BAB I PENDAHULUAN. (Metapenaeus elegans), udang dogol (Metapenaeus ensis), udang pasir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Segara Anakan merupakan ekosistem mangrove dengan laguna yang unik dan

BAB I PENDAHULUAN. ikan, sebagai habitat burung-burung air migran dan non migran, berbagai jenis

Ayu Ludyasari ( ) Pembimbing Biologi: Dr. RetnoSusilowati, M.Si. Pembimbing Agama: Dr. H. Munirul Abidin, M.Ag. Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kuantitas dan Kualitas DNA Udang Jari Hasil Isolasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tropis dan diketahui memiliki level

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

IMPLIKASI GENETIK SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) PADA JENIS

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

BAB I PENDAHULUAN. Udang merupakan komoditas unggul Indonesia. Udang windu (Penaeus

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, ekologis, maupun biologis. Fungsi fisiknya yaitu sistem perakaran

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)

Fitra Arya DN. ( ) Pembimbing Biologi: Kholifah Holil, M.Si Pembimbing Agama: Umaiyatus Syarifah, M.A. Abstrak

Bandung, Juni Fegaira Almas Saniy

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Gadjah Mada University Press, 2007), hlm Abdul Rohman dan Sumantri, Analisis Makanan, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai pendegradasi sampah organik, pakan ternak, bahan baku obat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sel pada tubuh memiliki DNA yang sama dan sebagian besar terdapat pada

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

TINJAUAN PUSTAKA. berikut: Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

BIO306. Prinsip Bioteknologi

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan, dimana

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

I. PENDAHULUAN. Fauna (CITES), P. pruatjan masuk ke dalam daftar Appendix I yang dinyatakan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

DESAIN PRIMER. LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Molekuler. oleh : Riani Ulfah

1. PENDAHULUAN UMUM 1.1. Latar belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

[DEDY GUNAWAN] MENGGALI ULANG POTENSI PERIKANAN LAUT DI SEGARA ANAKAN CILACAP

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segara Anakan merupakan ekosistem bakau dengan laguna yang unik dan langka yang terletak di antara Pantai Selatan Kabupaten Cilacap dan Pulau Nusakambangan (Saputra, 2005). Salah satu sumberdaya alam yang terdapat di Segara Anakan adalah sumberdaya udang air payau. Ada berbagai jenis udang air payau yang menempati perairan Segara Anakan, antara lain udang jari (Metapenaeus elegans), udang dogol (Metapenaeus ensis), udang pasir (Metapenaeus affinis), udang windu (Penaeus monodon), udang pacet (Penaeus semisulcatus) dan udang krosok (Parapenaopsis sp). Metapenaeus elegans merupakan spesies yang seluruh daur hidupnya berada di Segara Anakan, sedangkan spesies lain umumnya akan bermuara kembali ke laut (Dudley, 2000). Disebutkan dalam Al-Qur an surat Al-Maa idah (5) ayat 96 Allah SWT berfirman: Artinya: Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalamihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-nyalah kamu akan dikumpulkan. Secara tersirat ayat di atas menjelaskan bahwa laut yang dimaksud termasuk juga sungai, danau, kolam yang di dalamnya terdapat berbagai jenis 1

hewan air antara lain udang yang dihalalkan untuk dikonsumsi. Dimana keanekaragaman jenis udang air payau banyak ditemukan di Segara Anakan, dikarenakan kondisi perairan bakau yang relatif alami. Namun, kondisi perairannya mengalami penurunan ekosistem yang mengakibatkan terancamnya sumberdaya udang yang terdapat di sepanjang perairan Segara Anakan (Dudley, 2000). Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya ekosistem di perairan Segara Anakan diantaranya adalah menerima endapan lumpur dari Sungai Citanduy, Kayumari, Cikujang, Cibereum, Cikonde, Muaradua, Ujunggalang dan Donan yang mencapai sekitar 3.000.000 m 3 setiap tahunnya (ECI-ABD 1994, dalam Saputra 2008). Pengendapan ini mengakibatkan terjadinya pendangkalan perairan Laguna Segara Anakan. Disamping itu, penebangan bakau ilegal juga menjadi penyebab turunnya ekosistem perairan Laguna Segara Anakan. Dengan adanya faktor-faktor tersebut menyebabkan sumberdaya udang terutama udang jari di Segara Anakan mengalami penurunan jumlah produksi udang. Hal ini diperkuat dengan adanya penangkapan intensif dan eksploitasi yang dilakukan secara terus-menerus pada Metapenaeus elegans dengan ukuran udang yang tertangkap adalah juvenil dan udang muda sehingga lambat laun sumberdaya tersebut akan semakin berkurang (Dudley, 2000). Udang jari (Metapenaeus elegans) di perairan Segara Anakan merupakan spesies yang sangat dominan dan sebagai komoditas utama hasil tangkapan bagi nelayan apong. Udang jari memiliki rasa yang cukup enak dan digemari terutama oleh masyarakat lokal karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan udang Penaeidae lainnya. Udang jari biasanya dipasarkan dalam bentuk segar dan 2

asin-kering (ebi). Udang jari yang sudah diolah menjadi ebi dijual ke Jakarta dan sekitarnya sehingga harganya lebih mahal dibandingkan udang jari segar (Warintek, 2003). Dudley (2000) menyatakan bahwa spesies Metapenaeus elegans hampir tidak pernah ditemukan di laut dan kadang-kadang ditemukan di muara sungai selama pasang tinggi. Metapenaeus elegans dapat matang seksual dan melengkapi seluruh siklus hidupnya yang sangat bergantung pada kondisi muara sungai dan pemijahan. Kondisi muara sungai yang mengalami penurunan kualitas tersebut juga menyebabkan kualitas hasil pemijahan pada Metapenaeus elegans berkurang, akibatnya populasi produksi Metapenaeus elegans di Segara Anakan berkurang. Sesungguhnya alam ini adalah laboratorium yang besar yang digelar Allah SWT untuk penelitian, berupa tafakur mengenal sunatullah yaitu tentang fenomena alam. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalamal-qur an surat Yunus (10) ayat 101 yaitu : Artinya: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. Allah memberi pengarahan kepada hamba-hamba-nya untuk berfikir tentang nikmat-nikmat-nya yang Allah ciptakan di langit dan di bumi, yang dilangit berupa bintang-bintang, matahari, bulan, siang dan malam. Allah menurunkan hujan di bumi dan menghidupkan bumi setelah matinya, mengeluarkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan, menciptakan binatang- 3

binatang yang beragam bentuk, warna dan manfaatnya. Manusia mengamati alam sekitar agar pengamatan tersebut menjadikan kita semakin mengenal maha besar Allah (Katsiir, 2007). Ini sesuai dengan ayat pertama yang turun pada Nabi, yaitu kita disuruh Iqro pada sunatullah di alam ini, yaitu membaca dan menulis, sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur an surat Al-Alaq (96) ayat 1, yaitu: Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Bacalah Al-Qur an yang diturunkan kepadamu dan awalilah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan makhluk. Karena dengan membaca, ilmu pengetahuan akan diperoleh, dan dengan menyebut nama Allah niscaya keberkahan, kemenangan dan petunjuk akan didapatkan (al-qarni, 2008). Ayat diatas menjelaskan bahwa kekayaan alam ini diperuntukkan bagi manusia dengan penuh makna yaitu agar manusia dapat menikmati dan memanfaatkan kekayaan alam. Sesungguhnya memanfaatkan kekayaan alam demi mendapatkan hasil yang baik kedepannya, merupakan tujuan yang mulia. Namun dalam memanfaatkan kekayaan alam harus secara bijaksana dengan mempertahankan kaedah-kaedah konservasi. Berdasarkan uraian di atas yang menjelaskan bahwa penurunan ekosistem perairan Segara Anakan juga menyebabkan menurunnya produksi udang jari (Metapenaeus elegans). Menurunnya jumlah produksi Udang Jari (Metapenaeus elegans) juga akan mempengaruhi keragaman genetik yang dianggap penting, karena sumberdaya genetik merupakan kunci penting bagi suatu individu untuk bertahan hidup sampai generasi yang akan datang. Informasi mengenai keragaman genetik digunakan sebagai dasar seleksi genotip yaitu DNA. Penelitian tentang 4

udang jari secara khusus diperairan Laguna Segara Anakan sejauh ini masih sangat sedikit. Penelitian udang jari baru dilkukan oleh Saputra (2005) yang mencakup aspek-aspek biologi reproduksi dan dinamika populasi udang jari (Metapenaeus elegans) di Laguna Segara Anakan dan penelitiannya Hidayat (2007) mengenai keragaman genetik udang jari (Metapenaeus elegans) berdasarkan karakter morfometrik di Laguna Segara Anakan. Sifat genetik yang ada pada udang jari (Metapenaeus elegans) di Laguna Segara Anakan sejauh ini hanya diketahui berdasarkan pada sifat fenotipnya sedangkan sifat genotipnya belum banyak diketahui. Sifat fenotip merupakan ciriciri yang diekspresikan dalam bentuk anatomis fisiologis atau bahkan perilaku tertentu yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan, sifat genotip merupakan ciri-ciri yang disimpan sebagai informasi genetik dalam gen-gen yang secara molekuler tersusun atas asam nukleat DNA yang akan tersimpan dalam kodon-kodon. DNA (Deoxyribonucleic Acid ) merupakan persenyawaan kimia yang terpenting pada makhluk hidup yang membawa keterangan genetik dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan susunan kimia molekuler yang kompleks dan terdiri atas banyak nukleotida yang terangkai menjadi polinukleotida yang panjang (Nursida, 2011). Beberapa teknik molekuler yang dapat digunakan untuk mengetahui genotip suatu individu salah satunya adalah dengan PCR (Polymerase Chain Reaction). Penggunaan penanda molekuler berdasarkan variasi dalam urutan DNA semakin terbantu dengan adanya PCR (Polymerase Chain Reaction) sebagai teknik dasar dalam penelitian molekuler. PCR merupakan teknik yang digunakan untuk mengamplifikasi DNA secara in vitro. PCR digunakan untuk 5

menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu dengan cara mensintesis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target (Muladno, 2010). Analisis genetik dengan menggunakan metode PCR yang memanfaatkan cara replikasi DNA dengan bantuan primer yang mengapit daerah tertentu dan optimasi suhu dilakukan untuk mendapatkan kondisi PCR yang optimal, sehingga dihasilkan produk PCR spesifik yaitu terbentuk pita DNA tebal. Nantinya produk PCR yang spesifik dapat digunakan sebagai bahan dasar teknik analisis DNA lainnya seperti Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD), Restricted Fragment Length Polymorphism (RFLP), sequensing dan mikrosatelit. Untuk mendapatkan kondisi PCR yang optimal secara umum dapat dilakukan dengan cara memvariasikan kondisi yang digunakan pada proses PCR tersebut. Muladno (2010) mengemukakan bahwa PCR merupakan reaksi yang menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu, dengan cara mensintesis molekul DNA yang baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target tersebut. PCR ini dimulai dengan proses denaturasi yaitu pemisahan dua utas DNA yang saling bergabung (double helix) menjadi dua utas tunggal DNA yang dilakukan pada suhu tinggi. Setelah proses denaturasi kemudian dilanjutkan dengan proses annealing yaitu penempelan primer pada DNA template untuk awal pembentukan basa nitrogen pasangannya. Proses annealing ini dilakukan pada suhu yang disesuaikan dengan Tm primer, karena jika proses ini tidak berlangsung yang disebabkan oleh tidak sesuainya suhu annealing atau tidak sesuainya primer yang diberikan maka tidak akan bisa terbentuk DNA baru sehingga DNA tidak bisa diperbanyak ataupun hasil perbanyakannya tidak sesuai 6

yang ditargetkan. Setelah proses annealing kemudian dilanjutkan dengan proses extension yaitu perpanjangan pembentukan basa nitrogen dari DNA template (Wahyudi, 2007). Pada tahap annealing salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan amplifikasi adalah suhu karena proses penempelan primer pada utas DNA yang sudah terbuka memerlukan suhu optimal. Jika suhu terlalu tinggi akan menyebabkan gagalnya amplifikasi karena tidak terjadi penempelan primer sebaliknya jika suhu terlalu rendah menyebabkan primer menempel pada sisi lain genom akibatnya DNA yang terbentuk memiliki spesifisitas rendah, sehingga sangat penting untuk mencari suhu annealing yang optimum bagi proses amplifikasi (Rybicky, 1996). Oleh karena proses annealing merupakan proses yang sangat penting maka cukup beralasan adanya pencarian suhu optimum, sehingga diharapkan bisa diperoleh DNA hasil dalam jumlah yang maksimum pada daerah yang ditargetkan sehingga cukup memudahkan bagi analisis DNA. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas diperlukan upaya untuk optimasi kondisi PCR berdasarkan ketebalan pita DNA. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu annealing pada program PCR terhadap keberhasilan amplifikasi DNA udang jari (Metapenaeus elegans) sehingga didapat suhu annealing yang paling optimum untuk mendapatkan kualitas DNA hasil PCR yang cukup banyak dengan spesifisitas yang cukup tinggi. 7

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah suhu annealing berpengaruh pada program PCR terhadap keberhasilan amplifikasi DNA Udang Jari ((Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah? 2. Berapakah suhu annealing yang berpengaruh pada program PCR terhadap keberhasilan amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah? 1.3 Tujuan Tujuan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh suhu annealing pada program PCR terhadap keberhasilan amplifikasi DNA Udang Jari ((Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. 2. Untuk mengetahui berapa suhu annealing yang berpengaruh pada program PCR terhadap keberhasilan amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh suhu annealing pada program PCR terhadap keberhasilan amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907). 8

2. Secara aplikatif, penelitian ini diharapkandapat dijadikan sebagai informasi dasar dalam pengembangan selanjutnya. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Sampel DNA yang digunakan ialah bagian sungut (antena) dan kaki jalan (pleopod) dari udang jari yang berasal dari Kawasan Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode PCR dengan beberapa suhu annealing (41⁰C, 42⁰C, 43⁰C, 44⁰C, 45⁰C). 3. Primer DNA yang digunakan adalah primer spesifik COIL reverse dengan untai (5 TCG AGG TAT TCC ATT AAG TA 3 ) dan COIH forward dengan untai (5 ATA TTA GCC ATT GGT GTC TTA 3 ) 4. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan ampifikasi DNA udang jari (Metapenaeus elegans) maka parameter penelitian ini dilihat dari: a. Kadar kemurnian DNA total (µg/µl), b. Ukuran DNA total (bp) hasil ekstraksi, c. Ukuran mtdna (bp) hasil PCR. 9