BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri secara kolaboratif dan

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Penelitian

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil. saling terkait dan berkesinambungan, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gunungkuning Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka. Adapun alasan

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN. cara mendapatkan cara dan langkah secara ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian secara umum membahas bagaimana penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah Dasar

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Gedongtataan Kabupaten Pesawaran pada semester genap dengan jumlah siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah SMA Negeri 2 Boyolali.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang metode penelitian; model penelitian; lokasi penelitian; subjek penelitian; waktu penelitian; instrument penelitian; prosedur penelitian; dan analisis dan pengolahan data. A. Metode Penelitian Metode penelitian pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berusaha mengkaji dan merefleksi penggunaan model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tujuan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa mengenai soal cerita pecahan. PTK ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Kusnandar (2010, hlm. 51) menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan PTK menjadi salah satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran adalah: 1) merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar trial and error; 2) menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi dalam pembelajaran; 3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni mengajar; 4) dosen sebagai peneliti; 5) mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme dosen; 6) dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan; 7) dilaksanakan dengan tujuan perbaikan; 8) murah biayanya; 9) disain lentur atau fleksibel; 10) analisis data seketika dan tidak rumit; dan 11) manfaat jelas dan langsung. Dengan metode PTK ini guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan di kelas, penelitian terhadap siswa dari segi interaksinya dalam proses pembelajaran, penelitian terhadap proses dan produk pembelajaran secara reflektif di kelas. Apabila peneliti merasa tindakan yang dilakukan hasilnya kurang memuaskan maka akan dicoba kembali tindakan kedua dan seterusnya. Dalam PTK jarang ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam satu kali tindakan, oleh sebab itu PTK sering dilakukan dalam beberapa siklus tindakan. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti, guru/kepala sekolah

23 dan siswa. Kegiatan ini mengandung pengertian bahwa masing-masing yang terlibat dalam penelitian mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan yang berbeda tetapi tujuannya sama yaitu memecahkan masalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerja sama yang berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam materi pecahan mata pelajaran Matematika. B. Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Model ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencakan tindakan pada tahap selanjutnya. Perencanaan Refleksi Siklus I Tindakan Observasi Perencanaan Refleksi Siklus II Tindakan? Observasi Gambar 3.1 Model Spiral Refleksi Kemmis & MC. Taggart

24 Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan. Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang dinginkan benar-benar tercapai. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan, atau untuk meyakinkan atau menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama. Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu. C. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung yang terdapat di Kecamatan Sukasari. Siswa sekolah dasar ini sebagian besar berasal dari penduduk setempat. Masyarakat sekitar merupakan masyarakat yang heterogen yang terdiri dari berbagai ragam penghidupan. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani, pedagang, PNS, TNI dan buruh bangunan. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena sekolah ini merupakan tempat peneliti melaksanakan praktek mengajar. Hal ini memudahkan peneliti dalam berkolaborasi dengan guru kelas sebagai mitra peneliti.

25 D. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas V dari salah satu sekolah dasar di Kecamatan Sukasari. Kelas dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas yang diunggulkan dan yang tidak diunggulkan. Kelas yang peneliti ambil ini termasuk dalam kelas yang tidak menjadi unggulan karena kelas ini lebih perlu mendapatkan bantuan peningkatan kualitas. Subjek penelitian ini berjumlah 34 orang yang heterogen terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan pada semester genap 2014/2015. E. Waktu Penelitian Waktu yang peneliti gunakan mulai dari bulan Maret yang mana peneliti melakukan observasi awal untuk mengetahui permasalahan apa saja yang ada di sekolah tersebut. Setelah peneliti mendapatkan masalah kemudian peneliti mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan membaca berbagai literatur mengenai metode pembelajaran. Kemudian pada bulan Maret peneliti mengajukan proposal penelitian.setelah pengajuan proposal disetujui, peneliti melakukan bimbingan dan mempersiapkan instrument untuk pengumpulan data. Untuk penelitian siklus pertama peneliti akan lakukan pada bulan April. F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Instrument pembelajaran merupakan perangkat yang menjadi penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan instrument pengumpulan data adalah perangkat yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. 1. Instrumen Pembelajaran a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP merupakan pedoman metode dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam setiap kali pertemuan di kelas. Di dalamnya mengandung program yang terperinci sehingga tujuan yang diinginkan untuk menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran sudah terumuskan dengan jelas. Berdasarkan

26 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Jadi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah penjabaran silabus yang menggambarkan rencana prosedur dan pengorganisasian pembelajaran yang mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pembuatan RPP dilakukan untuk setiap siklus. Peneliti melakukan daur siklus dengan merencanakan dua siklus. b. Lembar Kegiatan Kelompok Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) adalah suatu lembar evaluasi yang berisi soal-soal pemecahan masalah yang akan dikerjakan secara berkelompok oleh siswa. Setiap kelompok terdiri dari 5 samapi 6 orang siswa. LKK ini digunakan sebagai latihan siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan. 2. Instrumen Pengungkap Data Penelitian a. Lembar Observasi Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk menuliskan hasil obervasi yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan tujuan memperoleh data yang bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi guru, apakah pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai rencana atau belum. Sasaran pengamatan dalam lembar observasi ini adalah aktivitas guru dan siswa dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah. Lembar observasi yang digunakan merujuk pada RPP yang telah dirancang oleh guru untuk melakukan penelitian serta pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya. b. Catatan Lapangan Catatan lapangan yang ditulis oleh peneliti adalah beberapa catatan yang diperoleh mengenai hasil pengamatan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan dicatat dengan cermat, terperinci, dan jelas hal ini berguna untuk

27 membantu peneliti mendapatkan data yang sedetail mungkin. Catatan lapangan ini merupakan pelengkap data selain dari hasil oberservasi aktivitas siswa dan guru. c. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Tes digunakan untuk memperoleh data peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang dilakukan setelah tindakan dengan penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tes diberikan pada setiap akhir siklus untuk mengukur kemampuan siswa sesudah pembelajaran. d. Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai respon siswa setelah pembelajaran penyelesaian masalah yang berkaitan dengan operasi penjumlahan bilangan pecahan yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara semiterstruktur, dengan tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. (Dalam Sugiyono, 2013, hlm. 320). G. Prosedur Penelitian Prosedur yang ditempuh dalam peneltian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari Kurt Lewin, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). a. Tahap Persiapan Sebelum peneliti melaksanakan PTK, peneliti melakukan penelitian awal yaitu: 1) Pembuatan surat izin observasi untuk sekolah yang bersangkutan. 2) Permohonan izin kepada Kepala Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. 3) Observasi langsung ke tempat.

28 4) Identifikasi permasalahan, identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat pembelajaran secara langsung di kelas, dan melakukan wawancara dengan guru. 5) Pembuatan proposal 6) pembuatan instrument b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Siklus I 1) Perencanaan a) Guru menentukan materi pokok yang akan diajarkan, yaitu soal cerita mengenai penjumlahan pecahan. b) Menetukan Indikator Capaian Kompetensi (ICK) pada materi soal cerita mengenai penjumlahan pecahan yang akan digunakan pada siklus I. c) Merancang materi pembelajaran yang akan digunakan pada saat penelitian, dengan menyesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pembelajaran Matematika. d) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP dan alat tes) Matematika materi soal cerita mengenai penjumlahan pecahan dengan menerapkan model PBL. e) Menyiapkan lembar kerja siswa dengan menerapkan model PBL. f) Menyiapkan instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan ICK dan disesuaikan pula dengan indicator kemampuan pemecahan masalah. g) Menyiapkan instrument penelitian yang dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian dan data yang ingin diperoleh dalam penelitian, berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada model PBL serta lembar observasi kemampuan pemecahan masalah siswa. h) Membuat media pelajaran yang mampu menunjang pembelajaran materi soal cerita mengenai penjumlahan pecahan.

29 i) Membuat kesepakatan dengan guru sebagai observer dan memberikan penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan dan menjelaskan instrument lembar observasi yang harus diisi oleh observer. 2) Pelaksanaan a) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi. b) Melaksanakan pembelajaran matematika materi soal cerita penjumlahan pecahan dengan menerapkan model PBL. c) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tentang materi soal cerita penjumlahan pecahan dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model PBL. d) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi. e) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar observasi. f) Melakukan wawancara kepada siswa, terhadap penerapan PBL untuk melihat respon siswa. 3) Pengamatan a) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran matematika dengan menerapakan model PBL. b) Mengamati keterhubungan antara penerapan model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan proses dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan. 4) Refleksi a) Analisis terhadap semua data yang dikumpulkan dari penelitian tindakan pada siklus I. b) Menemukan point-point refleksi berdasarkan data siklus I. c) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan, yang akan digunakan sebagai tindakan selanjutnya pada siklus II.

30 Siklus II 1) Perencanaan a) Guru menentukan materi pokok yang akan diajarkan, materi soal cerita mengenai pengurangan pecahan. b) Menetukan Indikator Capaian Kompetensi (ICK) pada materi soal cerita mengenai pengurangan pecahan yang akan digunakan pada siklus II. c) Merancang materi pembelajaran yang akan digunakan pada saat penelitian, dengan menyesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pembelajaran Matematika. d) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP dan alat tes) Matematika materi soal cerita mengenai pengurangan pecahan dengan menerapkan model PBL. e) Menyiapkan lembar kerja siswa dengan menerapkan model PBL. f) Menyiapkan instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan ICK dan disesuaikan pula dengan indicator kemampuan pemecahan masalah. g) Menyiapkan instrument penelitian yang dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian dan data yang ingin diperoleh dalam penelitian, berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada model PBL serta lembar observasi kemampuan pemecahan masalah siswa. h) Membuat media pelajaran yang mampu menunjang pembelajaran materi soal cerita mengenai pengurangan pecahan. i) Membuat kesepakatan dengan guru sebagai observer dan memberikan penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan dan menjelaskan instrument lembar observasi yang harus diisi oleh observer. 2) Pelaksanaan a) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi. b) Melaksanakan pembelajaran matematika materi soal cerita penjumlahan pecahan dengan menerapkan model PBL. c) Melakukan tes siklus II untuk mendapatkan data mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tentang materi soal cerita pengurangan pecahan dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model PBL.

31 d) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi. e) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar observasi. f) Melakukan wawancara kepada siswa, terhadap penerapan PBL untuk melihat respon siswa. 3) Pengamatan a) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran matematika dengan menerapakan model PBL. b) Mengamati keterhubungan antara penerapan model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan proses dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan. 4) Refleksi a) Analisis terhadap semua data yang dikumpulkan dari penelitian tindakan pada siklus II. c. Penutup Setelah semua proses selesai dilaksanakan sampai pada tahap refleksi, maka selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan gambaran-gambaran tentang kelemahan dan kelebihan setiap hal-hal yang dilakukan pada setiap siklus. Dari kesimpulan ini dapat diketahui sejauh mana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan dalam soal cerita. H. Rencana Pengolahan dan Uji Keabsahan Data a. Analisis Data Setelah semua data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data terhadap data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah hasil tes pemecahan masalah matematis, sedangkan data kualitatif berupa lembar observasi siswa dan

32 guru serta hasil wawancara. Prosedur analisis dari data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Analisis Data Kuantitatif Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemecahan masalah siswa. Langkah-langkah dalam menganalisis data kuantitaif yaitu sebagai berikut. a) Penskoran terhadap jawaban siswa dengan rubrik penskoran pemecahan masalah matematis siswa yang terlampir. b) Presentase tingkat keberhasilan pembelajaran siswa berdasarkan skor yang diperoleh dicari dengan menggunakan rumus (dalam Lestari, 2014, hlm. 41). Presentase pemecahan masalah = jumlah skor yang diperoleh x 100 % Untuk mengklasifikasikan kualitas pemecahan skor total maslaah matematis siswa, maka data hasil tes dikelompokkan dengan menggunakan Skala Lima menurut Suherman dan Kusumah (dalam Lestari, 2014, hlm. 41), yaitu sebagai berikut: Tabel 3.1 Kriteria penentuan tingkat kemampuan siswa Presentase Skor Total Siswa Kategori Kemampuan Siswa 90% < A 100% A (Sangat Baik) 75% < B 90% B (Baik) 55% < C 75% C (Cukup) 40% < D 55% D (Kurang) 0% < E 40% E (Buruk) Dari hasil tes pemecahan masalah matematis siswa selanjutnya akan dianalisis, apakah pada siklus I ke siklus selanjutnya terdapat peningkatan atau tidak. Selain itu dari data hasil tes ini pula dapat dianalisis ketuntasan belajar siswa dari sklus I ke siklus selanjutnya. c) Menghitung nilai tes evaluasi siswa Menghitung nilai siswa dengan menggunakan rumus: N = Nilai siswa N = Skor Mentah Skor Maksimal x 100

33 d) Menghitung nilai rata-rata kelas dalam bentuk presentase Untuk dapat mengetahui sejauh mana kelas tersebut dapat memahami materi yang telah di ajarkan dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah, maka peneliti dapat menghitung nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus: X X 100% N (adaptasi Suharsimi, 2009, hlm. 264) Keterangan: X = nilai rata-rata kelas X = total nilai yang diperoleh seluruh siswa N = jumlah siswa 100% = bilangan tetap 2. Analisis Data Kualitatif Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Nasution (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 336) menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Selanjutnya dilapangan, peneliti menggunakan teknik analisis Model Miles and Huberman (Sugioyono, 2013, hlm. 338) yang terdiri dari empat tahap sebagai berikut. a) Data Reduction (reduksi data), pada tahap ini peneliti memilih data, menggolongkan, dan membuang data yang tidak diperlukan. Kemudian mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik. Data didapat dari instrument pembelajaran dan instrument pengungkapan data yang telah dijelaskan sebelumnya. b) Data Display (penyajian data), suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis

34 dan sistematis. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Pembeberan data dilakukan dengan sistematik, interaktif, dan inventif serta mantap sehingga memudahkan pemahaman terhadap apa yang terjadi. Dengan demikian, penarikan kesimpulan dan penentuan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya akan mudah. c) Conclution Drawing/Verification, atau merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar-benar dapat dipertanggunggjawabkan. Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun sajian data diambil suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir siklus I, ke kesimpulan terevisi pada akhir siklus II. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan simpulan pertama sebagai pijakan. b. Rencana Uji Keabsahan Data Uji kredibiltas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dilakukan dengan trianggulasi teknik dan menggunakan bahan referensi. Trianggulasi teknik yang dimaksud adalah pengujian keabsahan data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini, setelah siswa mengerjakan tes evaluasi, penelitian melakukan wawancara dengan siswa tentang cara ia mengerjakan evaluasi, kemudian berdiskusi dengan wali kelas dan menganalisis lembar observasi. Penelitian pun menggunakan bahan referensi, seperti hasil wawancara dan hasil evaluasi yang terlampir.