BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia berkembang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. metabolik tubuh (Imaligy, 2014). Dalam menangani kasus gagal jantung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

INFOKES, VOL. 5 NO. 1 Februari 2015 ISSN :

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

Dr Gede Subawa. M. Kes. AAAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

KEMAMPUAN TARIF INA CBG S HEMODIALISA PROGRAM KARTU JAKARTA SEHAT (KJS) MENUTUPI BIAYA RIILNYA

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.25 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 40 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan jumlah 3 juta perempuan dan 2,5 juta laki-laki meninggal setiap tahunnya. Di Amerika, dapat dikatakan seseorang meninggal karena stroke setiap 3 menitnya. Laporan statistik dari American Heart Association tahun 2011, stroke juga penyebab kecacatan serius dan jangka panjang nomor satu di Amerika dan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negaranegara yang sedang berkembang (Roger dkk., 2011). Di Indonesia menurut data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bahwa 20 penyakit yang angka kejadiannya terbanyak di Indonesia peringkat 5 besar salah satunya adalah stroke hemoragi. Stroke juga menjadi penyebab paling tinggi yaitu mencapai 15,9% pada kelompok umur yaitu 45 sampai 54 tahun dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55 sampai 64 tahun (Yuniadi, 2010). Menurut Dipiro dkk. (2008), stroke termasuk satu dari penyakit paling mahal di Amerika dengan menelan biaya di atas US $ 50 Miliar per tahun. Biaya ini diperkirakan akan meningkat di masa depan karena peningkatan populasi lanjut usia. Di Singapura, rata-rata biaya rawat inap stroke dilaporkan pada tahun 1

2 2000 sebesar US $ 5.000 per pasien dengan presentase biaya kamar 38%, radiologi 15%, biaya dokter 10%, obat-obatan 8% dan terapi 7% (World Health Organization, 2011). Stroke merupakan jenis penyakit katastropik yaitu penyakit yang berbiaya tinggi dan secara komplikasi dapat mengancam jiwa. Penyakit katastropik yang berasal dari catastrophic yang berarti bencana atau malapetaka, merupakan penyakit yang high cost, high volume dan high risk yang menyebabkan banyak para penentu kebijakan mengkhawatirkan terjadinya pembengkakan biaya penyakit sehingga penyelenggaraan asuransi kesehatan tidak mencantumkan penyakit tersebut kedalam paket manfaatnya (Budiarto dan Sugiharto, 2013). Penyakit stroke sendiri dibedakan menjadi dua sesuai dengan penyebabnya yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragi / stroke perdarahan (Dipiro dkk., 2008). Dampak sosial ekonomi stroke termasuk stroke hemoragi selalu terkait dengan prevalensi tinggi, angka rawat inap, morbiditas dan mortalitas. Akibat besarnya biaya pada penyakit stroke ini, maka sangat penting adanya suatu studi tentang analisis biaya pasien stroke sehingga dapat mendukung pembuat kebijakan kesehatan publik dalam pengembangan strategi manajemen stroke (Kang dkk., 2011). Penyakit stroke termasuk stroke hemoragi merupakan penyakit yang memerlukan biaya pengobatan yang cukup besar. Jaminan kesehatan nasional diluncurkan untuk membantu masyarakat dari keterpurukan karena kehabisan uang untuk berobat. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari

3 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran (bukan Penerima Bantuan Iuran/bukan PBI) atau iurannya dibayar oleh Pemerintah (Penerima Bantuan Iuran/PBI) (Pemerintah RI, 2004). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Transformasi kelembagaan PT ASKES (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT Taspen (Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi BPJS sesuai Undang Undang no. 24 Tahun 2011. Tranformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban (Pemerintah RI, 2011). Undang Undang tersebut menegaskan bahwa salah satu tugas pokok BPJS adalah BPJS Kesehatan yang merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program pemerintah untuk memberikan bantuan dana berobat kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, yang berasal dari kas negara untuk peserta JKN PBI yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan Undang Undang SJSN dan berasal dari iuran peserta untuk peserta JKN bukan PBI dan diperuntukkan bagi golongan masyarakat tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan diatur

4 melalui peraturan pemerintah. Iuran diberikan oleh pembayar dana setelah melalui proses verifikasi oleh tim verifikator yang ditunjuk oleh pemerintah. Kelompok peserta lainnya adalah para peserta Jaminan Sosial Kesehatan (Wajib) yang sudah ada selama ini, yaitu peserta ASKES, Peserta Jamsostek, TNI-POLRI, Jamkesmas / Jamkesda, Pensiunan Pegawai Pemerintah dan peserta ASKES Komersial, seluruhnya akan terhimpun dalam sistem BPJS. Dengan adanya sistem BPJS ini mempunyai manfaat akan meningkatkan status kesehatan penduduk Indonesia yang selanjutnya akan meningkatkan produktivitasnya. Pembiayaan melalui sistem JKN akan semakin meningkat karena peningkatan kesadaran penduduk akan kesehatan, peningkatan jumlah penyakit menular yang memakan biaya yang sangat besar, perekonomian semakin berkembang dan mobilitas horizontal penduduk serta pertambahan penduduk itu sendiri. Di lain pihak, rumah sakit sebagai provider pelayanan kesehatan peserta JKN sering mengeluhkan bahwa biaya klaim JKN masih lebih rendah dibandingkan biaya tarif rumah sakit, sehingga rumah sakit merasa rugi dengan pelayanan JKN. Sejalan dengan permasalahan tersebut, dimana disatu pihak penyakit stroke merupakan ancaman terhadap membengkaknya pembiayaan JKN di masa datang, sedangkan di pihak lain, rumah sakit merasakan bahwa tarif INA CBGs lebih rendah dari tarif yang berlaku di rumah sakit, sehingga rumah sakit merasakan kerugian dengan pola klaim berdasarkan tarif INA CBGs, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk melakukan komparasi

5 biaya riil dengan tarif INA CBGs dan analisis komponen biaya yang berpengaruh pada pasien penyakit stroke hemoragi peserta JKN yang rawat inap di rumah sakit Kabupaten Pekalongan. Komponen biaya rumah sakit yang akan dianalisis meliputi : biaya akomodasi, biaya obat dan alat kesehatan, biaya laboratorium, biaya keperawatan, biaya radiologi, biaya rehab medik, biaya alat medis, biaya tindakan non operatif, biaya visite dokter dan biaya rawat darurat. Rumah sakit Kabupaten Pekalongan yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu RSUD Kraton. Kabupaten Pekalongan sendiri mempunyai dua rumah sakit negeri yaitu RSUD Kraton dan RSUD Kajen dengan tipe rumah sakit yang berbeda. RSUD Kajen merupakan tipe rumah sakit kelas C sedangkan RSUD Kraton tipe rumah sakit kelas B non pendidikan. Rumah Sakit Umum Daerah Kraton (RSUD Kraton) Kabupaten Pekalongan terletak di pusat Kota Pekalongan yaitu Jalan Veteran No.31 Pekalongan. hanya dilakukan di RSUD Kraton karena telah menjadi rujukan di Kabupaten Pekalongan bagi rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu serta klinik atau sarana kesehatan lainnya baik milik pemerintah ataupun swasta di Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya. Komparasi biaya riil dengan tarif INA CBGs pasien stroke hemoragi di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan perlu dilakukan terkait dengan pelayanan kesehatan yang sadar biaya dan adanya persoalan biaya terapi stroke hemoragi yang lebih besar daripada tarif paket INA-CBGs.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan biaya riil dengan tarif paket INA CBGs pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan? 2. Berapa proporsi setiap komponen biaya yang berpengaruh pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan biaya riil dengan tarif paket INA CBGs pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan. 2. Untuk mengetahui berapa proporsi setiap komponen biaya yang berpengaruh pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang perbedaan biaya pengobatan riil dengan biaya klaim berdasarkan tarif INA CBGs pada pasien penyakit stroke hemoragi di rumah

7 sakit serta mengetahui berapa proporsi setiap komponen biaya yang berpengaruh pada pengobatan penyakit stroke hemoragi di rumah sakit, oleh karena itu dapat menentukan langkah apa saja yang akan dilakukan untuk memberikan usul perbaikan sehingga kualitas pelayanan dan keselamatan pasien dapat ditingkatkan. 2. Bagi pihak rumah sakit hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan untuk pihak manajemen dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan efisiensi dan efektivitas serta peningkatan kualitas pelayanan pasien rawat inap peserta JKN. 3. Sebagai masukan bagi Kementerian Kesehatan dalam menentukan kebijakan JKN untuk kedepannya khususnya untuk pasien penderita penyakit stroke hemoragi. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai komparasi biaya riil dengan tarif INA CBGs dan analisis komponen biaya yang berpengaruh pada pasien penyakit stroke hemoragi rawat inap peserta JKN di rumah sakit Kabupaten Pekalongan menurut pengetahuan peneliti hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian. Penelitian yang mirip dan berkaitan dengan komparasi biaya riil dengan biaya klaim tarif INA CBGs dan analisis komponen biaya yang berpengaruh untuk penyakit stroke hemoragi di rumah sakit terbagi dalam Tabel 1.

8 Tabel 1. Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Feladita (2014) Analisis Biaya meneliti Penelitian Terapi Stroke Hemoragi pada tentang komponen Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta November 2011-2013 yang mempengaruhi 2. Sari (2013), tentang Perbandingan Biaya Riil dengan Tarif Paket Ina- CBG s dan Analisis Faktor yang Mempengaruhi Biaya Riil pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Inap Jamkesmas di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta 3. Budiarto dan Sugiharto (2013), tentang Biaya Klaim INA CBGs dan Biaya Riil Penyakit Katastropik Rawat Inap Peserta Jamkesmas di Rumah Sakit Studi di 10 Rumah Sakit Milik Kementerian Kesehatan Januari Maret 2012 4. Putra (2013), tentang Komparasi Biaya Riil dengan Tarif INA-CBG s dan Analisis Faktor yang Mempengaruhi Biaya Riil pada Pasien Thalasemia Rawat Inap Jamkesmas di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta biaya riil pada penyakit stroke hemoragi dan membandingkan antara biaya riil dengan biaya INA CBGs meneliti tentang biaya riil dengan tarif paket INA CBGs serta menganalisiskomponen yang mempengaruhi biaya riil meneliti tentang biaya riil dengan tarif paket INA CBGs pada pasien penyakit katastropik salah satunya yaitu stroke meneliti tentang biaya riil dengan tarif paket INA CBGs serta menganalisis komponen yang mempengaruhi biaya riil ini dilakukan pada era JKN dan pada rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Pekalongan dilakukan pada era JKN dan pada penyakit stroke hemoragi dilakukan pada era JKN, lebih spesifik untuk penyakit stroke hemoragi dan hanya pada satu rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Pekalongan dilakukan pada era JKN dan pada penyakit stroke hemoragi Faktor pembeda yang utama dari penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan pada era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dimana tarif INA CBGs 2014 mulai diberlakukan. Selain itu yang menjadi perbedaan dari penelitian sebelumnya terletak pada objek yang dibahas, waktu, dan tempat penelitian.