BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya. pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis (Sadhana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. (Pemekaran setelah Undang-Undang Otonomi Khusus) yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Abstrak :

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi tingkat kalangsungan hidup. Menurut World bank (2004), salah

KEMISKINAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. hidup miskin. Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dibahas adalah masalah kemiskinan. Baik di negara maju atau negara

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat sentral sekali untuk dibicarakan karena hal tersebut berhadapan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan dalam pembangunan ekonomi

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan infrastruktur dasra, gender, dan lokasi geografis. kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengkait antara satu faktor dengan faktor lainnya. pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Sejak tahun 1960-an

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi keseimbangan semula. Perencanaan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan, salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat yang adil dan makmur. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah khususnya daerah yang mempunyai angka kemiskinan yang relatif tinggi diantara daerah lainnya. Maka oleh sebab itu dengan mengetahui jumlah penduduk miskin suatu daerah telah berkurang, dapat dijadikan suatu indikator bahwa pembangunan yang dilaksanakan pada daerah tersebut membawa perubahan kondisi hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau kelompok tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan dari standar hidup tertentu. Dalam arti proverty, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. 1

Menurut World Bank (2004), salah satu penyebab kemiskinan adalah kurangnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima. Disamping itu kemiskinan juga berkaitan dengan tingkat pertumbuhan pendapatan, tingkat pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang secara eksplisit berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Dengan kata lain, pendekatannya harus dilakukan lintas sektor, lintas pelaku secara terpadu dan terkoordinasi dan terintegrasi (www.bappenas.go.id, maret 2013). Persoalan kemiskinan ini bisa dikatakan sudah seumur dengan sejarah manusia dan merupakan masalah yang sangat kompleks. Kemiskinan merupakan masalah global yang biasa dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia, apalagi setelah terhempas oleh pukulan krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1998. Oleh karena itu upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencangkup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (Nasir, dkk, 2008). Pada tahun 2000 beberapa negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), termasuk Indonesia yang menandatangani Deklarasi Milenium yang menunjukan komitmen bangsa-bangsa untuk mencapai delapan sasaran pembangunan milenium (Millenium Development Goals-MDGs) dimana salah satu pointnya pengentasan kemiskinan dan kelaparan absolut. Target yang ingin dicapai oleh MDGs tahun 2015 tersebut adalah mengurangi hingga setengah jumlah orang yang hidup dengan penghasilan kurang dari $ 1 per hari dan mereka yang menderita kelaparan. Hal tersebut mencerminkan bahwa pentingnya masalah kemiskinan untuk di atasi agar taraf kehidupan rakyat menjadi berkualitas. 2

Menurut Badan Pusat Statistik (2015) mencatat perkembangan jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 27,73 juta jiwa atau dengan persentase kemiskinan sebesar 10,96 persen berkurang sebesar 0,87 juta jiwa dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2013 yang sebesar 28,60 juta jiwa atau 11,46 persen. Walaupun mengalami penurunan tetapi angka ini masih terbilang relatif tinggi dan belum mencapai target Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga 8 persen sampai 10 persen pada akhir tahun 2014. Salah satu Provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Barat juga tidak terlepas dari masalah kemiskinan. Secara aggregate persentase kemiskinan Sumatera Barat memang menunjukan angka yang relatif membaik tetapi jika dilihat dari per Kab/Kota di Sumatera Barat masih ada beberapa Kabupaten yang mencatat angka kemiskinan yang termasuk kategori miskin, salah satunya yaitu pada Kabupaten Solok. Bagi pemerintah Kabupaten Solok kemiskinan merupakan salah satu isu strategis dan mendapatkan prioritas untuk ditangani. Hal tersebut terbukti dalam RPJMD Kabupaten Solok 2011-2015 dimana adanya kebijakan dan strategi dasar yang perlu dikembangkan dalam penganggulangan masalah kemiskinan (RPJMD Kab.Solok 2011-2015). Permasalahan kemiskinan di Kabupaten Solok ini terlihat dari masih tingginya proporsi penduduk miskin pada daerah tersebut diantara Kab/Kota Provinsi Sumatera Barat dari perhitungan data tahun 2000-2015. Menurut BPS dalam data dan informasi kemiskinan Kab/Kota tahun 2015, perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Solok mencapai 36,42 ribu jiwa atau persentase 3

kemiskinan sebesar 10,00 persen dengan garis kemiskinan sebesar Rp 339.088, indeks kedalaman 1,22 persen dan indeks keparahan 0,30 persen. Menurut BPS (1994) garis kemiskinan merupakan indikator untuk mengukur kemiskinan disuatu wilayah, BPS menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimun makanan dan bukan makanan. Untuk kebutuhan miniman makanan digunakan patokan 2.100 kalori perhari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan non makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang serta aneka barang dan jasa. Pada umumnya terdapat dua indikator dalam mengukur kemiskinan yaitu absolut dan relatif, akan tetapi dalam penelitian ini mengukur kemiskinan dengan mengacu kepada garis kemiskinan disebut dengan kemiskinan absolut yaitu penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan, sedangkan konsep kemiskinan yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif (Tambunan, 2001). Pada tahun 2000 hingga 2015 BPS mencatat bahwa penduduk miskin di Kabupaten Solok mengalami trend yang berfluktuasi, dimana pada tahun 2000 penduduk miskin berjumlah 68,90 ribu jiwa dengan persentase kemiskinan sebesar 15,87 persen. Angka ini mengalami peningkatan di tahun 2001, penduduk miskin mencapai 90,4 ribu jiwa atau 20,74 persen. Walaupun ditahun 2007 hingga 2015 angka kemiskinan ini memperlihatkan trend yang pengurangan akan tetapi ditahun 2013 dan 2015 jumlah penduduk miskin Kabupaten Solok kembali mengalami sedikit peningkatan. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 sebesar 35,7 ribu jiwa atau dengan proporsi penduduk miskin sebesar 10,03 persen meningkat menjadi 36,9 ribu jiwa 4

atau dengan proporsi penduduk miskin sebesar 10,26 persen ditahun 2013 dan yang semula 34,48 ribu jiwa tahun 2014 meningkat menjadi 36,42 ribu jiwa atau dengan tingkat kemiskinan yang semula 9,53 persen meningkat menjadi sebesar 10,00 persen. Berdasarkan data dan informasi kemiskinan juga dapat terlihat bahwa proporsi penduduk miskin Kabupaten Solok berada pada urutan ke dua tertinggi diantara Kab/Kota di Provinsi Sumatera Barat setelah Kepulauan Mentawai, dimana persentase kemiskinan di Kabupaten tersebut mencapai 16,12 persen ditahun 2014. Penyebab kemiskinan bermuara dari teori lingkaran setan, yang menyatakan bahwa produktivitas yang rendah mengakibatkan rendahnya pendapatan. Lalu pendapatan yang rendah mengakibatkan tingkat kemakmuran ekonomi daerah rendah. Pengukuran kemakmuran ekonomi daerah yang lazim digunakan yaitu pendapatan perkapita, nilai ini diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk daerah bersangkutan pada waktu (tahun) tertentu. Maka oleh sebab itu kontribusi terbesar dalam pendapatan perkapita tersebut adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan perkembangan jumlah penduduk. Produk Domestik Regional Bruto pada umummnya digunakan sabagai indikator baik buruknya perekonomian sebuah daerah yang merupakan indikator pembangunan daerah yang sangat penting, hal ini dikarenakan PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. PDRB merupakan ekspansi dari kapasitas untuk memproduksi barang dan jasa dari suatu perekonomian atau ekspansi dari kemungkinan memproduksi (production possibilities) suatu perekonomian. 5

Secara defenisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu dan biasanya satu tahun. PDRB juga dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dalam rangka peningkatan kesejahteraan penduduknya dalam hal ini adalah penurunan jumlah penduduk miskin pada suatu wilayah. Maka dari itu, PDRB perkapita merupakan variabel yang sangat penting dalam penurunan kemiskinan penduduk di Kabupaten Solok. Dalam penelitian ini PDRB perkapita yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto Atas Berlaku di Kabupaten Solok. Berdasarkan data yang dipublikasi Badan Pusat Statitik Provinsi Sumatera Barat, mencatat bahwa PDRB perkapita kabupaten Solok dari perhitungan tahun 2000 hingga 2015 terus mengalami kenaikan, pada tahun 2000 sebesar 1.267.474,34 juta rupiah dan mencapai 10.125.791,34 juta rupiah ditahun 2015. perkembangan PDRB ini juga dapat dicerminkan melalui laju pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznet (dalam Tambunan, 2001) pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Hasil penelitian Hermanto S. dan Dwi W. (2008) mengatakan bahwa ketika perekonomian berkembang di suatu wilayah terdapat lebih banyak pendapatan untuk dibelanjakan dan memiliki distribusi pendapatan dengan baik di antara wilayah tersebut, maka akan dapat mengurangi kemiskinan. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, Pertumbuhan PDRB Kabupaten Solok secara agregrat nampak selalu memberikan prediksi optimistik yang selalu 6

berada diatas 5 persen dari tahun ke tahun dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 5,22 persen dari tahun 1999 hingga 2014. Salah satu penyebab kemiskinan lainnya adalah tingkat pengangguran, tingkat pengangguran juga merupakan salah satu indikator pembangunan daerah yang sangat penting. Besarnya pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan disuatu negara dan dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan, 2001). Tingkat pengangguran Kabupaten Solok selama jangka waktu 16 tahun dari tahun 2000-2015 selalu melihatkan trend data yang befluktuasi dari tahun ke tahun, dimana tingkat pengangguran tertinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar 8,99 persen. Pada tahun 2000 tingkat pengangguran hanya sebesar 2,01 persen dan relatif membaik ditahun 2014 sebesar 2,17 persen dibandingkan pada 2013 pengangguran berjumlah 5,91 persen. Di tahun 2015 tingkat pengangguran kembali meningkat menjadi 3,97 persen. Selain pengangguran tersebut penyebab kemiskinan lainnya menurut Todaro (2000) yang menyakatan bahwa variasi penyebab kemiskinan di negara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya jumlah penduduk. World Bank, 1984 (dikutip dari Sofyardi & Helmi, 2013) juga menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat umumnya terjadi pada negara-negara berkembang, dimana hal ini akan jadi penghambat bagi pembangunan ekonomi. Selain Produk Domestik Regional Bruto yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran dan jumlah penduduk, perbedaan kualitas sumber daya manusia juga dapat memunculkan kemiskian (Kuncoro, 2000). Hal ini dikarenakan kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas 7

juga rendah, upah pun juga rendah. Upah yang rendah menyebabkan kemiskinan. SDM ini penting terutama karena kemakmuran masyarakat tentu tidak hanya terfokus pada aspek ekonomi saja tetapi juga kualitas sumber daya manusia. Jhingan (2012) juga mengatakan penyebab kemiskinan salah satunya yaitu pendidikan yang tidak memadai akan menyebabkan tingginya penduduk yang buta huruf dan tidak memiliki keterampilan dan keahlian. Selain Jhingan, World Bank (2004) juga menyatakan kemiskinan muncul karena kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Dari pemikiran dan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat ditunjukkan bahwa kemiskinan di Kabupaten Solok mengalami kenaikan ditahun 2013 dan relatif tinggi yang menjadikan Kabupaten Solok mendapati peringkat kedua tertinggi diantara Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa belum maksimalnya hasil usaha pemerintah daerah dalam mengatasi kemiskinan, padahal dampak kemiskinan sangat buruk terhadap perekonomian dan pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten Solok, sehingga dapat digunakan sebagai dasar kebijakan dalam usaha menurunkan tingkat kemiskinan. Maka penulis akan memberikan judul pada penelitian ini dengan judul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Solok Tahun 2000-2015 8

1.2. Rumusan Masalah Masalah kemiskinan Kabupaten Solok terlihat dari angka kemiskinannya yang masih tinggi diantara Kab/Kota di Provinsi Sumatera Barat. Badan Pusat Statistik (2015) mencatat bahwa proporsi penduduk miskin di Kabupaten Solok berada pada urutan ke dua tertinggi setelah Kepulauan Mentawai. Selain itu dalam perkembangannya walaupun mengalami pengurangan dari tahun 2007 hingga 2012, akan tetapi ditahun 2013 dan 2015 penduduk miskin kembali mencatat kenaikan yang awalnya 35,7 ribu jiwa atau 10,03 persen ditahun 2012 menjadi 36,9 ribu jiwa atau 10,26 persen ditahun 2013 dan yang semula 34,48 ribu jiwa tahun 2014 meningkat menjadi 36,42 ribu jiwa atau dengan tingkat kemiskinan yang semula 9,53 persen meningkat menjadi sebesar 10,00 persen Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi secara agregrat terlihat cukup dinamis yang selalu berada diatas 5 persen yang diikuti dengan langkah-langkah pencapaian target pertumbuhan ekonomi dalam RPJMD Kabupaten Solok yang diharapkan akan mampu menurunkan angka kemiskinan menjadi 7,79 persen di tahun 2015. Oleh sebab itu penulis merasa penting untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten Solok dari tahun 2000 hingga 2015. Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari uraian latar belakang penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tren kemiskinan di Kabupaten Solok 2000-2015? 2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Solok? 3. Bagaimana implikasi kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Solok? 9

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan tren kemiskinan di Kabupaten Solok 2000-2015 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Solok 3. Merumuskan beberapa implikasi kebijakan untuk mengatasi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Solok 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Hasil analisis dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan bahan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Solok. 2. Metodologi yang sudah ada dapat memberikan kontribusi terhadap Kabupaten Solok serta pengembangan cara uji baru bagi penelitian selanjutnya 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pemerintah daerah Kabupaten Solok dalam merumuskan kebijakan, sehingga kebijakan yang di ambil dapat di aplikasikan secara terarah dan tepat sasaran 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penulisan tesis ini, untuk lebih terarah dan tercapainya tujuan, maka penulis melakukan pembatasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut : 10

1. Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Solok di Provinsi Sumatera Barat menggunakan data time series dalam kurun waktu 16 tahun dari periode tahun 2000 hingga tahun 2015. 2. Penelitian ini hanya membahas dan menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Solok, yaitu dengan penghitungan estimasi yang menggunakan model koreksi kesalahan atau ECM (error correction model) yang di estimasi dengan metode OLS (ordinary liast Square) atau metode kuadrat terkecil biasa. 3. Pendekatan kointegrasi pada penelitian ini menggunakan pendekatan residual. Artinya, pengujian kointegrasi dilihat dari stationer residual dari hasil regresi. Metode ini digunakan untuk membuktikan pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. 1.6. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat serta ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari konsep, defenisi dan teori yang digunakan serta 11

penelitian-penelitian yang terkait yang pernah dilakukan sebelumnya. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bagian ini menjelaskan data dan sumber data, pembentukan model, definisi operasional variabel dan metode pengolahan dan analisis data. BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Menjelaskan tentang kondisi geografis, demografis, sosial budaya dan posisi perekonomian Kabupaten Solok. BAB V. HASIL PENELITIAN Berisi pengolahan data, hasil dan pembahasan yang berkaitan dengan penelitian dan implikasi hasil penelitian berupa kebijakan-kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah daerah bagi perencanaan pengembangan Kabupaten Solok BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan akhir serta saran-saran dari penelitian yang harus dilakukan 12