BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

dokumen-dokumen yang mirip
Kepada: PROGRAM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the

BAB I PENDAHULUAN. Adopsi IFRS diberbagai negara memiliki beberapa manfaat.

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Disusun Oleh: Fitri Annisa

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dimanfaatkan untuk usaha. Indonesia menghasilkan berbagai macam

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA

ARTIKEL PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN BANTARAN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. Industri Dana Pensiun saat ini mempunyai peranan yang makin besar

01FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PENDAHULUAN CRITICAL REVIEW JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. et al., 2011). Kelompok pemakai laporan keuangan terdiri dari investor, kreditor,

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan pada perusahaan di masing-masing negara juga berbeda.untuk

BAB I PENDAHULUAN. modalnya pada perusahaan mereka. Akuntansi mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. dalam satu periode (Kieso et al., 2011). Terdapat dua pendekatan untuk melaporkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

BAB I PENDAHULUAN UKDW. standar akuntansi internasional International Financial Reporting Standard (IFRS)

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. bergerak di bidang agrikultur yaitu PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Way

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mengandung makna kerjasama. Definisi koperasi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dunia. Selama tahun tersebut siklus laporan keuangan untuk International Financial

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar

DEPLESI ASET BIOLOGIS PADA PETERNAKAN SAPI PERAH KUD KOTA BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi informasi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, serta

PERPAJAKAN II. Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2008, pasar modal Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD)

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS BUDIDAYA TANAMAN KAKAO PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) SURABAYA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di dunia internasional, terdapat dua standar akuntansi keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Makin tinggi perdapatan per kapita masyarakat, makin mampu

Pelaporan Keu.Entitas Nir Laba (PSAK no 45 revisi 2011) Pelaporan akuntansi secara umun (PSAK no 01)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pengukuran berbasis nilai wajar didorong oleh perkembangan regulasi

1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi, relevansi, dan keseragaman agar dapat diperbandingkan. dengan laporan keuangan perusahaan lain.

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mengetahui kinerja setiap perusahaan, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh

Pernyataan Pencabutan

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah

Bab I. Pendahuluan. Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya efek globalisasi membuat Negara menyelaraskan serta

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

BAB I PENDAHULUAN. IFRS (International Financial Reporting Standards) telah menjadi pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002.

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Sehingga muncul organisasi yang bernama International

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan salah satu standar

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai,

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang terlibat dalam forum G-20 (Group of

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS CV MILKINDO BERKA ABADI SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian dunia dimana batasan penghambat menjadi semakin berkurang

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara dengan hasil perkebunan seperti kelapa sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan mendefinisikan perkebunan sebagai kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut. Industri perkebunan di Indonesia berkembang sejak awal abad ke-19 pada saat penjajah membuka perkebunan lengkap dengan fasilitas pengolahannya di Pulau Jawa dan Sumatera. Perusahaan perkebunan asing tersebut kemudian mengalami nasionalisasi dan berkembang menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berdasarkan Pusat Informasi BUMN Perkebunan, BUMN Perkebunan telah mengalami beberapa kali reorganisasi serta perubahan nama, mulai dari Perusahaan Nasional Perkebunan, PT Perkebunan, hingga PT Perkebunan Nusantara dan PT Rajawali Nusantara Indonesia. Pada tahun 2014, PT Perkebunan Nusantara VII yang semula merupakan BUMN Perkebunan dari berberapa gabungan perusahaan perkebunan beralih menjadi PT Perkebunan Nusantara VII yang sepenuhnya tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang tersebut mendefinisikan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan 1

2 usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Undangundang ini juga mengatur mengenai laporan keuangan yang harus disusun oleh sebuah perseroan terbatas. Laporan keuangan perseroan terbatas harus disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan serta neraca dan laba rugi wajib diaudit. Standar akuntansi keuangan yang dimaksud adalah standar yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. PT Perkebunan Nusantara VII sebagai entitas bisnis di bidang perkebunan memiliki karakteristik khusus dalam penyajian laporan keuangannya. Karakteristik industri perkebunan ditunjukkan dengan adanya pengelolaan dan transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Tahun 2002 berupa Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik untuk Industri Perkebunan (SE-02/PM/2002) mewajibkan manajemen perusahaan untuk memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi yang memenuhi ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Pemilihan acuan yang digunakan dalam menyusun pedoman untuk industri perkebunan didasarkan pada peraturan Bapepam; Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ISAK); International Accounting Standard (IAS); peraturan perundang-undangan yang relevan dengan laporan keuangan; serta praktik akuntansi yang berlaku umum.

3 Berbagai acuan tersebut saling melengkapi satu sama lain. Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik untuk Industri Perkebunan (SE-02/PM/2002) mengatur klasifikasi tanaman perkebunan sebagai bagian dari pos aktiva tidak lancar. Pos ini membagi kategori tanaman perkebunan sebagai tanaman telah menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) kemudian mengatur lebih lanjut mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. PSAK yang dijadikan acuan dalam penelitian ini terkait aset biologis antara lain yaitu PSAK 14 tentang Persediaan, PSAK 16 tentang Aset Tetap, dan PSAK 23 tentang Pendapatan. PSAK sebagai standar akuntansi yang berlaku di Indonesia belum mengatur secara spesifik tentang aset biologis pada suatu industri. Oleh karena itu penelitian ini melengkapi perbandingan perlakuan akuntansi yang ada pada PT Perkebunan Nusantara VII dengan International Accounting Standard (IAS). IAS yang mengatur aset biologis yaitu IAS 41 mengenai Biological Asset. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perlakuan akuntansi atas aset biologis pada PT Perkebunan Nusantara VII dengan menggunakan PSAK dan IAS sebagai referensi. Aset biologis belum diatur secara jelas pada PSAK. Pada penelitian ini, tolok ukur yang digunakan adalah PSAK 14 tentang Persediaan, PSAK 16 tentang Aset Tetap, PSAK 23 tentang Pendapatan, dan IAS 41 tentang Agriculture. Penelitian berfokus pada perlakuan akuntansi dari

4 awal siklus, yaitu pembibitan tanaman sampai dengan tanaman tersebut menghasilkan produk untuk dijual. 1.3 Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah: 1. Apakah perlakuan akuntansi untuk aset biologis pada PT Perkebunan Nusantara VII telah sesuai dengan PSAK? 2. Apa perbedaan perlakuan akuntansi untuk aset biologis antara PSAK dan IAS 41 serta bagaimana dampak aplikasi IAS 41 terhadap PT Perkebunan Nusantara VII? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian perlakuan akuntansi untuk aset biologis pada PT Perkebunan Nusantara VII dengan standar yang berlaku. Standar yang digunakan sebagai acuan adalah PSAK. Namun, penelitian ini juga menggunakan IAS sebagai referensi karena IAS berisi standar yang mengatur aset biologis secara detail. Tujuan lain dari penelitian ini adalah membandingkan akuntansi untuk aset biologis antara kedua standar tersebut. PT Perkebunan Nusantara VII dipilih sebagai subjek penelitian atas dasar bahwa sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berupa perseroan terbatas harus menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan. PSAK sebagai standar yang berlaku di Indonesia

5 dijadikan sebagai acuan dalam menguji kesesuaian perlakuan akuntansi. Sementara itu, IAS yang merupakan standar internasional yang dikeluarkan oleh International Financial Reporting Standard (IFRS) dijadikan sebagai pelengkap pembanding karena PSAK belum mengatur secara spesifik tentang aset biologis. IAS juga digunakan sebagai pembanding untuk melihat dampak yang akan dihadapi PT Perkebunan Nusantara VII dalam implementasinya karena saat ini PSAK masih dalam proses adopsi IFRS. 1.5 Motivasi Penelitian PT Perkebunan Nusantara VII sebagai entitas bisnis di bidang perkebunan memiliki karakteristik khusus, yaitu adanya aktivitas transformasi biologis yang akan berdampak pada penyajian laporan keuangannya. Selain itu, Indonesia yang masih dalam tahap adopsi IFRS meghadapi banyak kendala. Melalui penelitian ini, maka dapat diketahui bagaimana perlakuan akuntansi untuk aset biologis serta dampak yang akan dihadapi oleh PT Perkebunan Nusantara VII jika menerapkan IAS 41 sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan untuk aset biologisnya. 1.6 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa kontribusi antara lain: 1. Sebagai literatur akademik dengan tambahan bukti empiris terkait perlakuan akuntansi aset biologis pada industri perkebunan.

6 2. Memberikan masukan bagi pembuat aturan dan standar akuntansi mengenai standar untuk aset biologis pada industri perkebunan di Indonesia. 3. Memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai perlakuan akuntansi untuk aset biologis di industri perkebunan. 1.7 Proses Penelitian Tahapan penulisan tesis ini dimulai dari mempersiapkan pertanyaan penelitian yang akan diajukan saat wawancara awal. Tahap kedua yaitu pengumpulan data dari dokumen yang ada, selanjutnya mencocokkan data yang diperoleh tersebut dengan teori terkait untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai perlakuan akuntansi untuk aset biologis di PT Perkebunan Nusantara VII. Selanjutnya pada tahap ketiga yaitu melakukan wawancara lebih lanjut apabila data dari dokumen yang terkumpul belum mencukupi. Terakhir yaitu melakukan analisis deskriptif dan menarik kesimpulan.