BAB PERTAMA PENDAHULUAN. adanya peluang kerja di suatu badan usaha (Maitland, 1993). Tenaga kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

2015, No f. bahwa untuk mewujudkan pemenuhan hak dan perlindungan bagi perempuan dan anak sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c, Kement

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

1. Mengelola penyampaian bantuan

REKRUTMEN DAN SELEKSI. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman globalisasi seperti sekarang, persaingan antar perusahaan semakin

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender.

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI

BAB II PENGATURAN LEGISLATOR PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

2. Konsep dan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

B A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Against Women (CEDAW) dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 Tahun

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

KESENJANGAN GENDER PADA BEBERAPA INDIKATOR MUTU DAN RELEVANSI PENDIDIKAN DI PROVINSI BALI

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan

BAB I PENDAHULUAN. sesama perempuan yang bersosialisasi ditengah-tengah kehidupan

P E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perubahan sistem pembinaan narapidana menjadi sistem pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Discrimination and Equality of Employment

Institute for Criminal Justice Reform

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sedang dijalankan oleh Pemerintah RI. Selain itu,

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMENUHAN DAN PELINDUNGAN HAK PEKERJA PEREMPUAN. (Studi di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Riau) Sali Susiana

BAB I PENDAHULUAN. TLN No. 3019, ps.1.

Standar Ketenagakerjaan Internasional tentang Kesetaraan dan Non Diskriminasi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, tidak setiap perusahaan/ organisasi memiliki SDM yang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009

Di akhir sesi paket ini peserta dh diharapkan mampu: memahami konsep GSI memahami relevansi GSI dalam Pendidikan memahami kebijakan nasional dan

Transkripsi:

BAB PERTAMA PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan lowongan kerja yang dimuat di media massa, merupakan salah satu aktivitas awal rekrutmen yang bertujuan untuk menyebarkan informasi mengenai adanya peluang kerja di suatu badan usaha (Maitland, 1993). Tenaga kerja eksternal memanfaatkan informasi yang tersedia dalam iklan lowongan kerja, sebagai landasan pengambilan keputusan apakah pekerjaan tersebut sesuai dengan kriteria yang dimiliki dan apakah kemudian akan dilamar atau tidak (Anthony, Kacmar & Perrewe, 2006; Grensing-Phopal, 2008). Iklan lowongan kerja yang efektif merupakan awal dari proses rekrutmen yang efektif, karena iklan lowongan kerja yang tepat guna menyaring kandidat yang sesuai dengan spesifikasi pekerjaan (Anthony et al., 2006). Keuntungan narrowing selection dari iklan lowongan kerja yang efektif dapat mengefisiensikan biaya dan waktu pada proses rekrutmen (Maitland, 1993). Kualifikasi pekerjaan yang dicantumkan pada iklan lowongan kerja bersifat unik dan sesuai dengan kebutuhan badan usaha pemberi kerja, namun ada beberapa ketentuan umum yang terkait dengan kesetaraan kesempatan kerja (Mondy, 2008). Dalam proses analisis pekerjaan, telah diuraikan spesifikasi kapabilitas yang dibutuhkan untuk dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan baik (Mondy, 2008). Kapabilitas yang dibutuhkan umumnya dapat berupa sertifikasi keahlian, latar belakang pendidikan, dan juga pengalaman sesuai dengan pekerjaan yang dimaksud (Maitland, 1993). Spesifikasi kapabilitas suatu 1

pekerjaan umumnya tidak terkait dengan kondisi fisik seperti jenis kelamin, walaupun ada beberapa pekerjaan yang dikhususkan untuk jenis kelamin tertentu (seperti tenaga kerja wanita dibutuhkan untuk penjaga ruang ganti wanita di kolam renang) (Maitland, 1993). Penyalahgunaan atau kesalahpengertian terhadap fungsi pencantuman kualifikasi jabatan inilah yang diduga memberikan ruang pada kemungkinan terjadinya pembedaan kesempatan kerja (Minh Anh Chau, 2010). Pencantuman jenis kelamin sebagai bagian dari persyaratan dan/atau kualifikasi jabatan, merupakan salah satu contoh adanya kesalahpengertian terhadap fungsi kualifikasi jabatan, yang dapat menjadi salah satu indikator adanya kemungkinan bias gender dalam proses rekrutmen di badan usaha pemberi kerja (Fernandez & Sosa, 2005). Bias gender yang ada pada iklan lowongan pekerjaan merupakan salah satu tindakan diskriminatif, yang akhirnya dapat mengakibatkan ketidaksetaraan kesempatan dalam mendapatkan pekerjaan (Kohl, Stephens & Chang, 1997; Bem & Bem, 1973). Penelitian Cohen, Huffman, dan Knauer (2009) menyatakan bahwa tindakan diskriminasi berdasarkan gender pada proses rekrutmen menyebabkan reproduksi ketidaksetaraan gender dalam lingkungan kerja secara konsisten. Menurut peraturan internasional mengenai kesetaraan kesempatan kerja (Equal Employment Opportunity), pelanggaran berupa tindakan diskriminatif dalam proses rekrutmen dapat menyebabkan pemberi kerja terkena masalah hukum dan dikenakan sanksi (Napoli, 1998). Setiap negara bagian di negara maju umumnya memiliki badan komisi persamaan kesempatan kerja, yang siap menampung keluhan diskiriminasi dalam lingkungan kerja, dan memproses secara 2

hukum (Fenna, 1998). Pencantuman jenis kelamin pada iklan lowongan kerja tanpa penjelasan merupakan satu bentuk diskriminasi berdasarkan gender, yang jelas melanggar ketentuan kesetaraan kesempatan kerja (Mondy, 2008). Pernyataan mengenai sanksi terhadap tindakan diskriminasi ini menyulut kontroversi antara keberadaan regulasi ketenagakerjaan di Indonesia, dengan kondisi yang tersurat dalam hasil penelitian ini. Indonesia memiliki dua fakta positif yang menjadi pendukung utama diperlukannya pengaplikasian prinsip kesetaraan gender, yaitu rasio jumlah penduduk perempuan dan laki-laki yang seimbang di tahun 2009 dan 2010 1 ; dan landasan hukum di Indonesia, yang telah mendukung sistem yang setara gender dan anti diskriminasi. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi bagi Perempuan, yang tertuang dalam Undang-Undang nomor 7 tahun 1984. Pada bagian ke-i hasil konvensi PBB (CEDAW- Convention on the Elimination of all forms of Discrimination Against Women) tersebut, secara jelas dinyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak untuk mendapat perlakuan yang adil, ukuran yang tepat, dan terbebas dari pola sosial budaya yang menjerumus ke prejudis stereotipe peranan laki-laki dan perempuan. 2 Pengaplikasian regulasi ketenagakerjaan di Indonesia, dalam penelitian ini disinyalir memiliki tantangan berupa nilai-nilai budaya, yang berlaku di lingkungan masyarakat. Hal tersebut diduga karena Indonesia merupakan salah 1 Sumber: http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/flip_2011/1103003/index11.php?pub=data%20strategis% 20BPS 2 Sumber: http://www.dpr.go.id/uu/uu1984/uu_1984_7.pdf 3

satu negara di Asia Tenggara yang menganut budaya ketimuran, dan mewarisi konsep hirarki-patriarki konvensional (Libal, 2005). Bagi kaum patriarki, kaum inferior adalah perempuan dan kaum superior adalah laki-laki, tanpa mempertimbangkan kapabilitas dan peran sosial setiap individunya (Reche, Lucena, Díaz & Jimenez, 2010). Paham ini diduga telah berkembang luas di masyarakat, sehingga menjadi paradigma masyarakat dalam menentukan pembeda antara perempuan dan laki-laki, yang kemudian dikaitkan dengan hak dan kewajiban seseorang (Reche et al., 2010). Budaya patriarki yang berlaku di masyarakat Indonesia ini, sedikit banyak telah memberikan pengaruh pada kebijakan dan regulasi pemerintahan, contohnya di dalam regulasi ketenagakerjaan dan dalam peranan politik dalam masyarakat Indonesia sendiri (Relawati, 2011). Pernyataan bahwa semua orang di Indonesia merupakan penganut paham patriarki, tidak dapat dikatakan sepenuhnya salah atau sepenuhnya benar. Belum tentu semua orang di Indonesia menganut paham patriarki, karena pada saat sekarang ini, asimilasi budaya asing di Indonesia telah tersebar luas (Hellwig & Tagliacozzo, 2009). Kemudahan mengakses informasi seiring dengan adanya kemajuan teknologi, memberikan pengaruh besar adanya perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat (Rafiek, 2012). Meskipun penetrasi budaya barat menimbulkan pro dan kontra di Indonesia, namun globalisasi tetap akan menuntut tiap individu di masyarakat untuk berpandangan luas dan menerima perbedaan (Mondy, 2008). Asimilasi budaya asing dapat dengan mudah dijumpai pada pegawai di perusahaan-perusahaan swasta asing atau multinasional, yang 4

membuka cabang di Indonesia. Penyerapan tenaga kerja, merupakan salah satu faktor mengapa perusahaan asing atau multinasional tersebut diterima oleh masyarakat setempat (Mondy, 2008). Dampak negatif akibat bias gender pada iklan lowongan kerja terlihat minor karena banyaknya persediaan tenaga kerja di Indonesia, yang mencari pekerjaan. Prinsip manajemen rekrutmen menempatkan tenaga kerja yang tepat dalam posisi yang tepat 3, menjadi terlupakan demi kemudahan dan mungkin keuntungan jangka pendek. Dampak bias gender memberi resiko yang besar apabila suatu organisasi penting hendak merekrut posisi manajemen senior. Kuantitas pelamar justru menjadi beban, karena banyaknya pelamar yang tidak relevan, sehingga hanya memberikan tambahan overhead cost bagi pemberi kerja tanpa memberikan tenaga kerja yang prospektif dengan kualitas yang diharapkan. Penelitian ini menganalisis iklan lowongan pekerjaan, pada surat kabar harian Kompas, yang mencantumkan jenis kelamin sebagai kualifikasi dan/atau persyaratan suatu posisi pekerjaan. Analisis dilakukan untuk membuktikan apakah pencantuman jenis kelamin sebagai kualifikasi jabatan pada iklan lowongan pekerjaan, menyebabkan eksistensi bias gender, yang mengarah pada masalah sosial yaitu diskriminasi kesempatan kerja baik bagi calon tenaga kerja laki-laki maupun perempuan. Penelitian eksploratori ini dilanjutkan dengan proses mencari kemungkinan pelaku dan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya bias gender pada iklan lowongan kerja. Jawaban atas pelaku dan penyebab bias gender 3 The Right Person at the Right Place merupakan salah satu prinsip manajemen yang dicetuskan oleh Henri Fayol (1841-1925). Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/prinsip_manajemen#pembagian_kerja_.28division_of_work.29 5

dalam iklan lowongan kerja tersebut, dijawab melalui analisis mendalam pada iklan lowongan kerja yang digolongkan berdasarkan jenis badan usaha, yang dikategorikan menjadi badan usaha nasional dan multinasional. Kedua jenis badan usaha ini dibedakan berdasarkan pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Badan usaha atau perusahaan nasional adalah perusahaan yang sekurangkurangnya 51% dari modal yang dimiliki oleh negara dan/atau pemangku kepentingan swasta nasional. Sedangkan perusahaan multinasional adalah sebuah perusahaan yang diinvestasi/didanai oleh sekelompok orang atau perusahaan dari kedua negara atau lebih. Perbedaan antara badan usaha nasional dan multinasional dalam penelitian ini dianalisis untuk menegaskan asumsi adanya kecenderungan perbedaan budaya, perspektif dan pemahaman konsep kesetaraan gender. Badan usaha nasional, diasumsikan penulis, tidak menerapkan kesetaraan gender yang lebih baik dibandingkan dengan badan usaha multinasional, terkait dengan asumsi disparitas tingkat pemahaman konsep kesetaraan gender antar kedua badan usaha tersebut. Badan usaha yang didapati lebih sering menggunakan unsur yang mendukung bias gender kemudian diteliti lebih lanjut, untuk membuktikan keterkaitan budaya dengan paradigma gender dalam pengiklanan lowongan kerja. Hasil analisis terhadap iklan lowongan pekerjaan kemudian divalidasi oleh Focus Group Discussion (FGD), untuk mencegah adanya bias pada kesimpulan penelitian. 6

1.2 Rumusan Masalah Maraknya program pembangunan di Indonesia yang menyatakan berlandas kesetaraan gender 4, bukan berarti prinsip dasar persamaan kesempatan antara tenaga kerja perempuan dan laki-laki dalam mendapatkan pekerjaan juga telah diaplikasikan. Penelitian ini menarik minat penulis, karena fakta yang ada mengenai standar sistem rekrutmen, pesatnya pembangunan Indonesia, dan komposisi penduduk Indonesia yang hampir seimbang antara perempuan dan lakilaki, belum menunjukkan kesadaran sepenuhnya terhadap prinsip kesetaraan gender dalam setiap kegiatan di masyarakat. Pencantuman jenis kelamin sebagai kualifikasi jabatan di iklan lowongan kerja koran nasional Kompas, yang dibaca luas oleh masyarakat dan menjadi rujukan nasional, merupakan suatu kajian praktis mengenai detil yang terabaikan padahal memiliki imbas luas terhadap masyarakat. Penelitian eksploratori mengenai bias gender pada iklan lowongan kerja ini, diharapkan dapat memberikan ide kepada peneliti lain yang kelak membahas isu ini dalam konteks yang lebih kompleks seperti: seberapa penting peranan gender pada suatu posisi pekerjaan, sehingga suatu perusahaan merasa perlu mencantumkan jenis kelamin sebagai kualifikasi jabatan pada iklan lowongan kerja? Bagaimana mengevaluasi kebutuhan tenaga kerja dengan jenis kelamin tertentu sebagai kualifikasi suatu jabatan, dengan risiko minimal terjadinya bias gender? 4 Sumber: Moeloek (2013) dalam Millenium Development Goals (MDGs) dan Keberlanjutan Pasca- 2015 dapat diakses di http://www.ukp.go.id/informasi-publik/cat_view/35-post-2015- development-agenda/53-konsultasi-nasional-pembangunan-pasca-2015?start=15 7

1.3 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melalui analisis semantik, apakah iklan lowongan kerja di Indonesia cenderung diskriminatif berdasarkan gender? 2. Apakah ada perbedaan kecenderungan diskriminatif berdasarkan gender antara badan usaha nasional dan multinasional pada iklan lowongan kerjanya? 3. Faktor-faktor dominan apakah yang menjadi penyebab terjadinya bias gender pada iklan lowongan kerja di surat kabar nasional Indonesia? 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya. Penelitian berbasis sumber daya manusia dan isu gender ini dilakukan untuk tujuan dengan cakupan yang lebih luas, yaitu: 1. Untuk menganalisis tingkat kecenderungan diskriminasi iklan lowongan kerja berdasarkan gender. 2. Menganalisis perbedaan tingkat kecenderungan diskriminasi iklan lowongan kerja berdasarkan gender antara kategori badan usaha nasional dan multinasional. 3. Untuk menganalisis penyebab kemungkinan eksistensi bias gender pada iklan lowongan kerja. 8