BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Potensi-potensi tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu Negara yang mempunyai beragam jenis pariwisata, misalnya

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diterapkan nilai-nilai asli

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berintikan tiga segi,yakni segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak) segi

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Klaten

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

ARI WISONO X

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

PENGEMBANGAN POTENSI DESA WISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA PONGGOK KABUPATEN KLATEN. Oleh ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

PEMANFAATAN KAWASAN UMBUL TLATAR KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI BERDASARKAN PENDAPAT MASYARAKAT TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup handal, juga

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB III: TINJAUAN LOKASI

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TINJAUAN KECAMATAN JUWIRING, KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam programnya Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI RANDUSANGA INDAH KABUPATEN BREBES SEBAGAI OBJEK WISATA UNGGULAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri yang tidak akan pernah ada habisnya, juga menjadi andalan utama sumber devisa di berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai beragam jenis pariwisata, misalnya wisata alam, sosial maupun budaya. Indonesia memang terkenal dengan alamnya yang masih menyimpan berjuta keindahan. Selain kondisi alam Indonesia, juga diimbangi oleh berbagai macam budaya yang dapat menarik wisatawan lokal maupun maupun mancanegara. Potensi-potensi tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu daerah tujuan pariwisata dunia. Dengan berbagai macam potensi yang dimiliki oleh Indonesia dari Sabang sampai Merauke, maka pemerintah berusaha meningkatkan dan mengembangkan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber pemasukan devisa Negara. Usaha pemerintah adalah pembuatan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Kepariwisataan yang menjelaskan Bahwa keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tuhan 1945.

Pariwisata merupakan fenomena kemasyarakatan yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan, interaksi dan sebagainya yang merupakan obyek kajian sosiologi. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa pariwisata bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam segi ekonomi baik masyarakat maupun pemerintah yang merupakan kajian dari ekonomi. Dari waktu ke waktu, aspek sosiologis dalam pembangunan pariwisata semakin mendapat perhatian karena semakin meningkat pula kesadaran bahwa pembangunan pariwisata tanpa aspek sosial justru akan membawa malapetaka bagi masyarakat, khususnya di daerah pariwisata (Pendit, 1990). Wisatawan yang merasa puas akan kembali ke daerah asalnya dengan mengantongi berbagai kenangan manis dari perjalanannya, dan membawa pulang citra yang positif dari daerah yang dikunjunginya. Sebaliknya, pelayanan yang tidak professional biasanya menjadi alasan para wisatawan merasa kecewa. Jaminan kepuasan hanya dapat diperoleh apabila pelayanan yang diterima wisatawan sesuai dengan apa yang telah distandartisasi (Deparpostel, 1989). Dalam usaha peningkatan mutu dan kualitas pariwisata terdapat unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu mengetahui selera atau keinginan wisatawan sepanjang tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa atau daerah. Faktor-faktor pendukung untuk memenuhi selera wisatawan selain menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai seperti: akomodasi yang baik, restaurant, angkutan wisata (transportation), atraksi atau obyek wisata. Hal lain yang tidak kalah penting adalah: keselamatan wisatawan, keramah-tamahan masyarakat, kebersihan lingkungan, dan keamanan perlu diperhatikan (Gromang, 2003;17).

Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta telah meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari satu daerah ke daerah lain. Kunjungan wisatawan akan merangsang interaksi sosial dengan penduduk di sekitar tempat wisata dan merangsang tanggapan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kemampuan mereka dalam beradaptasi baik di bidang perekonomian, kemasyarakatan maupun kebudayaan mereka. Berkembang tidaknya dan meningkat tidaknya penyelenggaraan kepariwisataan sangatlah tergantung dari kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah yang dituangkan dalam berbagai peraturan-peraturan di bidang kepariwisataan, baik itu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan aspek administrasi pemerintahan dalam mengarahkan atau mengendalikan aktivitas-aktivitas, melindungi obyek-obyek tertentu, mencegah bahaya bagi lingkungan, dan sebagainya maupun yang berkaitan dengan aspek ekonomi atau bisnis (perdagangan jasa-jasa pariwisata). Kebijakan publik berparadigma good governance menjadi dasar pemikiran dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan menetapkan dan melaksanakan program kegiatan pembangunan pariwisata berorientasi pelayanan publik baku. Program-program kegiatan yang ditetapkan, kemudian dilaksanakan dengan mengutamakan pelayanan pada klien atau masyarakat dan pelaku kepentingan lainya. Timbulnya kebijakan baru pembangunan pariwisata Indonesia akhir-akhir ini menggenapi wujud dan jiwa kebijakan publik yang dilandasi prinsip atau landasaan pemikiran good governance. Kebijakan baru yang ditetapkan oleh pemerintah antara lain: Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat, Kebijakan Pro Poor Tourism dan sebagainya. Kebijakan mengenai pengembangan pariwisata Indonesia terus di tingkatkan dengan menekan pertumbuhan

pariwisata dari tahun ketahun. Pemerintah daerah Kabupaten, Kota dan Provinsi menggelar dan mengemas dengan menjalankan progam-progam kerja sebagai suatu strategi guna pengembangan kepariwisataan. Arah dari pengembangan obyek dan daya tarik wisata ini untuk meningkatkan perekonomian dan kesejaterahan masyarakat. Pada bidang kepariwisataan, kebijakan good governance dikembangkan pemerintah. Dalam BAB II Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, dinyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas Manfaat, Kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis kesetaraan dan kesatuan. Selanjutnya Pasal 3 menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan: 1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata; 2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa; 3. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; 4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; 5. Mendorong pendayagunaan produksi nasional. Pengembangan kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa, dengan memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam. Pemanfaatan disini bukan berarti merubah secara total, tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi yang ada, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata. Oleh karena itu pengelolaan dan memanfaatkan potensi pariwisata yang dimiliki daerah juga dikelola

oleh masing-masing daerah. Begitu juga halnya dengan Desa Ponggok, dimana Desa Ponggok ini memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan oleh Kabupaten Klaten karena dapat meningkatkan kesejahteraan NO Obyek Wisata Lokasi Jenis Wisata masyarakat dan meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan daerah dari objek wisata inilah yang menjadi aset penting untuk mendukung pertumbuhan wilayah di Klaten. Tetapi pada kenyataannya aset penting dari pariwisata belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal oleh Kabupaten Klaten. Ditinjau dari kepariwisataan, Kabupaten Klaten memiliki daya tarik wisata yang potensial yaitu wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan/binaan manusia. Berbagai wisata tersebut dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1.1

1 Umbul Ponggok Kec. Polanharjo Wisata Alam 2 Umbul Buto Kedungan, Pedan Wisata Alam 3 Umbul Tirtomoyo Kedungan, Pedan Wisata Alam 4 Goa Jepang Kec. Kemalang Wisata Alam 5 Goa Jetis Kec. Jatinom Wisata Alam 6 Museum Gula Gondang Winangoen Desa Gondawinangun, Kec. Jogonalan 13 Candi Sojiwan Ds. Kebondalem Kidul Kec. Wisata Sejarah Prambanan 14 Candi Merak Ds. Karangnongko Wisata Sejarah 15 Candi Plaosan Lor Dk. Plaosan Ds. Bugisan Kec. Wisata Sejarah Prambanan 16 Masjid Sorowaden Desa Kahuman Kec. Ngawen Wisata Ziarah 17 Pesanggrahan Pakoe Dk. Deles Desa Sidorejo Wisata Ziarah Boewono X Kecamatan Kemalang 18 Makam Kyai Ageng Kl. Belangwetan Kec. Klaten Wisata Ziarah Syarifuddin Utara Data Obyek Wisata Kabupaten Klaten Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Klaten, Tahun 2015 Wisata Buatan 7 Monumen Juang 45 Ds. Jonggrangan, Klaten utara Wisata Buatan 8 Agrowisata rambutan Ds. Tulung Kec. Tulung Wisata Buatan 9 Taman Bukit Sidagora Desa Krakitan Kecamatan Bayat 10 Monumen Nartosabdo Kel. Tonggalan Kec. Klaten Tengah 11 Kolam Renang dan Arena Ds. Ponggok Kec. Polanharjo Bermain Tirto Raharja 12 Taman Wisata Candi Prambanan Dk. Ngringin Ds. Tlogo Kec. Prambanan Wisata Buatan Wisata Buatan Wisata Buatan Wisata Sejarah Dari tabel diatas, dapat diketahui begitu banyak potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Klaten beberapa diantaranya yaitu 18 obyek wisata dengan jenis wisata yang beragam. Untuk wisata alam terdapat 5 obyek wisata, untuk wisata buatan terdapat 6 obyek wisata, sedangkan untuk wisata sejarah terdapat 4 obyek wisata, sementara untuk wisata ziarah terdapat 3 obyek wisata. Berbagai daya tarik wisata yang ditawarkan di

Kabupaten Klaten yang paling unggul dan sedang populer belakangan ini adalah Umbul Ponggok. Ponggok adalah Desa di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Desa Ponggok awalnya merupakan desa yang unik karena ada sebuah mata air yang sangat jernih yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat desa Ponggok khususnya dan masyarakat desa lain yang pada umumnya. Pemerintah Desa Ponggok terbentuk setelah adanya ukur tanah yang meliputi dukuh Ponggok, Jeblogan, Kiringan dan Umbulsari yang dijabat oleh seorang Kepala Desa I bernama Amat Sumangun dan dilanjutkan Kepala Desa II bernama R. Karto Hudoyo. Desa Ponggok saat ini telah dikembangkan menjadi desa wisata air, mengingat Desa Ponggok memiliki potensi air yang melimpah. Di Desa Ponggok terdapat beberapa umbul seperti Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Umbul Ponggok, Umbul Kapilaler, serta Umbul Cokro. Pada setiap umbul ini dapat dijumpai pemandangan alam yang indah serta air yang jernih, didukung dengan suasana pedesaan yang asri maka sangat sesuai jika desa ini dikembangkan menjadi sebuah desa wisata. Selain dikembangkan untuk daerah wisata, sumber air yang melimpah dimanfaatkan oleh warga Desa Ponggok untuk membudidayakan ikan, terutama ikan nila. Desa Ponggok memiliki lahan potensial seluas 8.0 ha dan lahan yang digunakan untuk usaha di sektor perikanan seluas 5 ha dengan penghasilan produksi 0.57 ton perhari. Selain budidaya ikan Nila di Desa Ponggok juga terdapat budidaya udang galah, dimana budidaya ini dapat menghasilkan 1 kwintal perbulan. Selain udang galah dan nila, warga desa juga mulai mengembangkan budidaya ikan koi sebagai alternatif untuk mendapatkan penghasilan.

Terletak di pinggir jalan menjadikan Umbul Ponggok ini mudah untuk ditemukan. Mata air Ponggok arah selatan mengalir ke Kecamatan Karanganom ke Timur sampai Kecamatan Ceper dipergunakan untuk irigasi sawah dan air minum. Banyak yang tidak menyangka kalau Umbul Ponggok ini memiliki keunikan, karena begitu masuk area permandian yang kita temui hanya sebuah kolam dengan ukuran panjang lebih dari 70m dan lebar sekitar 40m dengan kedalaman antara 1 meter hingga 3 meter. Umbul Ponggok mempunyai keunggulan mata air yang alami mecapai 40 titik mata air di dalam Umbul Ponggok. Sumber mata air di Umbul Ponggok menginduk pada lereng Gunung Merapi. Tetapi keunikan dari umbul ini ada didalam dasar air. Setelah kita menceburkan diri ke air dan menyelam ke kolam permandian Umbul Ponggok Klaten jawa tengah, keunikan nyata akan kita temui. Dari air yang bening dan sejuk, berbagai ikan berenang diantara kita serasa kita sedang menyelam di bawah laut. Air di dalam Umbul Ponggok ini terus mengalir, terdapat sumber mata air dari dasar kolam dan dialirkan melalui sungai membuat kolam ini terus jernih dan tidak berbau walaupun banyak terdapat ikan didalamnya. Kalau kita snorkling di laut kita akan menemui terumbu karang yang berwarna warni, tetapi di umbul ini akan menemui batu coral yang bervariasi dari ukuran kecil sampai besar. Berbagai macam ikan tawar berwarna-warni dan berbagai ukuran pun akan kita temui dan menjadi daya tarik tersendiri. Kita dapat bermain dan berfoto dengan mereka yang kebanyakan ikan didalamnya jinak karena selalu bersinggungan dengan manusia. Di dasar kolam pun dapat kita temui keindahan lainya yaitu, mata air berasal dari bawah kolam yang menjadikan gelembung-gelembung kecil yang indah dilihat oleh mata.

Dari keunikan tersebut diatas tidak jarang para wisatawan mengabadikannya dengan cara berfoto saat mereka bercengkrama dengan ikan-ikan di dalam kolam umbul Ponggok. Melakukan foto di dalam air tidaklah semudah seperti melakukan foto di daratan. Butuh teknik dan kemampuan yang mumpuni untuk menghasilkan foto yang berkualitas baik. Dengan demikian jasa foto bawah air sangat dibutuhkan bagi wisatawan yang berminat untuk mengabadikan momen di bawah air dengan hasil foto yang berkualitas. Umbul Ponggok berkembang dibawah pengelolaan BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa Tirta Mandiri selaku pengelola unit pariwisata di desa Ponggok, dalam hal ini adalah Umbul Ponggok. Desa Ponggok menjadi sebuah desa wisata berawal dari rencana pemerintahan desa untuk mengelola aset-aset yang dimiliki oleh desa maka dibentuk suatu badan usaha. Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes dibentuk pada tahun 2009 yang bertujuan untuk mengelola aset-aset desa yang dimiliki salah satunya adalah aset wisata umbul ponggok, maka dicanangkanlah sebagai desa wisata karena mempunyai sumber alam yang pada saat itu belum dikelola. Kepengurusan Umbul Ponggok terbentuk pada tahun 2009 dan secara pengelolaan diberikan hibah dari pemerintah desa ke BUMDes jadi saham mayoritas tetap ke pemerintahan desa. BUMDes hanya bertugas untuk mengelola aset desa dan menyerahkan laporan pertanggung jawaban ke pemerintah desa. Sampai tahun 2014 pengembangan Umbul Ponggok murni dari BUMDes yang saat itu mendapatkan keuntungan mencapai 1,4 milyar rupiah. Berikut ini dapat dilihat minat pengunjung yang datang ke Umbul Ponggok pasca penutupan yang dilakukan selama 2 minggu pada awal tahun 2015 : Tabel 1.2

Data Pengunjung Pasca Renovasi Tahun 2015 Bulan Februari Maret April Jumlah Pengunjung 1756 Pengunjung 1871 Pengunjung 14.900 Pengunjung Sumber : Badan Usaha Milik Desa Ponggok Tirta Mandiri, Tahun 2015 Sampai saat ini Umbul Ponggok banyak diminati oleh wisatawan atau pengunjung dari sekitar Kota Klaten sampai daerah luar kota. Pada waktu liburan tempat ini akan sangat ramai, terutama mereka yang ingin menikmati bersama keluarga. Karena di obyek wisata ini juga tersedia kolam dangkal bagi anak-anak dan tersedia perahu mainan untuk keluarga yang ingin mengelilingi seluruh area kolam.