BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULAUN. Dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada tantangan-tantangan

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 KAWEDANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Prinsip dalam Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB VI PENUTUP. 1. Kegiatan evaluasi ranah kognitif sudah dilakukan dengan baik oleh guru

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi sebagai pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )

BAB I PENDAHULUAN. dan teori kurikulum berbasis kompetensi (Kunandar, 2013,h.33). Kurikulum. berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat

I. PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU LKS TERSTRUKTUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berikut diperlihatkan jenis-jenis pengetahuan yang terangkum dalam aras kemahiran tersebut:

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA SISWA KELAS XI MAN 2 MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar adalah tingkah laku yang ditimbulkan dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

I. PENDAHULUAN. rendahnya daya serap siswa, kesalahan pemahaman dan rendahnya. kemampuan siswa dalam menerapkan konsep-konsep baik dalam kehidupan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang kuat antara tingkat pendidikan dengan perkembangan bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perkembangan bangsa adalah

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS VIII SMPN 15 PADANG TAHUN PEMBELAJARAN 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wenda Anggia Purnomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produktif, sebab pekerjaan produktif pada masa kini adalah pekerjaan yang didasarkan pada akal, dan bukan fisik. Pembentukan orangorang terdidik merupakan modal yang paling penting bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, hampir di semua negara dewasa ini menjadikan pendidikan sebagai pokok perhatian. Apalagi setelah adanya kepercayaan bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan menuju hidup berguna dan produktif. Jika dipandang dari segi negara, pendidikan adalah jalan menuju kemakmuran dan kemajuan serta eksistensi suatu Negara (Kunandar, 2007: 9-10). Sikap di atas dapat dimengerti karena manusia merupakan faktor produksi yang sangat menentukan dalam usaha pembangunan. Manusia merupakan pelopor pembangunan dan karenanya investasi dalam Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu keharusan dalam pembangunan. Untuk itu setiap negara yang ingin maju dan berkembang haruslah berupaya membuat pendidikan itu efektif. Realitanya, pendidikan efektif yang diharapkan untuk meningkatkan SDM itu tidak terealisasikan dengan baik. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya kualitas pembelajaran. Berbagai upaya yang telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, seperti pembaharuan dalam kurikulum, model pembelajaran, kegiatan belajar mengajar (KBM), evaluasi pembelajaran, dan lain sebagainya. Kenyataannya, segala bentuk peningkatan kualitas pembelajaran tersebut tidak akan berjalan dengan optimal jika tidak disertai dengan perubahan pada diri siswa, mengingat siswa merupakan subjek dari pendidikan. Perubahan itu tidak hanya terfokuskan pada seberapa banyak pengetahuan yang didapat oleh orang yang belajar, melainkan juga perubahan dalam bentuk sikap, kecakapan,

2 kebiasaan, pemahaman, minat, penyesuaian diri, dan karakter dari pribadi seseorang. Menurut Sudjana (2009: 22) dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah, yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah: (1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension), (3) Penerapan (application) (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis (synthesis) dan (6) Penilaian (evaluation) (Sudijono, 2009: 50). Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama. Tujuan pengajaran di SD, SMP dan di SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif (Daryanto, 2008: 101). Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran biologi, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran biologi, motivasi yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai mata pelajaran biologi, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru mata pelajaran biologi, dan sebagainya. Ranah afektif lebih rinci dibagi lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: menerima (receiving), tanggapan (responding), menilai (valuing), organisasi (organization), dan karakterisasi (characterization) (Sudijono, 2009: 54). Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini diukur dengan mengamati dan menilai keterampilan siswa saat melakukan praktikum. Penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: kemampuan

3 menggunakan alat dan sikap kerja, kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, kecepatan mengerjakan tugas, kemampuan membaca gambar dan atau simbol, keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan (Rosa, 2015: 25). Dimyati dalam Rosa (2015: 24) menyatakan bahwa proses kognitif menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Lebih lanjut beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi (Sudijono, 2009: 54). Pendapat di atas menegaskan bahwa kemampuan pada ranah kognitif (pengetahuan) akan mempengaruhi sikap (afektif) siswa. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 19 Desember 2016 dengan salah satu guru Biologi kelas X SMA Negeri 6 Medan, dikatakan bahwa hasil belajar siswa yang dilihat dari Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) masih banyak di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran biologi yaitu tujuh puluh lima (75), berdasarkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sub Rayon 6 Kota Medan. Dari 4 kelas X MIA yang diajar oleh tiga orang guru berbeda, rata-rata hanya 50% dari keseluruhan siswa yang mendapat nilai ujian semester di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Analisis validitas terhadap soal ujian semester biologi kelas X semester ganjil dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan rendahnya nilai siswa karena tidak validnya soal ujian tersebut. Analisis validitas yang dilakukan yaitu validitas isi dan validitas konstruk oleh validator. Hasil analisis validitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan guru Biologi berupa soal ujian semester biologi kelas X semester ganjil layak untuk digunakan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa rendahnya nilai ujian semester Biologi siswa bukan disebabkan karena instrumen yang digunakan guru Biologi. Selain itu, dilihat dari segi sikap siswa dalam pembelajaran biologi juga dinilai masih sangat kurang. Guru Biologi menyatakan bahwa pembelajaran berbasis student oriented learning sesuai dengan Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan dalam pembelajaran juga belum efektif untuk meningkatkan sikap

4 siswa terhadap pembelajaran. Padahal guru Biologi selalu memberikan arahan sebelum pembelajaran dimulai baik berupa tujuan pembelajaran maupun prosedur dalam diskusi yang dilaksanakan serta penjelasan di akhir diskusi, namun berdasarkan pengamatan guru biologi, sikap siswa dalam pembelajaran masih saja sangat kurang. Menurut guru Biologi, materi biologi kelas X semester ganjil yang dianggap paling sulit untuk dipahami siswa adalah materi Protista. Hal ini juga sejalan dengan observasi yang dilakukan pada sekolah-sekolah yang satu rayon dengan SMAN 6 Medan yaitu SMA Muhammadiyah 01 Medan, SMA Swasta Nurul Islam Indonesia, SMA W.R. Supratman 1 Medan dan SMA W.R. Supratman 2 Medan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan masingmasing guru Biologi kelas X dari tiap sekolah yang satu rayon dengan SMAN 6 Medan, didapatkan hasil bahwa tiga guru Biologi (guru biologi SMA W.R Supratman 1, SMA W.R Supratman 2, dan SMA Swasta Nurul Islam Indonesia) dari 4 guru Biologi sekolah-sekolah yang merupakan satu rayon SMAN 6 Medan menyatakan bahwa materi Protista ini merupakan materi yang paling sulit untuk dipahami siswa dibandingkan materi biologi kelas X semester ganjil lainnya. Indikator materi Protista yang paling sulit untuk dipahami siswa menurut observasi yang telah dilakukan, baik di SMAN 6 Medan maupun sekolah-sekolah yang satu rayon dengan SMAN 6 Medan adalah terletak pada indikator mendeskripsikan ciri-ciri protozoa dan alga, serta mengidentifikasikan protozoa dan alga berdasarkan ciri-cirinya. Protozoa yang terdiri atas lima kelas dengan ciri-ciri dan contoh spesies yang berbeda serta alga yang terdiri atas 7 kelas dengan ciri-ciri dan contoh spesies yang berbeda, menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami materi ini. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul: Analisis Pengetahuan dan Sikap Siswa pada Materi Protista di Kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017.

5 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini, antara lain: 1. Aspek pengetahuan siswa SMA kelas X pada materi Protista masih rendah, dapat dilihat dari nilai ujian semester biologi siswa kelas X SMA Negeri 6 Medan yang masih banyak belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. 2. Aspek sikap siswa SMA kelas X pada materi Protista masih tergolong kurang baik berdasarkan pengamatan dari guru Biologi kelas X SMA Negeri 6 Medan. 3. Materi Protista terdiri atas tiga pengelompokkan yaitu protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan, dan protista mirip jamur. Protista mirip hewan (protozoa) terdiri atas lima kelas, protista mirip tumbuhan (alga) terdiri atas 7 kelas dan protista mirip jamur terdiri atas 2 kelas dengan ciri-ciri dan contoh spesies yang berbeda, sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami materi ini. 4. Pembelajaran berbasis student oriented learning sesuai dengan Kurikulum 2013, yang sudah diterapkan dalam pembelajaran juga belum efektif untuk meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran. Model pembelajaran berupa diskusi yang diterapkan malah terkadang membuat siswa menjadi tidak kondusif. 1.3. Batasan Masalah Untuk mengurangi terlalu luasnya cakupan penelitian ini maka ditentukan batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Aspek pengetahuan siswa yang terdistribusi dari C1 (mengingat) sampai dengan C6 (berkreasi) pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017. 2. Aspek sikap siswa yang terdistribusi dari A1 (menerima) sampai dengan A5 (karakterisasi) pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017.

6 3. Hubungan aspek pengetahuan dengan sikap siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017. 1.4. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah aspek pengetahuan siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017. 2. Bagaimanakah aspek sikap siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017. 3. Apakah terdapat hubungan aspek pengetahuan dengan sikap siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017. 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui aspek pengetahuan siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P 2016/2017. 2. Untuk mengetahui aspek sikap siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P 2016/2017. 3. Untuk mengetahui hubungan aspek pengetahuan dengan sikap siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P 2016/2017. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai acuan dan motivasi bagi guru biologi dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa di SMA Negeri 6 Medan. 2. Sebagai bahan informasi tentang pengetahuan dan sikap siswa terhadap materi Protista. 3. Menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan Protista.

7 1.7. Definisi Operasional Untuk menyamakan konsep, maka di bawah ini diberikan defenisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: 1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya). 2. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. 3. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap sesuatu objek.