Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini akan menjelaskan menggenai metode penelitian yang diigunakan dalam

KEMAMPUAN PERSONAL DALAM KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI ATLET BULU TANGKIS TINGKAT NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variable- variabel yang digunakan penelitian ini adalah Variabel (X) : kecerdasan emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN. Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang hasil pengambilan data

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UMY berdasarkan nilai kecerdasan emosional Nilai Kecerdasan Emosional

BAB III METODE PENELITIAN

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan penelitian ini disusun berdasarkan tujuan khusus penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III Metode Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini meliputi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, populasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur

Hubungan Kecerdasan Emosional dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. dimanipulasi atau diubah ubah. Dengan teknik regresi linier sederhana, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

2014 PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tanggal 18 20

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfi Nuraeni, 2014 Uji Validitas Dan Reliabilitas Konstruksi Alat Ukur Power Endurance Lengan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu desain penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Sugiyono (2012: 14) mengemukakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah siswa kelas VII sebanyak 320 siswa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, definisi operasional

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

BAB III METODE PENELITIAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB V PEMBAHASAN. fungsi organ di dalam tubuhnya (Roestam, 2003). memerlukan ketrampilan tangan. WHO menyatakan batas usia tua adalah 65

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahayu Nuryaningrum, 2013

ASPEK PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN ATLET TENIS MEJA. A.M. Bandi Utama, M,Pd. FIK UNY

KEPERCAYAAN DIRI DAN PRESTASI ATLET TAE KWON DO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Fitri Yulianto, H. Fuad Nashori

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat). ini adalah perilaku kerja kontraproduktif.

2016 HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA WASIT FUTSAL LEVEL 1 KOTA BANDUNG

LAMPIRAN 1. Kuesioner

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Hasil pengolahan data ini meliputi perhitungan rata-rata, simpangan baku, uji

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. r 1. r 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sugiono, 2010, hlm.45) Sumber: Peneliti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanakkanak


BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang akan menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi. Selain itu melihat hasil hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi berlaku sama untuk atlet perempuan dan lakilaki. Maka hasil yang didapat adalah tidak terdapat hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi pada atlet perempuan. Sedangkan pada atlet laki-laki terdapat hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi. 5.2 Diskusi Dari hasil penelitian didapati bahwa tidak ada hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi pada atlet bulu tangkis tingkat nasional secara keseluruhan dan pada atlet perempuan sedangkan pada atlet laki-laki terdapat hubungan. Hal ini disebabkan karena setiap atlet memiliki kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi yang berbedabeda, kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi yang dimiliki oleh atlet memiliki latar belakang yang berbeda juga baik itu pada atlet perempuan dan laki-laki. Menurut Suranto (2005, dalam Anggraeni, 2013) mengatakan bahwa seorang pemain yang terus menerus berlatih baik secara fisik maupun teknik, tetapi tidak memberikan kesempatan melatih proses berpikir akan berakibat kegiatan 43

yang bersifat intelektual menjadi tidak berkembang. Oleh karena itu kecerdasan dalam pencapaian prestasi olahraga sangat berperan penting. Menurut Goleman (2001) ada dua dimensi dalam kecerdasan emosi yaitu kemampuan personal (personal competence) dan sosial. Peneliti mengambil aspek kemampuan personal (personal competence) dikarenakan kemampuan (competence) sosial merupakan bagian pendukung dari kemampuan personal (personal competence) (Goleman, 2001). Kemampuan (competence) sosial adalah bagian kecerdasan emosional yang berhubungan dengan dunia luar individu. Bila individu tidak dapat atau belum menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya, maka individu tersebut tidak dapat melakukan kegiatan diluar atau berhubungan dengan orang lain dengan baik. Melanjutkan penjelasan dari diatas, Goleman (2001) mengatakan bahwa ada dua dimensi kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi yaitu kesadaran diri dan manajemen diri. Masing-masing dimensi tersebut mempunyai indikator-indikator lainnya. Dimensi kesadaran diri terdiri dari tiga indikator yaitu mengenali emosi diri, penilaian diri yang kuat, dan kepercayaan diri yang kuat. Sedangkan dimensi manajemen diri terdiri dari enam indikator yaitu kendali emosi diri, dapat dipercaya, sifat berhati-hati, adaptasi, dorongan berprestasi, dan inisiatif. Begitu pula dengan prestasi, setiap atlet memiliki prestasi yang berbeda-beda, dengan latar belakang yang berbeda juga. Menurut Gunarsa (2004) ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi atlet untuk mendapatkan sebuah prestasi yaitu fisik, teknik, dan psikis (mental). Selain faktor kecerdasan, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi atlet dalam meraih prestasi yaitu aspek mental atau psikologis. Hal ini didukung oleh Santosa (2005, dalam Yulianto, 2006) berpendapat bahwa untuk dapat berprestasi atlet perlu dipersiapkan mentalnya agar mereka mampu mengatasi ketegangan yang sering dihadapinya baik pada saat berlatih berat maupun pada saat berkompetisi. Pembinaan mental dilakukan agar atlet mudah dan berlatih melakukan konsentrasi serta

pengendalian diri, sehingga pada saat-saat kritis tetap dapat mengambil keputusan dan melakukan koordinasi diri dengan baik. Selain dua hal yang telah disebutkan diatas, prestasi yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki oleh masing-masing atlet bulu tangkis tingkat nasional. Goleman (2001) mengatakan kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi ada dua dimensi yaitu kesadaran diri dan manajemen diri. Dari dimensi-dimensi tersebut mempunyai indikator kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi lainnya, yang kemudian peneliti jadikan indikator-indikator pada penelitian ini. Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh tidak ada hubungan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi secara keseluruhan dan juga pada atlet perempuan sedangkan pada atlet laki-laki terdapat hubungan. Terdapatnya hubungan antara kemampuan personal dalam kecerdasan emosi dengan prestasi pada atlet laki-laki dikarenakan atlet tersebut dapat mengatur dan bisa mengatasi kemampuan personal dalam kecerdasan emosi ketika mengalami kendala dalam bermain olahraga bulu tangkis. Hal tersebut berbanding terbalik dengan hasil pada atlet perempuan dimana tidak adanya hubungan antara kemampuan personal dalam kecerdasan emosi dengan prestasi, dapat dikatakan bahwa atlet perempuan belum bisa mengatur dan mengatasi kemampuan personal dalam kecerdasan emosi ketika mengalami kendala dalam bermain olahraga bulu tangkis. Sedangkan untuk bagian analisis tambahan, terdapat tidak ada perbedaan antara kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi yang dimiliki oleh atlet laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan setiap atlet memiliki kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dengan prestasi yang berbeda-beda, dengan latar belakang yang berbeda juga.

Berdasarkan hasil penelitian pada seluruh atlet dan telah disesuaikan dengan norma kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi dan juga norma prestasi, maka terdapat 24 atlet yang mempunyai kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi rendah, terdiri dari 13 atlet perempuan dan 11 atlet laki-laki dan memiliki rentang nilai skor 92-116. Kemudian ada 21 atlet yang mempunyai kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi tinggi, terdiri dari 8 atlet perempuan dan 13 atlet laki-laki dan memiliki rentang nilai skor 117-152. Sedangkan untuk prestasi, ada 24 atlet yang mempunyai prestasi rendah, terdiri dari 13 atlet laki-laki dan 11 atlet perempuan dan memiliki rentang nilai skor 565-3833.33. Kemudian ada 21 atlet yang mempunyai prestasi tinggi, terdiri dari 11 atlet lakilaki dan 10 atlet perempuan dan memiliki rentang nilai skor 3834-11100. Selain itu hasil penelitian pada seluruh atlet perempuan dan telah disesuaikan dengan norma kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi pada atlet perempuan, maka terdapat 13 atlet yang mempunyai kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi rendah dari rentang nilai skor 104-116 dan ada 8 atlet yang mempunyai kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi tinggi dari rentang nilai skor 117-141. Kemudian untuk prestasi pada atlet perempuan terdapat 11 atlet yang mempunyai prestasi rendah dari rentang nilai skor 565-3848.75. Sedangkan dari rentang nilai skor 3850-10200, maka terdapat 10 atlet yang mempunyai prestasi tinggi. Sedangkan untuk hasil penelitian pada seluruh atlet laki-laki dan telah disesuaikan dengan norma kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi pada atlet laki-laki, maka terdapat 13 atlet yang mempunyai kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi rendah dari rentang nilai skor 92-117 dan ada 11 atlet yang mempunyai kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi tinggi dari rentang nilai skor 118-152.

Kemudian untuk prestasi pada atlet laki-laki terdapat 12 atlet yang mempunyai prestasi rendah dari rentang nilai skor 630-3750. Sedangkan dari rentang nilai skor 3751-11100, terdapat 12 atlet yang mempunyai prestasi tinggi. Peneliti juga kurang melakukan kontrol pada rentang waktu pencapaian prestasi pada atlet sehingga data prestasi yang diperoleh hanya berdasarkan self report dari atlet tersebut saat mengisi kuesioner. Konstruksi alat ukur kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi yang disusun oleh peneliti kurang maksimal karena tidak dilakukan uji konstruk kepada sampel selain subjek penelitian sehingga hasil alat ukur reliabel namun belum tentu valid. Saat pengambilan data, peneliti menemukan adanya ketidakpahaman pernyataan-pernyataan pada kuesioner. Hal ini dikarenakan peneliti kurang uji keterbacaan dalam kontruksi alat ukur. Hasil ini hanya bisa digeneralisasikan secara terbatas karena hanya berlaku pada atlet bulu tangkis nasinal. Untuk olahraga lain mungkin hasilnya berbeda karena menggunakan dimensi yang berbeda juga. 5.3 Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti, peneliti memberikan saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan alat ukur kemampuan personal (personal competence) dalam kecerdasan emosi yang sudah ada. Hal ini bertujuan agar peneliti mendapatkan hasil validitas dan reliabel yang lebih baik lagi.