PENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.

dokumen-dokumen yang mirip
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK KRIM BODY SCRUB DARI EKSTRAK TEH HITAM (Camellia sinensis), VARIASI KONSENTRASI EMULGATOR SPAN-TWEEN 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

PENGARUH KONSENTRASI FOSFATIDILKOLIN TERHADAP HERBOSOM EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) Makassar

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PREPARASI FITOSOM EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI FOSFATIDILKOLIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

3 METODOLOGI PENELITIAN

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN UJI STABILITAS SIRUP TEPUNG KANJI. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung Semarang 2

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN UJI EFEKTIFITAS ANTIOKSIDAN KRIM EKSTRAK ETANOL KORTEKS KAYU JAWA (LANNEA COROMANDELICA HOUT MERR) DENGAN METODE DPPH

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI SARI BUAH TOMAT VARIETAS APEL (Lycopersicum esculentum Mill Pyriforme) SEBAGAI KRIM MASKER. A.Muflihunna

FORMULASI LULUR KRIM YANG MENGANDUNG KOMBINASI YOGHURT DAN PATI BERAS HITAM (Oryza sativa L.)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih poten dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dengan aksinya menangkap

Jurnal Kesehatan Volume VII No. 2/2014

FORMULASI SALEP EKSTRAK DIETIL ETER DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.) DENGAN BERBAGAI VARIASI BASIS

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2): 1-9 ISSN: Agustus 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

PENGARUH ISOPROPIL MYRISTAT SEBAGAI BAHAN PENINGKAT PENETRASI TERHADAP LAJU DIFUSI KRIM PEMUTIH EKSTRAK ETANOL DAUN MURBEI (Morus alba L)

Lampiran 1. Hasil analisis kandungan asam lemak dari minyak alpukat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI KRIM DARI KULIT BUAH KAKAO (THEOBROMA CACAO L.) BERKHASIAT ANTIOKSIDAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L) Merr) TERHADAP DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

FORMULASI SABUN LOSIO PENCUCI TANGAN (HAND WASH) GEL LIDAH BUAYA (Aloevera L.) DENGAN VARIASI EMULGATOR. Audia Triani Olii

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO

THE EFFECT OF INCREASING CONCENTRATION OF CETYL ALCOHOL AS THICKENING AGENT ON PHYSICAL STABILITY O/W CREAM TYPE OF Zingiber

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

EMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

HUBUNGAN PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK KUNYIT PUTIH (Curcuma mangga Val) TERHADAP SIFAT FISIK LOTION

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI KRIM ANTI JERAWAT DARI NANOPARTIKEL KITOSAN CANGKANG UDANG WINDU (PENAEUSMONODON) ABSTRACK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

PENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) Karlina Amir Tahir 1, Sartini 2, Agnes Lidjaja 2 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar 2 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar Email : karlina.amir@uin-alauddin.ac.id ABSTRAK Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa fitosom yang paling baik pada kombinasi fosfatidilkolin 0,75 g dan ekstrak kulit buah kakao sebanyak 1 g, dengan ukuran 199,97 nm dan efisiensi penjerapan sebesar 99,182% dilanjutkan pengujiannya menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) dan dibuat dalam bentuk sediaan krim antioksidan fitosom ekstrak kulit buah kakao tipe M/A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh propilen glikol terhadap stabilitas fisik dari krim antioksidan fitosom ekstrak kulit buah kakao meliputi pengamatan organoleptik, viskositas, ph, dan inversi fase menggunakan metode penyimpanan. Konsentrasi propilen glikol yang digunakan yaitu 0%, 3%, 5%, dan 7%. Hasil uji stabilitas fisik, perbedaan konsentrasi propilen glikol secara keseluruhan tidak mempengaruhi stabilitas fisik krim. Kata kunci : kulit buah kakao, fitosom, krim antioksidan, SEM, stabilitas fisik PENDAHULUAN Kulit merupakan lapisan terluar tubuh yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh luar yang berupa mikroorganisme, penarikan atau kehilangan cairan, dan dari zat iritan kimia maupun mekanik (Syaifuddin, 2006; Sloane, 2004). Oleh karena itu kulit berada pada permukaan tubuh paling luar sehingga kulit merupakan bagian tubuh yang paling sering terpapar dengan berbagai macam agen, baik fisik maupun kimia, yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit. Penuaan pada kulit merupakan suatu proses biologis kompleks sebagai hasil dari penuaan intrinsik (dari dalam tubuh seperti genetik) dan penuaan ekstrinsik (dari lingkungan). Faktor ekstrinsik yang paling berperan dalam penuaan adalah radikal bebas. Radikal bebas dapat memberikan dampak besar terhadap terjadinya proses penuaan karena dapat menyebabkan stres oksidatif yang berperan penting dalam proses penuaan (Mackiewicz dan Rimkevičius, 2008). Antioksidan memiliki peranan penting dalam mengatasi proses penuaan kulit. Antioksidan adalah senyawa yang dapat meredam dampak negatif dari radikal bebas akibat oksidasi. Mekanisme antioksidan secara umum yaitu menghambat oksidasi lemak yang akan diubah menjadi radikal bebas. Antioksidan sangat beragam jenisnya, berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami) (Akmal, dkk., 2010). Salah satu tanaman 66

herbal yang memiliki aktivitas antioksidan adalah kakao. Menurut Arlorio dkk.,(2005) bahwa Theobroma cacao L. (Sterculiaceae) dan turunan produk kakao merupakan tanaman yang kaya fenolat kaya, produk ini sebagian besar telah dipelajari karena sifat antioksidan dan antiradikal secara in-vitro dari konstituen fenoliknya. Salah satu manfaat dari kulit buah kakao yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kosmetik yaitu pembuatan krim antioksidan. Krim lebih dikhususkan karena krim cenderung lebih kental, lebih oklusif, dan oleh karena itu lebih efektif (Fluhr, 2008). Bentuk sediaan krim memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak lengket dan mudah menyebar rata (Harry, 1973). Dalam penelitian ini, ekstrak kulit buah kakao yang telah dibuat sebelumnya dalam bentuk fitosom menggunakan perbandingan fosfatidilkolin dan diperoleh hasil yang paling baik pada kombinasi fosfatidilkolin 0,75 g dan ekstrak kulit buah kakao sebanyak 1 g, dengan ukuran 199,97 nm dan efisiensi penjerapan sebesar 99,182% dilanjutkan pengujiannya menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) dan dibuat dalam bentuk sediaan krim antioksidan fitosom ekstrak kulit buah kakao tipe minyak dalam air (M/A) dan dilakukan uji stabilitas fisik dari krim antioksidan fitosom ekstrak kulit buah kakao dengan adanya pengaruh peningkat penetrasi propilen glikol. METODOLOGI PENELITIAN Ukuran nanopartikel 199,97 nm dengan efisiensi penjerapan 99,182% dilanjutkan pengujiannya menggunakan SEM dan uji stabilitas fisik sediaan krim. 1. Pengamatan Bentuk dan Morfologi Bentuk dan morfologi permukaan fitosom diamati dengan scanning electron microscopy (SEM). 2. Formula Sediaan Krim Tabel 1. Formula krim antioksidan fitosom ekstrak kulit buah kakao No 1 Nama Bahan Fitosom ekstrak kulit buah kakao Konsentrasi (%) A B C D 0,5 g ekstrak 1% fitosom ekstrak 2 Asam stearat 3 3 3 3 3 Parafin cair 10 10 10 10 4 Setil alkohol 2 2 2 2 5 α - Tokoferol 0,1 0,1 0,1 0,1 6 Minyak mawar 0,005 0,005 0,005 0,005 7 Gliserin 10 10 10 10 8 9 Metil paraben Propil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 0,08 0,08 0,08 0,08 10 Viscolam 3 3 3 3 11 12 Propilen glikol Aquadest ad Cara Kerja : - 3 5 7 100 100 100 100 Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan. Asam stearat, setil alkohol, parafin cair, dan propil paraben dilebur di atas penangas air pada suhu 70 o C (fase minyak). 67

Air, propilen glikol, gliserin, dan metil paraben dipanaskan sampai suhu 70 o C (fase air). Fase minyak dimasukkan ke dalam fase air kemudian ditambahkan emulgator viscolam, diaduk dengan pengaduk elektrik dengan kecepatan 4000 rpm hingga terbentuk emulsi yang stabil. Fitosom ekstrak kulit buah kakao digerus dalam mortir lalu ditambah basis krim sedikit demi sedikit dan diaduk sampai homogen, lalu dipindahkan ke gelas piala yang berisi sisa basis dan diaduk kembali sampai homogen. Tokoferol dan minyak mawar ditambahkan setelah krim agak hangat sambil terus diaduk hingga homogen. Krim yang telah jadi dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup rapat dan disimpan di tempat yang sejuk. 3. Evaluasi Sediaan a. Evaluasi Tipe emulsi 1. Metode Pengenceran Krim yang telah dibuat dimasukkan dalam vial, kemudian diencerkan dengan air, jika emulsi dapat diencerkan maka tipe emulsinya adalah minyak dalam air (M/A). 2. Metode Dispersi Zat Warna Krim yang telah dibuat dimasukkan ke dalam vial, kemudian masing-masing ditetesi beberapa tetes larutan metilen biru di atasnya. Jika warna biru segera terdispersi ke seluruh emulsi, maka tipe emulsinya minyak dalam air (M/A), sedangkan jika warna biru tidak terdispersi ke seluruh emulsi maka tipe emulsinya air dalam minyak (A/M). 3. Metode Konduktivitas Sampel krim yang telah dibuat dihubungkan dengan alat konduktometer. Tes ini didasarkan prinsip bahwa air menghantarkan aliran listrik sedangkan minyak tidak. Apabila jarumnya bergerak maka tipe emulsinya adalah minyak dalam air (M/A). Jika sistem tidak menghantarkan aliran listrik atau jarumnya tidak bergerak maka emulsi tersebut bertipe air dalam minyak (A/M). b. Stabilitas Fisik Krim Sediaan krim disimpan didalam climatic chamber pada suhu 5ºC selama 12 jam dan suhu 35ºC selama 12 jam pula. Perlakuan ini dihitung satu siklus. Percobaan ini dilakukan sebanyak 10 siklus. Kondisi fisik sediaan dibandingkan sebelum dan setelah diberi kondisi penyimpanan. 1. Pemeriksaan Organoleptis Pengamatan organoleptis yang dilakukan terhadap sediaan krim yang telah dibuat meliputi pengamatan perubahan warna, bau, dan tekstur. Pengamatan dilakukan pada sediaan krim sebelum dan setelah penyimpanan 2. Pengukuran Viskositas Sediaan krim dimasukkan kedalam gelas piala, dan diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer Brookfield dengan kecepatan 50 rpm menggunakan spindel no.7. Pengukuran viskositas dilakukan pada sediaan krim sebelum dan setelah penyimpanan. 68

3. Pengukuran ph Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph meter meliputi ph basis dan ph krim sebelum dan setelah penyimpanan. 4. Inversi Fase Sediaan krim diberi kondisi penyimpanan, kemudian diuji kembali tipe emulsinya dengan metode pengenceran, metode dispersi zat warna dan metode konduktivitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengujian ini menunjukkan partikel sferis tidak beraturan dan dapat dilihat pada Gambar 1. Bentuk yang tidak sepenuhnya sferis ini mungkin disebabkan karena fitosom tersebut tersusun atas lipid, dimana lipid sifatnya sulit untuk membentuk sferis utuh. (I) (II) Gambar 1. SEM fitosom ekstrak kulit buah kakao dengan lapangan pandang 63,5 µm (I) dan 6,35 µm (II) A. Sediaan Krim 1. Penentuan Tipe emulsi Tabel 2. Hasil uji tipe emulsi sebelum dan setelah penyimpanan Tipe Emulsi Sebelum Kondisi Penyimpanan Setelah Kondisi Penyimpanan KRIM Dispersi Dispersi Penge Kondukti Pengen Kondukti Zat Zat nceran vitas ceran vitas Warna Warna A M/A *) M/A M/A M/A M/A M/A B M/A M/A M/A M/A M/A M/A C M/A M/A M/A M/A M/A M/A D M/A M/A M/A M/A M/A M/A M/A *) : emulsi tipe minyak dalam air Pada penelitian ini digunakan perbedaan konsentrasi propilen glikol sebagai peningkat penetrasi (enhancer) dengan cara mempengaruhi permeabilitas stratum korneum dan akan dievaluasi pengaruh propilen glikol terhadap stabilitas fisik krim. a. Pada metode pengenceran baik sebelum dan setelah kondisi, krim terencerkan dengan baik ketika dicampur dengan air. Hal ini karena fase dalam atau tetes terdispersi krim yang berupa lemak jumlahnya lebih sedikit dan fase luar dari krim tersusun atas kebanyakan fase air. Hal ini menunjukkan bahwa tipe krim adalah tipe minyak dalam air (M/A). b. Pada metode dispersi warna baik sebelum dan setelah kondisi, menunjukkan tidak terjadi perubahan. ini menggunakan metilen blue yang larut air, dimana metilen blue terdispersi secara baik dalam krim. Hal ini menunjukkan bahwa krim merupakan tipe minyak dalam air (M/A). c. Dalam metode konduktivitas yang dilakukan sebelum dan setelah kondisi 69

, menunjukkan tipe krim adalah minyak dalam air (M/A) dan tidak terjadi perubahan. Krim mampu menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal ini dikarenakan fase luar dari krim yang tersusun atas air mampu menghantarkan arus listrik dengan sangat baik. 2. Kestabilan Fisik Krim Pengujian ini dilakukan sebelum dan setelah krim diberi kondisi penyimpanan selama 10 siklus. a. Pemeriksaan Organoleptis ini meliputi warna, bau dan tekstur dari krim, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 2. Tabel 3. organoleptis krim sebelum dan setelah kondisi penyimpanan Krim Warna Aroma Tekstur Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah A Krem Krem Khas Khas B Krem krem Khas Khas C Krem Krem Khas Khas D Krem Krem Khas Khas A B (II) Ket : A : Krim A B : Krim B C : Krim C D : Krim D Gambar 2. organoleptis krim sebelum (I) dan setelah kondisi (II) Hasil uji ini setelah kondisi penyimpanan menunjukkan adanya sedikit perubahan warna pada krim menjadi sedikit lebih gelap, tetapi masih berwarna krem dan hal ini tidak begitu mempengaruhi penampilan krim. b. Pengukuran Viskositas Hasil pengukuran viskositas krim menggunakan viskometer Brookfield dengan variasi propilen glikol sebagai peningkat penetrasi, yaitu : C Tabel 4. viskositas krim sebelum dan setelah kondisi. D Krim Viskositas Rata-rata (pa) A B C D Sebelum kondisi Setelah kondisi A 40,8±0,05 41,77±0,28 B 62,4±0,93 65,08±0,38 C 70,3±1,52 73,05±0,58 D 76±1,04 79±1,00 (I) (I) Pada pengukuran viskositas setelah kondisi, terjadi perubahan peningkatan viskositas pada semua formula 70

terutama dengan penambahan propilen glikol. Hal ini mungkin disebabkan dalam formulasi terdapat gliserin yang memiliki kemampuan sebagai humektan yang dapat mengikat air dari udara di sekitar lingkungan sehingga meningkatkan ukuran unit molekul. Meningkatnya ukuran unit molekul akan meningkatkan tahanan untuk mengalir dan menyebar (Martin, 1993). Selain itu, terdapat juga propilen glikol yang berfungsi sebagai peningkat penetrasi juga dapat bertindak sebagai humektan. Jadi setelah diformulasi, dengan adaya kedua gabungan bahan ini semakin meningkatkan viskositas krim. c. Pengukuran ph Pada pengujian ini menunjukkan terjadinya perubahan penurunan ph setelah kondisi. Hal ini terjadi karena ekstrak etanol sendiri sudah bersifat asam, akan tetapi nilainya masih dalam batas yang bisa diterima untuk penggunaan topikal pada kulit wajah yaitu 4,0 8,0 (Aulton, 1988). Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengujian ph Krim sebelum dan setelah kondisi Krim d. Inversi Fase Sebelum ph Setelah A 5,20 5,07 B 6,12 5,68 C 6,19 5,51 D 7,04 5,77 Pada pengujian inversi fase baik metode dispersi zat warna, pengenceran dan konduktivitas menunjukkan semua krim tidak mengalami inversi fase. KESIMPULAN Perbedaan konsentrasi propilen glikol secara keseluruhan tidak mempengaruhi stabilitas fisik krim antioksidan fitosom ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.). Hal ini berdasarkan uji-uji stabilitas yang dilakukan. KEPUSTAKAAN Akmal, M., Indahaan, Z., Wihdawati, Sari, S. Ensiklopedia Kesehatan. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta. 2010 Arlorio, M., Coı sson, J.D., Travaglia, F., Varsaldi, F., Miglio, G., Lombardi, G., Martelli, A. Antioxidant and biological activity of phenolic pigments from Theobroma cacao hulls extracted with supercritical CO 2. Journal Elsevier, Food Research International. 38: 1009 1014.2005 Aulton, M. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design.. Curcill Livingstone. Edirberd. London. 1988 Fluhr, J.W., Cavallotti, C., Berardesca, E. Emollients, moisturizers, and keratolytic agents in psoriasis. Clin.Dermatol. 26: 380-386. 2008 Harry, R.G. Harry s Cosmeticology. The Principles and Practise of Modern Cosmetics. Vol 1. 6th edition. Chemical Publising CO.,Inc. New York. pp 1-6, 306-320.1973 Mackiewicz, Z., Rimkevičius,. A. Skin Aging. Institute of Experimental and Clinical Medicine at Vilnius University. Lithuania.2008 Martin, A.. Farmasi Fisika. Terjemahan dari Phisical Pharmacy, oleh Joshita. Edisi Ketiga. UI Press. Jakarta.1993 71