BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kg, Papua sebanyak 7000 kg dan Yogyakarta sebanyak 2000 kg. Faktor yang

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Jati Emas (Cordia subcordata) kultur in vitro dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar.

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

I. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang populer di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Fabaceae. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil

BAB I PENDAHULUAN. kondisi lingkungan tumbuh. Selain itu anggrek Dendrobium memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bangun (2011) kencur (Kaempferia galanga.l.) merupakan

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Raja Bulu Kuning Kedudukan pisang dalam taksonomi tumbuhan menurut Suprapti (2005) adalah sebagai berikut: Kerajaan :

III. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk tanaman dari keluarga Orchidaceae. Tanaman berbunga indah ini

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek tanah merupakan salah satu tumbuhan dari famili Orchidaceae yang

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

I. TINJAUAN PUSTAKA. Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili,

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Anggrek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

I. PENDAHULUAN. sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), termasuk golongan suku temutemuan (Zingiberaceae) dari marga Curcuma. Temulawak atau koneng gede (Jawa Barat), temo labak (Madura), temulawas (Malaysia) merupakan tanaman asli Indonesia yang penyebarannya banyak terdapat di Ambon, Bali dan Jawa (Sutarno dan Atmawidjojo, 2001). Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa. Klasifikasi ilmiah tanaman temulawak adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Zingiberales : Zingiberaceae : Curcuma : Curcuma xanthorrhiza Roxb Tanaman temulawak berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 84 cm dan lebar 10 18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 80 cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping

dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 23 cm dan lebar 4 6 cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5 cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 2 cm dan lebar 1cm. Gambar 1. Bunga dan Rimpang Temulawak (Sumber: dokumentasi pribadi). Temulawak memerlukan tempat terlindung atau naungan sebagai tempat tumbuh. Tanaman temulawak dapat tumbuh baik pada dataran rendah dan dataran tinggi sampai ketinggian 750 m sampai ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 1.500 4.000 mm/tahun. Temulawak dapat tumbuh di tanah-tanah berkapur, tanah ringan berpasir atau tanah liat yang keras. Tanaman ini menyukai lingkungan gelap dan lembab. 2. Manfaat Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Di Indonesia bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat berbagai olahan obat tradisional. Menurut Supriadi (2001), komposisi rimpang temulawak adalah pati (29-30%), kurkuminoid (1-2%) dan minyak atsiri (6-10%). Hwang (2000) menyatakan rimpang temulawak mempunyai berbagai manfaat, antara lain untuk pewarna, bahan minuman dan makanan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, anti mikroba, dan komponen pada berbagai

rimpangnya dapat digunakan sebagai bahan makanan berupa bubur dan pati temulawak juga mempunyai harapan untuk dikembangkan dalam bidang farmasi. Minyak atsiri rimpang temulawak digunakan dalam bidang medis sebagai aromaterapi, yaitu fitoterapi yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen aktifnya. Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas temulawak tahun 2011 s.d 2015 di Indonesia. Tahun Luas Panen (m 2 ) Produksi (kg) Produktivitas (kg/m 2 ) 2011 13,599,228 24,105,870 1.77 2012 18,606,958 44,085,151 2.37 2013 19,069,698 35,664,756 1.87 2014 13,186,912 25,137,498 1.91 2015 14,379,809 27,550,074 1.89 Sumber: Kementrian Pertanian (www.pertanian.go.id) Semakin meningkatnya pemanfaatan temulawak mendorong perluasan lahan dan produksi tanaman temulawak di Indonesia. Dari tahun 2011 sampai dengan 2015 luas panen temulawak meningkat yang diikuti dengan peningkatan produksi temulawak namun penurunan sebesar 0.02 kg/m 2 pada produktivitas temulawak (Tabel 1). Penggunaan teknik kultur jaringan diharapkan dapat menambah jumlah produksi temulawak meskipun luas lahan semakiin berkurang. 3. Teknik Kultur Jaringan Tanaman temulawak saat ini masih diperbanyak secara konvensional yaitu dengan rimpang. Metode kultur jaringan merupakan salah satu metode yang digunakan untuk perkembangbiakan tanaman. Teknik kultur jaringan ini merupakan teknologi yang sangat membantu dalam produksi bibit yang berkualitas dalam waktu singkat sehingga kebutuhan jumlah rimpang temulwak dapat terpenuhi melalui teknik kultur jaringan. Karena itu, teknik kultur jaringan tanaman berguna untuk konservasi tanaman, perbanyakan tanaman, memproduksi senyawa metabolit sekunder, dan juga digunakan sebagai perbaikan genetik pada tanaman (Sivanesan et al., 2012;. Abbas & Qaiser, 2012; Hui et al., 2012.; Bhatt et al., 2013). Kultur jaringan tanaman adalah metode atau

teknik mengisolasi jaringan, organ, sel, maupun protoplas tanaman, menjadikan eksplan dan menumbuhkan tanaman di dalam media pertumbuhan yang aseptik sehingga eksplan tersebut dapat tumbuh dan berkembang, berorganogenesis dan dapat menjadi tanaman sempurna. Teknik kultur jaringan beranjak dari teori totipotensi yang disampaikan oleh Sleiden dan Schwan pada tahun 1838, bahwa sel tanaman adalah suatu unit yang otonom yang di dalamnya mengandung material genetik lengkap, sehingga apabila ditumbuhkan di dalam lingkungan tumbuh yang sesuai, sel tersebut dapat tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap (Mattjik, 2005). Melalui perbanyakan teknik kultur jaringan, akan diperoleh tanaman baru dalam waktu yang singkat, dalam jumlah yang banyak, seragam, bebas patogen dan memiliki sifat seperti induknya. Teknologi kultur jaringan juga diketahui merupakan rekayasa genetik yang dapat memberikan wawasan mengenai molekuler, regulasi gen dari tanaman, dan suatu metode inovatif dalam bidang ilmu tanaman (Mineo, 1990). Aplikasi teknik kultur jaringan dalam perbanyakan tanaman telah menjadi kegiatan rutin terutama pada komoditas hortikultura (Mattjik, 2005). Media merupakan salah satu faktor yang penting dalam kultur jaringan. Penggunaan media kultur jaringan dibedakan menjadi 2 yaitu media dasar dan media perlakuan. Media dasar yang sering digunakan untuk teknik kultur jaringan adalah media dasar Murashige dan Skoog (1962). Media Murashige dan Skoog yang sering digunakan mengandung unsur-unsur hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Media tumbuh pada sistem kultur jaringan harus dapat memenuhi kebutuhan eksplan. Umumnya, media dalam kultur jaringan merupakan campuran air dan hara yang mengandung garam-garam anorganik, dan zat pengatur tumbuh. Garam-garam anorganik menyediakan unsur-unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan Na) dan unsurunsur hara mikro (B, Co, Mn, I, Fe, Zn, dan Cu). Media untuk kultur jaringan selain memerlukan unsur hara juga memerlukan bahan organik lain seperti gula, vitamin, asam amino, zat pengatur tumbuh, dan bahan organik kompleks alami. 4. Zat Pengatur Tumbuh Penggunaan zat pengatur tumbuh atau ZPT sudah banyak digunakan pada media tanam kultur jaringan sebagai upaya membantu pertumbuhan eksplan. Zat pengatur

tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam konsentrasi rendah, dan menimbulkan tanggap secara biokimia, fisiologis dan morfologis. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan dalam kegiatan kultur jaringan adalah auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisi (Gunawan, 1992). Auksin yang umum digunakan dalam media kultur jaringan adalah IAA (indole acetic acid), IBA (3-indolebutyric acid), 2,4D (2,4-dichlorophenoxyacetic acid), dan NAA (1-naphthylacetic acid). Auksin berperan dalam merangsang pembelahan dan pembesaran sel yang terdapat pada pucuk tanaman, dan menyebabkan pertumbuhan pucuk-pucuk baru (Wetherell, 1982). Sitokinin terdiri dari beberapa kelompok, yaitu: zeatin, 2-iP, kinetin dan BAP. Zeatin dan 2-iP (N6-2-iso-pentenyladenine) adalah sitokinin alami dan kinetin secara sintetik adalah turunan sitokinin. Sitokinin berperan dalam pembelahan sel, meningkatkan pembentukan pucuk aksilar dan menghambat pembentukan akar. Sitokinin juga berperan dalam morfogenesis tunas dalam kultur jaringan tanaman terutama inisiasi tunas atau pembentukan pucuk. Sitokinin alami yang diproduksi oleh tanaman adalah zeatin, sedangkan sitokinin sintetik yang biasa digunakan diantaranya adalah BAP. Penggunaan BAP diketahui sangat efektif merangsang perbanyakan tunas. Pada penelitian yang telah dilakuakn oleh Rusnanda (2007) penggunaan konsentrasi BAP 4 ppm dapat meningkatkan jumlah tunas paling efektif pada tanaman jahe secara in vitro. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media yang digunakan sangat menentukan regenerasi tunas. Regenerasi dapat terjadi secara baik apabila konsentrasi sitokinin dan auksin yang tepat. Perlakuan 2.5 mg/l + 0.5 mg/l BAP dapat menginduksi tumbuhnya kalus dengan cepat pada tanaman papaya secara in vitro (Yuniarti, 2005). Dalam penelitian Syahid dan Hadipoentyanti (2003) menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh BA maupun kombinasi dengan NAA pada media MS dapat digunakan untuk perbanyakan temulawak secara in vitro. Perlakuan BA 1.5 mg/l dengan menggunakan media MS dapat meningkatkan jumlah tunas dan daun temulawak, sedangkan penggunaan BA secara tunggal maupun kombinasi dengan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas. Hasil penelitian Nayak (2000) berhasil menginduksi umbi mikro tanaman Curcuma pada media MS dengan penambahan 5 mg/l BA, 60 g/l sukrosa. Pada tanaman Curcuma longa pembentukan umbi mikro

efektif pada media MS dengan penambahan 13.3 mm BA, 6% sukrosa (Nayak dan Naik, 2006). Hasil penelitian Riansyah (2007) dengan penambahan BAP 1 mg/l pada media MS mampu meningkatkan jumlah tunas dan jumlah daun pada tanaman kunyit. Penelitian menggunakan bahan tanam temulawak yang telah dilakukan oleh Kusumastuti et al. (2014) menyatakan bahwa penambahan 5 mg/l BA dan 30 gr/l sukrosa pada media Murashige & Skoog (MS) dapat menghasilkan tunas tertinggi. 5. Bahan Organik Kompleks Media kultur jaringan biasanya ditambahkan senyawa organik kompleks untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman. Senyawa organik kompleks dapat diperoleh dari ekstrak tanaman. Dosis bahan organik yang ditambahkan dalam media kultur jaringan berkisar antara 150-200 g/l. Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber bahan organik diantaranya air kelapa, dan ekstrak pisang (Hendaryono, 2000). Pada beberapa hasil penelitian secara in vitro diketahui bahwa penambahan air kelapa diperlukan untuk perkembangan embrio muda tanaman. Air kelapa yang dimaksud adalah endosperm cair (coconut milk) dari buah kelapa. Senyawa penting bagi kultur jaringan yang terdapat dalam air kelapa adalah zat pengatur tumbuh alami. Kandungan zat pengatur tumbuh yang terdapat apada air kelapa dapat menginduksi kalus serta proses morfogenesis. Kandungan air kelapa diantaranya adalah asam amino bebas dalam jumlah cukup besar, termasuk phenilalanin yang dapat membantu dalam aktivitas pembelahan sel, asam organik, asam nukleotida, purin, gula, gula alkohol, vitamin, zat pengatur tumbuh dan mineral. Sukrosa merupakan kandungan gula tertinggi yang terdapat dalam air kelapa. Menurut Vigliar et al., (2006), konsentrasi garam mineral dan sukrosa air kelapa menurun seiring dengan bertambahnya umur dari 6-9 bulan. Di dalam air kelapa ditemukan 3 jenis gula, yakni glukosa dengan komposisi 34-45% sukrosa dari 53% sampai 18% dan fruktosa dari 12-36%. Sukrosa mengalami penurunan konsentrasi seiring dengan pertambahan umur. Analisis kandungan dalam air kelapa telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap perbanyakan dan pertumbuhan tunas temulawak (Tabel 1.):

Tabel 2. Uji analisis laboratorium pada air kelapa. Nama Sampel Jenis Analisis Hasil Ca 4.67 mg/100 g Na 41.06 mg/100 g Fe 0.68 mg/100 g K 59.20 mg/100 g Air Kelapa P 22.39 mg/100 g ph 3.54 Gula Total 4.57% Vitamin C 4.87 mg/100 g Sumber: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2015). Air kelapa dapat menstimulasi pertumbuhan pada beberapa kultur in vitro, tetapi kandungan auksinnya sangat rendah. Auksin diperlukan dalam pembiakan tanaman secara in vitro untuk menginduksi akar dan pemanjangan sel. Penggunaan air kelapa dalam kultur in vitro karena kandungan sitokinin alami yang tinggi baik untuk pembentukan daun sedangkan pembentukan yang rendah untuk pembentukan akar (Wattimena, 1982). Air kelapa biasanya ditambahkan ke dalam media dengan konsentrasi 3% sampai 5% atau konsentrasi air kelapa yang ditambahkan berkisar antara 100-200 ml/l. Hasil penelitian Seswita (2010) menunjukkan, tanpa komponen kimia, dengan penambah air kelapa pada berbagai konsentrasi pada media dasar MS, berhasil membentuk tunas, daun dan akar. Jumlah tunas terbanyak didapat pada kombinasi media dengan penambahan air kelapa 15% sebanyak 3,4 tunas, jumlah daun 2,2 daun serta jumlah akar terbanyak yaitu sebanyak 13,2 akar pada umur 2 minggu. Pada kombinasi media dengan memakai millipore, tunas terbanyak hanya 2,6 tunas, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol MS + BA 1,5 mg/l, yaitu samasama memiliki 2,6 tunas, 3,6 daun, dan 15,4 akar. Hasil penelitian Kristina dan Syahid (2012) menunjukkan bahwa air kelapa mengandung kinetin, zeatin, auksin, vitamin, mineral dan sumber karbon yang berguna untuk multiplikasi tunas in vitro. Kandungan kimia air kelapa muda lebih tinggi dibanding air kelapa tua. Medium tumbuh mengandung air kelapa 15% terbaik dalam merangsang pertumbuhan tunas in vitro (rata-rata 4,6 jumlah tunas per botol selama periode awal pertumbuhan (8 minggu)

sehingga dijadikan sebagai standar perbanyakan. Bibit temulawak hasil perbanyakan in vitro tumbuh baik (72%) saat aklimatisasi. Bahan organik lainnya yang digunakan sebagai tambahan media tanam adalah ekstrak pisang yang telah banyak dicoba misalnya kultur in vitro anggrek. Jenis pisang yang umumnya digunakan sebagai media dalam kultur jaringan yaitu jenis pisang ambon. Bubur atau ekstrak pisang yang biasa digunakan berkisar 150-200 g/liter. Data PKBT (2007) menunjukkan bahwa vitamin yang terkandung dalam pisang adalah vitamin A, tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), piridoksin (vitamin B6) dan asam askorbat (vitamin C). Hormon auksin yang terdapat dalam buah pisang mampu merangsang pertumbuhan eksplan. Pada penelitian ini digunakan pisang Cavendish dengan ciri-ciri daging buah dari pisang ini putih kekuningan, rasanya manis agak asam, dan lunak. Kulit buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning dengan permukaan halus. Ekstrak buah pisang yang ditambahkan dalam media berfungsi sebagai sumber asam amino, peptida, vitamin, dan zat pengatur tumbuh. Asam amino yang terkandung dalam ekstrak tanaman merupakan bentuk organik yang lebih mudah diserap daripada asam amino anorganik. Asam amino dapat membantu diferensiasi jaringan pada pertumbuhan tanaman khususnya jaringan yang sedang aktif tumbuh. Analisis kandungan dalam pisang Cavendish telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap perbanyakan dan pertumbuhan tunas temulawak (Tabel 2.): Tabel 3. Uji analisis laboratorium pada pisang cavendish. Nama Sampel Jenis Analisis Hasil Ca 26.75 mg/100 g Na 36.92 mg/100 g Fe 0.16 mg/100 g K 154.67 mg/100 g Pisang Cavendish P 109.87 mg/100 g ph 5.63 Gula Total 9.93% Vitamin C 38.90 mg/100 g Sumber: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2015).

Peranan ekstrak pisang telah diuji coba oleh Vyas et al. (2011) terhadap pembentukan planlet dari biji Dendrobium lituiflorum, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ekstrak pisang dapat berpengaruh pada pertumbuhan daun dan akar. Penelitian Kasutjianingati dan Irawan (2013) menyatakan bahwa penambahan BAP 2 mg/l, air kelapa 150 ml/l dan ekstrak pisang ambon 50 gr/l sebagai media media kultur in vitro anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) mampu memberi pengaruh sama pada penambahan jumlah tunas, dengan rata-rata 2 tunas. B. Kerangka Berpikir Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Bahan Baku Obat Tradisional Kurang Tersedia Benih Berkualitas Teknik Kultur Jaringan 1. Tanaman bebas penyakit, hama, dan virus 2. Waktu untuk perbanyakan cepat 3. Tidak tergantung musim 4. Benih berkualitas Standar Mutu BPOM (Lulus uji parameter dalam WHO's Guidelines For Madicinal Plant Materials: Botanical, Fisika- Kimia, Farmakologi, Toksikologi) Keterangan: Pertanian Konvensional Penggunaan Teknik Kultur Jaringan

C. Hipotesis Pada penelitian terdahulu dengan menggunakan medium tumbuh mengandung air kelapa 15% dapat merangsang pertumbuhan tunas in vitro temulawak, selain itu dengan menggunakan BAP 2 mg/l, air kelapa 150 ml/l dan ekstrak pisang ambon 50 g/l sebagai media media kultur in vitro anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) mampu memberi pengaruh sama pada penambahan jumlah tunas, sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh air kelapa dan ekstrak pisang terhadap pertumbuhan tunas temulawak (Curcuma xanthorrhiza) secara in vitro. 2. Terdapat konsentrasi air kelapa dengan ekstrak pisang yang mendukung pertumbuhan tunas temulawak (Curcuma xanthorrhiza) secara in vitro.