BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

FAKTOR-FAKTOR PENENTU IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA Jenis Sesi Paper: Full paper

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab pemerintah terhadap

JURNAL RISET AKUNTANSI & KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang


BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun evaluasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR4ATAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAN E-GOVERNMENT DI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik adalah adanya akuntabilitas publik, disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya masalah ekonomi dan hilangnya kepercayaan publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diumumkan di bursa. Peraturan ini tertera dalam Peraturan Bursa No. I-E tahun

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

LAPORAN PUBLIKASI INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.346, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. E-GOVERNMENT. Pelaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan bagi politik dan sistem pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. runtuhnya rezim orde baru yang sentralistik dan otoriter. Rakyat bertransformasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan transparasi laporan keuangan pemerintahan kepada

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dengan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) adalah laporan pertanggung-jawaban

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance), upaya pemulihan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya otonomi daerah serta reformasi keuangan telah merubah iklim

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mc Auley et al, 2007). Sementara menurut Pugh (1977) dalam Mc Auley et al

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance dengan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, tetapi keberadaan RSD masih dipandang sebelah mata oleh. masyarakat. Faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pelayanan

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk memberikan keamanan terhadap assets dari pemborosan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH. Jakarta, 11 Februari 2009

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BKPPD Kabupaten Bengkulu Utara RENSTRA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan dalam sebuah laporan penelitian menyajikan latar

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya. Salah satu informasi yang sangat penting bagi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government merupakan era baru dalam peningkatan transparansi dan akuntabilitas keuangan, kebijakan serta kegiatan pemerintah baik pemerintah pusat mau pun pemerintah daerah. Penerapan e-government diharapkan akan membawa dampak positif dalam meningkatkan perekonomian suatu negara seperti negara Indonesia yang sedang berusaha keluar dari status negara berkembang menjadi negara maju. Salah satu usaha meningkatkan perekonomian negara adalah dengan mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau yang dikenal dengan istilah good governance. Sejalan dengan misi good governance, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government diterbitkan dengan tujuan untuk membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat, meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, dan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik. Menurut Nam (2014), terdapat lima kegunaan e-government dalam instansi pemerintahan, yaitu (1) kegunaan layanan: penggunaaan layanan transaksional, (2) kegunaan informasi umum: pencarian informasi umum, (3) 1

2 penyelidikan/riset kebijakan: pencarian informasi yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, (4) partisipasi: keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan, (5) co-creation: menyusun kebijakan, informasi, dan layanan-layanan oleh pemerintah dan warga negara secara bersama-sama. Tujuan penting dalam implementasi e-government adalah mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publik yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dapat dicapai dengan adanya fasilitas teknologi informasi yang memadai dan tenaga yang ahli dalam mengerjakannya. Pengadopsian teknologi informasi dan komunikasi mengubah cara berinteraksi antara sebuah lembaga dengan lembaga lainnya. Faktanya, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada pemerintahan mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan pemerintah dan cara pemerintah mengelola tugas dan pekerjaannya sehari-hari. Implementasi e- government diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah sebagai cara untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efisiensi kinerja (Chun et al, 2012). Berdasarkan Komisi Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa Bangsa (UNCHR), atribut kunci pada good governance meliputi transparansi, responsibilitas, akuntabilitas, partisipasi dan kecepatan merespon kebutuhan masyarakat. Karakteristik good governance berdasarkan Komisi Ekonomi dan Social untuk Asia Pasifik Persatuan Bangsa-Bangsa terbagi menjadi 8 karakter utama, yaitu: aturan hukum (rule of law), kecepatan merespons (Responsiveness), partisipasi (Participation), kesamaan (Equity), transparansi (Transparency), akuntabilitas (Accountability), berbasis konsensus (Consensus Oriented), efektivitas dan efisiensi (Effectiveness and Efficiency).

3 Menurut Laswad et al (2005), akuntabilitas adalah kondisi di mana pemerintah daerah melakukan proses perencanaan, publikasi dan menyebarkan informasi rencana tahunan (informasi perkiraan) dan laporan keuangan yang telah diaudit dan persyaratan bahwa pemerintah daerah mengembangkan, menerapkan, dan memelihara strategi keuangan jangka panjang serta kebijakan investasi dan pinjaman kepada masyarakat. Bersamaan dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government menjadi tantangan baru bagi pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan yang cepat dan akurat karena pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akan menjadikan sistem informasi di dalam pemerintah daerah terhubung secara online sehingga masyarakat dapat memperoleh layanan yang cepat, tepat, mudah, dan lebih murah. Dalam penerapan e-government di Indonesia, ada beberapa dasar hukum yang digunakan, yaitu. 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 F Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 2. Undang-undang No.43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian melahirkan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian. 3. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government. 4. Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang melahirkan Sistem Informasi Pembangunan Daerah.

4 5. Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang melahirkan Sistem Informasi Keuangan Daerah. 6. Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). 7. Undang-undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) pada Pasal 7 ayat 3 tertulis Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Berdasarkan dasar hukum yang mengatur penerapan e-government di Indonesia, e-government telah diinisiasi sejak tahun 1999. Sudah hampir 17 tahun e-government diperkenalkan pada instansi pemerintahan di Indonesia. Namun, ditengah-tengah berkembangnya penerapan e-government khususnya pada pemerintah daerah masih terdapat berbagai kendala untuk mendukung dan mencapai keberhasilan penerapan e-government. Beberapa kendala tersebut antara lain berasal dari faktor internal dan faktor eksternal pemerintah itu sendiri. Menurut Ndou (2004) ada banyak hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan e- government yang mengarah ke memperlambat dan kompleksitas dalam menerapkan e-government di negara-negara berkembang. Hambatan dalam penerapan e-government antara lain infrastruktur TIK, isu-isu kebijakan, perubahan dalam manajemen dan kendala-kendala dalam kemitraan dan kolaborasi. Para peneliti telah mengklasifikasikan tantangan e-government pada negara-negara berkembang ke dalam berbagai kategori, seperti strategi, teknologi,

5 kebijakan, dan organisasi (Lam, 2005). Menurut Obeidat dan Abu-Shanab (2010) hambatan penerapan e-government adalah peraturan/hukum dan sumber daya manusia. Hambatan penerapan e-government lainnya adalah terkait hal teknis, nasional, sosial dan organisasi (Kanaan, 2009). Di Indonesia, terdapat beberapa hambatan dan tantangan dalam implementasi e-government yaitu hambatan di bidang regulasi dan pedoman penyelenggaran situs web pemerintah daerah, kekurangan sumber daya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana, dan belum meratanya pemahaman masyarakat tentang penggunaan e-governement (Sosiawan, 2008). Menurut Satriya (2006), kendala penerapan e-government di Indonesia adalah mengenai masalah aplikasi e-government dan infrastruktur, faktor kelembagaan, regulasi, dan kebijakan, serta rendahnya pemahaman tentang e-government. Beberapa penelitian terdahulu mengenai implementasi e-government telah dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Secara garis besar penelitian terdahulu mengenai implementasi e-government dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok tema, yaitu efek pelaksanaan e-government terhadap suatu output, evaluasi terhadap penerapan e-government, faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan e-government. Penelitian terkait efek pelaksanaan e-government telah dilakukan baik di di dalam negeri maupun di luar negeri. Misalnya, Elbahnasawy (2014) meneliti tentang dampak penerapan e-government dan pengadopsian internet terhadap penurunan korupsi. Gathungu dan Mungai (2012) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi strategi implementasi e-government dan dampaknya terhadap

6 kinerja sektor publik di Kenya. Penelitian lainnya terkait efek penerapan implementasi e-government dilakukan di Indonesia, misalnya studi penerapan e- government di Indonesia dan negara lainnya sebagai solusi pemberantasan korupsi di sektor publik (Hardjaloka, 2014). Adapun penelitian mengenai evaluasi terhadap implementasi e- government telah dilakukan di luar negeri dan di dalam negeri. Contohnya, Chatfield dan Alhujran (2009) menganalisis tentang perbandingan tingkat perkembangan penggunaan e-government pada negara-negara Arab. Penelitian yang lain meneliti mengenai motivasi dan temuan-temuan terkait penerapan e- government pada pemerintah (Chun et al, 2012). Penelitian lain melakukan penelitian terkait kegunaan e-government, misalnya Nam (2014) meneliti tentang tingkat penggunan e-government oleh pemerintah dengan menganalisa data Survei Online Pemerintah yang dikeluarkan oleh Pew Internet and American Life Project. Penelitian lainnya meneliti evaluasi penerapan e-government pada pemerintah daerah di Indonesia, contohnya Sosiawan (2008) meneliti tentang implementasi e-government pada situs web pemerintah daerah di Indonesia. Annisa (2011) meneliti tentang implementasi penerapan e-government pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Topik penelitian yang banyak dilakukan mengenai implementasi e- government adalah penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan e-government. Misalnya, Alwazhir dan Zheng (2014) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi e-government di Yaman. Al-Naimat et al (2013) meneliti mengenai implementasi e-government di

7 Jordan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Cinca et al (2008) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan e-government di 92 kota di Spanyol. Di Indonesia, penelitian serupa juga telah dilakukan dan menfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi e-government pada pemerintah daerah. Martani dan Annisa (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi e-government pada pemerintah provinsi di Indonesia. Dari kategori penelitian di atas, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi e-government menjadi topik penelitian yang menarik. Hal ini didasarkan bahwa pada hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten baik pada faktor non-keuangan maupun faktor keuangan pemerintah daerah. Di Spanyol, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cinca et al (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi e-government adalah sumber daya pemerintah daerah, politik, dan lingkungan. Sementara menurut Kim (2007) faktor yang berpengaruh adalah kesejahteraan ekonomi, pendidikan, urbanisasi, kebebasan masyarakat, efektivitas pemerintahan, dan hubungan antara penggunaan internet dengan kesejahteraan ekonomi. Di Indonesia, hasil penelitian mengenai pengaruh faktor non-keuangan, misalnya Martani (2010) menemukan bahwa variabel tipe pemerintah daerah hasilnya tidak berpengaruh signifikan. Sebaliknya, Aditya et al (2013) menemukan bahwa variabel tipe pemerintah daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi e-government. Selain itu faktor keuangan seperti pendapatan asli daerah (PAD) juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten di mana dalam penelitian Martani dan Annisa (2010)

8 menemukan bahwa variabel pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh signifikan. Sebaliknya penelitian Adhi dan Suhardi (2010) menemukan bahwa implementasi e-government tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Selain hasil pengukuran variabel yang tidak konsisten, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan indeks pemeringkatan e-government (PeGI) yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini lebih formal dikeluarkan oleh kementerian teknis terkait sehingga lebih valid dibanding dengan ukuran dari penelitian sebelumnya. Atas dasar hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penentu tingkat keberhasilan implementasi e-government di Indonesia. Penelitian ini penting untuk dilakukan agar dapat memberikan tambahan literatur penerapan implementasi e-government pada pemerintah dan kontribusi bagi pemerintah dalam rangka mewujudkan keberhasilan penerapan e-government pada pemerintah di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Penentu Implementasi E-Government Pemerintah Daerah Indonesia.

9 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan yang telah disampaikan, maka peneliti tertarik untuk mengkaji pengaruh permasalahan dalam penelitian ini dengan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah total pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia? 2. Apakah total belanja modal berpengaruh positif terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia? 3. Apakah kapabilitas auditor internal berpengaruh positif terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia? 4. Apakah keahlian auditor internal berpengaruh positif terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia? 5. Apakah tipe pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia? 6. Apakah geografis pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain. 1. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia.

10 2. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh belanja modal tingkat terhadap implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia. 3. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh kapabilitas auditor internal terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia. 4. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh keahlian auditor internal terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia 5. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh tipe pemerintah daerah terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia. 6. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh geografis pemerintah daerah terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah di Indonesia. 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah daerah di Indonesia sebagai referensi untuk mengevaluasi faktor-faktor baik faktor keuangan maupun faktor-faktor non-keuangan yang berpengaruh terhadap tingkat implementasi e-government pada pemerintah daerah. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk mendorong pemerintah dalam meningkatkan kualitas e-government agar tercipta transparansi dan akuntabilitas publik yang lebih baik.

11 2. Bagi Akademisi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman atas adanya dampak jumlah pendapatan asli daerah (PAD), jumlah belanja modal, level kapabilitas auditor internal, keahlian auditor internal, perbedaan tipe pemerintah daerah, dan geografis pemerintah daerah terhadap tingkat implementasi e-government pemerintah daerah, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian di bidang akuntansi khususnya akuntansi sektor publik pada periode mendatang. 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini memiliki sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab. Masing-masing bab secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah dalam penelitian yang memuat uraian mengenai alasan dan motivasi untuk melakukan penelitian, perumusan masalah yang diangkat, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori dan hasil-hasil penelitianterdahulu yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka pemikiran yang melandasi timbulnya hipotesis penelitian serta keterkaitan variabel-variabel dalam penelitian.

12 BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang rencana dan metode penelitian, yang meliputi: populasi dan sampel, variabel, definisi operasional, dan mekanisme pengujian hipotesis yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. BAB IV : PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang deskripsi objek penelitian, menunjukkan hasil analisis data dan pembahasan hasil pengolahan data melalui instrumen penelitian yang digunakan BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang disarikan dari permasalahan, tujuan, analisis data dan pembahasan hasil analisis penelitian. Bab ini juga berisi keterbatasan dan saran untuk penelitian berikutnya