BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

BAB III METODE PENELITIAN

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi


BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan

BAB II KERANGKA TEORITIS

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS)

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan oleh mayoritas media mainstream (arus utama) memberitakannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

BAB III METODOLOGI. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah construktivism

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Apakah pancasila sebagai pembangunan sudah diterapkan di Indonesia atau belum?

FRAMING PEMBERITAAN INSPEKTUR JENDERAL DJOKO SUSILO TERKAIT KASUS DUGAAN KORUPSI PENGADAAN SIMULATOR SIM PADA HARIAN KOMPAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Teori yang digunakan

BAB III. Metode Penelitian

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FRAMING BERITA SEPUTAR AKSI TERORISME. (Studi Berita Aksi Bom Sarinah Jakarta Pada Portal Berita Online. Detik.Com Edisi Januari 2016)

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikator kepada khalayak (Cangara,2006:119).Sementara pengertian. memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI PEMBERITAAN KONGRES LUAR BIASA PSSI DI INTERNET

KONSTRUKSI PEMBERITAAN DISKRESI AHOK TERKAIT REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA DI TEMPO.CO PADA MEI JULI 2016 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa akan. didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB II URAIAN TEORITIS. ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan

KONSTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG KENAIKAN HARGA BERAS DALAM NEGRI

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi opini masyarakat terhadap isu-isu politik yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini

Konstruksi TNI dalam Berita Penembakan di Lapas Cebongan Pada Media Cetak Edisi April 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Reportase Investigasi Trans Tv sebagai program yang paling getol

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mengintepretasikan hasil penelitian menggunakan kata kata yang di rangkai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik) Penelitian ini menggunakan Paradigma Konstruksivistis. Konstruksivistis berasumsi bahwa tidak dapat terpisahnya subjek dan objek komunikasi hal ini bertolak belakang dengan paradigma positivistik yang berasumsi bahwa subjek dan objek komunikasi adalah dua hal yang dapat terpisahkan. Konstrutivisme diambil dari kata konstruksi yakni merancang, apa yang dirancang? Disini pesan yang dirancang jadi konstrutivisme disebut juga sebagai pengkajian terhadap Bagaimana pesan di konstruksikan atau di susun. misalnya dapat dilihat 30

dari teori agenda setting bagaimana berita disusun pada sebuah program berita teresterial, segmen satu berisi tentang apa, segmen dua berisi tentang apa dan sebagainya. Diperkuat dengan pernyataan Von Glasersfeld dalam bukunya Bettencourt konstruktivisme adalah salah satu filsafat ilmu pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstrusi (bentukan) kita sendiri. 1 Menurut, Driver dan Bell ilmu pengetahuan bukan hanya kumpulan hukum atau daftar fakta. Ilmu pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang di temukan secara bebas (Einstein & Infeld dalam Bettencourt, 1989). 2 Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan buka sesuatu yang objektif sebagaimana diyakini positivistme, melainkan diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itu dapat ditemukan dalam bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realitas teripta. Pengetahuan bersifat kontekstual, maksudnya pengetahuan merupakan produk yang dipengaruhi ruang waktu dan akan dapat berubah sesuai dengan pergeseran waktu. Dalam hal ini paradigma konstruktivisme lebih mengkaji soal pesan, dimana pesan di konstruksikan (dibentuk). Di dunia pertelevisian pesan disebut juga dengan teks dimana teks bukan hanyalah tulisan yang tercetak tetapi semua yang ada dalam layar kaca televisi mulai dari teks, audio, video bahkan grafis semuanya memiliki maksud dan tujuan tertentu sesuai dengan keinginan 1 Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 154 2 Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 153 31

komunikator agar dapat menyamakan persepsinya dengan komunikan. Meskipun pesan yang menjadi konsentrasi dalam paradigma konstrutivisme tetapi dalam hal ini encoding serta komunikator ikut menjadi pokok kajian demi menguak bagaimana pesan di konstruksikan. Pengkonstruksian pesan berhubungan dengan faktor faktor pengendali dan pembentukan pesan di balik layar seperti ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi dalam menentukan isi media (bandingkan dengan McQuail, 1987), sebagai berikut: Faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level indivual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, dan sedikit banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Latar belakang pendidikan, atau kecenderungan orientasi pada partai politik sedikit banyak bisa mempengaruhi profesionalisme dalam pemberitaan media. Rutinitas media, berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran sendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya. 32

Organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari organisasi media itu. Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Di dalam organisasi media, misalnya, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian umum, dan seterusnya. Masing-masing bagian tersebut tidak selalu sejalan. Mereka mempunyai tujuan dan target masing-masing, sekaligus strategi yang berbeda untuk mewujudkan target tersebut. Bagian redaksi misalnya menginginkan agar berita tertentu yang disajikan, tetapi bagian sirkulasi menginginkan agar berita lain yang ditonjolkan karena terbukti dapat menaikkan penjualan. Setiap organisasi berita, selain mempunyai banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri, berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa disajikan dalam berita. Ekstra media. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar organisasi media ini sedikit banyak dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar media: Sumber berita. Sumber berita di sini dipandang bukanlah sebagai pihak yang netral yang memberikan informasi apa adanya, ia juga mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan opini publik, atau memberi citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya. 33

Sebagai pihak yang mempunyai kepentingan, sumber berita tentu memberlakukan politik pemberitaan. Ia akan memberikan informasi yang sekiranya baik bagi dirinya, dan mengembargo informasi yang tidak baik bagi dirinya. Kepentingan sumber berita ini sering kali tidak disadari oleh media. Sumber penghasilan media, berupa iklan, bisa juga berupa pelanggan/pembeli media. Media harus survive, dan untuk bertahan hidup kadangkala media harus berkompromi dengan sumber daya yang menghidupi mereka. Misalnya media tertentu tidak memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan pengiklan. Pihak pengiklan juga mempunyai strategi untuk memaksakan versinya pada media. Ia tentu saja ingin kepentingannya dipenuhi, itu dilakukan di antaranya dengan cara memaksa media mengembargo berita yang buruk bagi mereka. Pelanggan dalam banyak hal juga ikut mewarnai pemberitaan media. Tema tertentu yang menarik dan terbukti mendongkrak penjualan, akan terus-menerus diliput oleh media. Media tidak akan menyia-nyiakan momentum peristiwa yang disenangi oleh khalayak. Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media (baca teori normatif komunikasi massa, dan teori makro). Dalam negara yang otoriter misalnya, pengaruh pemerintah menjadi faktor yang dominan dalam menentukan berita apa yang disajikan. Keadaan ini tentu saja berbeda di negara yang demokratis dan menganut liberalisme. Campur tangan negara praktis tidak ada, justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar dan bisnis. 34

Ideologi, diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Inilah yang dapat membentuk pesan (teks) sesuai agenda media, misalnya kita lihat dari bagaimana berita di bentuk mulai dari pendelegasian reporter dan camera person oleh kordinator liputan kelapangan hingga berita tersebut sampai dimeja redaksi dan dieksekusi yang disebut juga news judgement, pada tahapan ini pimpinan redaksi dan kultur media bermain jika pemilik media memiliki kecenderungan pada suatu kelompok maka media tersebut tidak akan menayangkan berita mengenai hal hal apasajakah yang dapat memperburuk citra kelompoknya. Penelitian ini berusaha menganalisi pembingkaian berita media online terhadap suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sosial. Peristiwa yang diangkat adalah pemberitaan Penggusuran Kampung Pulo. Untuk memperoleh gambaran lengkap dan mendalam tentang pembingkainan berita Penggusuran Kampung Pulo, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Pendekatan ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling namun lebih kepada persoalan kedalaman data. 35

3.2 Metode Penelitian Penelitian ini berusaha menganalisa pembingkaian pesan berupa teks berita sehingga penulis memilih analisis framing dengan perangkat Entman sebagai metode penelitian. Analisis framing secara sederhana merupakan analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, keadaan, tokoh dan lainnya) dibingkai oleh media. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai prespektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isi dan berita. Dalam praktiknya, analisis framing banyak digunakan untuk melihat frame berita baik media cetak, elektronik maupun media online 3 Analisis framing perangkat Entman menggambarkan proses seleksi isu dan menonjolkan aspek-aspek tertentu dari realitas yang dilakukan media. Model Entman berusaha mendefinisikan peristiwa yang dipahami wartawan dan media. Dalam proses mendefinisikan peristiwa, Entman menyebut ada empat cara yang 3 Robert N. Entman and Andrew Rojecki, "Freezing Out the Public, Elite and Media Framing of the US anti Nuclear Movement", dalam Political Communication, Vol. 10, No. 1, 1993, Hlm. 159 36

dilakukan media yaitu identifikasi masalah, indentifikasi penyebab masalah, evaluasi moral, dan rekomendasi penyelesaian masalah. Peneliti memilih model Entman sebagai perangkat framing yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa metode yang dibangun oleh Entman lebih menekankan kerangka berpikir, perspektif atau cara pandangan media terhadap suatu peristiwa karena model Entman bergerak pada lebel bagaimana peristiswa atau masalah dipahami serta dimaknai dengan melihat pada pendefinisian masalah, perkiraan penyebab masalah, pemilihan moral, dan pemberian rekomendasi. Selain itu, realitas yang diangkat dalam pemberitaan adalah tentang kontruksi, apa yang coba dibangun oleh Tempo.co dalam pemberitaan mengenai Penggusuran Kampung Pulo periode 20 Agustus 15 September 2015. 3.3 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian dalam penelitian ini adalah teks berita dalam Tempo.co dan VivaNews mengenai Penggusuran Kampung Pulo periode 20 Agustus - 15 September 2015. Yang membahas berita-berita seputar Penggusuran Kampung Pulo. Mengingat Penggusuran Kampung Pulo yang banyak melibatkan pihak, dan ada peran serta masyarakat dan Pemerintahan Jakarta, maka menarik untuk mengetahui apa yang coba Tempo.co dan Viva.co.id angkat dalam pemberitaan Penggusuran Kampung Pulo. Sebab kedua media tersebut sangat bertentangan, sehingga peneliti mencoba melakukan penelitian untuk membandingkan konstruksi yang dibangun oleh kedua media tersebut. Dalam hal 37

ini juga masyarakat perlu tau, agar tidak salah memilih. Pemberitaan Pemilihan Penggusuran Kampung Pulo dibahas dengan konteks yang lebih luas dan tidak cenderung tentang masyarakat Kampung Pulo yang terlibat. Tabel 3.1 Judul Berita Media Online Tanggal Berita Judul Berita Tempo.co Kamis, 20 Agustus 2015 11:15 WIB Kamis, 20 Agustus 2015 14:31 WIB Sabtu, 22 Agustus 2015 07:44 WIB Selasa, 15 September 2015 14:44 WIB Rabu, 26 Agustus 2015 22:38 WIB Viva.co.id Kamis, 20 Agustus 2015 15:49 WIB Jum'at, 21 Agustus 2015 16:43 WIB Jum'at, 21 Agustus 2015 14:26 WIB Penggusuran Kampung Pulo Ricuh, 500 Personel Polda Diturunkan Penggusuran Kampung Pulo, Apa Penyebab Ricuh Warga vs Aparat Penggusuran Kampung Pulo, Ahok Bisa Kena Pasal Korupsi jika Lakukan Ini Korban Penggusuran Tak Cocok Tinggal di Rumah Susun Jakarta Temukan 3 Pelanggaran Penggusuran Kampung Pulo Bentrok di Kampung Pulo, Polisi Serang dan Rusak RS Hermina Polisi Tahan 10 Warga Kampung Pulo Diduga Bakar Alat Berat Kapolda: Warga Kampung Pulo Jangan Memaksa Ganti Rugi 38

Senin, 31 Agustus 2015 12:21 WIB Rabu, 26 Agustus 2015 15:17 WIB Warga Kampung Pulo Berdesakan Tinggal di Rumah Susun LBH: Sudah 3.433 Kepala Keluarga Digusur Ahok Sejak Januari 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik Obsesrvasi. Observasi sendiri berasal dan bahasa Latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmuilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah. 4 Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat recheckingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya. Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai 4 Rahayu, Iin Tri, S.Psi dan Ardani, Tristiadi Ardi, S.Psi, M.Si. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia. 39

pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes. Dalam penilitian ini Peneliti melakukan observasi dengan mengambil data yang terdapat pada situs Media Onlie Tempo.co dan VivaNews, mengenai Penggusuran Kampung Pulo yang diambil dalam waktu, 20 Agustus - 15 September 2015. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui referensi dan studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui literatur yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti buku, website, jurnal dan lain-lain. Referensi dimaksud untuk melengkapi dan mendukung data premier. 3.5 Teknik Analisis Data Setelah peneliti memperoleh data dari website Tempo.co dan VivaNews, mengenai berita Penggusuran Kampung Pulo, data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis framing model Entman dengan keempat elemen analisisnya. Analisis framing merupakan salah satu cara menganilis media untuk mengetahui realitas yang dikontruksikan dan dibingkai oleh media. Dalam kaitan dengan permasalahan penelitian, analisis framing digunakan untuk mengetahui 40

bagaimana Tempo.co dan VivaNews membingkai berita Penggusuran Kampung Pulo. Entman merumuskan model framing yang terdiri dari empat elemen yaitu, pendefinisian masalah (define problems), memperkirakan penyebab masalah (diagnose causes), membuat pilihan moral (make moral judgement), dan menekankan penyelesaian (treatment recomendation). Tabel 3.2 Elemen Framing Robert N. Entman Define Problems (Pendefinisian Masalah) Bagaimana Tempo.co & VivaNews mendefinisikan masalah dalam Penggusuran Kampung Pulo? Diagnose Causes (Memperkirakan Masalah) Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral) Siapa atau apa yang dianggap oleh Tempo.co & VivaNews sebagai penyebab masalah? Nilai moral apa yang disajikan Tempo.co & VivaNews untuk menjelaskan pemberitaan Penggusuran Kampung Pulo? Treatment Recomendation (Menekankan Penyelesaian) Penyelesaian apa yang ditawarkan oleh Tempo.co & VivaNews untuk menyelesaikan masalah? Langkah pertama dalam menganalisa teks berita Tempo.co & VivaNews tentang Penggusuran Kampung Pulo adalah mengidentifikasi dan memahami 41

masalah. Singkatnya, bagaimana peristiwa dilihat? Sebagai masalah apa? Lalu, memperkirakan penyebab masalah, yaitu melihat siapa aktor penyebab masalah. Peristiwa atau masalah itu disebabkan oleh apa? Setelah dua tahapan tersebut, model Entman juga mengurai pemilihan nilai moral dibalik berita, yaitu proses telaah yang dilakukan untuk merumuskan landasssan pembenaran secara moral demi menguatkan gagasan yang telah dibangun. Terakhir, merumuskan rekomendasi penyelesaian masalah yang dikehendaki media untuk menuntaskan suatu masalah atau peristiswa. 42