I. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan

III. METODE PENELITIAN. experimental) dengan rancangan pretest-posttest group design (Pratomo,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan tenaga kesehatan, seperti perawat. Perawat sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi. kesehatan optimal tersebut ditandai hidup sehat dan kemajuan dalam

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 4 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

Efektivitas Media Ada 3 ukuran yang digunakan untuk menilai penggunaan media dalam kegiatan kampanye, yaitu: Reach: jumlah orang yg dapat dijangkau me

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

Kata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Lama Kontak, Masa Kerja, Tata Cara, Keterpaparan Pestisida

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai luas 4.051,92 km². Sebelah Barat berbatasan dengan

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Para penderita kusta akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Setho Hadisuyatmana

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ukuran dasar kebijakan sudah ada dalam bentuk modul pelatihan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dimana petani

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

SOSIALISASI KESEHATAN KERJA DAN PEMBENTUKAN POS UKK PERCONTOHAN. Upaya Kesehatan kerja meliputi sektor formal dan informal dan

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah sekitar 37% dari angkatan kerja (Badan Pusat Statistik, 2012). Banyak wilayah kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber Penghasilan Utama Daerah (PAD) (Achmadi, 2005). Untuk meningkatkan hasil pertanian yang optimal, dalam paket intensifikasi pertanian diterapkan berbagai teknologi, antara lain penggunaan agrokimia (bahan kimia sintetik). Penggunaan agrokimia, khususnya pestisida diperkenalkan secara besar-besaran (massive) menggantikan kebiasaan teknologi lama, baik dalam pengendalian hama maupun pemupukan tanaman (Achmadi, 2005). Pestisida merupakan salah satu teknologi modern yang terbukti mempunyai peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan masyarakat, penggunaan pestisida telah berhasil mengendalikan vektor-vektor penyakit menular tertentu, sehingga mampu menurunkan prevalensi penyakit seperti: malaria, schistosomiasis, filariasis, dengue dan penyakit pes.

2 Di bidang pertanian, penggunaan pestisida memungkinkan petani untuk meningkatkan produktivitas lahan pertaniannya dan bahkan mampu melindungi petani dari kerugian pasca panen (Departemen Pertanian RI, 2005). Di sisi lain, pestisida merupakan racun yang tidak hanya berlaku bagi hama yang menjadi target sasarannya, namun memberikan dampak negatif bagi kesehatan tenaga kerja. Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Program Lingkungan Persatuan Bangsa-bangsa (UNEP), satu sampai lima juta kasus keracunan terjadi pada pekerja yang bekerja pada sektor pertanian, 20.000 diantaranya berakibat fatal. Sebagian besar kasus keracunan tersebut terjadi di negara berkembang (Depkes RI, 2004). Penelitian penelitian tentang pengaruh paparan pestisida terhadap tingkat keracunan pestisida telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Rustia dkk (2009), terhadap petani sayur yang berada di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, didapatkan 71,4% petani mengalami keracunan ringan dan sisanya sebanyak 26,4% mengalami keracunan sedang. Penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 97,8% petani sayuran dalam penelitian tersebut mengalami keracunan pestisida. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Jambi (2005), terhadap petani sayur di Kota Jambi didapatkan 65,22% mengalami keracunan pestisida.

3 Angka kejadian keracunan pestisida tersebut kemungkinan disebabkan oleh banyak faktor. Adapun faktot-faktor tersebut meliputi faktor internal seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, sikap perilaku, dan faktor eksternal seperti luas lahan, lama penanganan, penggunaan Alat pelindung Diri (APD) dan jenis tanaman yang disemprot (Achmadi, 2005). Mengingat manfaat pestisida dalam usaha perlindungan tanaman dan hasil pertanian, serta memperhatikan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, maka petani sebagai pengguna pestisida harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan pestisida agar terhindar dari risiko keracunan. Promosi kesehatan tentang risiko keracunan pestisida dan cara pengelolaan pestisida yang aman merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani dalam pengelolaan pestisida. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan pestisida, diharapkan dapat mengubah perilaku petani. Penelitian yang dilakukan oleh Teguh (2009), tentang analisis faktor resiko keracunan pestisida organofosfat terhadap keluarga petani di Kabupaten Magelang, menunjukan bahwa istri petani yang memiliki pengetahuan baik cenderung lebih sedikit mengalami keracunan pestisida dibandingkan dengan mereka yang memiliki pengetahuan kurang. Hasil penelitian tersebut juga menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang pestisida yang kurang, memberikan risiko 1,96 kali lebih tinggi terhadap kejadian keracunan pestisida. Promosi kesehatan tentang pestisida dapat dilakukan melalui media massa atau secara langsung terhadap target sasaran. Departemen Kesehatan

4 Republik Indonesia (2004), telah mengeluarkan panduan tentang cara pengelolaan pestisida yang aman bagi kesehatan. Namun petani tidak mengerti karenanya perlu metode yang tepat dalam menyampaikan informasi ini agar dapat meningkatkan pengetahuan petani mengenai bahaya keracunan pestisida. Penelitian yang dilakukan oleh Maria (2003), tentang pengaruh pelatihan dan keselamatan kerja dalam penggunaan pestisida terhadap kelompok tani di kupang, menunjukkan bahwa petani yang diberi pelatihan cenderung lebih tinggi tingkat pengetahuannya, tetapi tidak dapat meningkatkan perilaku petani secara bermakna. Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi baru mengenai metode mempromosikan penggunaan pestisida yang aman agar petani terhindar dari risiko keracunan pestisida. Hasil need assessment melalui focus group discussion yang dilaksanakan oleh tim peneliti pada 29 Maret 2011 terhadap kelompok tani di daerah penelitian memberikan gambaran bahwa peserta pernah mendapat informasi tentang cara pengelolaan pestisida melalui penyuluhan/ceramah oleh petugas penyuluh lapangan (PPL), tetapi mereka merasa belum memahami secara benar informasi tersebut sehingga berpengaruh pada perilaku penggunaan pestisida. Peserta mengharapkan adanya upaya promosi kesehatan yang lebih intensif, sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dan dipahami dengan baik. Pendidikan kesehatan dengan pendekatan kelompok merupakan pilihan yang cukup efektif dalam pendidikan kesehatan berbasis masyarakat. Pendekatan kelompok memberikan dukungan dan dorongan bagi anggotanya dalam

5 memecahkan masalah dan mengambil keputusan untuk mengubah perilakunya serta perilaku tersebut. Salah satu metode pendidikan kesehatan dengan pendekatan kelompok yang sesuai dengan hasil need assessment adalah metode peer education. Peer education (pendidikan sebaya) adalah proses pendidikan yang dilaksanakan antar kelompok sebaya (peer group) dengan dipandu oleh pendamping yang juga berasal dari kelompok itu sendiri yang disebut peer educator (pendidik sebaya) (Ypeer, 2003). Peer education diharapkan lebih bermanfaat karena alih pengetahuan dilakukan antar kelompok sebaya yang mempunyai hubungan lebih akrab, bahasa yang digunakan sama, dengan cara penyampaian santai, sehingga kelompok sasaran lebih nyaman berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi termasuk masalah sensitif. Komunikasi menjadi lebih terbuka dan lebih efektif (USAID, 1998). Penelitian yang dilakukan oleh Murti (2006) tentang efektivitas promosi kesehatan dengan peer education dalam upaya penemuan penderita Tuberkulosa Paru di Kabupaten Badung Provinsi Bali menunjukan adanya peningkatan pengetahuan dan perilaku pada kelompok dasawisma setelah mendapat intervensi dengan pendekatan peer education. Kelurahan Rajabasa Jaya (RJ) memiliki lahan hortikultura terluas di Bandar Lampung. Luas lahan pertanian di desa RJ mencapai 254 hektar. Di daerah ini petani sangat menggantungkan hasil pertaniannya pada penggunaan pestisida. Subjek penelitian adalah petani hortikultura dengan pertimbangan bahwa petani hortikultura mempunyai risiko lebih tinggi terkena keracunan

6 pestisida. Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh tim peneliti pada 28 Maret 2011 terhadap petani di daerah penelitian, petani menyatakan tidak begitu mengerti tentang bahaya penggunaan pestisida bagi kesehatan dan gejala timbulnya keracunan pestisida. Hasil pengamatan pendahuluan, menunjukkan bahwa petani belum benar dalam tata cara pengelolaan pestisida. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksud untuk melaksanakan penelitian di wilayah tersebut. Promosi kesehatan melalui peer education pada penelitian ini diharapkan dapat lebih memperluas jangkauan promosi kesehatan. Melalui peer education, pesan promosi kesehatan dapat disampaikan kepada petani melalui jalur informal sehingga pesan lebih dapat diterima. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah: apakah promosi kesehatan dengan metode peer education efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui efektivitas peer education dalam meningkatkan pengetahuan petani hortikultura tentang keracunan pestisida di Kelurahan Rajabasa Jaya. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan petani hortikultura di Kelurahan Rajabasa Jaya tentang keracunan pestisida sebelum diberi perlakuan berupa promosi kesehatan dengan metode peer education. b. Mengetahui tingkat pengetahuan petani hortikultura di Kelurahan Rajabasa Jaya tentang keracunan pestisida setelah diberi perlakuan berupa promosi kesehatan dengan metode peer education. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah untuk kajian bagi peneliti lain dalam mengembangkan atau meneliti lebih lanjut. 2. Bagi Dinas Pertanian Sebagai bahan pertimbangan dan upaya perlindungan serta pengendalian terhadap penggunaan pestisida yang aman bagi kesehatan.

8 3. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan promosi kesehatan yang tepat tentang risiko keracunan pestisida. E. Landasan Teori Konsep mengenai perilaku Green dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and enabling cause in Educational diagnostic and Evaluating). Pada model tersebut dijelaskan bahwa kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1. Faktor genetik atau keturunan, 2. Faktor perilaku seseorang atau masyarakat, 3. Faktor lingkungan. Faktor genetik, perilaku, dan lingkungan itu mempunyai hubungan yang timbal balik dimana ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi. Selanjutnya faktor perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga unsur yang meliputi: a. faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam lingkungan pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai kehidupan dan sebagainya. Selain mempengaruhi perilaku, faktor ini juga mempunyai hubungan timbal balik dengan faktor penguat. b. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Selain mempengaruhi perilaku, faktor ini juga mempengaruhi faktor predisposisi.

9 c. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok referensi dari masyarakat. Faktor ini saling mempengaruhi dengan perilaku itu sendiri, juga dapat mempengaruhi faktor pendukung, mempunyai hubungan timbal balik dengan faktor predisposisi. Faktor ini juga dipengaruhi oleh lingkungan. Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah bahwa perilaku seseorang atau masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan di mana peningkatan hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan dengan metode yang tepat.

10 Teori perilaku model Green dengan model PRECEDE digambarkan sebagai berikut: Faktor predisposisi: Pengetahuan, Keyakinan Nilai-nilai kehidupan Sikap, Kepercayaan Faktor pendukung: Ketersediaan sarana Kemudahan sarana Masyarakat/pemerintah Perundang-undangan Prioritas kesehatan Keterampilan petugas Perilaku individu/masyarakat Kesehatan Faktor penguat: Keluarga, Teman sebaya Guru, Tokoh Masyarakat Pelayanan Kesehatan Pengambilan kebijakan Gambar 1. Landasan Teori F. Kerangka Konsep Prinsip pokok pendidikan kesehatan adalah proses belajar yang terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu input, proses dan output. Input dalam penelitian ini adalah pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida, yang dipengaruhi oleh faktor karakteristik petani hortikultura yang terdiri dari

11 umur dan tingkat pendidikan. Proses berisi kegiatan promosi kesehatan tentang risiko keracunan pestisida dilakukan dengan metode peer education oleh peer educator sebagai kontrol. Output adalah peningkatan pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Promosi Kesehatan tentang keracunan pestisida dengan metode peer education Faktor Predisposisi : Pengetahuan Faktor Penguat : Teman sebaya Tingkat Pengetahuan Independent variable Dependent variable Umur, tingkat pendidikan, Budaya, Informasi, Pengalaman, Sosial Budaya petani Confounding variable Gambar 2. Kerangka Konsep G. Hipotesis Metode peer education efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani hortikultura tentang keracunan pestisida.