BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

Pemerintah Kabupaten Batang Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

WALIKOTA BUKITTINGGI

B U P A T I K U N I N G A N

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Daerah

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

TAR== LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679). Penyusunan laporan keuangan daerah merupakan wujud akuntabilitas penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah. Laporan keuangan yang disusun ini meliputi : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya Lampiran I SAP basis akrual dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Daerah. Pelaporan keuangan daerah adalah/ laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomi yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Batang selama satu periode pelaporan. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektifitas dan 1

efisiensi pemerintah Kabupaten Batang, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Pelaporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang disusun untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan: 1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; 2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan; 3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan Pemerintah Kabupaten Batang serta hasil-hasil yang telah dicapai; 4. Menyediakan informasi mengenai upaya Pemerintah Kabupaten Batang dalam mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kas; 5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; 6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah daerah mengenai kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan; 7. Menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih / kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit Laporan Operasional ( LO ) aset, kewajiban, ekuitas dan arus kas Pemerintah Daerah. 1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 disusun berdasarkan: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4286); 2

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 4028); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 4575); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Repubilk Indonesia Tahun 2005 Nomor 4578); 9. Peratutan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4540); 3

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4614); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5165); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 4219); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5 ); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 4

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Tahun Anggaran 2016; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 24. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 nomor 547); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 11 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 11); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Batang tahun 2016 Nomor 10); 27. Peraturan Bupati Batang Nomor 48 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2016; 28. Peraturan Bupati Batang Nomor 74 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang tahun 2016 (Berita Daerah Kabupaten Batang tahun 2015 Nomor 74); 29. Peraturan Bupati Batang Nomor 40 tahun 2016 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang tahun anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Batang tahun 2016 Nomor 40). 30. Peraturan Bupati Batang Nomor 69 tahun 2015 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang ( Berita Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 69 ); 31. Peraturan Bupati Batang Nomor 70 Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang ( Berita Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 70 ); 5

1.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 1.3.1. Unsur Laporan Keuangan. LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas dalam Pemerintah Kabupaten Batang, yang terdiri dari PPKD (BUD), SKPD dan BLUD. LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 terdiri dari : A. Laporan Realisasi Anggaran ( LRA ) LRA memuat informasi mengenai Pendapatan, Belanja, Transfer dan Pembiayaan Daerah. Data/informasi Keuangan mengenai Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal didasarkan pada LRA SKPD dan data / informasi keuangan mengenai Pendapatan Transfer, Lain-lain pendapatan yang sah, Belanja Bunga, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Bantuan Keuangan, Belanja Tak terduga, Transfer dan Pembiayaan (penerimaan dan pengeluaran) didasarkan pada LRA PPKD (BUD). B. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih adalah Laporan yang menyajikan informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal, Silpa/Sikpa, koreksi dan Saldo Akhir. C. Neraca Neraca memuat informasi mengenai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Pada Neraca SKPD disajikan mengenai Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Lainnya, Kewajiban dan Ekuitas. Neraca BLUD menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas. Neraca PPKD (BUD) menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas. D. Laporan Arus Kas (LAK) Laporan arus kas disusun berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang dikelola oleh PPKD sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD) selama Tahun Anggaran 2016. E. Laporan Operasional Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas yang tercermin dalam pendapatan LO, beban dan surplus/ defisit operasional dari suatu entitas yang penyajiannya dibandingkan dengan periode sebelumnya. 6

F. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit LO, koreksi dan ekuitas akhir. G. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Catatan Atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan dan daftar mengenai nilai suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 disusun berdasarkan penggabungan antara laporan keuangan SKPD, Laporan Keuangan BLUD dan Laporan Keuangan PPKD (BUD). Laporan Keuangan SKPD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan BLUD terdiri dari Laporan realisasi Anggaran, Laporan operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keauangan, sedangkan Laporan Keuangan PPKD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Opersional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan. 1.4. Sistematika Penulisan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 memuat penjelasan dan atau catatan atas laporan keuangan dalam periode Tahun Anggaran 2015 yang disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan 1.1. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan 1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan 1.3.1. Unsur Laporan Keuangan. 1.4. Sistematika Penulisan. Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD 2.1. Ekonomi Makro 7

Bab III Bab IV Bab V 2.2. Kebijakan Keuangan 2.3. Indikator pencapaian target kinerja APBD. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah 3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan 3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan. Kebijakan Akuntansi 4.1. Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah 4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah 4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah 4.4. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam SAP pada Pemerintah Daerah. Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan 5.1. Laporan Realisasi Anggaran 5.1.1 Pendapatan LRA 5.1.2 Belanja 5.1.3 Pembiayaan 5.1.4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 5.2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 5.2.1. Saldo Anggaran Lebih Awal 5.2.2. Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan 5.2.3. Sisa lebih / kurang pembiayaan Anggaran 5.2.4. Koreksi Kesalahan pembukuan tahun sebelumnya 5.2.5. Saldo Anggaran Akhir 5.3. Neraca 5.3.1. Aset 5.3.2. Kewajiban 5.3.3. Ekuitas 5.4. Laporan Operasional 5.4.1. Pendapatan LO 5.4.2. Beban 5.4.3. Surplus / Defisit Kegiatan Operasional 8

5.4.4. Surplus / Defisit dari Kegiatan Non Operasional 5.4.5 Pos Luar Biasa 5.4.6 Surplus / Defisit Laporan Operasional 5.5. Laporan Perubahan Ekuitas 5.5.1. Ekuitas Awal 5.5.2. Surplus / Defisit LO 5.5.3. Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan / Kesalahan Mendasar 5.5.4. Ekuitas Akhir 5.6. Laporan Arus Kas 5.6.1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi 5.6.2. Arus Kas dari Investasi Aset Non Keuangan 5.6.3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 5.6.4. Arus Kas dari Aktivitas Transitoris 5.6.5. Saldo Akhir Kas Bab VI Penjelasan atas Informasi informasi Non Keuangan. Bab VII Penutup. 9

BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD 2.1. EKONOMI MAKRO Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang yang terbentuk dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 Tahun 1965 tanggal 14 Juli 1965 berada pada jalur utara yang menghubungkan Jakarta-Surabaya. Luas daerah Kabupaten Batang adalah 78.864,16 ha dan mempunyai batas-batas wilayah: a. Sebelah utara : Laut Jawa b. Sebelah selatan : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara c. Sebelah barat : Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan d. Sebelah Timur : Kabupaten Kendal Sebagai daerah agraris dimana sektor pertanian dan perkebunan merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk, luas pemanfaatan lahan pertanian adalah sebagai berikut: a. Tanah sawah : 22.397,14 Ha b. Tanah Perkebunan : 7.909,11 Ha c. Tegal/Huma : 19.250,75 Ha d. Padang Rumput : 89,95 Ha Potensi tanaman di sektor ini yang cukup menonjol untuk tanaman pangan adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis tanaman sayur-sayuran yang banyak diusahakan adalah bawang merah, bawang daun, kentang, kubis dan cabai. Sedangkan untuk buah-buahan adalah durian, rambutan, nangka, mangga, jeruk dan pisang. Untuk jenis tanaman perkebunan adalah kelapa, tebu, teh, coklat, kopi dan cengkeh. Potensi perikanan Kabupaten Batang dapat dilihat dari letak geografis di tepi pantai Laut Jawa dengan garis pantai sepanjang 38,75 km dan lebar 4 mil merupakan potensi yang sangat strategis untuk pengembangan perikanan laut maupun perikanan darat yang terdiri dari tambak (air payau) dengan potensi lahan seluas 1.429,2 ha, kolam air tawar dengan potensi lahan seluas 300 ha dan perairan umum (sungai, waduk, sawah, dan genangan air). 10

2.1.1. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu daerah/wilayah menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah/wilayah terhadap kemampuan produksi dari setiap sektor ekonomi. Struktur ekonomi terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor. Dengan melihat kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB, maka dapat diketahui seberapa besar peran suatu sektor dalam menunjang perekonomian daerah. Struktur perekonomian di Kabupaten Batang dapat ditunjukkan oleh besarnya kontribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB Kabupaten. Menurut Lapangan Usaha, pada Tahun 2015 sektor industri pengolahan memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Batang yaitu sebesar 33,43%, disusul sektor Pertanian sebesar 24%. Kontribusi terbesar ketiga diberikan oleh sektor Perdagangan, hotel dan Rumah Makan sebesar 12,71%. Sektor Pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan terkecil yaitu hanya2,74%. 2.1.2. PDRB Per kapita PDRB perkapita dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur atau menilai indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah/wilayah. PDRB per kapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah (PDRB) dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya penduduk berpengaruh terhadap nilai PDRB per kapita. Sedang besar kecilnya nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor yang terdapat di daerah tersebut. Perkembangan pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku setiap tahun mengalami peningkatan. Kenaikan pendapatan per kapita terbesar lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2014 sebesar 11,97%. Sedangkan berdasarkan harga konstan kenaikan pendapatan perkapita tertinggi lima tahun terakhir juga terjadi pada tahun 2011 sebesar 4,88%. 11

Tabel II.1. Rata-rata Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Batang Tahun 2010-2014 Tahun Pendapatan perkapita adh berlaku (Rp) Pertumbuhan (%) Pendapatan perkapita adh konstan 2000 (Rp) Pertumbuhan (%) 2010 6.503.164 11,87 2.917.243 4,98 2011 7.213.164 10,92 3.059.693 4,88 2012 7.927.043 9,70 3.182.878 4,42 2013 8.781.768 10,78 3.195.062 4,77 2014 9.832.841 11,97 3.504.015 4,68 Sumber : BPS Kabupaten Batang Nilai PDRB Per kapita Kabupaten Batang atas dasar harga berlaku sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan secara terus-menerus. Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita tercatat sebesar Rp6.503.164,00 dan secara nominal terus mengalami kenaikan hingga tahun 2014 mencapai Rp9.832.841,00 Kenaikan PDRB per kapita secara riil dapat dilihat dari nilai PDRB berdasarkan harga konstan 2000. Secara riil, Ternyata dari nilai PDRB per kapita sejak tahun 2010 terus mengalami kenaikan dari sebesar Rp2.917.243,00 menjadi Rp3.504.015,00 di tahun 2015. 2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan produk domestik yang mencerminkan kinerja perekonomian suatu daerah. Andil terhadap pertumbuhan ekonomi dapat diamati secara sektoral, spasial, dan penggunaan nilai tambah, sehingga pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan pada sektor, wilayah atau komponen penggunaan apa yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang. 12

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang pada Tahun 2015 mencapai 5,60%, naik sekitar 0,17 poin dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang sebesar 5,43%. Tabel II.2. Laju Pertumbuhan Riil PDRB menurut Lapangan Usaha (persen) 2011-2015 Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,75 (-0,42) 2,56 1,64 3,57 2. Pertambangan & Penggalian 2,42 4,62 5,08 4,36 7,27 3. Industri Pengolahan 6,81 8,22 8,88 6,50 5,32 4. Pengadaan listrik dan gas 8,25 11,20 7,93 0,45 (-2,35) 5. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 0,86 (-2,73) (-1,77) 1,94 2,42 6. Konstruksi 1,11 4,86 3,98 4,06 7,86 7. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 9,15 1,56 4,83 4,41 4,57 8. Transportasi dan pergudangan 5,25 5,44 10,41 10,04 7,64 9. Penyediaan akomodasi dan makan dan minum 4,81 3,73 2,36 6,58 8,16, 10. Informasi dan komunikasi 8,39 10,36 8,68 19,72 15,64 11. Jasa keuangan dan asuransi 2,25 1,90 2,83 3,22 6,24 12.Real estate 7,06 5,76 7,60 7,85 6,16 13. Jasa Perusahaan 9,88 7,40 13,72 10,65 8,15 14. Adm pemerintahan, pertanahan 1,69 0,93 1,96 0,53 7,25 dan jaminan sosial wajib 15. Jasa Pendidikan 21,58 20,22 8,47 10,15 6,69 16. Jasa kesehatan dan kegiatan sos 10,29 10,42 7,17 13,18 5,24 17.Jasa lainnya 2,45 0,92 8,59 8,84 4,10 Produk domestik regional bruto 6,`12 4,62 5,88 5,43 5,60 Sumber : BPS Kabupaten Batang Andil terbesar dalam laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang pada Tahun 2015 disumbang oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 15,64 %. Pada posisi berikutnya, oleh Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, Jasa perusahaan yang masing-masing mempunyai pertumbuhan sebesar 8,16 % dan 8,15 %. 13

Laju inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting. Laju inflasi Kabupaten Batang pada Tahun 2015 sebesar 2,94 % lebih rendah dari inflasi tahun 2014 sebesar 7,66 %. Untuk Tahun 2015 ini laju inflasi tertinggi pada sektor jasa sebesar 7,05% disusul dengan sector bahan makanan sebesar 3,11%. Kumulatif inflasi tahun 2015 sebesar 2,94%. 2.2. KEBIJAKAN KEUANGAN Kebijakan keuangan daerah mengacu pada dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang merupakan kesepakatan bersama antara Bupati Batang dengan DPRD Kabupaten Batang. Kebijakan keuangan mencakup kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun 2016. Berikut uraian kebijakan keuangan tersebut. 2.2.1. Kebijakan Pendapatan Daerah Perencanaan terhadap target pendapatan daerah seyogyanya memperhatikan kondisi perekonomian saat ini. Hal ini perlu diperhatikan, karena kondisi saat ini ada kemungkinan bisa memberikan dampak pada Tahun Anggaran 2016. Untuk memperkuat pelaksanaan otonomi daerah, maka Kabupaten Batang harus berupaya menggali berbagai potensi pendapatan daerah tanpa harus membebani masyarakat. Hal ini dicanangkan dengan harapan secara bertahap, Kabupaten Batang mampu meningkatkan kemampuannya dalam kemandirian keuangan daerah, utamanya dalam memenuhi pembiayaan pembangunan daerah. Beberapa langkah yang ditempuh dapat dilakukan melalui intensifikasi pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada dan dikelola secara lebih efisien dan efektif. Selanjutnya langkah lainnya adalah melalui ekstensifikasi pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan potensi melalui pembukaan peluang-peluang pendapatan baru yang mempunyai potensi besar. Dalam melaksanakan kegiatan operasional, pelaksanaan pendapatan daerah selama ini lebih banyak diperoleh baik dari kewenangan yang dimiliki daerah sebagai bentuk dari adanya kewenangan daerah otonomi. 14

A. Kebijakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Batang pada tahun-tahun yang akan datang memerlukan upaya kemandirian daerah. Guna mendukung kemandirian daerah. Guna mendukung kemandirian daerah tersebut, maka salah satu tolok ukur keberhasilan daerah tersebut dilakukan dengan meningkatkan kemampuan daerah dalam membiayai pembangunan dengan memperhatikan potensi dan kemampuan pendapatan daerah. Untuk mencapai target pendapatan daerah, diperlukan langkah-langkah dan arah kebijakan keuangan daerah sebagai berikut: 1. Melakukan intensifikasi terhadap pungutan pajak dan retribusi daerah melalui penyuluhan terhadap masyarakat, terutama kesadaran untuk membayar pajak dan retribusi daerah. 2. Penyederhanaan terhadap sistem dan prosedur administrasi, terutama sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, pemberian insentif atau rasionalisasi pajak/retribusi daerah. 3. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung mobilitas bagi pemungut penerimaan daerah maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah. 5. Melakukan penataan anggaran berbasis kinerja ( performance budget ) melalui penataan sistem penyusunan dan pdengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja yang lebih efisien, efektif dan berkesinambungan sehingga memberikan hasil yang lebih baik dan biaya lebih rendah. 6. Melakukan peninjauan kembali terhadap berbagai kebijakan Pemerintah Kabupaten Batang, terutama yang terkait dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah, memberikan respon positif terhadap Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru. B. Kebijakan Dana Perimbangan Guna mencapai target Pendapatan dalam meningkatkan dana perimbangan, upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Batang antara lain: 15

1. Intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap berbagai sumber pendapatan dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah. 2. Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik. 2.2.2. Kebijakan Belanja Daerah A. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. Belanja Daerah merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan pelaksanaan pembangunan daerah. Sehingga alokasi belanja daerah harus berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas dan proporsionalitas, sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan yang ditetapkan. Kebijakan yang diambil dalam mennetukan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga dan belanja yang dituangkan dalam program kegiatan sebagai berikut : 1. Kebijakan yang nyata akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. 2. Kebijakan yang secara nyata dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia serta dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat. 3. Kebijakan yang dapat mendorong penyerapan tenaga kerja setempat. 4. Mengalokasikan belanja bunga Loan ADB, belanja subsidi pelayanan Pusskesmas, belanja hibah dan social, serta bantuan dkeuangan kepada desa. 5. Anggaran belanja tidak terduga untuk estimasi kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah serta tidak biasa /tanggap darurat, yang mendesak dan tidak tertampung dalam bentuk program kegiatan tahun berjalan. 16

6. Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan dan penghargaan atas suatu prestasi. 7. Penganggaran pengadaan barang ( termasuk asset tetap ) yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa. 2.3. KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Pembiayaan merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Kebijakan pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. 2.3.1. Kebijakan penerimaan pembiayaan Penerimaan pembiayaan direncanakan berasal dari SILPA tahun sebelumnya. 2.3.2. Kebijakan pengeluaran pembiayaan Pengeluaran pembiayaan daerah terdiri dari penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah dan pembayaran pokok utang yang jatuh tempo. 2.4. PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun 2016 disajikan secara ringkas sebagai berikut: APBD Tahun 2016 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Surplus Penerimaan/Sisa Pengeluaran 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan 1.573.731.019.980,00 1.498.614.094.093,20 (75.116.925.886,80) Belanja dan Transfer 1.729.593.239.012,75 1.560.785.414.489,47 168.807.824.523,28 Surplus/(Defisit) (155.862.219.032,75) (62.171.320.396,27) 93.690.898.636,48 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 159.948.419.032,75 159.948.419.032,23 (0,52) Pengeluaran Pembiayaan 4.086.200.000,00 4.081.253.282,00 4.946.718,00 Pembiayaan Netto 155.862.219.032,75 155.867.165.750,23 4.946.717,48 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran - 93.695.845.353,96 93.695.845.353,96 17

Dari data di atas, realisasi pendapatan kurang dari target 4,77% yaitu sebesar (Rp75.116.925.886,80) dan Belanja yang tidak terserap 9,76% yaitu sebesar Rp168.807.824.523,28. Pencapaian kinerja menurut urusan Pemerintahan Daerah dapat kami sajikan tersendiri dalam bentuk buku matrik sebagai hasil kompilasi pencapaian kinerja keuangan SKPD se-kabupaten Batang yang telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2016. Dalam CaLK ini akan kami sajikan ringkasan pencapaian kinerja atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam berbagai urusan yang telah dilaksanakan selama Tahun 2016 baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang diringkas dari Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Tahun 2016. Target Kinerja yang telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Batang disajikan dalam Buku LKPJ Bupati Tahun 2016. 18

BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 3.1. IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN 3.1.1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2016 Anggaran daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemenuhan sumber-sumber keuangan daerah. Realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan Tahun Anggaran 2016 secara ringkas adalah sebagai berikut: 1. Realisasi pendapatan sebesar Rp1.498.614.094.03,20 lebih rendah (Rp75.116.925.886,80) yaitu 4,77% dibandingkan dengan target sebesar Rp1.573.731.019.980,00. 2. Realisasi belanja sebesar Rp1.560.785.414.489,47 lebih rendah Rp168.807.824.523,28 atau 9,76 % dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp1.729.593.239.012,75. 3. Pada realisasi APBD Tahun Anggaran 2016 terjadi defisit sebesar (Rp62.171.490.136,27) Sedangkan pada pembiayaan terdapat pembiayaan netto sebesar Rp155.867.165.750,23 sehingga terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp93.695.845.353,96 Realisasi sasaran kinerja fiskal Pemerintah Kabupaten Batang selama tahun anggaran 2016 dapat dilihat pada tabel III.1. berikut ini : Tabel III.1. Ikhtisar Target dan Realisasi Kinerja Fiskal Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 APBD Tahun 2016 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Surplus Penerimaan/Sisa Pengeluaran 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan 1.573.731.019.980,00 1.498.614.094.093,20 (75.116.925.886,80) Belanja dan Transfer 1.729.593.239.012,75 1.560.785.414.489,47 168.807.824.523,28 Surplus/(Defisit) (155.862.219.032,75) (62.171.320.396,27) 93.690.898.636,48 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 159.948.419.032,75 159.948.419.032,23 (0,52) Pengeluaran Pembiayaan 4.086.200.000,00 4.081.253.282,00 4.946.718,00 Pembiayaan Netto 155.862.219.032,75 155.867.165.750,23 4.946.717,48 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran - 93.695.845.353,96 93.695.845.353,96 19

Dengan menggunakan anggaran sebagai tolok ukur kinerja, SILPA Tahun Anggaran 2016 berasal dari pendapatan yang tidak memenuhi target sebesar ( Rp75.116.925.886,80) atau 4,77%; sisa anggaran belanja sebesar Rp168.807.824.523,28 atau 9,76%; dan dari sisa pembiayaan netto sebesar Rp4.946.717,48 atau 0,12%. Rekapitulasi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan Tahun Anggaran 2016 beserta realisasinya untuk setiap SKPD disajikan pada Lampiran 1a dan 1b. Sebagaimana disajikan pada lampiran tersebut, terdapat realisasi pendapatan di beberapa SKPD yang tidak memiliki anggaran pendapatan. Beberapa SKPD tersebut dinas dan badan yang bukan merupakan penghasil pendapatan, antara lain Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta dinas dan badan lainnya. Hal ini dikarenakan adanya penerimaan pendapatan melalui SKPD tersebut yang berasal dari Lain-lain PAD Yang Sah, diantaranya berasal dari pendapatan pengembalian belanja tahun lalu, dan pendapatan jasa giro pemegang kas. 3.1.2 Realisasi Anggaran Tahun 2015 Dibandingkan dengan Tahun 2016 Dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, pendapatan Tahun 2016 meningkat Rp102.347.848.972,39 atau 7,33%. Belanja Tahun 2016 meningkat sebesar Rp192.620.665.323,90 atau 14,08%. Pembiayaan netto tahun 2016 meningkat Rp24.020.242.673,24 atau 18,22%. Sedangkan SILPA menurun Rp66.252.573.678,27 atau 41,42% dengan perhitungannya sebagai berikut: 2016 (Rp) 2015 (Rp) Rp % 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan 1,498,614,094,093.20 1,396,266,245,120.81 102,347,848,972.39 7.33 Belanja dan Transfer 1,560,785,414,489.47 1,368,164,749,165.57 192,620,665,323.90 14.08 Surplus/(Defisit) (62,171,320,396.27) 28,101,495,955.24 (90,272,816,351.51) (321.24) 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 159,948,419,032.23 137,474,382,139.99 22,474,036,892.24 16.35 Pengeluaran Pembiayaan 4,081,253,282.00 5,627,459,063.00 (1,546,205,781.00) (27.48) Pembiayaan Netto 155,867,165,750.23 131,846,923,076.99 24,020,242,673.24 18.22 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Realisasi Realisasi 2016-Realisasi 2015 93,695,845,353.96 159,948,419,032.23 (66,252,573,678.27) (41.42) 20

3.2. HAMBATAN DAN KENDALA DALAM PENCAPAIAN TARGET YANG TELAH DITETAPKAN Permasalahan yang menghambat dan menjadi kendala dalam pencapaian target pendapatan maupun upaya optimalisasi belanja daerah antara lain sebagai berikut: 3.2.1. Hambatan dan Permasalahan Utama dalam Pendapatan Daerah Secara umum tidak terdapat kendala dalam upaya memperoleh pendapatan sesuai dengan target pendapatan yang telah ditetapkan. Pada kelompok Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah melebihi yang ditargetkan. Sedangkan pada kelompok Dana Perimbangan realisasi pendapatan tidak target yang ditetapkan. Adapun hambatan dan permasalahan utama dalam pendapatan daerah adalah sebagai berikut: Terbatasnya SDM baik kualitas maupun kuantitas dalam menangani pemungutan pajak; Kurangnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak; Banyak terjadi peralihan hak atas tanah namun tidak diikuti dengan permohonan mutasi SPPT sehingga subyek pajak sudah berubah; Kesulitan penagihan PBB tanah mrancang karena Wajib Pajak di luar kota alamatnya tidak jelas dan tidak ada nomor telpon/hp yang bisa dihubungi. Sedangkan pada kelompok Pendapatan transfer realisasi pendapatan tidak mencapai target yang telah ditetapkan, hal ini disebabkan karena : Dana Alokasi Khusus fisik tidak terealisasi 100 %, karena waktunya tidak mencukupi. Dana Alokasi Khusus Non fisik tidak terealisasi 100%, karena adanya penundaan dana sertfikasi guru berdasarkan Surat Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor S 579/PK/2016 Perihal Penyampaian Informasi kepada Daerah tentang penghentian penyaluran Dana Tunjangan Profesi Guru dan Tambahan Penghasilan TA 2016 tanggal 16 Agustus 2016 dan Surat Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27001/B/PR/2016 Perihal Penggunaan Sisa Dana (SILPA) dan Penghentian Penyaluran Transfer TPG dan DTP Tahun 2016 tanggal 23 Agustus 2016. 21

3.2.2. Hambatan dan Permasalahan Utama dalam Belanja Daerah Realisasi belanja Tahun 2016 mencapai 90,50%. Untuk belanja langsung, yakni untuk belanja dalam rangka pelaksanaan kegiatan, realisasinya mencapai 88,49%. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan belanja daerah diantaranya: Realisasi penyerapan anggaran di SKPD tidak berdasarkan pada anggaran kas yang sudah direncanakan, sehingga pencairan dana menumpuk di akhir tahun; Adanya persepsi dari SKPD pengajuan pencairan Ganti Uang (GU) jika uang persediaan sudah dipertanggungjawabkan 100%, sedangkan di Juknis pengelolaan APBD Tahun 2016 menyebutkan bahwa penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran apabila dana uang persediaan (UP) telah dipertanggungjawabkan sekurang-kurangnya 50% dari dana UP yang diterima; Belum maksimalnya koordinasi intern di SKPD antara pelaku yang terkait kegiatan, pengelola keuangan dan pengelola barang di SKPD; Kurang dapat mengimplementasikan peraturan perundang-undangan yang tiap tahun mengalami perubahan; Penerima bantuan sosial dan hibah tidak memenuhi persyaratan sebagaimana regulasi; Ada beberapa pekerjaan yang putus kontrak, tidak jadi lelang dan gagal lelang. 22

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1 ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan perundangundangan wajib meyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas pelaporan dalam LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 adalah Pemerintah Kabupaten Batang. Selain itu Pemerintah Kabupaten Batang memiliki entitas akuntansi yang terdiri dari SKPD dan PPKD (BUD) yang menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya. Entitas akuntansi adalah unit pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kabupaten Batang meliputi dinas, badan, sekretariat daerah, sekretariat DPRD, kantor, kecamatan, dan kelurahan. Tabel 4.1 Entitas Akuntansi Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 No. Kode SKPD 1. 1.01.1.0 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga 2. 1.02.1.1 Dinas Kesehatan 3. 1.02.2.1 Rumah Sakit Umum Daerah (APBD dan BLUD) 4. 1.03.1.1 Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air 5. 1.05.1.1 Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Energi Sumber Daya Mineral 6. 1.06.1.1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 7. 1.07.1.1 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 8. 1.08.1.1 Badan Lingkungan Hidup 9. 1.10.1.1 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 10. 1.12.1.1 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 11. 1.13.1.1 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 12. 13. 1.16.1.1 1.17.1.1 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu 14. 1.19.1.1 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 23

No. Kode SKPD 15. 1.19.2.1 Satuan Polisi Pamong Praja 16. 1.20.1.1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 17. 1.20.2.1 Bupati dan Wakil Bupati 18. 1.20.3.1 Bagian Pemerintahan Desa 19. 1.20.3.2 Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol 20. 1.20.3.3 Bagian Hukum 21. 1.20.3.4 Bagian Pengendalian Pembangunan 22. 1.20.3.5 Bagian Kesejahteraan Rakyat 23. 1.20.3.6 Bagian Perekonomian 24. 1.20.3.7 Bagian organisasi 25. 1.20.3.8 Bagian Umum 26. 1.20.3.9 Bagian Tata Pemerintahan 27. 1.20.4.1 Sekretariat DPRD 28. 1.20.5.1 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 29. 1.20.6.1 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKD) 30. 1.20.7.1 Inspektorat 31. 1.20.8.1 Badan Kepegawaian Daerah 32. 1.20.14.1 Kecamatan Batang 33 1.20.15.1 Kecamatan Tulis 34. 35. 1.20.16.1 1.20.17.1 Kecamatan Subah Kecamatan Gringsing 36. 1.20.18.1 Kecamatan Limpung 37. 1.20.19.1 Kecamatan Tersono 38. 1.20.20.1 Kecamatan Reban 39. 1.20.21.1 Kecamatan Bawang 40. 1.20.22.1 Kecamatan Bandar 41. 1.20.23.1 Kecamatan Blado 42. 1.20.24.1 Kecamatan Wonotunggal 43. 1.20.25.1 Kecamatan Warungasem 44. 1.20.26.1 Kecamatan Kandeman 45. 1.20.27.1 Kecamatan Pecalungan 46. 1.20.28.1 Kecamatan Banyuputih 47. 1.20.29.1 Kelurahan Proyonanggan Selatan 24

No. Kode SKPD 48. 1.20.30.1 Kelurahan Proyonanggan Tengah 49. 1.20.31.1 Kelurahan Proyonanggan Utara 50. 1.20.32.1 Kelurahan Kauman 51. 1.20.33.1 Kelurahan Watesalit 52. 1.20.34.1 Kelurahan Sambong 53. 1.20.35.1 Kelurahan Kasepuhan 54. 1.20.36.1 Kelurahan Karangasem Utara 55. 1.20.37.1 Kelurahan Karangasem Selatan 56. 1.21.1.1 Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan 57. 1.22.1.1 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 58. 1.26.1.1 Kantor Perpustakaan danarsip 59. 2.01.1.1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan 60. 2.02.1.1 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 61. 2.04.1.1 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 62. 2.05.1.1 Dinas Kelautan dan Perikanan 63. 2.07.1.1 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi 4.2 BASIS AKUNTANSI YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian LKPD Kabupaten Batang tahun anggaran 2015 adalah basis akrual untuk pengakuan Pendapatan LO dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Basis kas untuk pengakuan Pendapatan LRA, Belanja, Transfer dan Pembiayaan. Penyusunan dan penyajian LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 telah mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan ( SAP ) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, Peraturan Bupati Batang Nomor 70 tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang. 25

4.3. BASIS PENGUKURAN YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Basis pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan meliputi basis pengukuran pendapatan LRA, belanja, transfer, pembiayaan, pendapatan LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas A. Pengukuran Pendapatan LRA Pendapatan LRA adalah semua penerimaan rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menambah hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan Daerah diklasifikasikan menurut kelompok pendapatan yang terdiri dari : 1. Pendapatan Asli Daerah ; 2. Dana Perimbangan; dan 3. Lain-lain Pendapatan daerah yang sah Pengukuran Pendapatan LRA dicatat berdasarkan penerimaan bruto dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah netto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). B. Pengukuran Belanja. Belanja adalah semua pengeluaran dari Kas Umum Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode saldo anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. 1. Belanja dicatat sebesar nilai nominal pengeluaran uang dari Rekening Umum Kas Daerah; 2. Pengeluaran belanja dalam bentuk barang dan jasa diakui pada saat serah terima barang dan jasa sebesar nilai yang tercantum dalam Berita Acara ( BA ) serah terima. 3. Apabila dalam BA serah terima tidak dicantumkan nilai barang dan jasa tersebut, maka dapat dilakukan penaksiran atas nilai barang dan jasa yang bersangkutan. Adapun Klasifikasi Belanja yang digunakan: a. Belanja Operasi Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja 26

operasi antara lain meliputi belanja pegawai (belanja langsung maupun belanja tidak langsung), belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. b. Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset tetap berwujud dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi antara lain belanja untuk pengadaan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan aset lainnya. c. Belanja Lain-lain/Tak Terduga Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah Kabupaten Batang. C. Pengukuran Pembiayaan Pembiayaan ( financing ) adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Keuangan Kabupaten Batang, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran Pemerintah Kabupaten Batang terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan dicatat sebesar nominal penerimaan atau pengeluaran. D. Pengukuran Pendapatan LO. Pendapatan LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Akuntansi pendapatan LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran). Pendapatan LO diukur dengan nilai nominal yaitu aliran masuk yang telah diterima oleh pemerintah daerah dan aliran yang akan diterima oleh pemerintah daerah. Aliran masuk yang diterima oleh Pemerintah Daerah, contoh pajak dengan metode self assesment. Aliran yang akan diterima oleh Pemerintah Daerah dengan metode official assesment. 27

Pengukuran Pendapatan Hibah LO adalah : 1. Pendapatan hibah dalam bentuk kas dicatat sebesar nilai kas yang diterima; 2. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang menyertakan nilai hibah dicatat sebesar nilai nominal pada saat terjadinya penerimaan hibah; 3. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang tidak menyertakan nilai hibah, dilakukan penilaian dengan berdasarkan : a. Menurut biayanya; b. Menurut harga pasar; atau c. Menurut perkiraan/taksiran harga wajar. Apabila pengukuran atas pendapaan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang tidak menyertakan nilai hibah tidak dapat dilakukan, maka nilai hibah dalam bentuk barang/jasa/ surat berharga cukup diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. E. Pengukuran Beban. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Beban diukur dan dicatat berdasarkan nilai perolehan dan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang dikeluarkan dan atau akan dikeluarkan. Beban yang diukur dengan mata uang asing dikonversikan ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia ) pada saat pengakuan beban. Beban terdiri dari beban pegawai, beban persediaan, beban jasa, beban pemeliharaan, beban perjalanan dinas, beban penyusutan dan beban lain-lain. F. Pengukuran Aset Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Tidak termasuk pengertian sumber daya ekonomis adalah sumber daya alam seperti hutan, sungai, danau/rawa, kekayaan di dasar laut, dan kandungan 28

pertambangan dan harta peninggalan sejarah. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan dan /atau penguasaannya berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar dan Aset Non Lancar. 1. Aset Lancar Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pengukuran Aset lancar sebagai berikut: a. Kas dicatat sebesar nilai nominal; b. Setara kas dinilai sebesar harga perolehan, tidak termasuk bunga/hasil yang diharapkan akan diperoleh; c. Kas dan setara kas dalam valuta asing dijabarkan ke dalam rupiah dengan kurs pada tanggal neraca; d. Untuk beberapa jenis investasi jangka pendek, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi jangka pendek yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat, atau nilai wajar lainnya. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka pendek dicatat sebesar biaya perolehan.apabila investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka investasi jangka pendek dinilai berdasarkan nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi jangka pendek tersebut. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. e. Piutang. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan / atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya bedasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah. Piutang 29

dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai rupiah piutang yang belum dilunasi. Terhadap piutang dilakukan penyisihan piutang tak tertagih. Dasar perhitungan penyisihan piutang tak tertagih adalah berdasarkan umur piutang. Penilaian dan penyajian piutang sebesar nilai bersih yang apat direalisasikan (net realizable value), yaitu dalam penilaian piutang di laporan keuangan harus dikurangkan dengan penyisihan piutang tak tertagih ( allowance for doubtful account). Perhitungan penyisihan piutang tak tertagih dilakukan dengan prosentase tertentu dari saldo piutang yang ada, dengan meneliti jatuh tempo umur piutang sebagai berikut : 1) Lancar, apabila umur piutang kurang dari 1 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 0,5% 2) Kurang Lancar, apabila umur piutang 1 tahun dan kurang dari 3 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 10% 3) Diragukan, apabila umur piutang 3 tahun dan kurang dari 5 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 50% 4) Macet, apabila umur piutang 5 tahun atau lebih, penyisihan piutang tak tertagih 100% f. Persediaan. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah Daerah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/ atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun waktu 12 ( dua belas) bulan mendatang. Pengukuran Persediaan dilakukan sebagai berikut: 1) Persediaan yang berasal dari pembelian dicatat dengan biaya perolehan; 2) Persediaan yang berasal dari kegiatan produksi pada SKPD dicatat sebesar harga pokok produksi; 3) Persediaan yang berasal dari hibah atau donasi dicatat sebesar nilai wajar persediaan. Persediaan Pemerintah Kabupaten Batang dicatat secara periodik, berdasarkan hasil inventarisasi fisik 30

2. Aset Non Lancar Aset non lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan aset lainnya. a. Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi non permanen dan investasi permanen. 1) Investasi non permanen yang berupa dana yang disisihkan Pemerintah Kabupaten Batang dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergilir kepada kelompok masyarakat, dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Reliazable Value ). Nilai bersih bersih yang dapat direalisasikan adalah jumlah yang benar-benar dapat ditagih yaitu sebesar harga perolehan dikurangi perkiraan jumlah tak tertagih ditambahkan dengan perguliran dana yang berasal dari pendapatan dana bergulir. 2) Investasi Permanen Investasi permanen yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualkan, tetapi untuk mendapatkan devidn dan / atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan / atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen dapat berupa : Investasi jangka panjang yang bersifat permanen seperti penyertaan modal Pemerintah Daerah, dicatat sebesar biaya perolehan yang meliputi harga transaksi investasi jangka panjang ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi jangka panjang tersebut. b. Aset Tetap Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan digunakan untuk kegiatan Pemerintah Kabupaten Batang atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 31

1) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan; Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. 1. Aset Tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. 2. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset yang dapat disusutkan (depreciable asset) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Metode Penyusutan yang digunakan Pemerintah Kabupaten Batang adalah metode garis lurus dengan rumus : Nilai perolehan ( penilaian ) Masa Manfaat Pelaksanaan penyusutan dilakukan bersamaan dengan penerapan basis akrual terhitung sejak tahun perolehannya. Selain tanah, konstruksi dalam pengerjaan dan aset tetap lainnya berupa hewan, tanamandan buku perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik. Masa manfaat atau umur ekonomis yang digunakan sebagai dasar perhitungan penyusutan berdasarkan pada Keputusan Bupati Batang Nomor 940/690/2015 tentang Masa Manfaat Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Batang. 2) Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk memperoleh aset tetap sehingga siap dipakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut. Besaran nilai minimum kapitalisasi aset tetap tersebut adalah sebagai berikut: Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat/perlengkapan olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). 32

Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh aset tetap gedung dan bangunan baru yang nilainya samadengan dan atau lebih dari Rp10.000.000,00 diakui sebagai aset tetap gedung dan bangunan dalam neraca; Pengeluaran pemeliharaan untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap pengeluaran tanah, jalan/irigasi/jaringan dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Pengeluaran-pengeluaran sama dengan atau lebih dari Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah ) yang bisa dikategorikan sebagai barang pecah belah dan rawan hilang diklasifikasikan sebagai barang habis pakai. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Pengeluaran yang dikategorikan sebagai pemeliharaan tidak berpengaruh terhadap nilai aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran setelah perolehan awal aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja dan memenuhi nilai batasan kapitalisasi harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang besangkutan. c. Dana Cadangan. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar sehingga menjadi tidak proporsional apabila kebutuhan tersebut dipenuhi hanya melalui penerimaan daerah dalam satu tahun anggaran. Pembentukan maupun peruntukan dana cadangan harus diatur dengan Peraturan Daerah, sehingga dana cadangan tidak dapat digunakan untuk peruntukan yang lain. 33

d. Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya terdiri atas tagihan piutang penjualan angsuran, tagihan tuntutan perbendahraan, tuntutan Ganti kerugian daerah, aset kemitraan dengan pihak ketiga, aset tak berwujud dan aset lain-lain. Pengukurannya sebagai berikut: Tagihan Piutang penjualan angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu jumlah yang akan diterima pada tanggal jatuh tempo; Tagihan tuntutan perbendaharaan dicatat sebesar nilai nominal dalam surat ketetapan pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas daerah; Tuntutan ganti kerugian daerah dicatat sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas daerah; Aset Kemitraan dengan pihak ketiga dicatat sebesar nilai bersih yang tercatat atau nilai bersih yang tercatat pada saat aset tersebut diserahkan; Aset tak berwujud dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi. Aset lain-lain. Pos aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, kemitraan dengan pihak ketiga dan aset yang sudah tidak bermanfaat. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif Pemerintah Daerah yang telah diajukan ke pengelola barang. G. Pengukuran Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah Kabupaten Batang. 34

Kewajiban diklasifikasikan dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu 12 ( dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang mencakup semua kewajiban yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan mendatang. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal; Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunkanan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. H. Pengukuran Ekuitas Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah Kabupaten Batang yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Batan pada tanggal pelaporan; Saldo ekuitas di neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada laporan perubahan ekuitas. 4.4. PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG BERKAITAN DENGAN KETENTUAN YANG ADA DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) PADA PEMERINTAH KABUPATEN BATANG. 1. Pengakuan Pendapatan LRA Pengakuan pendapatan LRA ditentukan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh RKUN/RKUD sebagai salah satu tempat penampungannya. Oleh karena itu pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah perlu diinterpretasikan sebagai berikut: Pendapatan kas yang telah diterima pada Rekening Kas Umum Daerah; Pendapatan kas diakui saat diterima oleh bendahara penerimaan sebagai pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke Rekening Umum Kas Daerah, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan bagian dari Bendahara Umum Daerah; Pendapatan kas diakui saat diterima Unit SKPD, Satuan Kerja /SKPD dan digunakan langsung tanpa disetor ke Rekening Kas Umum Daerah, dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan daerah; 35

Pendapatan kas yang berasal dari hibah langsung dalam/luar negeri yang digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan ; Pendapatan kas yang diterima entitas lain di luar entitas pemerintah berdasarkan otoritas yang diberikan oleh BUD dan BUD mengakuinya sebagai pendapatan; Jika bendahara penerimaan tersebut bukan merupakan bagian dari BUD maka pendapatan yang diterima oleh bendahara SKPD yang belum disetorkan ke kas daerah diakui sebagai pendapatan ditangguhkan. Dalam hal Badan Layanan Umum Daerah, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Badan Layanan Umum Daerah. Pengembalian atas penerimaan LRA yang terjadi pada periode berjalan diakui sebagai pengurang Pendapatan LRA pada tahun terjadinya pengembalian pendapatan. Pengembalain pendapatan LRA pada tahun berikutnya setelah laporan keuangan disampaikan ke DPRD, yang bersifat normal dan berulang dicatat sebagai pengurang pendapatan LRA pada tahun terjadinya pengembalian. Koreksi dan pengembalian pendapatan LRA pada tahun berikutnya bsetelah laporan keuangan disampaikan ke DPRD, yang bersifat tidak normal dan tidak berulang, dicatat sebagai pengurang saldo anggaran lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. 2. Pengakuan Belanja Belanja menurut basis kas diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan yang telah dipertanggungjawabkan; Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan di SKPKD; Penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode berjalan dicatat sebagai pengurang belanja tahun berjalan; Penerimaan kembali belanja pada tahun anggaran berikutnya dicatat sebagai penerimaan lain-lain LRA 36

3. Pengakuan Pembiayaan Pengakuan penerimaan pembiayaan ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh Rekening Kas Umum Daerah sebagai salah satu tempat penampungan. Pengakuan pengeluaran pembiayaan ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh Rekening Kas Umum Daerah sebagai salah satu sumber pengeluaran. 4. Pengakuan Pendapatan LO Pendapatan LO diakui pada saat : a. Pemerintah Daerah memiliki hak atas pendapatan; b. Pemerintah Daerah menerima kas yang berasal dari Pendapatan. Pendapatan LO yang diperoleh untuk beberapa periode, maka pengakuannya dialokasikan untuk setiap periode pelaporan, kecuali pendapatan LO yang berasal daro ijin gangguan (HO), IMB dan ijin trayek maka pendapatan tersebut diakui seluruhnya pada saat kas diterima oleh Kas Daerah; Pendapatan LO yang berasal dari BPJS diakui pada saat pengajuan claim ke BPJS dan jika claim yang diterima tidak sesuai pengajuan maka dibuatkan jurnal koreksi; Pendapatan sekolah yang berasal dari APBD Propinsi, APBN, Komite Sekolah dan BOS diakui oleh Pemerintah Daerah pada saat dana tersebut masuk ke rekening sekolah. Pengakuan pendapatan pajak yang dipungut dengan metode self assesment diakui pada saat realisasi kas diterima di kas daerah tanpa terlebih dahulu diterbitkannya surat ketetapan. Pengakuan pendapatan pajak yang dipungut dengan metode official assesment diakui pada saat telah diterbitkannya surat ketetapan yang mempunyai kekuatan hukum. Pendapatan transfer diakui bersamaan dengan diterimanya kas pada rekening kas umum daerah. 5. Pengakuan Beban. Beban diakui pada saat : 1) Timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah 37

2) Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset non kas dalam kegiatan operasional Pemerintah. 3) Terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu, contoh penyusutan atau amortisasi. 6. Pengakuan Aset a. Pengakuan Aset Lancar sebagai berikut : 1) Kas dan setara kas diakui pada saat diterima atau dibayarkan atau pada saat kepemilikan dan/atau penguasaannya berpindah. 2) Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi jangka pendek apabila memenuhi salah satu kriteria : a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoeh Pemerintah Daerah b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 3) Pengakuan Piutang terjadi pada saat penerbitan Surat Ketetapan tentang piutang; dan/atau telah diterbitkan surat penagihan tdan telah dilaksanakan penagihan; dan/atau belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan. 4) Pengakuan persediaan pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/kepenguasaannya berpindah b. Aset non lancar 1) Pengakuan investasi jangka panjang. Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria : Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh Pemerintah; Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 38

2) Pengakuan Aset Tetap Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Berwujud; Mempunyai manfaat lebih dari 12 ( dua belas ) bulan; Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal ; Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. 3) Pengakuan Aset Lainnya. Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/kemitraan, yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset kerjasama/kemitraan. Aset kerjasama/kemitraan berupa gedung dan /atau sarana berikut fasilitasnya, dalam rangka kerjasama BSG, diakui pada saat pengadaan / pembangunan Gedung dan / atau sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk digunakan/ dioperasikan. Aset tak berwujud diakui jika, dan hanya jika : a) Kemungkinan besar aset tersebut akan memberikan manfaat ekonomis dan / atau manfaat sosial di masa depan kepasa entitas pelaporan atau entitas akuntansi; b) Mempunyai masa manfat lebih dari 12 bulan; c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal 4) Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat sekarang dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan handal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/ atau pada saat itu kewajiban timbul. 39

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Bab ini membahas secara rinci mengenai akun-akun yang terdapat pada laporan keuangan yang terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. 5.1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran terdiri atas akun pendapatan, belanja dan pembiayaan. Rekapitulasi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan untuk masing-masing SKPD disajikan pada lampiran 1.a dan 1.b. Uraian selengkapnya masing-masing akun laporan realisasi anggaran adalah sebagai berikut : 5.1.1. PENDAPATAN LRA Pada tahun anggaran 2016 Pendapatan Daerah dianggarkan sebesar Rp1.573.731.019.980,00 dan direalisasikan sebesar Rp1.498.614.094.093,20 atau 95,23% dari target yang telah ditetapkan. Perbandingan antara anggaran dan realisasi pendapatan dalam Tahun Anggaran 2016 serta realisasi Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut: Pendapatan Tahun 2016 Tahun 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Pendapatan Asli Daerah 197.006.684.548,00 209.957.559.449,20 179.721.273.967,81 2 Pendapatan Transfer 1.196.152.106.523,00 1.113.347.151.681,00 1.096.477.395.839,00 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 180.572.228.909,00 175.309.382.963,00 120.067.575.314,00 1.573.731.019.980,00 1.498.614.094.093,20 1.396.266.245.120,81 Berdasarkan rincian di atas terlihat realisasi Pendapatan Daerah tahun 2016 bila dibandingkan dengan realisasi pendapatan Daerah Tahun 2015 lebih besar Rp102.347.848.972,39 atau 7,33 %. 40

Grafik V.I Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 Lain-lain Pendapatan yang Sah 11.70 % 14.01 % Pendapatan Asli Daerah 74.29 % Pendapatan Transfer Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang Sah Penjelasan untuk masing-masing jenis pendapatan daerah diuraikan sebagai berikut: 5.1.1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas: 1) pendapatan pajak daerah; 2) retribusi daerah; 3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain PAD yang sah. Realisasi PAD Tahun 2016 serta perbandingannya dengan realisasi Tahun 2015 adalah sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Pajak Daerah 51.249.500.000,00 52.924.110.135,00 51.482.053.384,00 2 Hasil Retribusi Daerah 14.146.568.660,00 16.645.386.390,00 16.211.683.279,00 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Berdasarkan rincian di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi PAD Tahun 2016 lebih tinggi Rp12.950.874.896,20 atau 6,57%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi PAD Tahun 2016 lebih besar Rp30.236.285.481,39 atau 2015 7.660.728.148,00 7.660.728.148,00 7.070.429.150,00 4 Lain-lain PAD yang Sah 123.949.887.745,00 132.727.334.776,20 104.957.108.154,81 2016 197.006.684.553,00 209.957.559.449,20 179.721.273.967,81 41

meningkat 16,82%. Adapun penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PAD yaitu Lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan kontribusi 63,22%. Realisasi masing-masing jenis PAD Tahun Anggaran 2016 dan 2015 diuraikan sebagai berikut: 5.1.1.1.1 Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Pajak Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Batang dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Realisasi PAD selama TA 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut: 2016 2015 Pendapatan Pajak Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Pajak Hotel 356.000.000,00 394.059.860,00 319.577.750,00 Pajak Restoran 1.555.000.000,00 1.995.818.184,00 1.565.033.348,00 Pajak Hiburan 609.000.000,00 655.938.950,00 436.584.450,00 Pajak Reklame 1.160.000.000,00 1.272.983.107,00 1.142.398.350,00 Pajak Penerangan Jalan 19.850.000.000,00 20.361.874.476,00 18.987.341.479,00 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 155.000.000,00 162.584.500,00 165.035.000,00 Pajak Parkir 19.500.000,00 25.637.400,00 19.495.000,00 Pajak Air Tanah 475.000.000,00 522.215.397,00 399.995.049,00 Pajak Sarang Burung Walet 50.000.000,00 57.025.000,00 61.150.000,00 Pajak Bumi dan Bangunan P2 19.000.000.000,00 18.231.316.186,00 18.659.567.943,00 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 8.020.000.000,00 9.244.657.075,00 9.725.875.015,00 51.249.500.000,00 52.924.110.135,00 51.482.053.384,00 Berdasarkan rincian pendapatan pajak daerah di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan pajak daerah Tahun 2016 lebih besar Rp1.674.736.475,00 atau naik 3,27%. Kenaikan terbesar ada pada pajak parkir yaitu sebesar 31,47% dari anggarannya. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pendapatan pajak daerah tahun 2016 lebih besar Rp1.442.056.751,00 atau meningkat 2,80%. 42

Grafik VI.2. Perbandingan Realisasi Pajak Daerah TA 2015-2016 (dalam milyar rupiah) 25 20 20.362 18.99 18.232 18.76 15 10 5 0 0.394 1.996 0.656 1.273 0.319 1.562 0.436 1.142 0.163 0.026 0.522 0.165 0.019 0.3990.057 0.061 9.245 9.725 2016 2015 5.1.1.1.2 Realisasi Retribusi Daerah Retribusi Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Retribusi Daerah dikelola oleh masing-masing SKPD penghasil, dengan realisasi pada tahun anggaran 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut: 43

2016 2015 Hasil Retribusi Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Retribusi Jasa Umum Retribusi Pelayanan Kesehatan 50.000.000,00 370.093.475,00 4.945.055.777,00 Retribusi Pelayanan persampahan/ 421.610.000,00 341.683.300,00 392.455.800,00 kebersihan Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jln 350.000.000,00 350.000.000,00 300.452.000,00 Retribusi Pelayanan Pasar 1.751.797.000,00 1.758.233.800,00 1.724.992.805,00 Retribusi Pengujian Kendrn Bermotor 274.263.000,00 364.317.500,00 311.625.500,00 Retribusi Pengendalian Menara - 392.957.500,00 286.223.620,00 2.847.670.000,00 3.577.285.575,00 7.960.805.502,00 R etribusi Jasa Usaha Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 2.030.192.360,00 2.554.519.856,00 2.023.162.600,00 Retribusi Tempat Pelelangan 2.700.000.000,00 3.084.011.523,00 2.202.602.696,00 Retribusi terminal 176.830.800,00 180.920.400,00 177.957.800,00 Retribusi Tempat Khusus Parkir 233.428.000,00 330.237.000,00 165.783.500,00 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedot Kakus 29.000.000,00 29.460.000,00 20.640.000,00 Retribusi Rumah Potong Hewan 73.050.000,00 73.087.000,00 73.117.000,00 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan 30.000.000,00 40.960.000,00 25.422.700,00 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga 1.240.400.000,00 1.568.327.200,00 1.141.847.250,00 Retribusi Siaran Radio Abirawa 40.000.000,00 40.025.089,00 43.250.909,00 6.552.901.160,00 7.901.548.068,00 5.873.784.455,00 R etribusi P erizinan T ertentu Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 900.000.000,00 947.460.085,00 645.461.550,00 Retribusi Izin Gangguan/Keramaian 3.778.167.500,00 4.090.997.462,00 1.618.564.372,00 Retribusi Izin Trayek 17.830.000,00 14.880.000,00 22.075.000,00 Retribusi IMTA 50.000.000,00 113.215.200,00 90.992.400,00 4.745.997.500,00 5.166.552.747,00 2.377.093.322,00 Jumlah Hasil Retribusi Daerah 14.146.568.660,00 16.645.386.390,00 16.211.683.279,00 Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi hasil retribusi daerah Tahun 2016 lebih besar Rp2.498.817.730,00 atau 17,66%. Bila dibandingkan dengan realisasi 44

Tahun 2015, realisasi retribusi daerah Tahun 2016 lebih besar Rp433.703.111,00 atau naik 2,68%. Pada tahun anggaran 2016 hampir semua retribusi realisasinya melebihi 100%, kecuali beberapa obyek pendapatan yang tidak mencapai target yang ditetapkan adalah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dan retribusi ijin trayek. Adapun realisasi Pendapatan Retribusi Tahun 2016 secara rinci untuk masing-masing SKPD adalah sebagai berikut: No KETERANGAN RETRIBUSI (Rp) 1 DINAS KESEHATAN 370.093.475,00 2 DINAS BINA MARGA DAN SDA 191.289.500,00 3 DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN ESDM 180.228.000,00 4 DINAS PERHUBUNGAN, KOMINFO 1.534.957.400,00 5 DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 5.151.672.747,00 6 BADAN LINGKUNGAN HIDUP 40.025.089,00 7 DINAS TATA PEMERINTAHAN 1.639.800.000,00 8 DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH 67.542.656,00 9 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN 73.087.000,00 10 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1.852.810.200,00 11 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 3.304.971.523,00 12 DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI 2.238.908.800,00 JUMLAH 16.645.386.390,00 Dilihat dari tabel di atas, maka retribusi yang terbesar adalah Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu sebesar Rp5.151.672.747,00, kemudian disusul Dinas Kelautan dan Perikanan sebesar Rp3.304.971.523,00 dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi sebesar Rp2.238.908.800,00. Pendapatan retribusi sebagaimana tersebut di atas termasuk pendapatan Tahun 2016 dan baru disetor tahun 2017 berada pada bendahara penerimaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebesar Rp42.670.750,00 dan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika sebesar Rp487.300,00. 45

5.1.1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, merupakan penerimaan PAD yang berasal dari hasil penyertaan modal Pemerintah Kabupaten berupa bagian laba dari lembaga keuangan bank dan bukan bank adalah sebagai berikut: Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan: 2016 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagian Laba atas Penyertaan Modal Perusahaan Daerah Air Minum 3.361.806.596,00 3.361.806.600,00 3.312.775.666,00 Perusda Aneka Usaha 105.919.992,00 105.919.992,00 22.459.271,00 BPR/BKK Batang dan Bapera 891.830.495,00 891.830.496,00 878.212.759,00 Koperasi Serba Usaha Batang 4.042.000,00 4.042.000,00 3.189.961,00 Cemerlang Bank Jateng - Deviden Bank Jateng 3.297.129.060,00 3.297.129.060,00 2.853.791.493,00 7.660.728.143,00 7.660.728.148,00 7.070.429.150,00 Realisasi bagian laba atas penyertaan modal berdasarkan kas yang masuk ke rekening Kas Daerah (STS). Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan lebih besar Rp5,00. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi Tahun 2016 tersebut lebih besar Rp590.298.998,00 atau menurun 8,35%. Realisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tersebut dicatat berdasarkan basis kas, yakni diakui seluruhnya sebagai pendapatan atas semua penerimaan ke Kas Daerah pada Tahun 2016. 5.1.1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah merupakan PAD dari berbagai sumber yang bersifat tidak tetap/rutin. Bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi Lain-lain PAD yang Sah Tahun Anggaran 2016 lebih besar Rp8.777.447.031,20 atau melebihi 7,08% dari yang dianggarkan, dengan rincian sebagai berikut: 46

2016 2015 Lain-lain PAD yang Sah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Hasil Penjualan Aset Daerah Tidak Dipisahkan 445.310.000,00 378.605.000,00 672.923.500,00 Penerimaan Jasa Giro 3.000.000.000,00 3.951.189.532,00 2.716.853.177,00 Penerimaan Bunga Deposito 10.500.000.000,00 12.372.817.313,00 15.677.483.883,00 Tuntutan Ganti Rugi Daerah - 23.400.000,00 11.030.472,00 Denda Atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 33.604.254,00 982.557.470,00 437.950.523,00 Pendapatan Denda Retribusi 7.500.000,00 12.327.700,00 10.509.790,00 Pendapatan Denda Pajak 27.056.440,00 135.427.371,00 102.413.284,00 Pendapatan hasil eksekusi 607.665.700,00 857.251.750,00 atas jaminan - Pendapatan Dari 1.372.768.968,00 1.474.178.284,00 1.120.565.589,00 Pengembalian Fasilitas Sosial dan fasilitas 46.190.000,00 35.840.000,00 34.660.000,00 umum Pendapatan BLUD 103.709.792.383,00 108.217.793.438,20 60.345.297.807,25 Pendapatan Ganti Rugi tanah 4.200.000.000,00 4.285.946.918,00 - Pendapatan BPJS Keshtn - - 23.827.420.129,56 123.949.887.745,00 132.727.334.776,20 104.957.108.154,81 Dari tabel tersebut terlihat bahwa obyek pendapatan penyumbang terbesar lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sebesar Rp108.217.793.438,20 yang berasal dari RSUD Kabupaten Batang sebesar Rp75.063.406.874,00 dan Puskesmas se Kabupaten Batang Rp33.154.386.564,20, disusul dengan Pendapatan dari Penerimaan bunga deposito sebesar Rp12.372.817.313,00. Sedangkan secara prosentase, obyek pendapatan yang melebihi anggaran terbesar adalah dari Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yaitu sebesar 2.924%. Sedangkan penerimaan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah tidak dianggarkan, namun terealisasi sebesar Rp23.400.000,00 Realisasi pendapatan dari pengembalian sebesar Rp1.474.051.944,00 termasuk di dalamnya pembayaran PBB tahun 1995 2001 sebesar Rp198.126,00 Realisasi lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Tahun 2016 jika dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar Rp27.770.226.621,39 atau sebesar 26,46%. Pada tahun anggaran 2016 terdapat realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang tidak diterima di rekening Kas Umum Daerah karena penerimaan tersebut diatur tersendiri oleh peraturan yang berlaku, yaitu 47

Pendapatan BLUD (RSUD Kabupaten Batang dan Puskesmas se Kabupaten Batang) yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaaan Keuangan Badan layanan Umum sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2012. Berikut ini penjelasan masing-masing obyek pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah: a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan sebesar Rp378.605.000,00 terdiri atas: 1) Hasil penjualan drum bekas sebesar Rp8.640.000,00. 2) Penjualan hasil penebangan pohon sebesar Rp800.000,00 3) Hasil penjualan bahan-bahan bekas bangunan sebesar Rp22.725.000,00. 4) Penjualan hasil pertanian sebesar Rp296.235.000,00. 5) Penjualan hasil perikanan sebesar Rp50.205.000,00. b. Penerimaan Jasa Giro sebesar Rp3.951.189.532,00 terdiri atas: 1) Penerimaan Jasa Giro Kas Daerah sebesar Rp3.622.045.398,00. 2) Penerimaan Jasa Giro Bendahara sebesar Rp329.144.134,00. c. Pendapatan bunga deposito sebesar Rp12.372.817.313,00 merupakan pendapatan dari penempatan kas daerah pada deposito dengan jangka waktu satu bulan. Penempatan dana kas daerah dalam bentuk deposito merupakan bagian dari manajemen kas daerah yang bertujuan memperoleh hasil maksimal atas kas menganggur (idle cash). d. Penerimaan tuntutan ganti kerugian daerah sebesar Rp23.400.000,00 berasal dari Penerimaan dari kerugian uang/barang daerah. e. Penerimaan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sebesar Rp982.557.470,00 terdiri atas: 1) Bidang Pekerjaan Umum sebesar Rp815.382.256,00 2) Bidang Keluarga Berencana sebesar Rp1.426.920,00 3) Bidang Umum Pemerintahan Rp7.237.810,00 4) Bidang Pertanian dan peternakan Rp47.248.762,00 5) Bidang Kesehatan Rp83.677.113,00 6) Bidang Perdagangan Rp27.584.609,00 f. Pendapatan denda retribusi sebesar Rp12.327.700,00 terdiri atas : 1) Pendapatan denda retribusi perijinan tertentu sebesar Rp10.096.400,00. 48

2) Pendapatan denda keterlambatan pengembalian buku Rp2.231.300,00. g. Pendapatan denda pajak sebesar Rp135.427.371,00 h. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan sebesar Rp857.251.750,00 i. Pendapatan dari pengembalian sebesar Rp1.474.178.284,00 terdiri dari: 1) Sisa pembebanan anggaran sebesar Rp1.353.850.135,00. 2) Lain-lain penerimaan sebesar Rp120.328.149,00. j. Fasilitas Sosial dan fasilitas umum sebesar Rp35.840.000,00 berasal dari sewa MCK di lokasi pasar-pasar. k. Pendapatan BLUD sebesar Rp108.217.793.438,20 berasal dari: 1) Pendapatan BLUD ( RSUD Batang ) sebesar Rp75.063.406.874,00. 2) Pendapatan BLUD ( Puskesmas ) sebesar Rp33.154.386.564,20 l. Pendapatan Ganti Rugi Tanah ( SD Negeri 1 Gringsing ) sebesar Rp4.285.946.918,00. 5.1.1.2 PENDAPATAN TRANSFER Pendapatan Transfer berasal dari Pemerintah Pusat dan Provinsi, meliputi Transfer Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan dan transfer lainnya serta Transfer Pemerintah Provinsi. Realisasi pendapatan transfer Tahun Anggaran 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut: 2016 2015 Pendapatan Transfer Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan 1.105.862.155.273,00 1.031.465.973.389,00 814.899.907.343,00 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya - - 199.918.922.000,00 Transfer Pemerintah Provinsi 90.289.951.250,00 81.881.178.292,00 81.658.566.496,00 1.196.152.106.523,00 1.113.347.151.681,00 1.096.477.395.839,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan transfer Tahun 2016 lebih rendah Rp82.804.954.842,00 atau 4,22%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi Tahun 2015 lebih besar Rp16.869.755.842,00 atau 1,54%. Adapun penjelasan masing-masing pendapatan transfer adalah sebagai berikut: 49

5.1.1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Perimbangan terdiri atas Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus dengan rincian sebagai berikut: Transfer Pemerintah Pusat- Dana Perimbangan: 2016 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Dana Bagi Hasil Pajak 27.829.996.010,00 29.189.706.196,00 21.614.628.717,00 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 7.874.430.263,00 7.455.718.054,00 7.004.632.626,00 (Sumber Daya Alam) Dana Alokasi Umum 790.848.003.000,00 790.848.003.000,00 706.782.246.000,00 Dana Alokasi Khusus 279.309.726.000,00 203.972.546.139,00 79.498.400.000,00 1.105.862.155.273,00 1.031.465.973.389,00 814.899.907.343,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan dana perimbangan Tahun Anggaran 2016 lebih kecil Rp74.396.181.884,00 atau 6,73%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pendapatan dana perimbangan Tahun 2016 lebih besar Rp216.566.066.046,00 atau meningkat 26,58%. Rincian obyek pendapatan dana perimbangan Tahun 2016 yang tidak memenuhi target adalah bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam lebih kecil dari anggarannya sebesar Rp418.712.209,00 dan Dana Alokasi Khusus lebih kecil dari anggarannya sebesar Rp75.337.179.861,00. Dan jika dibandingkan dengan Tahun 2015 dan realisasi dana bagi hasil bukan pajak lebih besar Rp451.085.428,00 atau 0,06%. Adapun rincian Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 5.1.1.2.1.a Dana Bagi Hasil Pajak Pendapatan bagi hasil pajak dari pemerintah pusat terdiri atas bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bagi hasil pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 dan bagi hasil pajak penghasilan pasal 21`dengan rincian sebagai berikut : 2016 2015 Dana Perimbangan-Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Pasal 25 dan 29 Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Pasal 21 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 13.716.511.010,00 15.832.899.546,00 14.046.094.317,00 3.231.312.000,00 2.932.054.758,00 393.149.400,00 10.882.173.000,00 10.424.751.892,00 7.175.385.000,00 27.829.996.010,00 29.189.706.196,00 21.614.628.717,00 50

Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan bagi hasil pajak Tahun 2016 lebih besar Rp1.359.710.186,00 atau 4,89%.. Dan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pendapatan bagi hasil pajak Tahun 2016 meningkat sebesar Rp7.575.077.479,00 atau 35,05%. 5.1.1.2.1.b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak terdiri atas Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam, dengan rincian sebagai berikut: Dana Perimbangan-Bagi Hasil Bukan Pajak: 2016 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagi Hasil dari sumber daya alam kehutanan 178.081.712,00 303.817.869,00 435.467.810,00 Bagi Hasil dari sumber daya alam perikanan 1.051.082.239,00 452.025.539,00 703.264.033,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi 20.984.500,00 36.187.500,00 57.172.500,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi 755.862.062,00 690.804.958,00 22.463.700,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi 4.501.750,00 17.945.050,00 11.570.897,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Umum 186.000,00 186.000,00 26.900.686,00 Bagi Hasil Cukai Tembakau 5.863.732.000,00 5.954.751.138,00 5.747.793.000,00 7.874.430.263,00 7.455.718.054,00 7.004.632.626,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan bagi hasil bukan pajak Tahun 2016 lebih rendah Rp418.712.209,00 atau 5,32 %. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pendapatan bagi hasil bukan pajak Tahun 2016 lebih tinggi Rp451.085.428,00. 5.1.1.2.1.c Dana Alokasi Umum (DAU) DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Alokasi DAU Tahun 2016 ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2016 dan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2016 tentang Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2016. 51

Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, alokasi DAU untuk Kabupaten Batang adalah sebesar Rp790.848.003.000,00. Alokasi DAU Tahun Anggaran 2016 untuk Kabupaten Batang telah diterima seluruhnya pada Tahun Anggaran 2016. Penerimaan DAU Tahun 2016 ini lebih tinggi Rp84.065.757.000,00 dari penerimaan DAU Tahun 2015 atau 11,89 %. 5.1.1.2.1.d Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) DAK merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Alokasi DAK Tahun 2016 ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 137 tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah tahun 2016 dan Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2016 tentang Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan tahun 2016. Dana DAK untuk Kabupaten Batang terdiri dari DAK fisik dan DAK Non Fisik, dengan rincian sebagai berikut: 52

2016 2015 Dana Alokasi Khusus: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Dana Alokasi Khusus ( Fisik) DAK Bidang Pendidikan 5,123,040,000.00 4,098,432,000.00 31,100,230,000.00 DAK Bidang Kesehatan 17,329,084,000.00 17,329,084,000.00 20,449,060,000.00 DAK Bidang perumahan, air minum 2,285,130,000.00 dan Sanitasi 1,148,006,000.00 1,148,005,665.00 2,187,870,000.00 DAK Kelautan dan Perikanan 1,533,188,000.00 1,226,550,000.00 3,431,980,000.00 DAK Pertanian 4,691,676,000.00 3,753,341,000.00 4,763,110,000.00 DAK Lingkungan Hidup 1,012,544,000.00 1,012,544,000.00 1,116,040,000.00 DAK Keluarga Berencana 976,011,000.00 976,011,488.00 1,434,920,000.00 DAK Kehutanan 1,153,916,000.00 1,153,916,052.00 1,286,420,000.00 DAK Perhubungan 283,905,000.00 283,905,000.00 534,260,000.00 DAK Sarana Perdagangan 2,085,960,000.00 2,085,960,000.00 - DAK Rujukan 7,455,366,000.00 7,455,366,000.00 - DAK infra struktur publik 56,811,304,000.00 56,811,303,934.00 Jumlah 99,604,000,000.00 97,334,419,139.00 68,589,020,000.00 DAK Non Fisik DAK DAK Bant opr PAUD 7,668,000,000.00 7,668,000,000.00 - DAK Tunjangan Profesi Guru 159,423,541,000.00 87,682,947,000.00 - DAK Tambahan Penghasilan Guru 2,948,900,000.00 1,621,895,000.00 - DAK Bantuan Operasional Keshtn 5,880,315,000.00 5,880,315,000.00 - DAK Akreditasi Puskesmas 729,126,000.00 729,126,000.00 - DAK Jaminan Persalinan 1,270,750,000.00 1,270,750,000.00 - DAK Bantuan Operasional KB 706,500,000.00 706,500,000.00 - DAK Proyek Pemda dan desentralisasi Bid Air 166,748,000.00 166,748,000.00 - DAK Proyek Pemda dan desentralisasi Bid Irigasi 429,720,000.00 429,720,000.00 4,297,200,000.00 DAK Proyek Pemda dan desentralisasi Bid Jalan 482,126,000.00 482,126,000.00 6,612,180,000.00 Jumlah 179,705,726,000.00 106,638,127,000.00 10,909,380,000.00 Jumlah Total DAK 279,309,726,000.00 203,972,546,139.00 79,498,400,000.00 Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik Tahun 2016 terealisasi sebesar Rp97.334.429.139,00 atau 97,72%, karena waktunya tidak cukup, sedangkan Dana Alokasi Khusus Non Fisik terealisasi sebesar Rp106.638.127.000,00 atau 59,34%, karena penghentian penyaluran Tunjangan profesi Guru PNSD tahun 2016 Triwulan III dan IV sesuai dengan surat Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kemeterian Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-579/PK/2016 Perihal Penyampaian Informasi kepada Daerah tentang Penghentian Penyaluran Dana Tunjangan Profesi Guru dan Tambahan Penghasilan TA 2016 dan surat Didrektur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 27001/B/PR/2016 Perihal Penggunaan Dana (SILPA) dan Penghentian Penyaluran Transfer TPG dan 53

DTP tahun 2016 tanggal 23 Agustus 2016. Jika dibandingkan dengan realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2015, maka realisasi pada Tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar Rp124.474.146.139,00 atau 156,57%. 5.1.1.2.2 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Batang tidak menerima transfer Pemerintah Pusat Lainnya, karena tunjangan profesi guru dan dana tambahan penghasilan guru masuk di Pendapatan Dana Alokasi Khusus non fisik. 5.1.1.2.3 Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi Pendapatan transfer pemerintah provinsi terdiri atas bagi hasil pajak dan bagi hasil lainnya dengan perincian sebagai berikut: 2016 2015 Transfer Pemerintah Provinsi: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagi Hasil Pajak: Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor 12.602.199.750,00 15.228.063.892,00 12.866.812.824,00 Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan 16.040.058.000,00 14.525.750.158,00 15.099.328.130,00 Bermotor Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan 30.702.542.250,00 21.436.310.938,00 24.413.789.613,00 Bermotor Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan 13.598.250,00 23.846.000,00 17.790.015,00 Pemanfaatan Air Permukaan Bagi hasil dari pajak rokok 30.931.553.000,00 30.667.207.304,00 29.260.845.914,00 90.289.951.250,00 81.881.178.292,00 81.658.566.496,00 Dari tabel di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan transfer Pemerintah Provinsi lebih kecil Rp8.408.772.958,00 atau 9,31%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi Tahun 2015 lebih tinggi Rp222.611.796,00 atau meningkat 0,27%. 5.1.1.3 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Lain-lain Pendapatan Yang Sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Transfer meliputi bantuan keuangan dari provinsi dengan realisasi Tahun 2016 dan 2015 sebagai berikut: 54

2016 2015 Lain-lain Pendapatan yang Sah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Pendapatan Hibah 2.000.000.000,00 Pendapatan Lainnya 180.572.228.909,00 175.309.382.963,00 40.081.940.615,00 Berikut ini penjelasan masing-masing obyek Lain-lain Pendapatan yang Sah yang berasal dari pendapatan lainnya terdiri dari : a. Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya sebesar Rp22.161.900.000,00 meliputi : FEDEP sebesar Rp85.000.000,00. TMMD sebesar Rp340.000.000,00. Penyusunan sistem informasi profil daerah sebesar Rp50.000.000,00. Pendidikan Untuk Semua (PUS) sebesar Rp50.000.000,00. TKPKD sebesar Rp50.000.000,00 Bantuan akibat kekurangan yodium (GAKY) sebesar Jumlah 180.572.228.909,00 175.309.382.963,00 42.081.940.615,00 Rp40.000.000,00 Bantuan sarana dan prasarana sebesar Rp16.500.000.000,00 berupa pembangunan pasar Batang sebesar Rp9.000.000.000,00, peningkatan jalan ruas Limpung- Kalangsono- Bulu sebesar Rp4.000.000.000,00, peningkatan jalan ruas Plelen Kedawung sebesar Rp2.000.000.000,00 dan Pembangunan jembatan Pandansari Karangdadap sebesar Rp1.500.000.000,00. Bantuan Pendidikan sebesar Rp4.777.900.000,00 Belanja Operasional Rp269.000.000,00 berupa rintisan desa berdikari sebesar Rp30.000.000,00 dan pendampingan KPMD sebesar Rp239.000.000,00 b. Pendapatan Dana Desa sebesar Rp149.403.922.000,00 c. Kompensasi atas Pembayaran Pajak PPh pasal 21 sebesar Rp3.743.560.963,00 5.1.2. BELANJA Belanja daerah merupakan pengeluaran daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Belanja Daerah terdiri atas belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga. Anggaran dan realisasi belanja Tahun 2016 untuk masing-masing SKPD disajikan pada lampiran 1a. 55

Anggaran dan realisasi belanja daerah Tahun Anggaran 2016 serta realisasi Tahun Anggaran 2015, adalah sebagai berikut: 2016 2015 Belanja Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Operasi 1.203.583.978.123,63 1.066.297.357.934,47 1.026.867.185.066,57 Belanja Modal 253.461.277.110,12 223.872.059.440,00 193.435.878.499,00 Belanja Tidak Terduga 2.000.000.000,00 651.518.915,00 86.163.000,00 Transfer 270.547.983.779,00 269.964.478.200,00 147.775.522.600,00 1.729.593.239.012,75 1.560.785.414.489,47 1.368.164.749.165,57 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja Tahun 2016 lebih rendah Rp168.807.824.523,28. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi belanja Tahun 2016 lebih besar Rp192.620.665.323,90 atau 14,08% Berikut penjelasan untuk masing-masing kelompok belanja: 5.1.2.1 BELANJA OPERASI Belanja operasi meliputi pengeluaran untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah yang memberikan manfaat jangka pendek. Belanja Operasi terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja bantuan sosial, dan belanja bantuan keuangan, dengan rincian sebagai berikut: 2016 2015 Belanja Operasi: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Pegawai 825,822,610,015.00 731,922,018,282.00 711,289,300,333.00 Belanja Barang 278,050,040,673.11 226,141,318,352.47 273,351,994,394.57 Bunga 45,000,000.00 4,967,873.00 24,239,434.00 Hibah 70,684,493,800.00 80,443,356,570.00 26,078,153,700.00 Bantuan Sosial 28,171,900,000.00 27,062,495,959.00 15,486,936,091.00 Bantuan Keuangan 809,933,635.00 723,200,898.00 636,561,114.00 1,203,583,978,123.11 1,066,297,357,934.47 1,026,867,185,066.57 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja operasi Tahun 2016 lebih rendah Rp137.286.620.189,16 atau 11,41%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi belanja operasi Tahun 2016 lebih besar Rp39.430.172.867,90 atau 3,84%. 56

5.1.2.1.1 Belanja Pegawai Belanja pegawai terdiri atas belanja langsung dan belanja tidak langsung dengan rincian anggaran dan realisasi Tahun Anggaran 2016 sebagai berikut: Belanja Pegawai: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Tidak Langsung: Gaji dan Tunjangan 490.828.015.653,00 483.406.787.545,00 98,49 (7.421.228.108,00) (1,51) Tambahan Penghasilan PNS 245.770.393.230,00 167.692.494.700,00 68,23 (78.077.898.530,00) (31,77) Belanja Lain Pimpinan dan anggota DPRD serta KDH/WKDH 4.002.000.000,00 3.989.400.000,00 99,69 (12.600.000,00) (0,31) Biaya Pemungutan Pajak Daerah 3.657.587.500,00 3.551.925.883,00 97,11 (105.661.617,00) (2,89) 744.257.996.383,00 658.640.608.128,00 88,50 (85.617.388.255,00) (11,50) Belanja Langsung: Honorarium PNS 25.605.829.900,52 23.163.717.547,00 90,46 (2.442.112.353,52) (9,54) Honorarium Non PNS 25.390.155.832,00 23.484.571.450,00 92,49 (1.905.584.382,00) (7,51) Uang Lembur 2.457.264.700,00 2.052.588.200,00 83,53 (404.676.500,00) (16,47) Belanja pegawai BLUD 28.111.363.200,00 24.580.532.957,00 87,44 (3.530.830.243,00) (12,56) 81.564.613.632,52 73.281.410.154,00 89,84 (8.283.203.478,52) (10,16) 825.822.610.015,52 731.922.018.282,00 88,63 (93.900.591.733,52) (11,37) Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa realisasi belanja pegawai tahun 2016 sebesar Rp731.922.018.282,00 (88,63%) dengan sisa anggaran sebesar Rp93.900.591.733,52 (11,37%). Realisasi belanja pegawai yang tidak terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan sebesar Rp658.640.608.128,00, diantaranya diperuntukkan bagi pembayaran gaji dan tunjangan PNS dan CPNS (termasuk guru), gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD dan biaya pemungutan pajak daerah. Realisasi belanja pegawai yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan sebesar Rp73.281.410.154,00, diantaranya dalam bentuk honorarium panitia pelaksana kegiatan, honorarium tim dan honorarium tenaga ahli. 5.1.2.1.2 Belanja Barang Anggaran dan realisasi belanja barang Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut : 57

Belanja Barang: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Bahan Pakai Habis 15,730,142,872.00 14,497,390,844.00 92.16 (1,232,752,028.00) (7.84) Belanja Bahan/Material 15,416,574,204.00 15,150,893,035.00 98.28 (265,681,169.00) (1.72) Belanja Jasa Kantor 44,217,897,406.00 41,428,558,426.00 93.69 (2,789,338,980.00) (6.31) Belanja Premi Asuransi 1,148,331,000.00 305,844,457.00 26.63 (842,486,543.00) (73.37) Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 10,530,335,875.00 9,326,866,712.00 88.57 (1,203,469,163.00) (11.43) Belanja Cetak Dan Penggandaan 8,782,352,820.00 8,386,429,127.00 95.49 (395,923,693.00) (4.51) Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 5,963,054,500.00 5,478,108,686.00 91.87 (484,945,814.00) (8.13) Belanja Makan Minum 15,397,652,950.00 13,216,099,245.00 85.83 (2,181,553,705.00) (14.17) Belanja Pakaian Dinas Dan Atributnya 3,464,701,300.00 3,388,772,000.00 97.81 (75,929,300.00) (2.19) Belanja Perjalanan Dinas 24,423,492,639.00 22,312,824,902.00 91.36 (2,110,667,737.00) (8.64) Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi Dan Bimbingan Teknis PNS 4,814,035,800.00 3,911,729,816.00 81.26 (902,305,984.00) (18.74) Belanja perjalanan pindah tugas - - #DIV/0! Belanja Pemeliharaan 13,533,530,825.00 9,083,074,669.00 67.12 (4,450,456,156.00) (32.88) Belanja Jasa konsultasi 7,474,656,500.00 7,189,075,400.00 96.18 (285,581,100.00) (3.82) Belanja Survey dan Penyusunan Design Enginering 248,591,000.00 243,641,900.00 98.01 (4,949,100.00) (1.99) Belanja Barang dan Jasa BLUD 82,990,587,033.11 65,862,812,258.47 79.36 (17,127,774,774.64) (20.64) Belanja Barang dan Jasa Dana JKN 359,173,875.00 359,173,875.00 100.00 - - Belanja jasa narasumber /instruktur/tenaga ahli/pembicara 6,399,466,000.00 6,000,023,000.00 93.76 (399,443,000.00) (6.24) Jumlah 260,894,576,599.11 226,141,318,352.47 86.68 (34,753,258,246.64) (13.32) Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa belanja barang pada tahun 2016 direalisasikan sebesar Rp226.141.318.352,47 (86,68%) dari anggaran yang telah ditetapkan dengan sisa anggaran sebesar Rp34.753.258.246,64 atau 13,32% Pada tahun 2016 terdapat realisasi Belanja Barang yang tidak melalui Rekening Kas Umum Daerah karena pengeluaran belanja tersebut diatur tersendiri oleh peraturan yang berlaku, yaitu pengeluaran belanja BLUD (RSUD ) Kabupaten Batang dan BLUD ( Puskesmas ) yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2012. 5.1.1.1.3 Belanja Bunga Belanja bunga digunakan untuk membayar bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka panjang. 58

Realisasi belanja bunga tahun 2016 sebesar Rp4.967.873,00 dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp45.000.000,00, realisasi bunga utang pinjaman lebih rendah Rp40.032.127 atau 88,98%. 5.1.2.1.4 Belanja Subsidi Belanja Subsidi adalah pengeluaran pemerintah daerah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat. Pemerintah Kabupaten Batang tidak menganggarkan dan tidak merealisasikan belanja dimaksud. 5.1.2.1.5 Belanja Hibah Belanja hibah digunakan untuk pemberian uang, barang dan atau jasa dari pemerintah daerah kepada perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Dari yang dianggarkan sebesar Rp87.839.957.874,00 terealisasi sebesar Rp80.443.456.570,00 tidak terserap sebesar Rp7.396.601.304,00 atau 8,42%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan Tahun 2015 maka realisasi Tahun 2016 lebih besar Rp54.365.202.870,00 atau 208,47%. Anggaran dan realisasi belanja hibah Tahun 2016 serta perbandingannya dengan realisasi Tahun 2015 adalah sebagai berikut: Belanja Hibah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) hibah kepada badan/lembaga/organisasi hibah kepada kelompok /anggota masyarakat 2016 2015 64,339,994,800.00 62,434,154,500.00 18,767,996,700.00 23,499,963,074.00 18,009,202,070.00 7,310,157,000.00 87,839,957,874.00 80,443,356,570.00 26,078,153,700.00 Belanja hibah kepada Badan/Lembaga/organisasi meliputi : 1. Pengembangan sarana dan prasarana PAUD (Disdikpora Kab. Batang) sebesar Rp60.000.000,00 2. Badan Operasional Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Formal (Disdikpora Kab. Batang ) sebesar Rp1.905.000.000,00 59

3. Bantuan Operasional Sarana Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Non Formal (Disdikpora Kab.Batang ) sebesar Rp740.000.000,00 4. Penyelnggaraan Paket A setara SD (Disdikpora Kab. Batang) sebesar Rp90.000.000,00 5. Penyelenggaraan Paket B setara SMP ( Disdikpora Kab. Batang ) sebesar Rp200.000.000,00 6. Penyelenggaraan Paket C setara SMU ( Disdikpora Kab.Batang ) sebesar Rp325.000.000,00 7. Bantuan Operasional Sekolah dan Penyelenggaraan Ujian SMP/MTs Swasta sebesar Rp180.708.000,00 8. Bantuan Operasional Sekolah dan Penyelenggaraan Ujian SMA/SMK (Disdikpora Kab. Batang ) sebesar Rp242.801.700,00 9. Pembangunan Gedung Sekolah sebesar Rp793.000.000,00 10. Penambahan ruang kelas sekolah sebesar Rp430.000.000,00 11. Penambahan Ruang Guru Sekolah sebesar Rp97.500.000,00 12. Pembangunan Sarana Prasarana bermain sebesar Rp65.000.000,00 13. Pembangunan taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir sebesar Rp145.000.000,00 14. Pembangunan Sarana Air Bersih dan sanitary sebesar Rp8.000.000,00 15. Pengadaan alat praktek dan peraga siswa sebesar Rp80.000.000,00 16. Pengadaan mebeleur sekolah sebesar Rp20.000.000,00 17. Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah sebesar Rp130.000.000,00 18. Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas sekolah sebesar Rp110.000.000,00 19. Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas sekolah (pemasangan plafon) sebesar Rp30.000.000,00 20. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini sebesar Rp50.000.000,00 21. Penambahan Ruang Kelas baru sebesar Rp100.000.000,00 22. Penambahan ruang Kelas Sekolah sebesar Rp200.000.000,00 23. Pembangunan gedung sekolah (PAUD) sebesar Rp445.000.000,00 24. Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah sebesar Rp140.000.000,00 25. Pembangunan Gedung Sekolah (TK) sebesar Rp965.000.000,00 60

26. Pembangunan taman, lapangan upacara dan fasilitas parker sebesar Rp35.000.000,00 27. Pengadaan mebeleur sekolah sebesar Rp50.369.800,00 28. Rehabilitasi sedang berat bangunan sekolah ( akseleresi Disdikpora Kab.Batang ) sebesar Rp50.000.000,00 29. Belanja Hibah Formi (Bagian Kesra ) sebesar Rp15.000.000,00 30. Belanja Hibah KONI sebesar Rp1.000.000.000,00 31. Belanja Hibah KORPRI sebesar Rp50.000.000,00 32. Belanja Hibah KPAD sebesar Rp400.000.000,00 33. Belanja Hibah LVRI sebesar Rp10.000.000,00 34. Belanja Hibah PCNU sebesar Rp2.298.000.000,00 35. Belanja Hibah PD Muhammadiyah sebesar Rp328.000.000,00 36. Belanja Hibah PEPABRI sebesar Rp10.000.000,00 37. Belanja Hibah PMI sebesar Rp250.000.000,00 38. Belanja Hibah PRAMUKA sebesar Rp500.000.000,00 39. TMMD, Pendamping TMMD dan Bhakti TNI sebesar Rp690.000.000,00 40. Belanja Hibah Generasi Muda dan Olah Raga Masyarakat sebesar Rp811.500.000,00 41. Belanja Hibah KPU, Panwas dan Pengamanan Pemilu sebesar Rp32.041.995.000,00 42. Belanja Hibah Kesenian sebesar Rp202.000.000,00 43. Belanja Hibah Pertinda sebesar Rp30.000.000,00 44. Belanja Hibah Sarana Ibadah sebesar Rp5.163.500.000,00 45. Belanja Hibah ormas/yayasan/lsm sebesar Rp42.500.000,00 46. Belanja Hibah Majlis Taklim, jamaah tahlil dan Pondok Pesantren sebesar Rp1.056.000.000,00 47. Belanja Rehab Sedang / Berat bangunan sekolah Bagian Kesra Rp.206.000.000,00 48. Belanja Hibah Rehab Play Group sebesar Rp20.000.000,00 49. Belanja Hibah PD Rifaiyah sebesar Rp400.000.000,00 50. Belanja Hibah KNPI sebesar Rp105.000.000,00 51. Belanja Bantuan kepada Dharma Wanita sebesar Rp87.500.000,00 52. Belanja Hibah FPTI sebesar Rp20.000.000,00 61

53. Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Paket A sebesar Rp30.000.000,00 54. Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Paket B sebesar Rp60.000.000,00 55. Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Paket C sebesar Rp146.000.000,00 56. Bantuan Kursus Kewirausahaan Desa sebesar Rp150.000.000,00 57. Bantuan Fasilitasi Penguatan Manajemen Desa Vokasi sebesar Rp105.000.000,00 58. Bantuan Fasilitasi Keakasaraan Dasar sebesar Rp183.600.000,00 59. Bantuan Fasilitasi Keaksaraan Lanjutan sebesar Rp126.000.000,00 60. Bantuan Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar sebesar Rp100.000.000,00 61. Bantuan Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Kursus dan Pelatihan (LKP) sebesar Rp100.000.000,00 62. Bantuan Fasilitasi Rintisan Taman Bacaan Masyarakat Desa Vokasi sebesar Rp75.000.000,00 63. Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini sebesar Rp7.507.800.000,00 64. Pembangunan Ruang Kelas Baru (MA) sebesar Rp90.000.000,00 65. Bantuan Pengadaan Sarana Alat Pendidikan sebesar Rp30.000.000,00 66. Bantuan Rehab Gedung Sekolah (RA) sebesar Rp25.000.000,00 67. Bantuan Pendampingan BOS Provinsi Jawa Tengah Jenjang SD/MI sebesar Rp41.280.000,00 68. Bantuan Pendampingan BOS Provinsi Jawa Tengah Jenjang SMP/MTs sebesar Rp145.100.000,00 69. Hibah kepada KODIM Batang sebesar Rp70.000.000,00 70. Hibah kepada Kanminvetcad IV-09 /BTG sebesar Rp25.000.000,00 Sedangkan belanja hibah kepada kelompok anggota masyarakat meliputi : 1. Belanja barang yang diserahkan kepada mayarakat sebesar Rp10.925.733.570,00 2. Uang yang diserahkan ke masyarakat sebesar Rp1.873.950.000,00 3. Belanja hibah kemsayarakatan sebesar Rp1.165.000.000,00 62

4. Belanja Hibah usaha ekonomi desa simpan pinjam sebesar Rp140.000.000,00 5. Belanja hibah UP2K PKK sebesar Rp85.000.000,00 6. Hibah kepada kelompok masyarakat Lakpesdam NU sebesar Rp250.000.000,00 7. Belanja Hibah Kelompok Usaha Bersama sebesar Rp850.400.000,00 8. Pembanguna Prasarana dan Sarana Sanitasi sebesar Rp460.368.500,00 9. Hibah Air Minum Pedesaan sebesar Rp760.000.000,00 10. Belanja Hibah TPQ dan Madin sebesar Rp1.391.750.000,00 11. Belanja Hibah rehab Makam sebesar Rp107.000.000,00 5.1.2.1.6 Belanja Bantuan Sosial Bantuan sosial merupakan pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus-menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pada Tahun 2016 realisasi bantuan sosial sebesar Rp27.062.495.959,00 lebih kecil Rp1.109.404.041,00 atau 3,94% dari anggarannya. Dan jika dibandingkan dengan Tahun 2015 maka realisasi belanja bantuan social naik sebesar Rp11.575.559.868,00 atau 74,75% sebagaimana tampak dalam tabel di bawah ini: Bantuan Sosial Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bant.sosial kpd kelompok masyarakat Bant.sosial kpdanggota masyarakat 2016 120.000.000,00 70.000.000,00 2015 28.051.900.000,00 26.992.495.959,00 15.486.936.091,00 28.171.900.000,00 27.062.495.959,00 15.486.936.091,00 Bantuan sosial kepada anggota masyarakat sebesar Rp70.000.000,00 meliputi: 1. Bantuan fasilitasi Posyandu Rp30.000.000,00. 2. Bantuan lumbung Desa sebesar Rp40.000.000,00 Bantuan sosial kepada anggota masyarakat sebesar Rp26.992.495.959,00 meliputi : 63

1. Bantuan beasiswa untuk untuk masyarakat berprestasi sebesar Rp113.500.000,00 2. Bantuan penyandang masalah social sebesar Rp367.335.000,00 3. Bantuan tunjangan kesejahteraan Guru TK, RA dan BA sebesar Rp856.800.000,00 4. Bantuan Tunjangan Kesejateraan Guru TPQ dan Madin sebesar Rp3.999.600.000,00 5. Bantuan Yatim Piatu sebesar Rp90.400.000,00 6. Jaminan Kesehatan Daerah sebesar Rp14.904.986.959,00 7. Bantuan Pemugaran Rumah Tidak Layak Huni sebesar Rp4.062.000.000,00 8. Bantuan penyediaan makanan tambahan anak sekolah sebesar Rp864.000.000,00 9. Bantuan pemberian makanan tambahan Posyandu sebesar Rp24.624.000,00 10. Bantuan keuangan bagi calon transmigrasi sebesar Rp28.000.000,00 11. Penerimaan tambahan kesejahteraan tenaga medis pusat di Kabupaten Batang TA 2016 sebesar Rp197.000.000,00 12. Bantuan uang duka bagi keluarga TKI sebesar Rp6.000.000,00 13. Bantuan social bagi penyandang Disabilitas berat sebesar Rp198.000.000,00 14. Bantuan social bagi usia lanjut terlantar sebesar Rp224.250.000,00 15. Bantuan Pemugaran Rumah Tidak Layak Huni ( perubahan ) sebesar Rp1.056.000.000,00 5.1.2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan. Belanja bantuan keuangan berupa bantuan keuangan kepada partai politik, realisasinya sebesar Rp723.200.898,00 dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp809.933.635,00 lebih rendah sebesar Rp86.732.737,00 atau 10,71%. Realisasi bantuan keuangan kepada partai politik meliputi : 1. Nasdem sebesar Rp62.932.975,00 2. PKB sebesar Rp128.690.583,00 3. PKS sebesar Rp38.452.190,00 4. PDI P sebesar Rp159.592.713,00 64

5. GOLKAR sebesar Rp86.639.784,00 6. GERINDRA sebesar Rp98.516.901,00 7. DEMOKRAT sebesar Rp67.178.461,00 8. PAN sebesar Rp42.382.774,00 9. HANURA sebesar Rp38.814.517,00 5.1.2.2 Belanja Modal Belanja modal mencakup pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta aset tetap lainnya yang terdiri atas: Tahun 2016 Tahun 2015 Belanja Modal: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Tanah 4.859.787.917,00 3.509.888.570,00 3.296.302.600,00 Belanja Peralatan dan Mesin 26.734.121.345,00 23.678.348.876,00 46.780.624.061,00 Belanja Gedung dan Bangunan 125.083.280.355,00 112.492.685.207,00 90.831.466.980,00 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 82.739.682.435,00 74.922.932.651,00 52.066.414.183,00 Belanja Aset Tetap Lainnya 1.328.878.000,00 470.007.800,00 461.070.675,00 Belanja Aset Lainnya 12.715.527.058,00 8.798.196.336,00 253.461.277.110,00 223.872.059.440,00 193.435.878.499,00 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja modal Tahun 2016 lebih rendah Rp29.589.217.670,12 atau 11,637%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2015, realisasi belanja modal Tahun 2016 lebih besar Rp30.436.180.941,00 atau 15,74%. Realisasi belanja modal sudah termasuk biaya biaya untuk memperoleh aset tetap tersebut. 65

Realisasi belanja modal berdasarkan obyek belanja disajikan pada tabel berikut: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Modal Pengadaan Tanah 4.859.787.917 3.509.888.570 72,22 (1.349.899.347) (27,78) Belanja Modal Peralatan dan Mesin: Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Berat 120.925.000 119.175.000 98,55 (1.750.000) (1,45) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Angkutan 10.242.504.500 10.018.234.750 97,81 (224.269.750) (2,19) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Bengkel 92.500.000 90.882.450 98,25 (1.617.550) (1,75) Belanja Modal Pengadaan Alat-AlatPertanian Dan Peternakan 31.539.220 31.534.000 99,98 (5.220) (0,02) Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kantor Rumah Tangga 7.322.016.300 6.709.594.176 91,64 (612.422.124) (8,36) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Studio 391.679.610 376.477.300 96,12 (15.202.310) (3,88) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Komunikasi 345.749.000 327.067.500 94,60 (18.681.500) (5,40) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Ukur 664.700.000 350.598.000 52,75 (314.102.000) (47,25) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran 6.633.683.315 4.935.073.400 74,39 (1.698.609.915) (25,61) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Laboratorium 769.019.400 607.247.500 78,96 (161.771.900) (21,04) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Persenjataan/Keamanan 119.805.000 112.464.800 93,87 (7.340.200) (6,13) 26.734.121.345 23.678.348.876 88,57 (3.055.772.469) (11,43) Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian Bangunan 125.083.280.355 112.492.685.207 89,93 (12.590.595.148) (10,07) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan: Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan 62.979.931.400 60.983.972.146 96,83 (1.995.959.254) (3,17) Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan 6.534.412.000 1.660.967.215 - (4.873.444.785) - Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air 12.227.491.535 11.388.927.940 93,14 (838.563.595) (6,86) Belanja Modal Pengadaan Penerangan Jalan, Taman Dan Hutan Kota - - #DIV/0! - #DIV/0! Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik Dan Telepon 997.847.500 889.065.350 89,10 (108.782.150) (10,90) 82.739.682.435 74.922.932.651 90,55 (7.816.749.784) (9,45) Belanja Modal Aset Tetap Lainnya: Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan 960.150.000 107.072.800 11,15 (853.077.200) (88,85) Belanja Modal Pengadaan Barang Bercorak Kesenian, Kebudayaan - - #DIV/0! - #DIV/0! Belanja Modal Pengadaan Hewan/Ternak Dan Tanaman 368.728.000 362.935.000 98,43 (5.793.000) (1,57) 1.328.878.000 470.007.800 35,37 (858.870.200) (64,63) Belanja Modal Aset Lainnya: 12.715.527.058 8.798.196.336 69,19 (3.917.330.722) (30,81) Jumlah Belanja Modal 253.461.277.110 223.872.059.440 88,33 (29.589.217.670) (11,67) 5.1.2.2.1 Belanja Modal Tanah Belanja modal tanah pada tahun 2016 terealisasi sebesar Rp3.509.888.570,00 atau 88,01% dari anggaran sebesar Rp4.859.787.917,00. Pengeluaran belanja atas tanah terinci pada SKPD tercantum dalam lampiran 2. 5.1.2.2.2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja modal peralatan dan mesin pada tahun 2016 terealisasi sebesar Rp23.678.348.876,00 - atau 88,57% dari anggaran sebesar Rp26.734.121.345,00.Pengeluaran belanja atas peralatan dan mesin terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 2. 66

5.1.2.2.3 Belanja Modal Bangunan dan Gedung Belanja modal bangunan dan gedung pada tahun 2016 terealisasi sebesar Rp112.492.685.207,00- atau 89,93% dari anggaran sebesar Rp125.083.280.355,00.Pengeluaran belanja modal bangunan dan gedung terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 2. 5.1.2.2.4 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Anggaran belanja modal jalan, iriasi dan jaringan pada tahun 2016 adalah sebesar Rp82.739.682.435,00 terealisasi sebesar Rp74.922.932.651,00 atau 90,55%.Pengeluaran belanja modal jalan, irigasi dan jaringan terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 2. 5.1.2.2.5 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Anggaran belanja modal aset tetap lainnya meliputi buku dan kepustakaan, barang bercorak seni dan hewan ternak dan tanaman pada tahun 2016 adalah sebesar Rp1.328.878.000,00 terealisasi sebesar Rp470.007.800,00 atau 35,37%.Pengeluaran belanja modal aset tetap lainnya terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 2. 5.1.2.2.6 Belanja Modal Aset Lainnya Anggaran dan realisasi belanja modal aset lainnya tahun 2016 sebesar Rp12.725.527.058,00 terealisasi sebesar Rp8.798.196.336,00 atau 69,19%. Pengeluaran belanja modal aset lainnya terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 2. 5.1.2.3 Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga (BTT) adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bantuan sosial dan pengeluaran tak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah. Pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan adalah pengeluaran-pengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang berhubungan langsung dengan masyarakat, tetapi anggarannya tidak tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Realisasi belanja tidak terduga sebesar Rp651.518.915,00 atau 32,58% dari anggaran sebesar Rp2.000.000.000,00. Dibandingkan dengan realisasi tahun 67

2015 Rp86.163.000,00 maka realisasi Tahun 2016 naik sebesar Rp565.355.915,00 atau 656,15%. Realisasi belanja tersebut dipergunakan untuk penyetoran kembali sisa Bantuan Operasional Sekolah (BOS Tahun 2011) Kabupaten Batang TA 2016 yang dikelola oleh DISDIKPORA Kabupaten Batang. 5.1.2.4 Belanja Transfer Akun transfer digunakan untuk menampung pengeluaran uang dari Pemerintah Kabupaten Batang ke entitas pelaporan lain. Pada tahun 2016 Pemerinah Kabupaten Batang mengalokasikan pengeluaran transfer ke Desa sebesar Rp270.547.983.779,00 dan direalisasikan sebesar Rp269.964.478.200,00 (99,78%). Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi Tahun 2016 lebih tinggi Rp122.188.955.600,00 atau 82,69%.. Belanja Transfer / Bagi Hasil Ke Desa terdiri dari: 5.1.2.4.1.a Bagi Hasil Pajak Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Pajak Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 sebesar Rp0,00 5.1.2.4.1.b Bagi Hasil Retribusi Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Retribusi Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0,00 5.1.2.4.1.c Bagi Hasil Lainnya Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Lainnya Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0,00 5.1.2.4.d Transfer ke Desa Realisasi belanja transfer sebesar Rp269.964.478.200,00 dipergunakan untuk pengeluaran sebagai berikut: a) Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp82.626.172.600,00. b) Bantuan Penyelenggaraan Pilkades sebesar Rp1.012.943.600,00 c) Bantuan Dana Desa (APBN) sebesar sebesar Rp149.403.922.000,00. d) Bantuan Pembangunan/ Renovasi balai desa sebesar Rp265.000.000,00 e) Pembangunan Pembangunan Gedung Posyandu sebesar Rp300.000.000,00. 68

f) Bantuan Pembangunan Pasar Desa sebesar Rp530.000.000,00. g) Bantuan Percepatan Pemerataan Pembangunan Desa Lunas PBB P2 sebesar Rp6.300.000.000,00. h) Bantuan Pembangunan infra struktur Desa sebesar Rp570.000.000,00 i) Bantuan sarana prasarana desa sebesar Rp114.500.000,00 j) Bantuan sarana prasarana air bersih sebesar Rp50.000.000,00 k) Pembangunan PKD sebesar Rp675.000.000,00. l) Bantuan Keuangan kepada Desa sebesar Rp22.436.690.000,00. m) Bantuan Keuangan untuk kemasyarakatan sebesar Rp100.000.000,00 n) Bantuan pembangunan/rehab balai/kantor desa sebesar Rp5.580.250.000,00 5.1.3 PEMBIAYAAN Pembiayaan merupakan transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Defisit atau surplus terjadi apabila ada selisih antara anggaran pendapatan daerah dan belanja daerah. Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Daerah meliputi Penerimaan dan Pengeluaran, dengan anggaran dan realisasi Tahun Anggaran 2016 dan 2015 serta Pembiayaan Netto, adalah sebagai berikut: 2016 2015 Pembiayaan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Penerimaan Pembiayaan 159.948.419.032,75 159.948.419.032,23 137.474.382.139,99 2 Pengeluaran Pembiayaan 4.086.200.000,00 4.081.253.282,00 5.627.459.063,00 Pembiayaan Netto 155.862.219.032,75 155.867.165.750,23 131.846.923.076,99 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pembiayaan neto tahun 2016 lebih rendah Rp4.946.717,48 atau 0,01%. Sedangkan bila dibandingkan 69

dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pembiayaan netto 2016 lebih tinggi Rp24.020.242.673,24 atau 18,22%. 5.1.3.1 Penerimaaan Pembiayaan Penerimaan pembiayaan mencakup penerimaan kas daerah yang berasal dari penggunaan SILPA tahun lalu, pencairan dana cadangan, penerimaan pinjaman daerah, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman, dengan rincian sebagai berikut: 2016 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) a Penggunaan SILPA 159.948.419.032,75 159.948.419.032,23 137.474.382.139,99 b Pencairan dana cadangan - c Penerimaan Pinjaman Daerah - d Penerimaan Kembali Pemberian - Pinjaman Daerah Penerimaan Pembiayaan 159.948.419.032,75 159.948.419.032,23 137.474.382.139,99 5.1.3.1.1 Penggunaan Sisa Pembiayaan Anggaran (SILPA) Penggunaan Sisa Pembiayaan Anggaran (SILPA) merupakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun 2015 yang dialokasikan untuk pembiayaan pada Tahun Anggaran 2016. Jumlah yang telah ditetapkan sebagai Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun 2015 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 adalah Rp159.948.419.032,23.. 5.1.3.1.2 Pencairan Dana Cadangan Anggaran dan Realisasi Pencairan Dana Cadangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 sebesar Rp0,00. 5.1.3.1.3 Penerimaan Pinjaman Daerah Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 sebesar Rp0,00. 5.1.3.1.4 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 sebesar Rp0,00. 70

5.1.3.2 Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan mencakup pengeluaran kas daerah yang dipergunakan untuk penyertaan modal, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah. Rincian dan penjelasan lebih lanjut mengenai pengeluaran pembiayaan Tahun 2016 adalah sebagai berikut: Pengeluaran Pembiayaan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) a Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 4.000.000.000,00 4.000.000.000,00 5.412.000.000,00 b Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat 86.200.000,00 81.253.282,00 162.506.563,00 c Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Lainnya 52.952.500,00 Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari : 2016 2015 4.086.200.000,00 4.081.253.282,00 5.627.459.063,00 5.1.3.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Penyertaan Modal (Investasi ) Pemerintah Daerah pada tahun 2016 sebesar Rp4.000.000.000,00 terdiri dari : a. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Kabupaten Batang kepada PDAM Kabupaten Batang sebesar Rp2.000.000.000,00 b. Penyertaan Modal ( Investasi ) Pemerintah Daerah Kabupaten Batang kepada PT.Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Kabupaten Batang Tahun 2016 yang dikelola oleh PT Bank Jateng Cabang Batang Kabupaten Batang sebesar Rp2.000.000.000,00. 5.1.3.2.2 Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat merupakan angsuran pinjaman SLA-860/DP3/1996 Pemerintah Daerah kepada Asian Development Bank sebesar Rp81.253.282,00. 5.1.3.2.3 Pemberian Pinjaman Daerah Anggaran dan realisasi Pemberian Pinjaman Daerah Kabupaten Batang Tahun 2016 adalah sebesar Rp0,00 5.1.3.2.4 Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri Lainnya Anggaran dan realaisasi pembayaran pokok pinjaman dalam negeri lainnya adalah 0. 71

5.1.4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Akun sisa lebih pembiayaan anggaran merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan dan realisasi pengeluaran selama tahun 2016. Berikut rincian sisa lebih pembiayaan anggaran : Anggaran 2016(Rp) Realisasi 2016(Rp) Realisasi 2015(Rp) 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan 1.573.731.019.980,00 1.498.614.094.093,20 1.396.266.245.120,81 Belanja dan Transfer 1.729.593.239.012,75 1.560.785.414.489,47 1.368.164.749.165,57 Surplus/(Defisit) (155.862.219.032,75) (62.171.320.396,27) 28.101.495.955,24 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 159.948.419.032,75 159.948.419.032,23 137.474.382.139,99 Pengeluaran Pembiayaan 4.086.200.000,00 4.081.253.282,00 5.627.459.063,00 Pembiayaan Netto 155.862.219.032,75 155.867.165.750,23 131.846.923.076,99 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran - 93.695.845.353,96 159.948.419.032,23 Berdasarkan perhitungan pada laporan realisasi anggaran terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran Tahun 2016 sebesar Rp93.695.845.353,96. Namun demikian posisi uang yang ada di Pemerintah Kabupaten Batang sebesar Rp97.701.462.370,25, hal ini terjadi karena terdapat hutang pajak sebesar Rp667.991,00 dan hutang jangka pendek lainnya sebesar Rp4.949.025,29. Adapun Saldo Kas per 31 Desember 2016 sebesar Rp93.695.845.353,96 terdiri dari: 1. Rekening Kas di BUD/Rekening Kas Umum Daerah sebesar Rp28.885.360.509,00 sama dengan posisi saldo kas di Buku Kas Umum Daerah (BIX) per 31 Desember 2016. 2. Deposito Pemerintah kabupaten Batang sebesar Rp35.000.000.000,00 yang berada pada: a. Deposito pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Batang sebesar Rp15.000.000.000,00. b. Deposito pada Bank Jateng sebesar Rp20.000.000.000,00. 3. Kas di Bendahara Penerimaan SKPD se-kabupaten Batang sebesar Rp43.158.050,00 yang berasal dari retribusi daerah. 4. Kas di Bendahara Pengeluaran SKPD se-kabupaten Batang sebesar Rp0. 72

5. Kas di BLUD RSUD Kabupaten Batang sebesar Rp5.942.616.218,00 Posisi Kas di BLUD RSUD per 31 Desember 2016 terdiri dari: a. Kas di Bendahara Penerimaan BLUD RSUD sebesar Rp5.656.254.916,00. b. Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD RSUD sebesar Rp286.361.302,00. 6. Kas di BLUD Puskesmas sebesar Rp23.824.710.576,96 Di dalam SILPA sebesar Rp93.695.845.353,96 terdapat kas yang telah dibatasi penggunaannya (SILPA terikat) sebesar Rp91.301.270.338,60 dan SILPA bebas sebesar Rp2.394.405.275,36 sebagaimana tabel berikut: Uraian EX. Sd 2014 EX. Sd 2015 2016 Jumlah Dana Sertifikasi Guru 37.140.200.695,00-37.140.200.695,00 Tambahan Penghasilan Guru 3.848.995.000,00-3.848.995.000,00 BLUD RSUD 5.942.616.218,00 5.942.616.218,00 BLUD Puskesmas 23.824.710.576,96 23.824.710.576,96 Dana cukai 3.168.397.705,00 3.168.397.705,00 Sisa DAK 12.280.095.557,00 5.096.424.327,00-17.376.519.884,00 - - - Jumlah SILPA Terikat 12.280.095.557,00 46.085.620.022,00 32.935.724.499,96 91.301.440.078,96 Silpa Tidak Terikat - - - 2.394.405.275,00 Tota SILPA 12.280.095.557,00 46.085.620.022,00 32.935.724.499,96 93.695.845.353,96 5.5 LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015. 5.5.1 Saldo Anggaran Lebih Awal Saldo Anggaran Lebih Awal adalah saldo anggaran lebih pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 2015. Saldo Anggaran Lebih tahun 2015 adalah sebesar Rp159.948.419.032,23 5.5.2 Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan. Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan adalah sebesar Saldo Anggaran Lebih tahun 2016 yang digunakan untuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah Tahun Anggaran 2016, yaitu sebesar Rp159.948.419.032,23 73

5.5.4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran ( SILPA/SIKPA) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Batang pada Tahun Anggaran 2016 menghasilkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp93.695.845.353,96 yang berasal dari (1) pendapatan tidak memenuhi target sebesar ( Rp75.116.925.886,80) (2) saldo pelaksanaan belanja daerah sebesar Rp168.807.824.523,28 dan (3) saldo pembiayaan netto sebesar Rp4.946.717,48. 5.5.6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya adalah Rp0. 5.5.8 Saldo Anggaran Akhir Saldo anggaran lebih akhir sebesar Rp93.695.845.353,96 berasal dari transaksi Saldo Anggaran Lebih Awal ditambah /dikurangi dengan sisa lebih/kurang pembiayaan, penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan dan koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya. 5.3. NERACA Neraca terdiri atas aset, kewajiban dan ekuitas. Uraian selengkapnya akun-akun dalam neraca adalah sebagai berikut : 5.1.3. ASET Aset adalah sumber daya ekonomi 85.76% yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset Pemerintah Kabupaten Batang terbagi dalam : Uraian 31 Desember 2016 31 Desember 2015 1. Aset Lancar 156.071.282.014,52 223.085.992.108,04 2. Investasi Jangka Panjang 89.357.425.422,94 80.672.727.253,01 3. Aset Tetap 1.919.316.265.748,31 1.815.482.433.219,79 4. Aset Lainnya 176.048.727.095,83 5.936.875.129,20 2.340.793.700.281,60 2.125.178.027.710,04 74

Berdasarkan rincian Aset di atas terlihat bahwa secara umum terjadi kenaikan aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Batang yaitu sebesar Rp215.615.672.571,56 atau 10,15 %. Aset yang dimiliki sebagian besar terdiri dari aset tetap yaitu sebesar 82% dari keseluruhan aset yang dimiliki. Berikut komposisi Aset Pemerintah Kabupaten Batang. 5.1.3.1. ASET LANCAR Aset lancar merupakan kelompok pos/rekening yang menggambarkan kekayaan daerah yang dapat dicairkan atau memiliki perputaran paling lama 85.76% satu tahun terhitung sejak tanggal neraca. Saldo keseluruhan kelompok akun aset lancar per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2016 dapat dirinci sebagai berikut: Aset Lancar 31 Desember 2016 31 Desember 2015 1 Kas di Kasda 63.885.360.509,00 138.884.699.610,00 2 Kas di Bendahara Pengeluaran 667.991,00 207.481.490,00 3 Kas di Bendahara Penerimaan 43.158.050,00 15.584.501.046,23 4 Kas di BLUD 29.767.326.794,96 5.272.754.222,00 5 Kas Lainnya 635.170.641,29 1.057.264,00 6 Piutang Pajak Daerah 21.304.973.429,00 18.653.314.047,00 7 Piutang Retribusi 1.278.574.537,00 2.948.107.830,00 8 Penyisihan Piutang tak tertagih (11.844.456.479,70) (9.040.018.161,67) 9 Belanja Dibayar Dimuka - 396.962.200,00 10 Piutang Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan 6.004.683.727,00 2.150.283.216,00 11 Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - - 12 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 73.332.728,00 47.272.728,00 13 Piutang Lainnya 19.201.886.518,00 18.785.711.086,00 12 Persediaan 25.720.603.568,97 29.193.865.530,48 156.071.282.014,52 223.085.992.108,04 75