PENGARUH KADAR GARAM DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGI BAKASANG SEBAGAI BAHAN MODUL PEMBELAJARAN BAGI MASYARAKAT PENGRAJIN BAKASANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH FERMENTASI GARAM TERHADAP KARAKTERISTIK JAMBAL ROTI

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

9/13/2012. penyimpanan maupun pengolahan, maka diharapkan dapat meminimalkan penurunan mutu terutama mutu gizi pada bahan makanan tersebut.

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

PERBEDAAN KANDUNGAN PROTEIN, ZAT BESI DAN DAYA TERIMA PADA. PEMBUATAN BAKSO DENGAN PERBANDINGAN JAMUR TIRAM (Pleurotus

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

Umur Simpan Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster Pectoralis) Duri Lunak Dengan Pengemasan Vakum Dan Non Vakum Pada Penyimpanan Suhu Ruang

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

TELUR ASIN PENDAHULUAN

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

BAB I PENDAHULUAN. protein hewani yang mengandung omega-3 dan protein yang cukup tinggi sebesar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

PAPER BIOKIMIA PANGAN

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

KANDUNGAN ZAT GIZI DAN BAKTERI PROTEOLITIK PADA PRODUK OLAHAN IKAN BILIH

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, STITEK Balik Diwa Makassar ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

2014 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau 48

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

III. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

NUTRIFIKASI TIWUL INSTAN DENGAN TEPUNG TELUR (KAJIAN DARI KADAR PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK) KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

KADAR ASAM SIANIDA DAN KANDUNGAN GIZI PADA DENDENG DARI LIMBAH KULIT SINGKONG

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGIS KEJU MOZZARELLA YANG DISIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENGARUH KADAR GARAM DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGI BAKASANG SEBAGAI BAHAN MODUL PEMBELAJARAN BAGI MASYARAKAT PENGRAJIN BAKASANG Farida Bahalwan* Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Darussalam Ambon Diterima 1-07-2011; Terbit 30-11-2011 ABSTRACT Bakasang is on of the Bandanesse s traditional food. People make bakasang with added salt, but how much salt needed in the making of bakasang is unknown. In other hand, the standart of bakasang quality based on Total Bacterials is unknown to. This research is done to knowing the effect of salt, storage time, protein and fat of bakasang. The research result showing that the qualitiy of bakasang based on Total Bacterial have salt concentrate 250 grams and storage time 28 days. The highest protein of bakasang contained in bakasang that get treatment with added 200 grams salt and storage time 35 days. The highest fat of bakasang contained in bakasang that get treatment with added 300 grams salt and storage time 21 day. Keywords: salt, microbiology, and bakasang Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya mengandung mineral, vitamin, dan lemak tak jenuh. Protein sangat dibutuhkan tubuh untuk proses pertumbuhan dan mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak. Selain air, protein merupakan bagian utama dari unsur-unsur penyusun tubuh manusia. Di samping itu, ternyata ikan juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu kandungan air yang tinggi (80%), ph tubuh ikan yang mendekati netral, dan daging ikan yang sangat mudah dicerna oleh enzim autolisis menyebabkan daging sangat lunak, sehingga menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk (Adawyah, 2007). Kerusakan ikan oleh enzim baik berasal dari mikrobia atau dari dalam jaringan tubuh ikan itu sendiri (autolitic) tidak lain adalah pemecahan atau penguraian terhadap makromolekul protein, lemak, dan lain-lain yang menghasilkan senyawa yang lebih sederhana. Kekurangan yang terdapat pada ikan dapat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan sering menimbulkan kerugian besar terutama di saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, diperlukan proses pengolahan untuk menambah nilai dari segi gizi. Salah satu cara pemanfaatan ikan melalui proses fermentasi untuk menghasilkan bakasang yang dilakukan dengan cara mencampurkan garam dengan daging ikan yang sudah dihaluskan. Fermentasi merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh manusia untuk memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob. Penguraian senyawa-senyawa dari kompleks menjadi sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi. Pemanfaatan hasil tangkap ikan yang berlebihan biasanya dilakukan dengan melalui pengawetan dan pembuatan berbagai menu makanan lainnya seperti bakasang yang diproses dari ikan dan jeroan ikan. Jenis ikan yang biasanya digunakan ialah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Bakasang yang dibuat biasanya menggunakan daging ikan yang ditambahkan dengan garam dan dijemur selama 14 hari, tapi ada sebagian kecil juga yang memanfaatkan jeroan dari ikan, dengan tujuan memanfaatkan limbah dari ikan tersebut. Secara empiris, masyarakat di Pulau Banda lebih menyukai bakasang yang telah disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sangat memiliki resiko karena tidak diketahui dengan secara pasti kelayakan bakasang yang telah disimpan dalam jangka waktu yang lama untuk dikonsumsi. Uji kelayakan bakasang untuk dikonsumsi dapat dilakukan dengan menentukan Angka Lempeng Total bakteri dalam bakasang dan dibandingkan dengan standar batas maksimum Angka Lempeng Total bakteri dalam bakasang yang layak dikonsumsi. Selain itu pula, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kualitas biokimia bakasang. 301

METODE Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksperimen yang bertujuan untuk melihat pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kualitas mikrobiologi berdasarkan jumlah Angka Lempeng Total. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan pola faktorial. Menurut Sastrosupadi (1995), Rancangan Acak Lengkap digunakan untuk percobaan yang dilakukan pada media atau tempat yang relatif tidak homogen. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap Angka Lempeng Total maka perlakuan akan diulang sebanyak 3 kali, maka pola faktorial yang digunakan adalah 4x6x3=72 unit analisis. HASIL PENELITIAN I. Kualitas Mikrobiologi Perhitungan Angka Lempeng Total bakteri dilakukan untuk mengetahui kualitas mikrobiologi bakasang. Pengujian kualitas mikrobiologis dilakukan setelah perlakuan dengan beberapa jenis perlakuan. Jenis perlakuan dalam penelitian ini adalah penambahan konsenstrasi kadar dan lama penyimpanan. Perlakuan kadar garam dalam penelitian ini terdiri dari 4 taraf yaitu: 150, 200, 250 dan 300, sedangkan lama penyimpanan terdiri dari 6 taraf yaitu: 0, 7, 14, 21, 28 dan 35 hari. Ringkasan hasil perhitungan Angka Lempeng Total bakteri pada bakasang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel di atas memperlihatkan bahwa rerata Angka Lempeng Total bakteri tertinggi terlihat pada perlakuan kadar garam 150 gram dan lama penyimpanan 0 hari dengan rerata sebesar 6x10 4 cfu/g, sedangkan rerata Angka Lempeng Total terendah terlihat pada perlakuan kadar garam 250 gram dan lama penyimpanan 28 dengan rerata 0,6x10 2 cfu/g. Secara visualisasi, gambar rerata Angka Lempeng Total bakteri pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Profil Angka Lempeng Total bakteri bakasang pada setiap perlakuan Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat variasi Angka Lempeng Total bakteri pada setiap perlakuan pemberian kadar garam maupun lama perlakuan. Rerata Angka Lempeng Total bakteri tertinggi terlihat pada lama penyimpanan 0 hari sedangkan rerata Angka Lempeng Total terendah terlihat pada lama penyimpanan 28 hari. Dari data hasil penelitian di atas terlihat bahwa Angka Lempeng Total bakteri masih dalam kisaran layak, ini disesuaikan dengan batas kelayakan berdasarkan BPOM yang merujuk pada standar kelayakan petis yaitu 1 x 10 5 atau 5 bila dilog 10 atau disederhanakan dengan menggunakan transformasi logaritma dengan rumus Log x + 1, dimana dengan 4 macam perlakuan penggaraman dan lama waktu penyimpanan terlihat semakin lama penyimpanan semakin menurun Angka Lempeng Total bakteri sehingga semakin layak untuk dikonsumsi. II. Kadar Protein Bakasang Analisis dilakukan pula untuk mengetahui kadar protein bakasang ikan cakalang. Penentuan kadar protein dilakukan dengan menggunakan metode Semi mikro Kjeldahl. 302

Penentuan kadar protein dilakukan untuk melihat kadar protein bakasang ikan cakalang pada garam dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 3 setiap kelompok perlakuan, baik berdasarkan penambahan garam maupun perlakuan lama penyimpanan. Hasil analisis kadar protein bakasang ikan cakalang menunjukkan bahwa pada tiap-tiap perlakuan penambahan kadar garam terbukti bahwa makin lama waktu penyimpanan, makin meningkat kadar protein yang terkandung dalam bakasang. Terlihat pada penambahan 150 gram garam menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi pada lama penyimpanan 35 hari, yaitu sebesar 22,24%. Kemudian penambahan 200 gram kadar garam menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi pada lama penyimpanan 35 hari yaitu sebesar 22,87%. Dilanjutkan dengan penambahan 250 gram kadar garam menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi pada lama penyimpanan 35 hari yaitu sebesar 20,12%. Dan penambahan 300 gram kadar garam menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi pada lama penyimpanan 35 hari yaitu sebesar 19,22%. Secara keseluruhan protein yang paling rendah terlihat pada perlakuan 200 gram garam pada lama penyimpanan 0 hari yaitu sebesar 15,31%, sedangkan peningkatan kadar protein yang tertinggi terlihat pada perlakuan 200 gram garam pada lama penyimpanan 35 hari yaitu sebesar 22,87%. III. Kadar Lemak Bakasang Kandungan nutrisi lainnya yang dianalisis pada bakasang ikan cakalang adalah lemak. Analisis kandungan lemak bakasang ikan cakalang dilakukan dengan menggunakan metode Acid hydrolysis. Ringkasan hasil analisis penentuan kadar lemak bakasang ikan cakalang berdasarkan perlakuan penambahan kadar Hasil analisis kadar lemak menun-jukkan bahwa pada tiap-tiap perlakuan pe-nambahan kadar garam terbukti bahwa pe-ningkatan kadar lemak yang terkandung da-lam bakasang terjadi pada lama penyimpan-an 21 hari. Terlihat pada penambahan 150 gram garam menunjukkan bahwa kadar lemak tertinggi pada lama penyimpanan 21 hari, yaitu sebesar 5,81%. Kemudian pe-nambahan 200 gram kadar garam menun-jukkan bahwa kadar lemak tertinggi pada lama penyimpanan 21 hari yaitu sebesar 6,54%. Dilanjutkan dengan penambahan 250 gram kadar garam menunjukkan bahwa kadar lemak tertinggi pada lama penyimpan-an 21 hari yaitu sebesar 6,27%. Dan penambahan 300 gram kadar garam menun-jukkan bahwa kadar lemak tertinggi pada lama penyimpanan 21 hari yaitu sebesar 6,74%. Secara keselu-ruhan kadar lemak terendah terlihat pada perlakuan 250 gram garam pada lama penyimpanan 0 hari yaitu sebesar 4,46%, sedangkan peningkatan kadar lemak yang tertinggi terlihat pada perlakuan 300 gram garam pada lama penyimpanan 21 hari yaitu sebesar 6,74%. IV. Kadar Air Bakasang Selanjutnya, dilakukan pula analisis untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam bakasang ikan cakalang setelah perlakuan pemberian kadar garam dan lama penyimpanan. Analisis kandungan air bakasang ikan cakalang dilakukan dengan menggunakan metode Oven AOAC. Ringkasan hasil analisis kadar air pada bakasang ikan cakalang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pada tiap-tiap perlakuan penambahan kadar garam 303

terbukti bahwa makin lama waktu penyimpanan, makin menurun kadar air yang terkandung dalam tertinggi terlihat pada kelompok perlakuan penambahan garam 200 gram dengan rerata bakasang. Terlihat pada penambahan 150 gram garam menunjukkan bahwa kadar air terendah pada lama penyimpanan 35 hari, yaitu sebesar 38,73%. Kemudian penambahan 200 gram kadar garam menunjukkan bahwa kadar air terendah pada lama penyimpanan 35 hari yaitu sebesar 34,49%. Dilanjutkan dengan penambahan 250 gram kadar garam menunjukkan bahwa kadar air terendah pada lama penyimpanan 35 hari yaitu sebesar 30,53%. Dan penambahan 300 gram kadar garam menunjukkan bahwa kadar air terendah pada lama penyimpanan 35 hari yaitu sebesar 29,81%. Secara keseluruhan kadar air tertingi terlihat pada perlakuan penambahan 150 gram garam pada lama penyimpanan 0 hari yaitu sebesar 54,87%, sedangkan kadar air yang terendah terlihat pada perlakuan 300 gram garam pada lama penyimpanan 35 hari yaitu sebesar 29,81% V. Hasil Pengukuran Intensitas Penyinaran, Suhu dan Kelembaban Ruangan. Selama proses fermentasi, dilakukan pula pengukuran terhadap faktor fisika kimia ruangan yang meliputi intensitas penyinaran, suhu dan kelembaban. Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa rerata intensitas penyinaran selama perlakuan adalah 48600,93, sedangkan rerata suhu ruangan adalah 28,65 o C, dan kelembaban pada ruangan selama perlakuan adalah 55,68%. PEMBAHASAN A. Uji Kimiawi Bakasang 1. Kadar Protein Kadar protein bakasang ikan cakalang menunjukkan bahwa rerata kadar protein sebesar 19,40%, sedangkan rerata kadar protein terendah terlihat pada kelompok perlakuan penambahan garam 300 gram dengan rerata sebesar 17,42. Berdasarkan lama penyimpanan, hasil analisis memperlihatkan bahwa rerata kadar protein tertinggi tampak pada lama penyimpanan 35 hari dengan rerata sebesar 21,11%, sedangakan rerata kadar protein terendah yaitu 15,42% terlihat pada kelompok perlakuan lama penyimpanan 0 hari. Ada perubahan komposisi protein pada bakasang disebabkan karena proses metabolisme yang terjadi selama proses fermentasi bakasang. Meningkatkanya kadar protein bakasang diduga disebabkan karenanya berkurangnya sel bakteri pada bakasang sehingga proses penguraian protein menjadi asam amino tidak dapat berjalan dengan baik. Protein merupakan bagian yang sangat penting karena pada sebagian besar jaringan tubuh, protein adalah komponen terbesar setelah air. Protein juga merupakan sumber asam-asam amino, yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat (Winarno 1997). 2. Kadar Lemak Rerata kadar lemak tertinggi terlihat pada kelompok perlakuan penambahan garam 200 gram dengan rata-rata kadar lemak sebesar 5,52%,, sedangkan kadar lemak terendah terlihat pada kelompok perlakuan pemberian kadar garam 150 gram dengan rerata sebesar 5,01%. Berdasarkan lama penyimpanan, rerata kadar lemak tertinggi terlihat pada kelompok perlakuan lama penyimpanan 21 hari dengan rerata sebesar 6,34%, sedangkan rerata kadar lemak terendah terlihat pada perlakuan lama 304

penyimpanan 0 hari dengan rerata sebesar 4,67. Minyak dan lemak ikan sebagian besar terdiri atas asam lemak tak jenuh atau asam lemak esensial, yaitu jenis asam lemak yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Karena rendahnya kandungan lemak dan karbohidrat, ikan tergolong bahan pangan dengan energi rendah. Kandungan vitamin dalam ikan sangat bervariasi tergantung pada kandungan lemaknya. Ikan-ikan berlemak tinggi seperti salmon dan mackerel adalah sumber vitamin A yang bagus. Vitamin A dan D terdapat pada minyak hati dan jeroan ikan. Telur ikan (fish roe) merupakan sumber tiamin, yaitu vitamin B1 dan riboflavin, yaitu vitamin B2. Umumnya ikan merupakan sumber tiamin, riboflavin dan niasin yang berfungsi sebagai antipelagra. Ikan merupakan sumber mineral, kalsium, fosfor, dan besi. Lemak merupakan bagian integral dari semua bahan makanan. Lemak berperan dalam penambahan kalori serta untuk memperbaiki tekstur dan citarasa bahan pangan (Winarno, 1997). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan, kadar lemak bakasang akan semakin meningkat. Meningkatnya kadar lemak bakasang disebabkan karena menurunnya kadar air yang terdapat di dalam bakasang, dimana semakin lama penyimpanan bakasang maka kadar air akan semakin berkurang dari dalam bakasang. Dengan mengurangi kadar air, bahan pangan akan mengandung senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral dalam konsentrasi tinggi namun vitamin dan zat warna pada umumnya menjadi berkurang. 3. Kadar Air Kadar air terendah terlihat pada kelompok perlakuan pemberian kadar garam 300 gram dengan rerata sebesar 35,84%, sedangkan rerata kadar air tertinggi terlihat pada terlihat pada kelompok perlakuan pemberian kadar garam 150 gram. Berdasarkan lama penyimpanan, hasil analisis memperlihatkan bahwa rerata kadar air tertinggi terlihat pada perlakuan lama penyimpanan 0 hari dengan rerata sebesar 47,66%, sedangkan rerata kadar air terendah terlihat pada perlakuan lama penyimpanan 35 hari dengan rata-rata 33,39%. Kadar air sangat penting dalam menentukan daya awet dari bahan makanan karena mempengaruhi sifat fisik, kimia, perubahan mikrobiologi, dan perubahan enzimatis. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan penerimaan konsumen, kesegaran, dan daya tahan bahan. Kandungan air yang tinggi dalam bahan menyebabkan daya tahan bahan rendah. Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian air dalam bahan harus dihilangkan dengan berbagai cara tergantung dari jenis bahan (Winarno 1997). Air yang terikat di dalam otot daging dapat dibagi menjadi tiga kompartemen air, yaitu air yang terikat secara kimiawi oleh protein otot sebesar 4-5% sebagai lapisan monomolekuler pertama. Air terikat agak lemah sebagai lapisan kedua dari molekul air terhadap grup hidrofilik, kira-kira sebesar 4%, dan lapisan ketiga adalah molekulmolekul air bebas diantara molekul protein, berjumlah kira-kira 10% (Soeparno 1998). Selama proses fermentasi terjadi penurunan kadar air karena keseimbangannya dalam bahan terganggu sebagai akibat penambahan garam. Garam akan menarik air dari dalam bahan lalu masuk ke dalam jaringan. Akibatnya, kadar air bahan menurun sedangkan kadar garamnya meningkat. Menurut Voskrensky (1965) bahwa proses penggaraman akan berhenti setelah terjadi keseimbangan antara larutan di dalam daging ikan dengan larutan garam di luarnya selama waktu penggaraman tertentu. Stanby (1963) menyatakan bahwa pada proses penggaraman akan terjadi penetrasi garam ke dalam tubuh ikan tergantung dari kemurnian garam yang digunakan. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi efektivitas penggaraman adalah konsentrasi garam, suhu penggaraman, ketebalan daging ikan dan tingkat kesegaran ikan. Lamanya waktu penggaraman ditentukan oleh kecepatan garam melarut membentuk brine (larutan garam), kecepatan garam masuk ke dalam daging ikan dan menarik air, jumlah garam atau kepekatan brine, suhu penggaraman, ukuran ikan. Penggaraman dapat menghilangkan air pada permukaan tubuh ikan. Konsentrasi garam yang semakin tinggi dapat menghilangkan air lebih banyak dari tubuh ikan (Moelyanto 1992). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Bakasang yang mempunyai kualitas terbaik ditinjau berdasarkan Angka Lempeng Total bakteri adalah kadar garam 250 gram dan lama penyimpanan 28 hari. Bakasang dengan kadar protein yang terbaik terdapat pada perlakuan kadar garam 200 gram dan lama penyimpanan 35 hari. Bakasang dengan kadar lemak yang terbaik ialah pada perlakuan kadar garam 300 gram dan lama penyimpanan 21 hari. Saran Bagi masyarakat pengrajin bakasang, penggunaan kadar garam dalam pembuatan 305

bakasang seharusnya memperhatikan aspek rasa sehingga tidak menimbulkan efek samping bagi pengguna, dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjutnya untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi bakteri dan jenis-jenis bakteri yang berperan dalam proses fermentasi bakasang. DAFTAR RUJUKAN Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara. Klaveren FWV. dan R. Legendre. 1965. Salted Cod. Dalam Borgstrom G. (Eds). Fish as Food. Vol. III. Academic Press: New York. Stanby ME. 1963. Cured Fishery Products in Industrial Fishery Technology. Reinhold Publ. Co. New York. 312 hal Sukarsa DR. 1980. Bahan kuliah mata ajaran teknologi hasil perikanan. Voskrensky NA. 1965. Salting in Herring. Dalam Borgstrom, G. (Eds). Fish as Food. Vol. III. Academic Press. New York. 489 hal Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moeljanto R. 1982. Penggaraman dan Pengeringan Ikan. PT Penebar Swadaya: Jakarta. Rahayu PW, Ma oen S, Suliantari, Fardiaz S. 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Rochima E. 2005. Dinamika Jumlah Bakteri Selama Fermentasi Selama Prosesing Ikan Asin Jambal Roti. Laporan Hasil Penelitian. Lemlit Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung. Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogjakarta. Suparno. 1998. Pembuatan Filet Ikan. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan. Pusat Penelitian Perikanan. 306