekuatan subjek dalam menjalani kehidupan membiaranya. Hal ini juga untuk meyakinkan subjek pada panggilan membiaranya dan mengatasi segala keraguan yang dihadapi subjek. 3. Bagi para pembimbing subjek di biara, diharapkan untuk menjadi individu yang dapat memberikan subjek dorongan dan solusi bila subjek menghadapi masalah. Hal ini, agar subjek tetap melanjutkan jalan kehidupan membiaranya dan tetap pada pendirian mereka sebagai biarawati. 149
5.3.2. Saran untuk penelitian selanjutnya 1. Wawancara dapat dilakukan secara lebih mendalam dengan jangka waktu yang lebih panjang sehingga gambaran latar belakang subjek lebih tergali 2. Dapat dilakukan variasi pada penelitian yaitu digabungkan dengan metode kuantitaitf untuk dapat lebih mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan yang telah dilakukan pada biarawati. 3. Observasi yang dilakukan peneliti selanjutnya pada subjek sebaiknya tidak hanya terbatas pada penampilan fisik, ekspresi muka, intonasi, gaya bicara, dan bahasa tubuh saat proses wawancara berlangsung, tetapi juga terhadap kehidupan mereka sehari-hari agar data menjadi lebih akurat. 150