1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia limfositik akut atau biasa disebut LLA merupakan bentuk umum kanker pada anak-anak dibawah usia 15 tahun dengan mayoritas tertinggi pada anak usia 2-5 tahun. Jenis penyakit kanker dari sel darah putih ini akan tumbuh cepat dan agresif serta membutuhkan perawatan segera (Howlader, 2012). Data dari National Cancer Institute (2013) menyatakan total insiden kejadian kanker per 100.000 penduduk adalah leukemia (12,8%), limfoma (19,7%), dan myeloma (5,9%). Data tersebut telah mengalami peningkatan dibanding tahun 2012, yaitu leukemia naik 0,3%; lymphoma dan myeloma naik 0,1%. Angka kejadian kanker di Amerika Serikat setiap tahun mengalami peningkatan sekitar 35-40 kasus per satu juta penduduk. Kasus LLA di Amerika pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 36 kasus (Ward et al, 2014). Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, menyatakan di Indonesia kanker menjadi penyebab kematian nomer tiga dan kasus leukemia mencapai 10,4%. Data dari RISKESDAS (2013) prevalensi kejadian kanker wilayah Jawa Tengah sebesar 2,1%. Yayasan Onkologi Anak Indonesia (2009) menyatakan sebanyak 30% sampai dengan 40% dari insiden kanker pada anak merupakan penderita leukemia atau kanker darah yaitu 3.850 anak.
2 Anak yang telah terdiagnosis penyakit Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) membutuhkan proses pengobatan yang lama (minimal 2 tahun), rutin, dan teratur serta berisiko untuk relaps. Orang tua yang memiliki anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) akan mengalami perubahan hidup dan penyesuaian diri dalam merawat anak saat pengobatan. Studi yang dilakukan oleh Saeui et al, (2009) menyatakan bahwa keluarga yang memiliki anak dengan LLA menimbulkan permasalahan yang besar bagi orang tua, karena ancaman hidup anak ada didepan mata. Penanganan secara suportif dan kuratif merupakan terapi yang diperlukan pada pasien dengan kanker, salah satunya adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah salah satu terapi pengobatan kanker yang menjadi pilihan pertama bagi pasien. Menurut Frost (2002) bahwa kemoterapi dapat membunuh sel kanker sebesar 50%. Terapi pengobatan kemoterapi pada penyakit kanker menggunakan obat-obat kimia disetiap tahapan (induksi, konsolidasi, dan pemeliharaan) (Smeltzer, et al., 2008). Kemoterapi pada pasien kanker membutuhkan waktu lama, berulang, menimbulkan ketidaknyamanan anak, serta menimbulkan efek samping berupa muntah, kebotakan, stomatitis, konstipasi, diare, neuropati, fatigue dan nyeri (Imbach et al, 2006). Pemantauan respon anak terhadap efek samping kemoterapi perlu diperhatikan dan dipahami oleh orang tua selama merawat anak LLA di rumah. Perawatan di rumah merupakan perawatan lanjutan terpenting bagi anak yang menjalani kemoterapi, sehingga perlu disampaikan ke orang tua
3 cara penanganan yang tepat (McMillan, et al., 2006). Orang tua atau keluarga memiliki peran penting dalam merawat anak yang sakit ketika di rumah. Family Centered Care (FCC) atau perawatan berpusat pada keluarga merupakan prinsip penting dalam asuhan keperawatan khususnya pada anak. Perawatan berpusat pada keluarga merupakan perawatan yang melibatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan (Wong, 2009). Orang tua dengan anak LLA perlu dilibatkan dan dioptimalkan perannya dalam masa pengobatan. Penelitian Holm, et al (2003) tentang studi kualitatif tentang keterlibatan orang tua dengan family centerd care pada anak dengan kanker, menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga dalam pengobatan anak dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan dan kebutuhan anak akan terpenuhi. Pemberdayaan keluarga dalam menjalankan perawatan yang berpusat pada keluarga dapat berjalan optimal apabila keluarga mengetahui cara perawatan anak di rumah sakit atau di rumah. Kebutuhan keluarga yang diperlukan untuk mengoptimalkan perawatan anak sakit adalah edukasi. Edukasi merupakan salah satu aspek penting dari peran perawat sebagai edukator selama memberikan asuhan keperawatan pada anak. Edukasi sebagai intervensi keperawatan mandiri dapat direncanakan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam perawatan anak. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada keluarga terhadap risiko infeksi yang timbul selama perawatan diwujudkan sebagai penanggulangan kanker terpadu pada anak dengan LLA (Kemenkes RI, 2014). Sehingga pengetahuan akan penyakit dan keterlibatan orang tua diharapakan dapat meningkatkan
4 pemahaman dan keyakinan diri orang tua dalam merawat anak yang sakit, khususnya pada anak dengan LLA. Edukasi yang diberikan kepada orang tua dengan anak LLA akan lebih efektif jika diberikan dengan menggunakan pendekatan teori pembelajaran. Teori ini menjelaskan tentang proses pembelajaran dan motivasi peserta didik. Faktor person merupakan salah satu faktor dalam teori pembelajaran yang dipengaruhi oleh pengalaman penguasaan tindakan, pengalaman permodelan, persuasi verbal, dan kondisi fisik-emosional. Edukasi yang dilakukan dengan pendekatan terhadap sumber-sumber tersebut diharapakan dapat meningkatkan efikasi diri, khususnya pada orang tua sehingga dapat merawat anak dengan baik. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya, sehingga dapat menjalankan tugas atau tindakan untuk mencapai hasil tertentu (Bandura, 2004). Efikasi diri orang tua dalam merawat anak LLA di rumah merupakan keyakinan orang tua terhadap kemampuan merawat anak LLA ketika berada di rumah. Tingkat efikasi diri masing-masing individu akan berbeda, hal ini dapat dilihat pada tiga aspek efikasi diri yaitu tingkat kesulitan (magnitude), kekuatan keyakinan (strenght), dan generalitas (generality). Sehingga dengan edukasi dan melibatkan orang tua serta keluarga diharapkan dapat meningkatkan efikasi diri orang tua. Menurut McGrath, et al (2006) bahwa keyakinan ibu terhadap kemampuan diri (selfefficacy) menjadikan keberhasilan dalam menjalankan perannya sebagai orang tua. Keyakinan kemampuan diri tersebut meliputi kepercayaan diri,
5 harga diri, dan kompetensi terhadap perawatan (Coleman & Karraker, 2006). Studi yang dilakukan Rustina (2005) bahwapengetahuan ibu yang kurang terhadap perawatan bayi menyebabkan orang tua kurang percaya diri ketika merawat bayinya. Penelitian Hendrix, et al (2009) juga menyatakan bahwa memberikan pelatihan dengan demonstrasi pada pengasuh dapat meningkatkan self-efficacy dalam merawat pasien kanker dan membuat nyaman pasien di rumah. Pemberian edukasi secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan orang tua dengan anak yang mengalami Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) (Iqbal et al, 2010; Stiff, 2004). Booklet atau yang sering disebut buku saku merupakan salah satu jenis media lini bawah (below the line) yang memiliki kelebihan; dapat disimpan lama dan dibaca ulang, handy, dapat dipercaya, desain dan ilustrasinya menarik. Studi yang dilakukan Tehrani & Nikpour (2014) menyebutkan bahwa pada wanita dengan infeksi saluran kemih menunjukkan pendidikan kesehatan dengan booklet dan powerpoint sangat efektif meningkatkan pengetahuan, efikasi diri, dan perilaku kesehatan. Pemberian pendidikan kesehatan dengan booklet tentang perawatan anak diare meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kemampuan ibu dalam merawat anak diare (Sulisnadewi, 2011). Penelitian yang dilakukan Edraki, et al (2012) tentang efek pemberian edukasi dengan menggunakan power point dan booklet menunjukkan terjadi peningkatan kualitas hidup pada anak yang mengalami penyakit jantung kongenital. Edukasi yang terstruktur pada ibu
6 dapat meningkatkan rasa percaya diri pada orang tua ketika merawat anak yang sakit (Corner & Nelson, 2006). Hasil penelitian Shieh et al (2010) tentang efektivitas pemberian edukasi perencanaan pulang pada bayi prematur, mengidentifikasi pendidikan yang terstruktur pada ibu secara signifikan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan pengetahuan ibu sebelum bayi dipulangkan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta merupakan rumah sakit pemerintah provinsi Jawa Tenga di Surakarta yang bertipe A dan menjadi rumah sakit rujukan di wilayah Surakarta. Ruang Melati II adalah salah satu ruang rawat inap anak di RSUD Dr. Moewardi, salah satunya adalah kasus Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). Berdasarkan data perawat dan dokter yang bertanggungjawab di ruang Melati II RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 diperoleh 26-30 anak dengan diagnosa Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). Hasil wawancara dengan dua orang ibu dengan anak Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) di poliklinik RSUD Dr. Moewardi Surakarta diidentifikasi bahwa ibu-ibu merasa khawatir, takut, cemas, dan tidak yakin terhadap kemampuannya (self-efficacy) untuk merawat anak LLA. Ibu mengungkapkan bahwa masih masih ragu-ragu ketika efek kemoterapi muncul apakah bisa merawatnya atau tidak. Ibu-ibu mengatakan masih sering bimbang ketika menyiapkan makanan untuk anaknya dan apa yang harus dilakukan jika anak tidak mau makan, karena ibu khawatir kalau tidak makan akan mudah sakit. Ibu-ibu mengatakan telah mendapat informasi dari perawat dan dokter rumah sakit
7 tentang efek kemoterapi dan cara menurunkan demam. Dampak yang kurang baik terhadap efikasi diri yang kurang pada orang tua dapat menimbulkan masalah ketika merawat anak LLA. Kebutuhan anak akan dampak pengobatan tidak dapat terpenuhi. Pemberian informasi tersebut disampaikan secara lisan oleh perawat atau dokter saat awal masuk ruang rawat inap. Informasi tentang perawatan anak LLA di rumah belum pernah disampaikan menurut hasil wawancara. Berdasarkan pada latar belakang tersebut peneliti memberikan edukasi tentang perawatan di rumah bagi orang tua dengan anak Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) yang kemudian akan dihubungkan dengan peningkatan terhadap efikasi diri orang tua dengan anak Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemberian edukasi tentang perawatan di rumah terhadap efikasi diri orang tua dalam merawat anak yang menderita leukemia limfoblastik akut (LLA)? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan pengaruh pemberian edukasi perawatan di rumah terhadap efikasi diri orang tua dalam merawat anak yang menderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA).
8 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi hubungan karakteristik responden (usia, pendidikan, pendapatan, pengalaman merawat sebelumnya, dukungan keluarga) terhadap efikasi diri orang tua. b. Mengukur tingkat efikasi diri orang tua dalam merawat anak yang menderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) sebelum dan sesudah diberikan edukasi D. Manfaat penelitian 1. Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan khususnya pada perawatan anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). 2. Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan akan dapat mengembangkan intervensi keperawatan khususnya terhadap anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) yang berdasarkan prinsip Family Centered Care (FCC). 3. Bagi peneliti Peneliti berharap, bahwa penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan perannya sebagai seorang perawat dalam asuhan keperawatan khusunya pada perawatan di rumah anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). Dan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai referensi.
9 E. Keaslian penelitian 1. Sulisnadewi. 2011. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Keluarga Terhadap Peningkatan kemampuan Ibu Dalam Merawat Anak Diare di RSUP Sanglah dan RSUD Wangaya Denpasar. Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan rancangan post-test only with group control design. Sampel penelitian sebanyak 62 responden digunakan peneliti pada dua rumah sakit di Denpasar. Hasil post-test menggambarkan bahwa skor pengetahuan, sikap, dan keterampilan masing-masing kelompok berbeda secara bermakna (p<0,05) dan ibu pada kelompok intervensi mampu merawat anak diare, berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,000; α=0,05). Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel pendidikan kesehatan, media booklet dan rancangan penelitian. Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan adalah variabel terikatnya, yakni tingkat efikasi diri orang tua dan subyek penelitian. 2. Shukir et al. 2011. Penilaian Manajemen Perawatan di Rumah Bagi Pengasuh Yang Memiliki Anak Remaja Dengan Leukemia Di Kota Erbil. Penelitian deskriptif ini dilakukan di Rumah Sakit Nanakali khusus penyakit darah di kota Erbil dengan hasil penelitian mayoritas pengasuh defisit akan pengetahuan penyebab leukemia, nutrisi untuk penderita leukemia, dan pentingnya oral hyigine. Faktor tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, dan sosial-ekonomi pengasuh juga ikut mempengaruhi kurangnya praktik manajemen di rumah bagi pengasuh dengan remaja leukemia. Kuisioner digunakan peneliti untuk menilai praktik manajemen
10 di rumah dan mengetahui karakteristik sosio-demografi yang kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS. Chi-Squre Test digunakan untuk mengetahui hubungan terhadap dua variabel tersebut. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel manajemen perawatan di rumah bagi penderita Leukemia. Perbedaannya adalah subyek penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok penelitian, metode penelitian dan variabel yang digunakan. 3. Suyami. 2012. Pengaruh Edukasi Dalam Perencanaan Pulang Terhadap Tingkat Kecemasan Dan Tingkat Efikasi Diri Ibu Dalam Merawat Bayi Baru Lahir Rendah. Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi Experimental design dengan pre test dan post test nonequivalent control group. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa sesudah diberikan edukasi 86,4% responden mengalami penurunan terhadap tingkat kecemasan dan 18,2% responden mengalami peningkatan dalam efikasi diri. Kecemasan yang dirasakan oleh ibu dengan bayi baru lahir rendah berhubungan dengan pendapatan dan pengalaman, dengan nilai p<0,05. Tingkat efikasi diri ibu dihubungkan dengan pendapatan, pengalaman, dan jumlah anak dengan nilai p<0,05. Sehingga kesimpulan dari penelitian ini, edukasi secara efektif dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan efikasi diri. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitian, variabel yang diteliti. Perbedaannya terletak pada subyek penelitian dan satu variabel bebas penelitian.
11 4. Hendrix, et al. 2009. A Pilot Sudy on the Influence of an Individualized and Experiental Training on Cancer Caregiver s Self-Efficacy in Home Care and Symptom Mangement. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan self-efficacy caregiver sebesar 41,1 point setelah diberikan intervensi berupa training tentang perawatan di rumah dan manajemen gejala leukemia. Pengalaman pengasuh terhadap pasien leukemia di rumah dan dukungan keluarga memberikan kontribusi keberhasilan dalam merawat pasien leukemia di rumah. Perbedaaannya adalah metode penelitian, variabel penelitian (pengalaman pengasuh), dan menggunakan satu kelompok penelitian yang dinilai pre dan post. 5. Edraki, et al. 2012. The Effect of Educational Program on the Quality of Life and Self-Efficacy of Mothers of the Infants with Congenital Heart Disease: A Randomized Control Trial. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan kualitas hidup antara kelompok intervensi dan kontrol pada tiga periode (F=59,91, p< 0,0001). Perbedaan signifikan juga terlihat pada nilai rata-rata efikasi diri (F=114,11, p<0,0001). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah subyek penelitian dan media edukasi yang digunakan. Subyek penelitian adalah bayi dengan penyakit jantung konginental dan media edukasinya menggunakan presentasi power point pada kelompok intervensi dan booklet pada kelompok kontrol.