Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

dokumen-dokumen yang mirip
Nita Yulinda 1, Riana Irawati 2, Diah Gusrayani 3. Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang 1 2

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN FLIPBOOK MAKER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI SEGITIGA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh, tetapi peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

PENERAPAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA PADA MATERI OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR DI KELAS VIII SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Matlaul Anwar Padangcermin.

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE STATEMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 26 PADANG

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. 2015/2016, dengan pokok bahasan Lingkaran. eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen. Tujuan

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design. Desain ini sama

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen karena terdapat unsur

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMP N 1 kabila Kab.Bonebolango

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

tahun ajaran 2013/2014 yang tersebar dalam 6 kelas yaitu kelas VIII. 1,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MTS MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penerapan Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Komunikasi. matematika siswa SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru.

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

1130 ISSN:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 2 LUHAK NAN DUO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK YPT Pringsewu. Populasi dalam penelitian

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Efektivitas Pendekatan Matematika Realistik Ditinjau Dari Sikap Dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. 2014/2015 di kelas VII MTs Al-Muttaqin Pekanbaru. Sedangkan,

METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 23

Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 13 Januari sampai 29 Januari 2014 di SMP N 1

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian atau objek oleh. peneliti adalah siswa SMP Negeri 35 Pekanbaru.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

P-34 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

III. METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 Kelas VIII semester

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model

Transkripsi:

PERBANDINGAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SEGIEMPAT DENGAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VII SMPN 7 PALU Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako Email: ibnuhr@yahoo.com Abstrak: Fokus masalah pada penelitian ini adalah apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan CTL lebih baik dibanding dengan pembelajaran konvensional pada materi segiempat di kelas VII SMP Negeri 7 Palu?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan CTL dan pembelajaran konvensional.populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 7 Palu tahun ajaran 2011/2012 terdiri dari empat kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Hasil random sampling tersebut terpilih kelas VII B sebagai kelas eksperimen dengan CTL dan kelas VII C sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan analisis hasil uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji Mann-Whitney atau uji U diperoleh bahwa secara signifikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui CTL sama dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran konvensional pada pokok bahasan segiempat di kelas VII SMP Negeri 7 Palu. Kata kunci: kontekstual, CTL, konvensional, pemecahan masalah, segiempat. Pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) menjadi bagian dalam pendidikan dan perlu mendapat perhatian yang serius. Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa pembelajaran matematika pada jenjang SMP/MTs bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006:346). Pada siswa SMP, rendahnya penguasaan materi matematika dapat dilihat pada rendahnya persentase jawaban benar para peserta Programme for Internasional Students Assessment (PISA) 2006. Pada hasil tes PISA 2006 Indonesia berada pada peringkat 52 dari 57 negara dalam matematika. Hal yang dinilai dalam PISA adalah kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan komunikasi (communication) (Kesumawati, 2010:2-3). Selanjutnya, pada Kompetisi Matematika 1 jenjang SMP/MTs sekota Palu yang dilaksanakan oleh MGMP Matematika SMP/MTs Kota Palu pada tahun 2010. SMP Negeri 7 Palu mengutus 7 orang siswanya pada kompetisi tersebut untuk mengikuti babak

2 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 01, Maret 2014 penyisihan dan hanya 2 orang yang lolos ke babak semi final. Dua orang tersebut gagal memasuki babak final. Selain itu, peneliti juga memberikan tes kepada 30 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Palu. Tes yang diberikan terdiri dari dua buah soal pemecahan masalah matematis. Cakupan materi soal mengenai luas dan keliling persegi dan persegi panjang. Hasil tes menunjukkan tidak ada satu siswa pun yang mampu menjawab sebuah soal dengan benar, dan tidak ada siswa yang mampu menjawab semua soal pada tes. Nasution (Kesumawati, 2010:4) menyatakan bahwa pemecahan masalah dapat dipandang sebagai proses siswa menemukan kombinasi aturan-aturan yang dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang baru. Siswa yang terlatih dengan pemecahan masalah akan terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti hasilnya. Mengingat setiap siswa mempunyai taraf berpikir yang berbeda, dan adanya kesulitan siswa dalam memecahkan suatu masalah, maka dengan keterampilan dan keahlian yang dimiliki seorang guru diharapkan mampu memilih model maupun pendekatan pembelajaran yang tepat agar siswa menguasai pelajaran sesuai dengan target yang akan dicapai dalam kurikulum. Dalam pembelajaran dikenal berbagai macam pendekatan pembelajaran, salah satunya adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. (Depdiknas, 2002:1) Pendekatan kontekstual harus menekankan hal-hal sebagai berikut: (1) belajar berbasis masalah (problem based learning), (2) pengajaran autentik (authentic instruction), (3) belajar berbasis inquiri (inquiry based learning), (4) belajar berbasis proyek atau tugas (project based learning), (5) belajar berbasis kerja (work based learning), (6) belajar berbasis jasa layanan (service learning), (7) belajar kooperatif (cooperative learning) (Kunandar, 2007:300-302). Nanang dalam penelitiannya menyelidiki tentang perbandingan kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dan metakognitif serta konvensional. Penelitian ini melibatkan 255 siswa yang terdiri dari 128 siswa dari sekolah dengan kategori baik dan 127 siswa dari sekolah kategori cukup (Kesumawati, 2010:58). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pembelajaran matematika dengan penerapan CTL tidak lebih baik dibandingkan penerapan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pokok bahasan segiempat di kelas VII SMP Negeri 7 Palu? Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui penerapan CTL dan pembelajaran konvensional, dan (2) Membandingkan efektivitas pembelajaran matematika melalui penerapan CTL dengan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: (1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, kemampuan bekerja sama, dan berkomunikasi, dan (2) Meningkatkan keterampilan guru dalam memilih strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan yang terbaik bagi siswa.

Ibnu Hajar, Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah 3 Hipotesis penelitian ini adalah CTL lebih efektif diterapkan jika dibandingkan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pokok bahasan segiempat di kelas VII SMP Negeri 7 Palu. Rumusan statistik untuk hipotesis di atas sebagai berikut: H 0 : μ 1 = μ 2 : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui CTL tidak lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran konvensional. H a : μ 1 > μ 2 : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui CTL lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran konvensional. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 7 Palu, semester II tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah siswa 134. Kelas VII yang ada di SMP Negeri 7 Palu adalah kelas yang homogen dengan alasan siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa yang menjadi objek penelitian duduk di kelas yang sama, dan pembagian kelas tidak ada kelas unggulan sehingga siswa memiliki kemampuan yang setara. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling, hasil random sampling tersebut terpilih kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen dengan menerapkan CTL sedangkan kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Dari dua kelas sampel yang terpilih, satu kelas menerapkan pembelajaran kontekstual dan satu kelas lainnya menerapkan pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian itu digambarkan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Rancangan Penelitian Kelas VII B VII C (Emzir, 2008:105) Instrumen Penelitian Perlakuan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Pembelajaran Konvensional Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan lembar observasi. Tes yang digunakan adalah tes pemecahan masalah pada pokok bahasan persegi panjang, persegi dan jajargenjang dalam bentuk uraian (essay). Pemilihan tes berbentuk uraian karena untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Kebaikan tes bentuk uraian (Arikunto, 1999:163) antara lain: a) mudah disiapkan dan disusun; b) tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan; c) mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus; d) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri; e) dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diujikan.

4 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 01, Maret 2014 Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu diuji coba pada kelas non sampel pada sekolah lain yang memiliki kemampuan setara dengan sampel agar diperoleh tes yang dapat mengukur kemampuan siswa. Selanjutnya data hasil uji coba dianalisis menggunakan analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran. Lembar observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam pengelolaan pembelajaran dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil penilaian dengan lembar observasi dianalisis dengan rumus persentase nilai rata-rata. Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan pengumpulan data sebagai berikut: (1) Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai nama siswa kelas VII SMP Negeri 7 Palu tahun ajaran 2010/2011 sebagai populasi dan dua kelas sebagai anggota sampel. Serta untuk memperoleh data nilai siswa yang akan digunakan pada pembagian kelompok siswa pada kelas eksperimen; (2) Pengumpulan data untuk validasi tes dilakukan di sekolah lain, yaitu di SMP Negeri 19 Palu dengan memberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis berbentuk uraian. (3) Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dilaksanakan pada setiap kali melaksanakan pembelajaran; dan (4) Data hasil belajar yang mencakup kemampuan pemecahan masalah matematis diambil melalui tes hasil belajar. Analisis Data Pengolahan data penelitian ini menggunakan teknik statistik deskriptif dan statistik inferesial sebagai berikut: (1) Statistik deskriptif, digunakan untuk menggambarkan skor responden bagi masing-masing kelompok yaitu kelompok yang mengikuti CTL dan kelompok yang mengikuti pembelajaran konvensional serta untuk melihat kelebihan dan kekurangannya; (2) Statistik inferensial, digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasi untuk populasi dimana sampel diambil. Adapun jenis pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a) Uji Normalitas, Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal; (b) Uji Homogenitas Varians, Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen); dan (c) Uji Perbedaan Rata-rata Setelah dilaksanakan eksperimen, data kedua kelompok dibandingkan dengan cara membandingkan rata-rata hasil belajar kedua kelas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengumpulan data aktifitas siswa dan aktifitas guru pada kedua kelas eksperimen, diperoleh dengan menggunakan lembar observasi dengan hasil analisis sebagai berikut. Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa Observasi aktivitas siswa dilaksanakan setiap kali pertemuan. Pada proses pembelajaran berlangsung, kegiatan siswa dinilai langsung oleh seorang guru matematika di SMP Negeri 7 Palu pada lembar observasi aktivitas siswa. Rincian hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Ibnu Hajar, Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah 5 Tabel 2 Hasil Analisis Aktivitas Siswa melalui CTL Pertemuan ke- I II III IV V NR NR 78.82% 80% 80% 80% 80% 79.76% Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik Tabel 3 Hasil Analisis Aktivitas Siswa melalui Pembelajaran Konvensional Pertemuan ke- I II III IV V NR NR 76.92% 78.46% 75.38% 78.57% 78.33% 77.53% Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berada pada kategori baik, meskipun persentase aktivitas siswa pada kelas eksperimen (79.76%) lebih tinggi daripada persentase aktivitas siswa pada kelas kontrol (77.53%). Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Guru Observasi aktivitas guru dilaksanakan setiap kali pertemuan. Pada proses pembelajaran berlangsung, kegiatan guru dinilai langsung oleh seorang guru Matematika di SMP Negeri 7 Palu pada lembar observasi aktivitas guru. Rincian hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4 Hasil Analisis Aktivitas Guru melalui CTL Pertemuan ke- I II III IV V NR NR 80.95% 80% 77.78% 79.05% 78.82% 79.32% Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik Tabel 5 Hasil Analisis Aktivitas Guru melalui Pembelajaran Konvensional Pertemuan ke- I II III IV V NR NR 82.22% 80% 78.82% 80% 78.67% 79.94% Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa peneliti telah melakukan tugasnya dengan baik dalam menerapkan CTL pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol kedua-duanya berada dalam kategori baik. Hasil analisis tes untuk kedua kelompok disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa kelompok eksperimen adalah 31.33 dan rata-rata skor kelompok kontrol adalah 33.88 dengan standar deviasi berturut-turut kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 9.53 dan 13.67. Nilai tertinggi pada kelas

6 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 01, Maret 2014 eksperimen adalah 46 dan pada kelas kontrol adalah 54. Sedangkan nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 17 dan pada kelas kontrol yaitu 8. Tabel 6 Deskripsi Hasil Analisis Tes Distribusi Ukuran Statistik Kelas Eksperimen Post-Test (Tes Akhir) Kelas Kontrol Rata-rata skor 31.33 33.88 Standar Deviasi 9.53 13.67 Skor Terendah 17 8 Skor Tertinggi 46 54 Analisis statistik inferensial Analisis inferensial data hasil belajar digunakan untuk menguji hipotesis. Jenis data yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu data hasil post-test. Analisis tersebut akan diuraikan sebagai berikut: Analisis Hasil Post-test (Tes Akhir) Hasil perhitungan normalitas data dengan menggunakan uji chi-kuadrat untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Data Post-test pada Kelas Sampel Melalui chi-kuadrat Kelas dk ² hitung ² tabel Kriteria Eksperimen 2 7.598 5.991 Tidak Normal Kontrol 2 5.266 5.991 Normal Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai ² hitung pada kelompok eksperimen lebih dari ² tabel ( ² hitung > ² tabel ) untuk taraf signifikan = 5% dapat disimpulkan bahwa nilai post-test kelas eksperimen tidak berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol nilai ² hitung pada kelompok kontrol kurang dari ² tabel untuk taraf sifnifikan = 5% dapat disimpulkan bahwa nilai post-test kelas kontrol tidak berdistribusi normal, Oleh karena itu, analisis data selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik yaitu Mann-Whitney U test atau uji-u. Hasil Analisis Uji Perbedaan Rata-rata Uji perbedaan rata-rata digunakan uji non parametris yaitu uji-u. Pada perhitungan diperoleh U terkecil 149 sedangkan tabel statistik uji-u tidak dapat digunakan karena sampel lebih besar dari 20 sehingga hanya bisa dilakukan dengan pendekatan yang kurang lebihnya memiliki distribusi normal standar, sehingga dapat digunakan rumus untuk Z hit. Z hit = U n 1n 2 2 n 1 n 2(n 1+ n 2+ 1) 12

Ibnu Hajar, Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah 7 diperoleh Z hit =(-0.583 < Z tabel = 1.645) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji-u di atas juga didukung oleh pengujian dengan menggunakan software SPSS 17.0 yang hasilnya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil Uji Mann-Whitney Data Post-test pada Kelas Sampel (SPSS 17.0) Test Statistics b skor Mann-Whitney U 149.000 Wilcoxon W 380.000 Z -.588 Asymp. Sig. (2-tailed).556 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)].575 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: grup Pada tabel 8 nilai z = -0.588 dengan P-value(2-tailed) = 0.556. Sehingga untuk pengujian satu pihak nilai P-value(2-tailed) = 0.556 harus dibagi dua (P-value(2-tailed) = 0.556 = 0.278). Karena P-value lebih dari taraf signifikasi = 0.05, maka dapat disimpulkan 2 bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui CTL sama dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran konvensional. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis kegiatan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan CTL dan yang mengikuti pembelajaran konvensional dari pertemuan pertama sampai dengan kelima diperoleh hasil dengan kategori baik. Hasil tersebut berdasarkan analisis penilaian aktivitas siswa yang dinilai oleh seorang observer. Peneliti sendiri mengamati aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran CTL dari pertemuan pertama mereka tampak tidak terbiasa untuk bekerja sama dalam kelompok, bahkan cenderung pasif. Pada saat mereka dihadapkan dengan lembar kerja siswa (LKS) mereka nampak pasif, tidak segera mengerjakan LKS. Terlihat bahwa LKS seperti sesuatu yang asing bagi mereka. Peneliti menjelaskan kepada mereka setiap langkah yang harus mereka kerjakan dalam LKS. Pada saat bekerja dalam kelompok mereka cenderung bekerja secara individual, kurang berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Mereka membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan LKS. Pada saat mereka mengerjakan LKS peneliti tetap aktif menjadi fasilitator, berkeliling mengontrol kerja siswa selama mereka bekerja. Banyak diantara mereka yang tidak mau bertanya meskipun mereka tidak paham. Peneliti menyadari hal tersebut dan berusaha menjelaskan pada mereka. Pada saat presentasi kelompok salah satu kelompok yang ditunjuk untuk mempresentasikan jawabannya mereka nampak malu-malu untuk tampil. Demikian juga kelompok lain masih malu-malu untuk menanggapi kelompok yang presentasi. Hal ini menyebabkan diskusi kelompok tidak berjalan dengan baik.

8 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 03 Nomor 01, Maret 2014 Pada kelas kontrol kegiatan pembelajaran berlangsung dengan guru sebagai penyaji materi pembelajaran. Mereka diberikan soal latihan pemecahan masalah. Para siswa berupaya mengerjakannya secara individual, yang mampu menjawab soal pada umumnya adalah siswa yang berkemampuan tinggi. Sedangkan yang lain cenderung pasif. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji-u diperoleh Z hit = -0.583 dan Z tab = 1.645 pada taraf nyata = 0.05, yang berarti bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui CTL sama dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran konvensional. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa CTL tidak lebih efektif diterapkan jika dibandingkan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pokok bahasan segiempat di kelas VII SMP Negeri 7 Palu. Usma (2006:7) menuliskan bahwa anak-anak yang diberikan banyak masalah untuk dipecahkan memperoleh skor lebih tinggi pada tes pemecahan masalah dibanding dengan anak yang kurang diberikan masalah. Lebih lanjut disebutkan, bahwa mayoritas siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah nonrutin yang membutuhkan beberapa analisis atau pemikiran. Namun untuk masalah-masalah rutin seperti yang biasa diberikan dalam buku-buku pegangan, para siswa umumnya sukses dalam menyelesaikannya. Hasil penelitian ini dapat menjadi petunjuk bahwa seharusnya anak-anak diberikan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan masalah, terutama masalah-masalah nonrutin atau masalah multi langkah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji Mann- Whitney atau uji-u diperoleh kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui CTL tidak lebih efektif diterapkan jika dibandingkan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pokok bahasan segiempat di kelas VII SMP Negeri 7 Palu. SARAN Disarankan adanya peneliti lain yang menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL) baik pada pokok bahasan yang sama maupun pada pokok bahasan lain sehingga nantinya dapat diketahui bahwa CTL efektif digunakan pada pembelajaran matematika terutama pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Penerapan CTL terutama untuk pemecahan masalah matematis siswa perlu dilaksanakan perencanaan yang matang dan pada pelaksanaannya tetap berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (CTL). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ibnu Hajar, Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah 9 Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA. Kesumawati, Nila. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Desertasi tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Usman H.B. 2006. Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika. Palu: FKIP Universitas Tadulako. Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Online, http://p4tkmatematika. org/ fasilitasi/13-si-sklsmp-optimalisasi-tujuan-wardhani.pdf, diakses 24 Januari 2012.