BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

DAFTAR PUSTAKA. Agastya & Arifa i, M., (2011) Unit Cost dan Tarif Rumah Sakit, Yogyakarta: Minat Utama Manajemen Rumah Sakit.

A. Latar Belakang Masalah

BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan Luas Bangunan Rumah Sakit terdiri dari 2 Lantai Gedung, yaitu : Lantai Bawah : 5.721,71 m 2 Lantai Atas : 813,84 m 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka sampai saat ini memiliki fasilitas pelayanan kesehatan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbasis unit, dengan penghitungan unit cost yang detail sehingga mudah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan RI,

JASA PELAKSANA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ( TEORI DAN PRAKTIS ) Oleh: Henni Djuhaeni

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian. Setelah teridentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

INDIKATOR KINERJA UTAMA

PEDOMAN WAWNCARA BAGAIMANA IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI UPT PUSKESMAS HILIDUHO KABUPATEN NIAS TAHUN 2015

URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN. Kepala Puskesmas A. Tugas Pokok Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB III OBYEK LAPORAN KKL. 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Cimahi Utara Keadaan Geografis Puskesmas Cimahi Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Rumah sakit Umum Daerah Mandailing Natal

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS SELOMERTO 1 Jalan Banyumas Km. 7 Telp. (0286) SELOMERTO WONOSOBO 56361

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

II. TINJAUAN PUSTAKA

Rencana Kerja Tahun 2015 (Revisi) 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BENGKULU SELATAN

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. 7.1 Ringkasan Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA

PROFIL UPT PUSKESMAS SEMIN I

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-dasar atau prinsip pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB IV HASIL PENELITIAN. 01 kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarag Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas tanah 567 dan luas bangunan 346

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi perubahan paradigma sistem pemerintahan, baik ditingkat pusat,

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... 5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi masyarakat. Menurut Kepmenkes No 128/Menkes/SK/II/2004, puskesmas

KATA PENGANTAR. Buku Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) RSUD Ambarawa

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TENTANG STAN DAR PELAYANAN MINIMAL PUSKESMAS NON RAWAT INAP KOTA MOJOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembiayaan kesehatan di Indonesia mempunyai tujuan untuk menyediakan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sumber pembiayaan kesehatan dapat berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain. Pada sumber anggaran kesehatan yang berasal dari Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (Pemerintah RI, 2009). Analisis tentang pembiayaan kesehatan di Indonesia mengalami beberapa masalah, yaitu: jumlahnya kecil, kurang biaya untuk program promotif dan preventif, kurang biaya operasional, terlambat realiasi, tidak dikaitkan dengan kinerja, terfragmentasi, inefisien, dan biaya kesehatan yang semakin meningkat. Menurut Gani (2006), anggaran kesehatan direncanakan secara historikal dan besarnya tergantung pada pagu anggaran, yang dari tahun ke tahun tidak banyak berubah. Setelah desentralisasi diterapkan pada tahun 1999/2000, masalah tersebut tidak banyak berubah, bahkan di beberapa daerah jumlahnya bertambah kecil (Azwar, 1996; Gani, 2006) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara menyebutkan bahwa dalam penyusunan dan penetapan anggaran harus berbasis pada kinerja dan prestasi kerja (Pemerintah RI, 2003). Hal ini penting mengingat tingkat kebutuhan dana Pemerintah yang makin tinggi, sementara sumber dana terbatas. Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) menyebutkan bahwa instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ jasa yang dijual tanpa 1

2 mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatan didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, disebut sebagai BLU. Tujuannya adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi, produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat. BLU menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya. RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diterima dari masyarakat, badan lain dan APBD/APBN (Pemerintah RI, 2005a; Pemerintah RI, 2005b). Kota Yogyakarta merupakan 1 diantara 5 Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, mempunyai luas wilayah 32,50 km 2, dengan jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 459,246 jiwa. Wilayah Kota Yogyakarta dibagi menjadi 14 kecamatan 45 kelurahan (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2011). Visi Dinas Kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang tinggi/ optimal melalui budaya hidup sehat dalam lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau. Misi untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sehat yaitu dengan: 1). Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) kesehatan bekerja sama dengan institusi pendidikan atau lembaga lain; 2). Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP); 3). Meningkatkan net-working/ kolaborasi antar elemen pelaku kesehatan dan sektor kesehatan; 4). Melaksanakan fungsi regulasi sarana dan tenaga kesehatan; 5). Melaksanakan mutu institusi kesehatan; dan 6). Melaksanakan jaminan kesehatan. Tabel 1. Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2010 2012 Tahun PAD APBD Bidang % Anggaran Kesehatan (Rp) 2010 2011 2012 818.052.316.985 789.008.136.521 889.626.131.133 917.054.170.180 889.772.128.777 934.387.078.100 68.246.698.256 72.152.591.899 84.408.416.330 Sumber : (Pemerintah Kota Yogyakarta 2010b; Pemerintah Kota Yogyakarta 2011; Pemerintah Kota Yogyakarta 2010c) 7,4 8,1 9,0

3 Tabel 1 menggambarkan adanya peningkatan alokasi anggaran untuk bidang kesehatan dari tahun ke tahun, tahun 2011 meningkat sebesar 0,7 % dari tahun 2010 dan tahun 2012 meningkat sebesar 0,9% dari tahun 2011. Pada penelitian Harmana (2006) di Kabupaten Pontianak alokasi anggaran untuk bidang kesehatan sebesar 8,99% dari total APBD, belum menunjukkan komitmen daerah secara nyata karena besaran anggaran tersebut masih jauh dibawah anggaran untuk bidang pendidikan yaitu sebesar 36,36% dari APBD (Harmana & Adisasmito, 2006). Walaupun ada tanda-tanda meningkatnya jumlah total biaya kesehatan di daerah, secara keseluruhan belum memecahkan masalah kronis dalam pembiayaan kesehatan yaitu: (a) belum mencapai tingkat kebutuhan normative; (b) kurang biaya operasional; (c) tidak fleksibel dalam penggunaannya sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan. Tabel 2. Belanja Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2012 Belanja Daerah Anggaran (Rp) Persentase (%) Belanja tidak langsung/belanja pegawai 32.157.301.543 41,29 Belanja langsung terdiri dari : 0,00 Program pelayanan administrasi perkantoran 2.778.954.950 3,57 Program peningkatan sarana dan prasarana 323.399.000 0,42 aparatur Program peningkatan pengembangan system 86.298.000 0,11 pelaporan capaian kinerja dan keuangan Program upaya pelayanan kesehatan 7.745.935.155 9,95 Program Upaya Pelayanan Gizi dan 1.775.792.750 2,28 Kesehatan Keluarga Program pengendalian penyakit dan 1.538.862.500 1,98 penyehatan lingkungan Program pembiayaan dan jaminan 20.034.517.125 25,73 pemeliharaan kesehatan Program regulasi dan pengembangan sumber 497.097.500 0,64 daya manusia kesehatan Program Pemberdayaan Masyarakat dan 2.778.686.750 3,57 Promosi Kesehatan Program Penelitian, Pengembangan dan 692.406.000 0,89 Informasi Kesehatan Program Peningkatan Pelayanan Kefarmasian 7.463.324.000 9,58 dan Pengelolaan Alat Kesehatan Jumlah 77.872.575.273 100,00 Sumber : (Pemerintah Kota Yogyakarta 2011)

4 Tabel 2 menggambarkan bahwa belanja tidak langsung/ belanja pegawai mempunyai persentase yang paling tinggi sebesar 41,29% dari total belanja Dinas Kesehatan, program upaya pelayanan kesehatan sebesar 9,95% dari seluruh kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Anggaran tersebut digunakan untuk program peningkatan mutu pelayanan dasar dan rujukan dan pengelolaan operasional Puskesmas. Penggunaan anggaran operasional Puskesmas tersebut digunakan untuk mendukung pelayanan kesehatan dasar baik rawat jalan maupun rawat inap, yang berarti bahwa bagian tersebut terjadi pemanfaatan berupa tenaga, biaya, waktu dan aktivitas-aktivitas pelayanan yang lebih banyak dan rutin. Puskesmas saat ini dituntut oleh masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau. Sehingga perlu dikembangkan sistem pembiayaan kesehatan, karena berpengaruh terhadap mutu pelayanan. Sumber pembiayaan Puskesmas berasal dari Pemerintah (APBN dan APBD), bantuan pembangunan sarana kesehatan dan dari masyarakat dalam bentuk retribusi yang dibayar masyarakat setelah mendapat pelayanan (out of pocket atau fee for service) (Sukamerta & Rochmah, 2008). Penelitian yang dilakukan Junnu (2009) di Puskesmas Salam Kota Magelang menunjukkan hasil bahwa tarif berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Tahun 2007 hanya mampu menutupi sekitar 66,12% kebutuhan operasional Puskesmas (Junnu, 2009). Tanggung (2008) menunjukkan besaran subsidi poli umum, poli gigi dan poli Kesehatan Ibu dan Anak-Keluarga Berencana (KIA-KB) Puskesmas Aertembaga hanya menutup 69,65% dari besaran biaya operasional sesungguhnya (Tanggung, 2008). Puskesmas Jetis merupakan salah satu Puskesmas dengan rawat inap yang berada di Kota Yogyakarta. Wilayah kerjanya mencakup 156 Ha dengan jumlah penduduk 30.276 jiwa yang tersebar di 3 kelurahan yaitu kelurahan Bumijo, Cokrodiningratan dan gowongan. Sarana kesehatan Puskesmas Jetis berupa Puskesmas induk dengan jumlah tempat tidur 7 buah (7 tempat tidur dewasa dan 7 tempat tidur bayi), ginekology bed 2 buah. Seluruh tenaga 60 orang, terdiri dari tenaga medis, paramedis dan non medis dengan rincian sebagai berikut: dokter umum 6 orang, dokter gigi 2 orang, perawat 7 orang, perawat gigi 4 orang, bidan 10 orang, petugas gizi 2 orang, apoteker dan asisten apoteker 3 orang, analis

5 laboratorium 2 orang, sanitarian 1 orang, rekam medis 1 orang, dan tenaga non medis (staf umum, petugas kebersihan, sopir, penjaga malam, petugas masak dan surveilance) 22 orang. Pelayanan Puskesmas Jetis mencakup rawat jalan dan rawat inap khusus persalinan, dimana kebutuhan makan pasien dan loundry di rawat inap dikelola sendiri oleh puskesmas. Tabel 3. Pencapaian Kinerja Pelayanan Puskesmas Jetis Tahun 2011 Indikator Kinerja Sasaran Target Pencapaian Jumlah % Jumlah % Poli Umum 30.276 30.276 100 26.462 87 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil 400 380 95 473 118 Cakupan persalinan 380 342 90 352 100 Cakupan pelayanan nifas 380 342 90 352 100 Cakupan kunjungan bayi 352 317 90 342 97 Cakupan peserta KB aktif 3.054 2.291 75 2.298 75 Sumber : (Puskesmas Jetis, 2012) Tabel 3 menunjukkan bahwa secara umum Pencapaian pelayanan Puskesmas Jetis pada tahun 2011 melebihi target pencapaian kinerja sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010. Selain pencapaian kinerja pada tabel 3, pencapaian pelayanan rawat inap di Puskesmas Jetis pada tahun 2011 sebanyak 1083 hari rawat inap dengan Average Length of Stay 3 hari, hal tersebut menunjukkan angka penggunaan tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/ BOR) 42%, belum sesuai standar BOR yaitu 60-85%. Gambar 1. Pendapatan, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Belanja Puskesmas Jetis Tahun 2009 2012

6 Gambar 1 menunjukkan kecenderungan pendapatan Puskesmas Jetis yang terus meningkat, DPA Puskesmas lebih rendah dari pendapatan Puskesmas, dan belanja operasional per tahun dibawah DPA. Pada tahun 2012 menunjukkan pendapatan yang tidak dibelanjakan sebesar Rp. 122.902.264,- (17%), karena prosedur operasional Puskesmas di Kota Yogyakarta. Tabel 4. Sumber Pendapatan Puskesmas Jetis Tahun 2012 Sumber Pendapatan Persentase (Rp) (%) Pasien dalam wilayah 176.403.525 27,55 Pasien luar wilayah 442.767.750 69,15 Lansia 21.139.000 3,30 Jumlah 640.310.275 100,00 Sumber : Puskesmas Jetis 2012 Tabel 3 menunjukkan sumber pendapatan Puskesmas Jetis Tahun 2012, pendapatan terbesar dari pasien luar wilayah sebesar Rp. 442.767.750,- (69,15%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien yang paling banyak memanfaatkan pelayanan berasal dari luar wilayah Kecamatan Jetis. Sumber pembiayaan Puskesmas lainnya berasal dari Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Pusat. Pada tahun 2012 Puskesmas Jetis mendapat Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dari Pemerintah Pusat sebesar Rp. 85.000.000,-. BOK tersebut digunakan untuk menyelenggarakan UKM berupa promotif dan preventif di wilayah kerja Puskesmas Jetis. Alternatif untuk melakukan reformasi pembiayaan kesehatan adalah menghitung kebutuhan biaya untuk melaksanakan upaya kesehatan salah satunya dengan program costing didasarkan pada perhitungan unit cost (Gani, 2006). Melihat gambaran kondisi diatas dan dalam rangka persiapan pelaksanaan Puskesmas BLU di tahun 2014, maka perlu dilakukan penelitian tentang perhitungan usulan anggaran dengan mempertimbangkan SPM tahun 2010, subsidi dan pendapatan berbasis unit cost di Puskesmas Jetis.

7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: berapa besar usulan anggaran dengan mempertimbangkan target SPM tahun 2010, subsidi dan pendapatan berbasis unit cost di Puskesmas Jetis? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum: Untuk memperoleh gambaran besaran usulan anggaran berbasis unit cost dan persepsi stakeholder terhadap hasil perhitungan usulan anggaran di Puskesmas Jetis. Tujuan khusus: 1. Mengidentifikasi besaran unit cost pelayanan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Jetis. 2. Mengidentifikasi besaran usulan anggaran dengan mempertimbangkan target SPM tahun 2010, subsidi dan pendapatan berbasis unit cost di Puskesmas Jetis sebagai persiapan pelaksanaan BLU. 3. Mengidentifikasi persepsi stakeholder terhadap hasil perhitungan usulan anggaran berbasis unit cost di Puskesmas Jetis. D. Manfaat Penelitian Manfaat praktis: 1. Bagi Puskesmas, sabagai bahan perencanaan dan pengembangan manajemen keuangan Puskesmas sebagai persiapan pelaksanaan BLU. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, sebagai bahan menentukan besaran anggaran berbasis unit cost di Puskesmas Jetis.

8 Manfaat teoritis: 1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam bidang pembiayaan pelayanan kesehatan khususnya perhitungan unit cost Puskesmas. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian dengan topik yang hampir sama antara lain: 1. Hartono (2006), Analisis Usulan Tarif Puskesmas Rawat Inap Berbasis Unit Cost di Puskesmas Lintau Buo II Kabupaten Tanah Datar. Tujuan penelitiannya mengetahui besarnya unit cost rawat jalan dan rawat inap, usulan tarif dan persepsi stakeholder. Jenis penelitiannya deskriptif dengan rancangan studi kasus menggunakan metode double distribution, variabel penelitian meliputi usulan tarif, unit cost, Ability to Pay (ATP), tarif pesaing dan persepsi stakeholder. Hasil penelitiannya adalah unit cost untuk rawat jalan BP dengan pendekatan direct cost sebesar Rp. 3.804,-, dan dengan pendekatan full cost sebesar Rp. 14.609,-. ATP/ Willingnes to Pay (WTP) masyarakat Rp 6.155,-, tarif yang diusulkan sebesar Rp. 3.500,-. Persamaan dengan penelitian ini pada metode double distribution yang digunakan untuk analisis data (Hartono, 2006). 2. Tanggung (2008), Analisis biaya per satuan Pelayanan di Puskesmas Aertembaga Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan penelitiannya mengetahui besaran unit cost dan subsidi di poli umum, poli gigi dan poli KIA- KB serta persepsi stakeholder terhadap pembiayaan operasional di Puskesmas. Jenis penelitiannya deskriptif dengan rancangan studi kasus. Pengolahan data menggunakan metode Activity-Based Costing (ABC) dengan unit analisis Puskesmas Aertembaga pada poli umum, poli gigi, dan poli KIA-KB. Hasil penelitiannya adalah biaya per satuan pelayanan poli umum Rp. 10.257,-, poli gigi Rp. 9.510,- dan pelayanan ibu hamil di poli KIA-KB Rp. 14.103,-, besaran subsidi sebesar Rp. 183.778.651,-, Rp. 38.805.680,- dan Rp. 23.418.018,-. Persamaannya pada variabel unit cost yang diteliti (Tanggung, 2008).

9 3. Junnu (2009), Analisis biaya satuan rawat jalan Puskesmas Salam Kebupaten Magelang. Tujuan penelitiannya menghitung unit cost, mengukur ATP/WTP masyarakat dan membandingkan tarif pesaing. Jenis penelitiannya deskriptif dengan rancangan studi kasus, menggunakan metode double distribution. Variabel yang diteliti meliputi unit cost, ATP/WTP, jasa pelayanan, tarif pesaing dan usulan tarif rawat jalan Puskesmas. Hasil penelitian tersebut adalah biaya satuan pemeriksaan umum Rp. 6.032,-. ATP/WTP masyarakat 21,3% bersedia membayar di atas Rp. 7.392,-, dan 78,8% mempunyai kemauan membayar dibawah Rp. 7.392,-/kunjungan. Persamaan dengan penelitian ini adalah metode double distribution yang digunakan untuk analisis data (Junnu, 2009). 4. Sari (2011), Analisis Biaya Satuan Poliklinik Ibu dan Anak Sebagai Bahan Usulan Penetapan Subsidi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh. Tujuan penelitiannya mengetahui besaran unit cost, subsidi biaya, pendapat stakeholder. Jenis penelitiannya adalah deskriptif dengan rancangan studi kasus dengan menggunakan metode Activity Based Cost (ABC). Unit analisisnya adalah Poliklinik Ibu dan Anak. Variabel penelitiannya adalah unit cost, subsidi biaya dan pendapat stakeholder. Hasil penelitian tersebut adalah rata-rata biaya direct cost sebesar Rp 133.616,- dan driver cost Rp. 2.421,- serta unit cost Rp. 20.046,-. Total subsidi sebesar Rp. 1.019.946.211,-. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel unit cost dan subsidi yang diteliti (Sari, 2011). Perbedaan penelitian ini daripada penelitian sebelumnya adalah pada metode double distribution yang digunakan untuk menghitung unit cost dalam menghitung besaran usulan anggaran dengan mempertimbangkan target SPM tahun 2010, subsidi dan pendapatan di Puskesmas Jetis, dengan unit penelitian yang mencakup seluruh unit pelayanan rawat inap dan rawat jalan, dalam gedung dan luar gedung, dan adanya pola tarif yang sudah terbentuk sebelumnya.