Profil lipid pada wanita dengan sindrom koroner akut

dokumen-dokumen yang mirip
Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prevalensi sindrom koroner akut di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

GAMBARAN HEMATOLOGI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT YANG DIRAWAT DI BLU RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

PROFIL LIPID DAN MORTALITAS PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

PROFIL FAKTOR RISIKO ATHEROSKLEROSIS PADA KEJADIAN INFARK MIOKARD AKUT DENGAN ST-SEGMENT ELEVASI DI RSUP DR KARIADI SEMARANG

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PASIEN ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION (AMI) DI RUANG ICU RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2015 SKRIPSI PERPUSTAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

RS PERTAMINA BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah keadaaan dimana terjadi

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSI SITI Khadijah Palembang

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

Hubungan Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RS Dr. M. Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari. 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA SINDROM KORONER AKUT DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE JANUARI SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

Gambaran kadar glukosa darah pada pasien SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

Transkripsi:

Profil lipid pada wanita dengan sindrom koroner akut Ronaldi Ike Adriana Monique Rotty Reginald L. Lefrandt Agnes L. Panda Bagian Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Email: ronaldi08@yahoo.com Abstract: Females with acute coronary syndrome (ACS) display different characteristics from the opposite gender. Currently, only limited data were available regarding the characteristic of ACS in females, especially in Manado. This study aimed to obtain the lipid profile of females with ACS at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in 2012-2013. This was a descriptive retrospective study with a cross sectional design. Subjects were all female patients with ACS who were admitted to Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January 2012 to December 2013. Data were collected based on the medical record. Exclusion criteria included incomplete data and non-acs as the main diagnosis. There were 81 women as subjects in this study. The mean age was 61.59±10.78 years. Unstable angina pectoris, non-st elevation myocardial infarction, ST elevation myocardial infarction were found in 38 (46.9%), 15 (18.5%), and 28 (34.6%) patients consecutively. Mean value of total cholesterol, low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), and trygliserida levels were as follows: 218.17±48.88, 145.91±47.30, 39.72±15.99, and 153±65.55 mg/dl. High level of total cholesterol, LDL, and trygliserida were found in 52 (64.2%), 50 (61.7%), 14 (17.3%) patients consecutively meanwhile low HDL level was found in 51(63%) patients. Diabetes mellitus and hypertension were found in 24 (29.6%) and 58 (71.6%) patients. The mean length of stay was 8.44±4.36 days. Keywords: female, lipid profile, acute coronary syndrome Abstrak: Wanita dengan sindrom koroner akut (SKA) menampilkan karakteristik yang berbeda daripada laki-laki dengan SKA. Sampai saat ini, masih tersedia sedikit data mengenai karakteristik SKA pada wanita. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran profil lipid pada wanita dengan SKA yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Subyek penelitian ialah pasien wanita dengan SKA yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado dari Januari 2012- Desember 2013. Data dikumpulkan dari rekam medis. Kriteria eksklusi meliputi data yang tidak lengkap dan diagnosis selain SKA sebagai diagnosis utama. Hasil penelitian mendapatkan subyek 81 pasien wanita dengan usia rata-rata 61,59±10,78 tahun. Angina pektoris tak stabil ditemukan pada 38 pasien (46,9%), non-st segment elevation myocardial infarction pada 15 pasien (18,5%), dan ST segment elevation myocardial infarction pada 28 pasien (34,6%). Kadar rerata kolesterol total, low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), dan trigliserida ialah berturut-turut 218,17±48,88, 145,91±47,30, 39,72±15,99, dan 153±65,55 mg/dl. Kadar kolesterol total, LDL, trigliserida yang tinggi ditemukan berturut-turut pada 52 pasien (64,2%), 50 pasien (61,7%), dan 14 pasien (17,3%) sedangkan kadar HDL yang rendah ditemukan pada 51 pasien (63%). Diabetes melitus dan hipertensi ditemukan pada 24 pasien (29,6%) dan 58 pasien (71,6%). Rerata lama perawatan di rumah sakit ialah 8,44±4,36 hari. Kata kunci: wanita, profil lipid, sindrom koroner akut 72

Ronaldi, Adriana, Rotty, Lefrandt, Panda; Profil lipid... 73 Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu keadaan gawat darurat dari Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan terdiri dari sekelompok gejala klinis yang berhubungan dengan iskemik miokard akut serta mencakup berbagai kondisi klinis, mulai dari angina pektoris tidak stabil, infark miokard tanpa elevasi segmen ST (non-st segment elevation myocardial infarction, NSTEMI) dan infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST segment elevation myocardial infarction, STEMI). 1,2 Penyakit kardiovaskuler telah menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia, hal ini menunjukkan lebih banyak orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit kadiovaskuler dari pada penyebab lainnya. 3 Penyakit kardiovaskuler yang diperkirakan akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara maju dan negara berkembang pada tahun 2020 ialah penyakit jantung koroner (PJK) yang berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Manifestasi klinis penyakit ini meliputi silent ischemia, angina pektoris stabil, angina pektoris tidak stabil, infark miokard, gagal jantung, dan kematian mendadak. Di Indonesia PJK merupakan pembunuh nomor satu dan jumlah kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1992 persentase penderita PJK di Indonesia 16,5% dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 26,4%. Tiga dari 1.000 penduduk Indonesia menderita PJK. 4,5 Data distribusi penyebab kematian di Indonesia tahun 1995 hingga 2007 menunjukkan kelompok penyakit tidak menular merupakan kelompok penyakit penyebab kematian tertinggi dibandingkan dengan kelompok penyakit lainnya. Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular ini meliputi kanker, penyakit jantung, stroke, diabetes melitus (DM) dan lainnya. Kelompok penyakit tidak menular merupakan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit di Indonesia dari tahun 2009-2010, yaitu 40,53% pada tahun 2009 dan 43,03% pada tahun 2010. Penyakit jantung merupakan kasus serta penyebab kematian terbanyak dari kelompok penyakit tidak menular pada tahun 2009 dan 2010. 6 Penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan mengatasi faktor-faktor risiko PJK yang ditemukan seperti penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, obesitas, aktivitas fisik yang kurang, hipertensi, DM, dan abnormalitas kadar lipid. Faktor risiko yang berpengaruh pada PJK dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (merokok, obesitas, hipertensi, dislipidemia, DM, dan kurang berolahraga). 7,9 Dislipidemia yang merupakan salah satu dari faktor risiko penyakit PJK adalah abnormalitas profil lipid di darah yang dapat memengaruhi proses aterosklerotik. Menurut WHO, dislipidemia merupakan faktor risiko mayor untuk terjadinya PJK yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol total, low density lpoprotein (LDL), dan trigliserida serta rendahnya kadar high density lipoprotein (HDL). Kolesterol LDL sangat berperan dalam menyebabkan proses aterosklerosis, sedangkan kolesterol HDL mampu melindungi pembuluh darah terhadap terjadinya aterosklerosis (antiaterogenik). Hal ini memberikan penjelasan bahwa peningkatan kadar kolesterol LDL dan menurunnya kadar kolesterol HDL dapat meningkatkan risiko terjadinya PJK. 7,8 Penelitian Monitoring Trends and Determinants in Cardiovascular Disease (MONICA) di Jakarta pada tahun 1988 menunjukkan bahwa kadar rerata kolesterol total pada perempuan ialah 206.6 mg/dl dan laki-laki 199,8 mg/dl, sedangkan pada tahun 1993 ditemukan peningkatan kadar rerata kolesterol total menjadi 213,0 mg/dl pada perempuan dan 204,8 mg/dl pada lakilaki. 6 Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa SKA merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia dan di Indonesia, disertai dengan besarnya pengaruh profil lipid terhadap penyakit ini,

74 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2, Juli 2016, hlm. 72-78 maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran profil lipid pada pasien dengan jenis kelamin wanita yang didiagnosis SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012-2013. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini ialah deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ialah semua penderita berjenis kelamin wanita yang didiagnosis SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012-2013. Subyek penelitian mencakup seluruh populasi dengan kriteria semua pasien berjenis kelamin wanita yang didiagnosis SKA dengan kelengkapan data rekam medis. Kriteria subyek ialah data rekam medis lengkap yaitu terdapat nama dan usia pasien, SKA sebagai diagnosis utama, serta data pemeriksaan laboratorium profil lipid (kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL). Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 22.0 menggunakan data rekam medis berdasarkan variabel yang dibutuhkan dari penelitian ini. HASIL PENELITIAN Dari penelitian didapatkan sebanyak 81 pasien yang memenuhi kriteria penelitian dari keseluruhan pasien berjenis kelamin wanita yang didiagnosis SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode tahun 2012-2013. Kolesterol total Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar kolesterol total >200 mg/dl. HDL Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar HDL <40 mg/ dan frekuensi terendah pasien SKA ialah pasien dengan kadar HDL 60 mg/dl. Tabel 1. Distribusi frekuensi kadar kolesterol total pasien SKA Kolesterol total (mg/dl) Frekuensi % 240 25 30,9 200-239 27 33,3 <200 29 35,8 Tabel 2. Distribusi frekuensi kadar kolesterol HDL pasien SKA Kolesterol HDL (mg/dl) Frekuensi % <40 51 63 40-59 23 38,4 60 7 8,6 Low density lipoprotein (LDL) Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar kolesterol LDL >160 mg/dl dan frekuensi terendah pasien SKA ialah pasien dengan kadar LDL <100 mg/dl. Tabel 3. Distribusi frekuensi kadar kolesterol LDL pasien SKA Kolesterol LDL (mg/dl) Frekuensi % <100 12 14,8 100-129 19 23,5 130-159 15 18,5 >160 35 43,2 Trigliserida Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pasien dengan kadar trigliserida <150 mg/dl dan frekuensi terendah pasien SKA ialah pasien dengan kadar trigliserida 400 mg/dl.

Ronaldi, Adriana, Rotty, Lefrandt, Panda; Profil lipid... 75 Tabel 4. Distribusi frekuensi kadar trigliserida pasien SKA Trigliserida (mg/dl) Frekuensi % <150 42 51,9 150-199 25 30,9 200-399 13 16 400 1 1,2 Sindroma koroner akut Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa gambaran kejadian terbanyak SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012-2013 ialah kejadian angina pektoris tak stabil, selanjutnya kejadian STEMI, dan yang terendah ialah kejadian NSTEMI. Tabel 5. Gambaran kejadian SKA SKA Frekuensi % Angina pektoris tak 38 46,9 stabil NSTEMI 15 18,5 STEMI 28 34,6 Usia Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak pasien yang menderita SKA yang dijadikan subjek penelitian berada pada kelompok umur 51-60 tahun dan yang terendah berada pada kelompok usia <40 tahun. Tabel 6. Distribusi frekuensi usia pasien SKA Usia (tahun) Frekuensi % <40 2 2,5 41-50 8 9,9 51-60 29 35,8 61-70 21 25,9 >70 21 25,9 Penelitian ini juga menunjukkan diabetes melitus ditemukan pada 24 pasien (29,6%) dan hipertensi ditemukan pada 58 pasien (71,6%), sedangkan rerata lama perawatan di rumah sakit (Length of stay/los) ialah 8,44±4,36 hari. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida yang tinggi, serta ditemukannya penyakit penyerta (DM serta hipertensi) dan juga kadar HDL yang rendah merupakan faktorfaktor yang secara signifikan menyebabkan peningkatan lama perawatan di rumah sakit. BAHASAN Hasil penelitian mendapatkan bahwa frekuensi terbanyak pasien SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012-2013 ialah pasien dengan kolesterol total >200 mg/dl sebanyak 52 pasien (64,2%) (Tabel 1). Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya ialah <200 mg/dl karena bila >200 mg/dl maka kolesterol tersebut akan disimpan dan menempel didalam pembuluh darah sehingga nantinya akan menimbulkan pengendapan kolesterol di dalam pembuluh darah; hal tersebut menyebabkan risiko untuk terjadinya PJK semakin meningkat. Secara klinis digunakan kolesterol total untuk menentukan faktor risiko penyakit jantung, walau secara patofisiologi yang berperan sebagai faktor risiko ialah kolesterol LDL. 9 Dari hasil penelitian didapatkan frekuensi terbanyak pasien SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012-2013 ialah pasien dengan kolesterol HDL <40 mg/dl sebanyak 51 pasien (63%) (Tabel 2). Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Cordero 11 yang menunjukkan hasil frekuensi kolesterol HDL terbanyak ialah <40 mg/dl (71,6%). Hasil penelitian bahwa frekuensi terbanyak SKA ialah pasien dengan kadar kolesterol HDL rendah (<40 mg/dl) sesuai dengan acuan pustaka. Kolesterol HDL berfungsi untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di dalam makrofag kembali ke hati. Kolesterol HDL menghalangi proses

76 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2, Juli 2016, hlm. 72-78 aterosklerosis secara langsung dengan menghilangkan kolesterol dari sel busa (foam cell), menghambat oksidasi kolesterol LDL, serta membatasi proses peradangan yang mendasari aterosklerosis. Penurunan kadar kolesterol HDL akan mengurangi peran kolesterol HDL sebagai penangkap kolesterol pada pengangkutan balik kolesterol dari jaringan ke hati, sehingga kolesterol yang menumpuk di sepanjang dinding pembuluh darah tidak diangkut kembali ke hati. Hal tersebut akan menyebabkan pembentukan plak karena penumpukan kolesterol di sepanjang dinding pembuluh darah (aterosklerosis). 8,9 Penelitian ini mendapatkan frekuensi terbanyak pasien SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012-2013 ialah pasien dengan kadar LDL >160 mg/dl sebanyak 35 pasien (43,2%) (Tabel 3). Menurut acuan pustaka, kadar kolesterol LDL >130 mg/dl akan meningkatkan risiko terjadinya PJK. LDL yang ada di dalam plasma akan mengalami oksidasi lalu ditangkap oleh makrofag yang akan menjadi sel busa. Hal ini yang mendasari proses terjadinya aterosklerosis pada PJK. Makin banyak LDL dalam plasma, makin banyak yang mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL. Bila kadar kolesterol LDL tinggi maka akan menumpuk di dinding arteri dan teroksidasi kemudian difagositosis oleh sel busa dalam suatu proses yang mengarah pada aterosklerosis. 8,9,12 Dari hasil penelitian didapatkan frekuensi terbanyak pasien SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012-2013 ialah pasien dengan kadar trigliserida <150 mg/dl sebanyak 42 pasien (51,9%) (Tabel 4). Hasil ini sesuai dengan penelitian Manurung 10 yang mendapatkan bahwa frekuensi terbanyak ialah kadar trigliserida <150 mg/dl sebanyak 226 pasien (57,8%). Menurut acuan pustaka, kadar trigliserida yang tinggi (>200 mg/dl) merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK. Trigliserida merupakan lemak utama dalam makanan. Setelah sampai di usus, trigliserida akan dikemas dalam bentuk kilomikron dan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menjadi asam lemak bebas yang akan dibawa ke hati menjadi trigliserida hati. Trigliserida dan kolesterol di hati akan disintesis menjadi kolesterol very low density lipoprotein (VLDL) kemudian dibawa di dalam darah. Kolesterol VLDL diubah menjadi bentuk kolesterol intermediate density lipoprotein (IDL) dan selanjutnya menjadi kolesterol LDL yang bila teroksidasi nantinya akan mendasari proses aterosklerosis, sehingga kadar trigliserida memengaruhi proses aterosklerosis pada PJK. 9,12 SKA merupakan penyakit yang multifaktorial, sehingga banyak faktor risiko yang dapat memengaruhinya. Tidak hanya hiperkolesterolemia tetapi juga merokok, hipertensi, obesitas, DM, faktor keturunan, dan faktor risiko lainnya. 13 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang mendapatkan bahwa DM dan hipertensi banyak ditemukan pada wanita dengan SKA. Penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan lama perawatan di rumah sakit berhubungan dengan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida yang tinggi, serta ditemukannya penyakit penyerta (DM serta hipertensi) dan kadar HDL yang rendah. Selain itu, endapan lemak yang terdapat di pembuluh darah dapat terbentuk jauh sebelum serangan terjadi yang nantinya akan mengalami ruptur hingga menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah. Hal ini menjelaskan bahwa kadar lipid yang tinggi dapat terjadi pada saat proses aterosklerosis yaitu jauh sebelum terjadinya serangan. 14 Secara presentase, dari hasil penelitian ini didapatkan gambaran kejadian SKA terbanyak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012-2013 ialah angina pektoris tak stabil (46,9%) diikuti STEMI (34,6%), dan NSTEMI (18,5%) (Tabel 5). Menurut acuan pustaka, tingginya kasus angina pektoris tak stabil serta NSTEMI dibanding STEMI karena tingginya usaha pengelolaan penyakit dan upaya pencegahan penyakit kardiovaskuler. 15

Ronaldi, Adriana, Rotty, Lefrandt, Panda; Profil lipid... 77 Secara presentase, dari hasil penelitian ini didapatkan kelompok usia terbanyak pasien wanita dengan SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2012-2013 ialah 51-60 tahun (35,8%) (Tabel 6). Menurut acuan pustaka, insiden SKA meningkat saat usia >45 tahun pada laki-laki dan usia >55 tahun pada perempuan. Kerentanan individu terhadap aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya usia. Pada usia 40-60 tahun insiden infark miokard meningkat sebanyak lima kali lipat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Capewell et al. 16 bahwa kelompok usia terbanyak pasien yaitu 45-54 tahun. Risiko aterosklerosis koroner lebih besar pada laki-laki daripada perempuan. Perempuan relatif lebih kebal terhadap penyakit ini sampai usia setelah menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pada laki-laki. Efek perlindungan estrogen dianggap menjelaskan adanya imunitas wanita pada usia sebelum menopause yaitu melindungi pembuluh darah dari kerusakan. 16 Limitasi penelitian ini ialah: 1. Penelitian ini hanya mengkaji 1 faktor risiko dari penyakit SKA 2. Data hasil pemeriksaan profil lipid pada pasien dengan SKA yang tidak sesuai dengan acuan pustaka bisa disebabkan karena pasien telah mendapatkan pengobatan sebelumnya. 3. Data pertama hasil pemeriksaan profil lipid tidak dapat menjadi satu-satunya tolok ukur untuk melihat faktor risiko dislipidemia pada pasien, karena perlu diperhatikan hasil pemeriksaan profil lipid jauh sebelum terjadinya SKA. SIMPULAN Dari hasil penelitian terhadap profil lipid pasien berjenis kelamin wanita dengan SKA di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2012-2013 dapat disimpulkan bahwa: 1. Jumlah pasien SKA yang memiliki kadar kolesterol total tinggi lebih banyak daripada yang memiliki kadar kolesterol total normal. 2. Jumlah pasien SKA yang memiliki kadar HDL rendah lebih banyak daripada yang memiliki kadar HDL normal. 3. Jumlah pasien SKA yang memiliki kadar LDL tinggi lebih banyak daripada yang memiliki kadar LDL normal. 4. Jumlah pasien SKA yang memiliki kadar trigliserida tinggi lebih sedikit daripada yang memiliki kadar trigliserida normal. 5. Kasus SKA terbanyak ialah angina pektoris tak stabil kemudian STEMI dan yang paling sedikit ialah NSTEMI. 6. Usia terbanyak pada pasien SKA ialah 51-60 tahun. DAFTAR PUSTAKA 1. Smith SC, Jackson R, Pearson TA, Fuster V, Yusuf S, Faergeman O, et al. Principles for national and regional guidelines on cardiovascular disease prevention: a scientific statement from the world heart forum. Circulation. 2004;109:3112-21. 2. Kumar A, Cannon CP. Acute Coronary Syndromes: Diagnosis and Management, Part I. Symposium on Cardiovascular Diseases. Mayo Clinic Proceedings, 2009; p. 917-38. 3. Larosa JC. Prevention and treatment of coronary heart disease. Circulation. 2001;104:1688-92. 4. Bassand JP, Hamm CW, Ardissino D. Guideline for the diagnosis and treatment of non-st segment acute coronary syndrome.the Task Force for the Diagnosis and treatment of Non-ST Elevation Acute Coronary Syndrome of the Europe Society of Cardiology. Eur Heart J. 2007; (28):1598-660. 5. Departemen Kesehatan RI. Survei kesehatan nasional 2001: laporan studi mortalitas 2001: pola penyakit penyebab kematian di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2003; p. 76. 6. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Gambaran penyakit tidak menular di rumah sakit di Indonesia tahun 2009 dan 2010. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2012; p. 48.

78 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2, Juli 2016, hlm. 72-78 7. Joshi P, Islam S, Pais P, Reddy S, Dorairaj P, Kazmi K, et al. Risk factors for early myocardial infarction in South Asians compared with individuals in other countries. JAMA. 2007;297:286-94. 8. Barter P. The Role of HDL-cholesterol in preventing atherosclerotic disease. Eur Heart J Suppl. 2005;7(suppl F):F4-F8. 9. Austin MA, Rodriguez BL, McKnight B, McNeely MJ, Edwards KL, Curb JD, et al. Low-density lipoprotein particle size, triglycerides, and high density lipoprotein cholesterol as risk factors for coronary heart disease in older Japanese- American men. Am J Cardiol. 2000;86: 412-6. 10. Manurung D. Lipid profiles of acute coronary syndrome patients hospitalized in ICCU of Cipto Mangunkusumo hospital. Acta Med Indones-Indones J Intern Med. 2006;38(4):196-201. 11. Cordero A, Arribas JM, Gonzalez VB, Agudo P, Miralles B, Masia MD, et al. Low levels of high-density lipoprotein cholesterol are independently associated with acute coronary heart disease in patients hospitalized for chest pain. Rev Esp Cardiol. 2012;65:305-8. 12. Adam JMF. Dislipidemia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006; p. 32-35. 13. Ranjith N, Pegoraro RJ, Shanmugam R. Obesity-associated genetic variants in young Asian Indians with the metabolic syndrome and myocardial infarction. Cardiovasc J Afr. 2011;22:25-30. 14. Lindsay RS, Howard BV. Cardiovascular risk associated with the metabolic syndrome. Curr Diab Rep. 2004;4:63-8. 15. The roux P, Fuster V. Acute coronary syndromes: unstable angina and non-qwave myocardial infarction. Circulation. 1998;97:1195-206. 16. Capewell S, Ford ES, Croft JB, Critchley JA, Greenlund KJ, Labarthe DR. Cardiovascular risk factor trends and potential for reducing coronary heart disease mortality in the United States of America. Research Coronary heart disease in the United States of America. Bull World Health Organ. 2010;88:120-30.