BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

VII ANALISIS PENDAPATAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Tanaman Pangan PERHATIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN Subsektor Tanaman Pangan

Kata kunci: pendapatan, usahatani, jagung, hibrida Keywords: income, farm, maize, hybrid

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH BERDASARKAN MUSIM PANEN DI KELURAHAN TARATARA SATU KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

JURNAL KAJIAN USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN TARATARA SATU KOTA TOMOHON GRACELLA KAPARANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendapatan usahatani per musim. Petani yang menjadi objek penelitian adalah

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan data BPS Kabupaten Gorontalo, Kecamatan Telaga terletak 0,5 km dari ibukota kecamatan, 6 km dari ibukota kabupaten Limboto. Ketinggian tempat dari permukaan laut sekitar 19 m. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Telaga sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Telaga 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Utara 3. Sebalah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tilango dan Telaga Jaya 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Biru Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo memiliki luas wilayah 100,47 km 2 yang terdiri dari sembilan (9) desa yaitu dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Desa-Desa yang Berada di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Desa Luas (Km 2 ) Persentase (%) 1 Bulila 0.74 1.27 2 Mongolato 0.96 1.64 3 Luhu 2.12 3.63 4 Hulawa 2.04 3.49 5 Pilohayanga 2.06 3.52 6 Dulamayo Selatan 22.00 37.65 7 Dulamayo Barat 25.02 42.81 8 Pilohayanga Barat 2.00 3.42 9 Dulohupa 1.5 2.57 Jumlah 58.44 100.00 Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011

Tabel 2 menunjukkan luas wilayah Kecamatan diperinci per desa, yaitu untuk desa yang wilayahnya paling luas yaitu Desa Dulamayo Barat dengan luas wilayah sebesar 25,02 Km dengan persentase sebesar 42,81%. 4.1.2 Keadaan Penduduk Secara umum komposisi penduduk dapat dibedakan diantaranya menurut mata pencaharian dan tingkat pendidikan. Pada tahun 2010 (Kecamatan Telaga Dalam Angka) jumlah penduduk Kecamatan Telaga tercatat 21.091 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 5.860 KK yang terdiri dari 10.535 jiwa laki-laki dan 10.556 jiwa perempuan. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk diperinci per desa di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Jumlah Penduduk Diperinci Perdesa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%) 1 Bulila 2381 11,85 2 Mongolato 2635 13,12 3 Luhu 3772 18,77 4 Hulawa 3675 18,29 5 Pilohayanga 2350 11,70 6 Dulamayo Selatan 1285 6,40 7 Dulamayo Barat 1047 5,21 8 Pilohayanga Barat 1320 6,57 9 Dulohupa 1626 8,09 Jumlah 21091 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 Tabel 3 menunjukkan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Telaga terdapat di Desa Luhu yaitu sebanyak 3.772 jiwa dengan persentase 18,77%. Selanjutnya untuk desa dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Desa Dulamayo Barat sebanyak 1.047 jiwa dengan persentase 5,21%. Tabel 4. Kepadatan Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Desa Kepadatan Penduduk per km 2 Persentase (%) 1 Bulila 3,175 25,58 2 Mongolato 2,803 22,58 3 Luhu 1,788 14,40 4 Hulawa 1,833 14,77 5 Pilohayanga 940 7,57 6 Dulamayo Selatan 89 0,72 7 Dulamayo Barat 42 0,34 8 Pilohayanga Barat 660 5,32 9 Dulohupa 1,084 8,73 Jumlah 1741,68 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 Kepadatan penduduk perdesa diprinci per km 2 dapat terlihat jelas pada Tabel 4 menunjukkan bawa kepadatan penduduk terbesar per km 2 tersebar di Desa Bulila yaitu dengan kepadatan pnduduk per km 2 mencapai 3175 jiwa dengan persentase

25,58%. Sedangkan kepadatan penduduk per km 2 paling sedikit tersebar di Desa Dulamayo Barat dengan jumlah kepadatan penduduk mencapai 42 jiwa dengan persentase 0,34%. a) Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk merupakan sekelompok orang yang tinggal atau berdomisili di suatu daerah tertentu. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Telaga merupakan penduduk asli. Selebihnya merupakan pendatang dari luar Kecamatan Telaga. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4 brikut. Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Presentase (%) 1 Pertanian 1,054 28,99 2 Kehutanan 172 4,73 3 Pertambangan/penggalian 33 0,91 4 Listrik dan air 7 0,19 5 Konstruksi 155 4,26 6 Perdagangan 586 16,12 7 Transportasi 300 8,25 8 Keuangan 4 0,11

9 TNI/Polri 63 1,73 10 Pegawai Negeri 495 13,61 11 Pegawai Swasta 252 6,93 12 Jasa Lainnya 515 14,16 Jumlah 3,636 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 Tabel 5 di atas menunjukkan jumlah penduduk di Kecamatan Telaga umumnya bermata pencaharian di bidang pertanian yaitu sebesar 1,054 jiwa (28,99%) dan sebagian kecil bermata pencaharian dibidang keuangan yaitu sebanyak 4 jiwa (0,11%). b) Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat sosial penduduk Kecamatan Telaga dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi pula tingkat status sosial. Disamping itu pada masyarakat yang mempunyai tingkat sosial tinggi semakin terbuka pandangan dan persepsi terhadap kemajuan. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (Tahun) (Jiwa) (%) 1 SD 5.524 26,15 2 SLTP 2.452 11,61

3 SLTA 2.964 14,03 4 Akademi (D1-D3) 190 0,90 5 Sarjana 446 2,11 6 Pernah Sekolah Tapi tidak tamat 9.543 45,20 Jumlah 21,119 100 Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa di Kecamatan Telaga 45,20% penduduknya pernah bersekolah tetapi tidak tamat yaitu sebanyak 9.543 jiwa. Sedangkan tingkat pendidikan yang terkecil yaitu pada golongan akademi D1-D3 sebesar 0,90% yaitu sebanyak 190 jiwa. Dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Telaga paling tinggi didominasi pernah bersekolah tapi tidak tamat SD, dan yang paling sedikit adalah akademi D1-D3. 4.2 Deskripsi Usahatani Petani Sampel Padi sawah adalah salah satu tanaman pangan yang sangat diandalkan masyarakat Indonesia karena padi merupakan bahan makanan pokok yang menghasilkan beras. Hal ini dibuktikan dengan persentase jumlah penduduk Indonesia yang bekerja disektor pertanian mencapai 55 (%). Di Kecamatan Telaga padi sawah merupakan salah satu komoditi utama yang diusahakan petani sampel. Usahatani padi sawah petani sampel dilaksanakan pada lahan basah. Lahan yang digunakan untuk tanaman padi sawah adalah lahan petani sampel yang telah lama berusahatani berdasarkan status kepemilikan lahan, baik itu lahan sendiri maupun lahan petani lain yang mereka garap. Sebagian besar petani sampel di lokasi penelitian adalah petani penggarap. Selain itu luas lahan petani yang paling besar mencapai 2 ha. Di lokasi tersebut penggunaan sarana produksi sangat berfariasi, dalam hal ini sarana produksi terdiri dari benih, pupuk, dan obat-obatan. Pemberian ketiga sarana produksi tersebut merupakan salah satu cara untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan padi sawah.

Produksi padi sawah untuk petani sampel rata-rata pada tiap musim tanam mencapai 2,057.73 kg/ha gabah kering, keadaan ini ditunjang dengan adanya penyediaan dan penggunaan sarana produksi yang memadai serta pemeliharaan padi sawah yang intensif oleh petani selama musim tanam. 4.2 Identitas Responden Petani merupakan orang yang melakukan usaha dalam pemenuhan kebutuhannya di bidang pertanian. Untuk memperoleh informasi tentang usahatani yang diusahakannya, maka identitas petani responden merupakan salah satu hal penting yang dapat membantu kelancaran proses penelitian. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai identitas petani responden yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, dan luas lahan. 4.2.1 Umur Umur sangat berpengaruh terhadap aktifitas petani dalam melakukan usahataninya. Berikut ini merupakan klasifikasi petani sampel berdasarkan kelompok umur. Tabel 7. Umur Petani Sampel di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Kelompok Umur Jumlah Persentase (Jiwa) (%) 1 31 34 1 3,80 2 35 39 9 27,85 3 40 44 16 29,11 4 45 49 15 12,66 5 50 54 13 12,66

6 55 59 10 11,39 7 >60 15 2,53 Jumlah 79 100,00 Sumber : Data Diolah, 2012 Tabel 7 menunjukkan bahwa petani responden dengan persentase 29,11% lebih dominan yaitu pada kisaran umur 40 50 tahun sebanyak 23 jiwa. Sedangkan petani yang paling sedikit mengusahakan tanaman padi sawah adalah petani yang berumur 71 tahun sebanyak 2 jiwa dengan persentase 2,53%. 4.2.2 Tingkat Pendidikan Secara umum tingkat pendidikan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan petani. Semakin tinggi tinkat pendidikan petani maka semakin mudah pula petani tersebut menerima teknologi-teknologi baru yang dapat menunjang keberhasilan usahataninya. Tingkat pendidikan petani sampel di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (Jiwa) (%) 1 Tidak Tamat SD 5 6,33 2 SD 47 59,49 3 SLTP 11 13,92 4 SLTA 15 18,99

5 Akademi (D1-D3) 1 1,27 6 Sarjana - 0 Jumlah 79 100,00 Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat 5 jiwa (6,33%) tidak mendapatkan pendidikan formal, sedangkan 74 jiwa lainnya pernah mengecap pendidikan formal. Dari 74 jiwa tersebut sebagian besar petani dapat menamatkan pendidikannya sampai SD yaitu sebanyak 47 jiwa, dan 1 petani (1,27%) adalah lulusan akademi D3. Dilihat dari tingkat pendidikan petani sampel dapat dikatakan relatif rendah karena pada umumnya petani sampel hanya dapat menempuh pendidikan formal sampai jenjang pendidikan Sekolah Dasar. 4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan keseluruhan anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani. Jumlah tanggungan keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani. Semakin banyak tanggungan keluarga yang dibiayai oleh petani maka semakin besar pula biaya hidup yang ditanggung petani itu sendiri. Mengenai jumlah tanggungan petani responden dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini : Tabel 9. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Jumlah Tanggungan Jumlah (Jiwa) Presentase (%) 1 2 3 15 18,99 2 4 5 47 59,49

3 6 7 12 15,19 4 8 9 2 2,53 5 10 11 3 3,80 Jumlah 79 100,00 Tabel 9 menunjukkan adanya variasi jumlah tanggungan keluarga petani responden yaitu antara 2 11 jiwa dengan jumlah tanggungan keluarga tertinggi yaitu 4 5 jiwa sebanyak 47 jiwa (59,49%). Dari 79 petani responden, yang paling rendah jumlah tanggungan keluarga yaitu 3,80% dengan jumlah tanggungan 10 11 jiwa sebanyak 3 jiwa. 4.2.4 Luas Lahan Besarnya luas lahan berkaitan erat dengan penggunaan sarana produksi. Semakin besar luas lahan yang dikelola petani maka semakin besar pula biaya sarana produksi yang harus dikeluarkan oleh petani responden. Untuk mengetahui luas lahan yang dimiliki petani responden dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Luas lahan Petani Sampel di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Luas Lahan (ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 0,1 0,5 51 64,56 2 0,6 0,10 22 27,85 3 1,0 1,5 4 5,06 4 1,5 2 2 2,53

Jumlah 79 100,00 Kisaran luas lahan yang dimiliki oleh petani responden yaitu 0,1 2 Ha dengan luas lahan yang paling dominan di usahakan oleh petani yaitu 0,1 0,5 Ha sejumlah 51 jiwa. Lahan dengan luas 1,5-2 Ha merupakan lahan yang paling sedikit diusahakan oleh petani untuk usahatani padi sawah sejumlah 2 jiwa. 4.2.5 Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani diperoleh dari lamnya petani responden dalam usahatani padi sawah. Pengalaman usahatani berperan penting dalam usahatani padi sawah, dimana para petani responden sebagian besar belajar dari pengalaman berusaha tani sebalum-sebalumnya. Kondisi pengalaman berusaha tani peani responden di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini : Tabel 11. Pengalaman Berusahatani Petani Sampel di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Pengalaman Berusahatani Jumlah Persentase (Tahun) (Orang) (%) 1 2 9 15 18,99 2 10 17 8 10,13 3 18 25 23 29,11 4 26 33 18 22,78 5 34 41 11 13,92 6 42 49 0 0,00 7 50 57 3 3,80 8 58 66 1 1,27

Jumlah 79 100 Tabel 11 menunjukkan bahwa pengalaman usahatani dari para petani responden di bidang usahatani padi sawah umumnya (29,11%) berkisar antara 18-25 tahun, namun ada pula yang melakukan usahatani padi sawah paling rendah yaitu berkisar 2-9 tahun (25%). Berikut ini merupakan rangkaian pembahasan mengenai karakteristik petani sampel yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, dan luas lahan. Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Karakteristik Sosial Ekonomi Satuan Range Rata-Rata 1 Umur Tahun 31 72 50,14 2 Tingkat Pendidikan Tahun 0 15 4,55 3 Pengalaman Berusahatani Tahun 2 60 22,52 4 Jumlah tanggungan Tahun 2 11 4,76 5 Luas Lahan Ha 0,1 2 0,55 Sumber : Data diolah 2012 Tabel 12 menunjukkan bahwa umur petani responden dengan rata-rata usia 50,14 tahun, berada pada kisaran umur 31 72 tahun. Artinya petani padi sawah di Kecamatan Telaga umumnya berada pada usia yang produktif. Tingkat pendidikan seseorang menunjukan adanya suatu tingkat kualitas sumber daya manusia khususnya yang dimiliki oleh para petani responden. Di Kecamatan Telaga tingkat pendidikan berkisar 0-15 tahun dengan rata-rata 4,55 tahun yang berarti rata-rata petani

responden tidak tamat SD. Kisaran pengalaman berusahatani petani responden yaitu 2 60 tahun dengan rata-rata lama berusahatani yaitu 22,52 tahun. Selain itu jumlah tanggungan keluarga petani responden yaitu antara 2 11 jiwa dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga yaitu 5 jiwa. Tabel 10 menunjukkan bahwa kisaran luas lahan yang dimiliki oleh petani responden yaitu 0,1 2 Ha dengan rata-rata luas lahan yaitu 0,55 Ha. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya petani responden tergolong petani yang mempunyai lahan yag relatif kecil yang berkaitan erat dengan produksi nantinya. 4.3 Analisis Biaya Usahatani Padi Sawah Biaya usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses usahatani dalam satu musim tanam padi sawah. Biaya usahatani padi sawah diklasifikasikan menjadi dua jenis biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang harus dikeluarkan meskipun hasil produksi kecil maupun besar. Biaya tetap meliputi biaya pajak lahan, sewa upah tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan alat. Biaya variabel yaitu biaya yang habis dipakai dalam satu masa produksi. Biaya variabel sendiri terdiri dari biaya benih, pupuk, obatobatan, upah tenaga kerja luar keluarga serta upah panen. 4.3.1 Biaya Sarana Produksi a) Benih Petani responden sebagian sudah menggunakan benih unggul diantaranya Mekongga, Ciguli, dan Infarisilo. Selain membeli benih unggul di toko-toko saprodi, biasanya petani responden memperoleh benih unggul melalui bantuan pemerintah. Akan tetapi masih banyak juga petani menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya untuk ditanami kembali. Penggunaan benih oleh petani di Kecamatan

Telaga rata-rata mencapai 52,64 Kg/Ha untuk satu musim tanam dengan nilai ratarata Rp. 381.316,23 per hektar. Berikut ini dapat dilihat Tabel 13 penggunaan benih diperinci per desa : Tabel 13. Jumlah Biaya Penggunaan Benih Diperinci per Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Wilayah Nilai (Rp) Nilai Rata-rata (Rp/ha) 1 Luhu 12,318,565.24 273,745.89 2 Dulohupa 17,805,416.67 523,688.73 Rata-rata Kecamatan Telaga 381,316.23 b) Pupuk Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menambah unsur hara yang tidak terdapat dalam tanah. Pemupukan disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut, agar pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Pupuk yang digunakan oleh petani responden di Kecamatan Telaga pada umumnya yaitu pupuk Urea, Ponska, Pelangi, Organik dan KCL. Penggunaan pupuk diperinci per desa dapat dilihat pada Tabel 14 berikut : Tabel 14. Jumlah Biaya Penggunaan Pupuk Diperinci per Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Wilayah Nilai (Rp) Nilai Rata-rata (Rp/ha) 1 Luhu 60,573,130.95 1,346,069.58 2 Dulohupa 37,583,333.33 1,105,392.16 Rata-rata Kecamatan Telaga 1,242,486.89 Dapat dilihat dari Tabel 14 penggunaan pupuk tertinggi terdapat di Desa Luhu rata-rarta sebesar RP. 1,346,069.58 per hektar dan paling rendah terdapat pada Desa Dulohupa rata-rata sebesar Rp. 1,105,392.16 per hektar. Hal ini disebabkan luas

lahan pada Desa Luhu lebih besar dibandingkan dengan Desa Dulohupa sehingga penggunaah pupuk juga lebih besar. Penggunaan pupuk pada lahan padi sawah di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 15 brikut ini : Tabel 15. Jumlah Dosis Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Jenis Pupuk Rata-Rata (Kg/Ha) Nilai Rata-rata (Rp/Ha) 1 Urea 251,22 469.517,48 2 Ponska 204,06 472.737,34 3 Pelangi 34,07 257.194,09 4 KCL 7,38 17.721,52 5 Organik 6,33 25.316,46 Jumlah 503,06 1.242.486,89 Tabel 15 menunjukkan pupuk yang lazim digunakan oleh petani responden yaitu pupuk Urea dan Ponska dengan dosis rata-rata Urea 251,22 Kg/Ha dan Ponska 204,06 Kg/Ha serta untuk penggunaan pupuk yang lebih rendah yaitu pada jenis pupuk Organik dimana untuk pemakaian per hektarnya petani hanya menggunakan

6,33 Kg. Pemakaian kedua jenis pupuk Urea dan Ponska didasarkan pada keterbatasan dana yang dimiliki oleh petani dan juga anggapan bahwa kedua jenis pupuk ini sudah cukup untuk menambah unsur hara padi sawah. Penggunaan pupuk Organik yang masih rendah oleh petani disebabkan masih kurangnya pengetahuan petani akan keunggulan pupuk Organik ini. Disamping harga yang murah dengan bahan yang bisa didapatkan didaerah sekitar petani, pupuk ini juga tidak kalah aktif untuk dapat menambah unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman di dalam tanah. Pihak Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) juga sudah melakukan sosialisasi untuk penggunaan pupuk Organik ini, akan tetapi petani masih tetap kurang menyadari akan keunggulan dari pupuk ini dan bertahan menggunakan pupuk anorganikseperti Urea dan Ponska. c) Obat-obatan Petani responden di Kecamatan Talaga umumnya mengendalikana hama penyakit dengan menggunakan pestisida. Hal ini dilakukan untuk mencegah serangan hama penyakit yang menyerang tanaman padi. Penggunaan obat-obatan diperinci per desa dapat dilihat pada Tabel 16 berikut : Tabel 16. Jumlah Biaya Obat-obatan Diperinci per Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Wilayah Nilai (Rp) Nilai Rata-rata (Rp/ha) 1 Luhu 18,602,833.33 413,396.30 2 Dulohupa 13,015,806.56 382,817.81 Rata-rata Kecamatan Telaga 400,235.94 Dapat dilihat penggunaan obat-obatan terbesar terdapat pada Desa Luhu yaitu rata-rata senilai Rp. 413,396.30 per hektar dan yang paling rendah yaitu Desa Dulohupa yaitu rata-rata senilai Rp 382,817.81 per hektar. Pada Tabel 17 dapat dilihat jenis obat-obatan yang digunakan oleh petani responden berikut ini :

Tabel 17. Jumlah Penggunaan Obat-obatan pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Obat-obatan Rata-rata Liter/Ha 1 Klensect 2,02 Nilai Rata-rata (Rp/Ha) 160.169,53 2 Spontan 2 146.969,31 3 Matador 4 Centatin 5 Pasta 6 Cipermax 7 Skor 8 Supermax 9 Obat keong 10 Pestisida nabati 11 Darmabast Jumlah 0,19 0,08 0,36 0,83 0,07 0,11 0,06 0,03 0,25 6 8.479,96 2.534,23 15.968,71 38.214,14 8.043,10 5.167,72 2.215,19 2.215,19 10.258,44 400.235,52 Tabel 17 menunjukkan pemakaian obat-obatan pada usahatani padi sawah petani lebih sering menggunakan jenis obat Klenset dengan penggunaan rata-rata Klenset 2,02 liter per hektar dengan nilai rata-rata yaitu Rp. 160.169,53 per hektar. Jenis obat yang paling sedikit digunakan petani yaitu jenis pestisida nabati yaitu dengan penggunaan 0,03 liter per hektar atau dengan nilai rata-rata Rp. 2.215,19 per hektar. Dapat dilihat bahwa petani di Kecamatan Telaga masih sedikit untuk penggunaaan jenis obat-obatan yang berunsur alami dan terjangkau seperti Pestisida

Nabati. Hal ini disebabkan faktor pengalaman petani yang sudah sekian lama menggunakan obat-obatan yang berbahan kimiawi. d) Penyusutan Alat dan Mesin Pertanian Petani di Kecamatan Telaga rata-rata masih menggunakan alat sederhana berupa parang dan cangkul. Tabel 18 berikut merupakan tabel penyusutan alat diperinci per desa : Tabel 18. Jumlah Biaya Penyusutan Alat Diperinci per Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Wilayah Nilai (Rp) Nilai Rata-rata (Rp/ha) 1 Luhu 2,423,344.14 53,858.09 2 Dulohupa 3,170,052.44 93,236.84 Rata-rata Kecamatan Telaga 70,802.49 Pada Tabel 18 dapat dilihat besarnya biaya pada penyusutan alat tertinggi terdapat pada Desa Dulohupa yaitu rata-rata sebesar 93,236.84 per hektar dan terendah terdapat pada Desa Luhu yaitu sebesar Rp. 53,858.09 per hektar. Untuk nilai penyusutan alat petani responden di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini : Tabel 19. Jumlah Biaya Penyusutan Alat Pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Alat Nilai Penyusutan (Rp) Nilai Penyusutan Perhektar (Rp)/Ha 1 Cangkul 3,408.41 1,518.63 2 Parang 6,152 3,292.46

3 Traktor 234,999 57,657.35 4 Handsprayer 1,624.47 670.46 5 Sekop 1,370.89 595.43 6 Linggis 59.07 10.41 7 Perontok padi 5,274.26 439.52 8 Sabit 3,097.47 6,618.22 Jumlah 255.985,75 70.802,48 Tabel 19 menunjukkan adanya nilai penyusutan terbesar terdapat pada mesin traktor yaitu sebesar Rp. 234.99 dengan nilai penyusutan perhektar sebesar Rp. 57.657,35. Dapat dilihat juga nilai penyusutan yang paling rendah terdapat pada linggis yaitu senilai Rp. 59,07 dan untuk nilai penyusutan per hektar senilai Rp. 10,41. 4.3.2 Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam usahatani padi. Tenaga kerja diperoleh dari anggota keluarga dan tenaga kerja luar keluarga atau tenaga kerja upahan.. Kegiatan yang tidak membutuhkan banyak tenaga kerja hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, sedangkan kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga kerja menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Petani padi di Kecamatan Telaga lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Biaya tenaga kerja di Kecamatan Telaga meliputi biaya pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta panen dan pasca panen. Biaya tenaga kerja di Kecamatan Telaga untuk usahatani padi sawah diperinci per desa dapat dilihat pada Tabel 20 berikut. Tabel 20. Jumlah Penggnaan Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Diperinci per Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 2012

No Wilayah Nilai (Rp) Nilai Rata-rata (Rp/ha) 1 Luhu 98,551,101.73 2,190,024.46 2 Dulohupa 127,888,534.68 3,761,427.49 Rata-rata Kecamatan Telaga 2,866,324.50 Dapat dilihat Tabel 20 menunnjukkan besarnya biaya yang digunakan pada tenaga kerja luar keluarga tertinggi terdapat pada Desa Dulohupa yaitu rata-rata senilai Rp. 3,761,427.49 per hektar dan yang paling rendah yaitu terdapat pada Desa Luhu rata-rata senilai Rp. 3,761,427.49 per hektar. Biaya tenaga kerja dalam keluarga di Kecamatan Telaga untuk usahatani padi sawah diperinci per desa dapat dilihat pada Tabel 20 berikut. Tabel 21. Jumlah Penggnaan Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Diperinci per Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 2012 No Wilayah Nilai (Rp) Nilai Rata-rata (Rp/ha) 1 Luhu 21,981,529.02 488,478.42 2 Dulohupa 24,875,000 731,617.65 Rata-rata Kecamatan Telaga 593,120.62 Tabel 21 menunjukkan besarnya penggunaan biaya pada tenaga kerja dalam keluarga tertinggi terdapat di Desa Dulohupa yaitu rata-rata sebesar Rp. 731,617.65per hektar dan terendah berada pada desa Luhu yaitu rata-rata sebesar Rp. 488,478.42 per hektar. Biaya tenaga kerja di Kecamatan telaga untuk usahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 22 berikut. Tabel 22. Jumlah Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo No Kegiatan Rata-rata Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha)

Dalam Keluarga Luar Keluarga 1 Pengolahan Tanah 97,383.59 380,758.36 2 Penanaman 23,813.29 91,174.11 3 Pemupukan I 59,328.38 19,212.38 4 Penyiangan 166,879.52 28,273.56 5 Pemupukan II 56,816.51 19,549.93 6 Pemberantasan Hama Penyakit 91,596.26 23,904.71 7 Pemupukan III 55,293.57 12,250.35 8 Panen 42,009.42 88,138.78 Jumlah 593,120.54 663,262.18 a) Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan sebelum penanaman yang bertujuan untuk mengubah kondisi tanah menggunakan alat tertentu sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan ditanam. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan mesin traktor agar mempermudah petani dalam mengolah lahan pertanian dan meminimumkan penggunaan waktu dibandingkan dengan pemakaian alat tradisional berupa bajak hewan. Selain itu penggunaan traktor juga dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Tabel 14 menunjuukkan biaya untuk pengolahan tanah pada usahatani padi sawah di Kecamatan Telaga rata-rata untuk tenaga kerja dalam keluarga senilai Rp. 97.383,59 per hektar dan biaya tenaga kerja untuk luar keluarga rata-rata senilai Rp. 380.758,36 perhektar. Biaya yang dikeluarkan ini sudah termasuk upah pengemudi traktor dan bahan bakar traktor. b) Penanaman Kegiatan penanaman di Kecamatan Telaga menggunakan sistim upah borongan, dimana para tenaga kerja yang disewa pada saat penanaman akan dipakai lagi pada kegiatan pemanenan. Pada kegiatan penanaman upah untuk tenaga kerja dalam keluarga rata-rata senilai Rp. 23,813.29 per hektar dan biaya tenaga kerja luar keluarga senilai Rp. 91.174,11 per hektar. Semakin besar luas lahan yang akan

ditanami maka semakin besar pula upah yang akan diberikan kepada para tenaga kerja. Upah dari penanaman nantinya akan dibagi sesuai dengan jumlah orang yang menanam. c) Pemupukan Pemupukan dilakukan agar tanaman padi mendapat tambahan zat-zat yang dibutuhkan selama pertumbuhannya. Petani di Kecamatan Telaga rata-rata per hektar mengeluarkan biaya untuk pemupukan I senilai Rp. 59.328,38 untuk tenaga kerja dalam keluarga sedangkan untuk tenaga kerja luar keluaga senilai Rp. 19.212,38. Pemupukan I merupakan pemupukan yang mengeluarkan biaya tertinggi untuk tenaga kerja dalam keluarga dibandingkan pemupukan II dan III. Pemupukan II petani mengeluarkan biaya tenaga kerja dengan nilai rata-rata per hektar Rp. 56.816,51. Untuk tenaga kerja dalam keluarga dan untuk tenaga kerja luar keluarga rata-rata Rp. 19.549,93 per hektar. Petani mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja pada pemupukan III relatif lebih sedikkit dibandingkan pada pemupukan I dan II. Untuk pemupukan II ini petani mengeluarkan biaya tenaga kerja rata-rata untuk tenaga kerja dalam keluarga Rp. 55.293,57 dan untuk tenaga kerja luar keluarga rata-rata Rp. 12.250,35. Hal ini disebabkan sebagian petani dengan luas lahan yang kurang dari 0,4 hektar sudah tidak melakukan kegiatan untuk pemupukan III. Setelah pemupukan II mereka hanya menungkatkan pemberantasan hama penyakit dan menunggu waktu panen. d) Pemberantasan Hama dan Penyakit Petani di Kecamatan Telaga mengendalian hama dan penyakitnya menggunakan pestisida. Jenis-jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi antara lain: wereng, walangsangit, penggerek batang, tikus, burung, dan lain-lain. Langkah awal penyemprotan herbisida jika dilakukan dengan baik dan tuntas, maka pertumbuhan gulma dan hama dapat ditekan. Penyemprotan herbisida jika dilakukan kurang baik, gulma akan tumbuh dan mengganggu tanaman padi yang baru berumur beberapa hari yang kondisinya masih lemah.

Penyiangan yang dilakukan petani yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda karena penyiangan harus sesuaikan dengan kondisi tanaman pengganggu/gulma di lapangan. Pertumbuhan gulma juga dipengaruhi oleh baik tidaknya penyiapan tanah pada awal budidaya. Penyiangan harusnya dilakukan pada masa-masa pertumbuhan, maka tanaman padi tidak akan mendapat persaingan dalam memperoleh makanan, sehingga produksi gabah tidak akan merosot. Pemberantasan hama dan penyakit lebih sedikit menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan didominasi oleh tenaga kerja dalam keluarga. Pada Tabel 14 dapat dilihat untuk pemberantasan hama penyakit serta penyiangan. Biaya yang dikeluarkan pada penyiangan rata-rata untuk tenaga kerja dalam keluarga senilai Rp. 166.879,52 /Ha dan tenaga kerja luar keluarga senilai Rp. 28.273,56 /Ha. Pada pemberantasan hama dan penyakit petani mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga senilai Rp. 91.596,26 /Ha dan biaya untuk tenaga kerja luar keluarga senilai Rp. 23.904,71 /Ha. e) Panen dan Pasca Panen Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 110 hari setelah panen. Di Kecamatan Telaga kegiatan pemanenan masih dilakukan dengan menggunakan alat tradisional yaitu sabit. Untuk tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja yang digunakan pada saat proses penanaman sebalumnya. Untuk sistim pembayaran atau upah panen dilakukan dengan bagi hasil. Setiap enam karung yang diperoleh dari hasil produksi, upah untuk tenaga kerja di bayar dengan hasil produksi satu karung. Berat rata-rata perkarung mencapai 80 Kg. Jika dirupiahkan untuk satu karung yang di bayarkan kepada tenaga kerja dapat dihargai dengan upah Rp 300.000. Semakin banyak produksi yang diperoleh maka biaya yang dikeluarkan juga semakin besar. Selain itu juga, upah tersebut sudah termasuk biaya untuk menuai padi yaitu memisahkan antara gabah dengan batang padi. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan mesin perontok padi. Pada kegiatan pasca panen yaitu meliputi pengeringan, pembersihan butiran beras dari kulitnya serta pengeringan. Hal ini dilakukan oleh pihak gilingan setelah

sebelumnya ada kesepakatan antara pihak penyedia jasa gilingan padi dengan petani untuk bersedia untuk memproses hasil panen berupa gabah menjadi beras. Petani umumnya tidak menjual hasil panennya dalam betuk gabah, tetapi dalam bentuk beras dan sebagian untuk dikonsumsi. 4.3.3 Pajak Lahan Pajak lahan merupakan suatu pembayaran yang wajib dibayar oleh petani meskipun petani tidak melakukan proses produksi. Biaya pajak dikeluarkan petani setiap tahun yang disetorkan langsung ke aparat setempat. Besarnya jumlah pajak tergantung dari beberapa kriteria yang sebelumnya sudah ditetapkan pemerintah dan salah satunya berdasarkan luas lahan. Biaya yang dikeluarkan petani dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini. Tabel 23. Jumlah Biaya Pajak Lahan Diperinci per Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 2012 No Wilayah Nilai (Rp) Nilai Rata-rata (Rp/ha) 1 Luhu 3,507,321.43 77,940.48 2 Dulohupa 2,733,888.50 80,408.50 Rata-rata Kecamatan Telaga 79,002.66 a) Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang tetap dikeluarkan selama proses produksi, dimana biaya-biaya ini meliputi biaya penyusutan alat, pajak lahan, upah tenaga kerja dalam keluarga. Pada Tabel 23 berikut dapat dilihat biaya tetap yang dikeluarkan selama satu musim tanam padi sawah diperinci per desa : Tabel 23. Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah di Desa Luhu

No Jenis Biaya Rata-rata Biaya (Rp/Ha) Persentase % 1 Penyusutan Alat 53,858.09 8.68 2 Pajak Lahan permusim 77,940.48 12.57 3 Tenaga keja dalam keluarga 488,478.42 78.75 Total Biaya Tetap 620,276.99 100 Tabel 23 menunjukkan biaya tetap tertinggi berada pada biaya tenaga kerja dalam keluarga yaitu rata-rata sebesar Rp 488,478.42 per hektar dengan persentase sebesar 78,75%. Biaya tetap terendah berada pada biaya penyusutan alat yaitu ratarata sebesar Rp53,858.09 per hektar atau sebesar 8,68 %. Biaya tetap di di Desa Dulohupa untuk usahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 24 berikut : Tabel 24. Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah di Desa Duluhupa No Jenis Biaya Rata-rata Biaya (Rp/Ha) Persentase % 1 Penyusutan Alat 83,422.43 10.30 2 Pajak Lahan permusim 71,944.44 8.88 3 Tenaga keja dalam keluarga 654,605.26 80.82 Total Biaya Tetap 809,972.13 100 Tabel 24 menunjukkan biaya tetap tertinggi di Desa Dulohupa berada pada tenaga kerja dalam keluarga yaitu rata-rata sebesar Rp. 654,605.26 per hektar dengan persentase sebesar 80,82 %. Biaya terendah pada biaya tetap terdapat pada pajak lahan per musim yaitu rata-rata sebesar Rp. 71,944.44 dengan persentase sebesar 8.88%. Pada Tabel 25 berikut dapat dilihat biaya tetap yang dikeluarkan selama satu musim tanam padi sawah di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo : Tabel 25. Total Biaya Tetap Petani Responden pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012

No Jenis Biaya Rata-rata Biaya (Rp/Ha) Persentase % 1 Penyusutan Alat 70,802.49 9.53 2 Pajak Lahan permusim 79,002.66 10.63 3 Tenaga keja dalam keluarga 593,120.62 79.84 Total Biaya Tetap 742,925.77 100 Tabel 25 menunjukkan bahwa nilai biaya paling tinggi terdapat pada biaya tenaga kerja dalam keluarga yaitu rata-rata senilai Rp. 593,120.62 dengan persentase 79,84 %. Biaya tetap paling rendah yaitu biaya penyusutan alat sebesar Rp. 70,802.49dengan persentase 9,53 %. b) Biaya Variabel Biaya variabel sangat berpengaruh terhadap hasil produksi. jika petani menginnginkan jumlah produksi yang besar maka biaya variabel juga harus di tambah seperti biaya pembelian benih, pupuk, dan lain-lain. Biaya variabel dapat berubahubah sesuai dengan besar kecilnya produksi padi sawah yang di inginkan petani. Total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 26. Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah di Desa Luhu No Jenis Biaya Rata-rata Biaya (Rp/Ha) Persentase % 1 Benih 273,745.89 6.48 2 Pupuk 1,346,069.58 31.87 3 Tenaga kerja luar keluarga 2,190,024.46 51.86 4 Obat-obatan 413,396.30 9.79 Total Biaya Variabel 4,223,236.23 100 Sumber: Data Diolah, 2012 Tabel 26 menunjukkan biaya variabel tertinggi berada pada biaya tenaga kerja luar keluarga yaitu rata-rata sebesar Rp. 2,190,024.46 per hektar dengan persentase sebesar 51.86 %. Biaya tetap terendah berada pada biaya penggunaan benih yaitu rata-rata sebesar Rp 273,745.89 per hektar atau sebesar 6.48 %.

Tabel 27. Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah di Desa Duluhupa No Jenis Biaya Rata-rata Biaya (Rp/Ha) Persentase % 1 Benih 468,563.60 9.07 2 Pupuk 989,035.09 19.15 3 Tenaga kerja luar keluarga 3,365,487.75 65.15 4 Obat-obatan 342,521.20 6.63 Total Biaya Variabel 5,165,607.64 100 Sumber: Data Diolah, 2012 Tabel 27 menunjukkan biaya variabel tertinggi berada pada biaya tenaga kerja luar keluarga yaitu sebesar sebesar Rp 3,365,487.75 per hektar dengan persentase sebesar 65.15 %. Biaya tetap terendah berada pada biaya obat-obatan yaitu sebesar Rp. 342,521.20 per hektar atau sebesar 6.63 %. Pada Tabel 28 berikut dapat dilihat biaya variabel yang dikeluarkan selama satu musim tanam padi sawah di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo : Tabel 28. Total Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Jenis Biaya Rata-rata Biaya (Rp/Ha) Persentase % 1 Benih 381,316.23 7.80 2 Pupuk 1,242,486.89 25.41 3 Tenaga kerja luar keluarga 2,866,324.50 58.61 4 Obat-obatan 400,235.94 8.18 Total Biaya Variabel 4,890,363.56 100 Biaya variabel paling tinggi jatuh pada biaya untuk sewa tenaga kerja luar keluarga. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya luas lahan yang di olah petani padi sawah di Kecamatan Telaga. Semakin besar lahan yang digunakan maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dipakai. Rata-rata petani di Kecamatan Telaga mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp. 2,866,324.50 per hektar dengan

persentase sebesar 59,45%. Sedangkan untuk biaya variabel terkecil terdapat pada biaya pembelian benih yaitu rata-rata sebesar Rp. 381,316.23 per hektar dengan persentase 7,73%. c) Biaya total Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang digunakan selama proses usahatani padi sawah selama satu musim tanam yaitu meliputi penjumlahan antara biaya total biaya tetap dan total biaya variabel yang digunakan. Total biaya padi sawah dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini. Tabel 29. Total Biaya pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012 No Jenis Biaya Rata-rata Nilai Biaya Persentase % (Rp/Ha) 1 Total Biaya Variabel 4,890,363.54 85,98 2 Total Biaya Tetap 745,204.24 14,02 3 Biaya Total (1+2) 5,635,567.78 100 Tabel 19 menunjukkan biaya tertinggi yang dikeluarkan petani selama satu musim tanam terdapat pada biaya variabel yaitu mencapai Rp. 4,890,363.54 per hektar dengan persentase 85,98%, sedangkan biaya tetap mencapai Rp. 745,204.24 dengan persentase 14,02%. 4.4 Analisis Keuntungan 4.4.1 Produksi Padi Sawah Jumlah produksi merupakan hasil yang diperoleh dari usahatani padi sawah, sedangkan harga jual adalah nilai atau harga dari usahatani padi sawah per satuan produksi. Di Kecamatan Telaga produksi padi sawah per hektar rata-rata 2,057.73 Kg dengan nilai rata-rata per hektar mencapai Rp 15,473,820.

4.4.2 Pendapatan Padi Sawah Pendapatan usahatani adalah perkalian antara produksi padi sawah yang diperoleh selama satu musim tanam dengan harga jual. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila pendapatan yang diperoleh dari penjualan produksi padi pada satu kali musim tanam melebihi dari biaya yang dikeluarkan selama mengusahakan tanaman padi yaitu cukup untuk membayar semua sarana produksi, untuk membayar biaya tenaga kerja, penyusutan alat, pajak lahan atau biaya lainnya selama proses produksi. Pada usahatani padi sawah di Kecamatan Telaga rata-rata pendapatan petani yaitu senilai Rp 15,473,820 rata-rata per hektar 4.4.3 Keuntungan Padi Sawah Keuntungan yang didapatka petani diperoleh dari selisih antara total pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi padi sawah. Tingkat keuntungan dapat dilihat pada Tabel 30 berikut ini. Tabel 30. Keuntungan Padi Sawah No Uraian Rata-rata Nilai Biaya (Rp/Ha) Persentase % 1 Total Pendapatan 15,473,820 80.51 2 Total Biaya 5,635,567.78 19.49 3 Keuntungan (1-2) 9.838.252,3 61.02 Dari tabel 21 di atas dapat diketahui keuntungan petani di KecamatanTelaga rata senilai Rp. 9.838.252,3. Hasil ini diperoleh dari selisih pendapatan yang diterima petani padi sawah dalam satu musim tanam dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi padi sawah dalam satu kali musim tanam. 4.4.4 Analisis R/C Ratio

Keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan R/C Ratio, R/C Ratio ini digunakan untuk mengetahui apakah usahatani padi sawah di Desa Luhu dan Desa Dulohupa dapat memberikan keuntungan atau tidak, adapun analisis keuntungan adalah sebagai berikut. a) Usahatani Padi Sawah di Desa Luhu R/C Ratio = TR TC R/C Ratio = 2,21 = 12,496,706.35 5,635,567.78 Berdasarkan perhitungan R/C Ratio di atas dengan nilai 2,21 dapat disimpulkan bahwa usahatani padi sawah di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo berada pada posisi menguntungkan karena nilai yang diperoleh lebih besar dari 1, artinya bahwa setiap pengaluaran 1 rupiah dapat memberikan penerimaan sebesar Rp. 2,21. 5.6.2 Usahatani Padi Sawah di Desa Dulohupa R/C Ratio = TR TC R/C Ratio = 3,44 = 19,414,117.65 5,635,567.78 Berdasarkan perhitungan R/C Ratio diatas dengan nilai 3,44 dapat disimpulkan bahwa usahatani padi ladang di Desa Dulohupa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo berada pada posisi menguntungkan karena nilai yang diperoleh lebih besar dari 1, artinya bahwa setiap pengaluaran 1 rupiah dapat memberikan penerimaan sebesar Rp. 3,44

4.5 Konklusi Hasil Penelitian Petani sebagai pengelola usahatani termasuk pembiayaan merupakan orang yang berperan dalam perencanaan kegiatan bisnis, kegiatan bisnis tersebut meliputi penyediaan dan pengelolaan dana dalam kegiatan produksi. Tujuan dan pengelolaan pembiayaan usahatani yaitu untuk memaksimumkan pemdapatan dari besarnya biaya usahatani yang dihubungkan dengan pendapatan maka dapat diukur sejauh mana usahatani tersebut dikatakan layak. Untuk itu nelitian ini lebih difokuskan pada struktur biaya usahatani dan menganalisa besarnya keuntungan usahatani padi sawah. Berdasarkan hasil penelitian, luas lahan sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya yang dikeluarkan petani. Semakin besar luas lahan yang digunakan maka semakin tinggi biaya yang akan dikeluarkan oleh petani. Struktur biaya pada usahatani padi sawah di Kecamatan Telaga meliputi biaya penggunaan benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan, nilai penyusutan alat, pajak lahan dan biaya tenaga kerja dengan keuntungan petani rata-rata per hektar mencapai Rp 9.838.252,3. Pada hasil penelitian Ahmad (2008), struktur biaya usahatani padi sawah irigasi meliputi biaya persiapan lahan, biaya penggunaan benih, biaya pupuk, biaya obatobatan, nilai penyusutan alat, pajak lahan, irigasi, biaya angkutan, dan upah tenaga kerja. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa struktur biaya usahatani lebih cenderung pada biaya penggunaan saprodi dan biaya tenaga kerja. Penggunaan saprodi yang berkualitas baik tentunya membutuhkan biaya yang tinggi yang nantinya akan menghasilkan produksi yang baik. Penggunaan tenaga kerja yang efektif dapat menekan pengeluaran biaya tenaga kerja tinggi sehingga pengeluaran biaya untuk tenaga kerja lebih sedikit. Penggunaan biaya saprodi dan biaya tenaga kerja dapat berpengaruh pada keuntungan petani, dimana semakin efektif dan efisien penggunaan biaya saprodi dan tenaga kerja maka semakin baik produksi yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan keuntungan petani dengan kata lain hipotesis ini dapat diterima dengan

hasil penelitian bahwa struktur biaya terdiri dari biaya benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja. Dengan begitu berdasarkan uraian di atas maka hipotesis pada penelitian ini diterima.