JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 PENGARUH KADAR KARBON DALAM BAJA PADA PROSES PELAPISAN ALUMINIUM CELUP PANAS

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR MANGAN PADA PADUAN ALUMINIUM 7wt% SILIKON TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

STUDI METODE ALMUNIZING UNTUK MENCEGAH DIE SOLDERING PADA BAJA H420 J2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

I. PENDAHULUAN. pipa saluran uap panas dari sumur-sumur produksi harus mendapat perhatian

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

PENGARUH PROSES DEGASSING PADA REAKSI ANTAR MUKA ANTARA ALUMINIUM CAIR DAN TUNGKU PELEBURANNYA T E S I S OLEH LUTIYATMI NIM.

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK α-al 8 Fe 2 Si DAN β-al 5 FeSi PADA PADUAN Al-7wt%Si DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BESI DAN STRONSIUM SKRIPSI

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

PENGARUH TEMPERATUR PADA PENGELASAN DIFUSI LOGAM LAS TAK SEJENIS ANTARA ALUMINIUM DAN BAJA DENGAN METODE THERMAL SPRAY TESIS.

PENGARUH PENAMBAHAN Mg DAN PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK KOMPOSIT MATRIKS ALUMINIUM REMELTING PISTON BERPENGUAT SiO 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

PENGARUH TEMPERATUR LAPISAN INTERMETALIK TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK PADA SAMBUNGAN DIFUSI LOGAM TAK SEJENIS ANTARA SS400 DENGAN AL6061 TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Pengaruh Temperatur Solution Treatment dan Aging terhadap Fasa Dan Kekerasan Copperized-AISI 1006

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

OKSIDASI BAJA KARBON RENDAH AISI 1020 PADA TEMPERATUR 700 o C YANG DILAPISI ALUMINIUM DENGAN METODE CELUP PANAS (HOT DIPPING)

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN MG PADA KOMPOSIT MATRIKS ALUMINIUM REMELTING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

Analisa Temperatur Nitridisasi Gas Setelah Perlakuan Annealing pada Baja Perkakas

ABSTRAK. Kata kunci: Die casting, die soldering, paduan aluminium silikon, temperatur logam cair, lapisan intermetalik. ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Variasi Waktu Celup dan Temperatur Difusi Hot Dip Aluminizing terhadap Ketahanan Erosi dan Temperatur Tinggi pada Material SA 106 Grade B

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN CU PADA MATRIKS KOMPOSIT ALUMINIUM REMELTING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik.

PENGARUH WAKTU TAHAN HOT DIP GALVANIZED TERHADAP SIFAT MEKANIK, TEBAL LAPISAN, DAN STRUKTUR MIKRO BAJA KARBON RENDAH

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENINGKATAN KETAHANAN OKSIDASI BAJA AISI 1020 PADA TEMPERATUR 700 C DENGAN PELAPISAN Al-CELUP PANAS

PENGARUH WAKTU PENCELUPAN DAN TEMPERATUR PROSES ELEKTROPLATING TERHADAP KETEBALAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN BAJA ST 42

STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40, 50 MENIT DAN TEGANGAN 9 VOLT DENGAN ARUS 5 AMPERE

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

Mohammad Badaruddin 1), Suharno 2) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

STUDI KETAHANAN COATING Ni YANG DIBENTUK MELALUI PROSES ELEKTROPLATING TERHADAP BEBAN PANAS KEJUT

DYAN YOGI PRASETYO I

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

PROSES PELAPISAN BAJA DENGAN METODE SEMBURAN KAWAT LAS OKSI-ASITILEN

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

PENGARUH FILLER PLAT DAN VARIASI TEBAL PLAT PADA SPOT WELDING ANTARA BAJA-ALLUMUNIUM TERHADAP BEBAN GESER.

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH HEAT TREATMENT

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

Transkripsi:

PENGARUH KADAR KARBON DALAM BAJA PADA PROSES PELAPISAN ALUMINIUM CELUP PANAS Mohammad Badaruddin 1a, Alfurkhan 2b 1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik-Universitas Lampung 2) Jalan Prof. S. Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung 35145 a) rudin_ntust@yahoo.com, b) alfurkhankamil2@gmail.com Abstract Carbon steel is widely used as a component of engineering work in high temperature conditions. During the application decreases of oxidation resistance drastically. A steel coating is very needed to increase an oxidation resistance. One technique is inexpensive and used to be coating for large components are hot dip coating. This experiment aimed to determine the effect of carbon content in steel AISI 1020, AISI 1045 and AISI 1090 against hot dip aluminium coating on hot dip aluminium coating process and to study the influence of immersion time in the tub aluminium molten steel on the growth of intermetallic layer. Immersion times used were 4, 9, and 16 seconds with a temperature of 700 C. Volume composition used for each solution is 100 ml flux with three variations, namely Y1 flux ( 1.5 g KF, NaF 1.5 g, 8.5 g Borax, and 2.5 g of acetic acid ), Y2 ( 2.0 KF g, 2.0 g NaF, 9.5 g Borax, and 3.0 acetic acid ) and Y3 ( 2.5 g of KF, 2.5 g NaF, 10 g Borax, 3.5 g acetic acid ). Then do the impact test, SEM, OM and XRD. For the most thick aluminium layer was AISI 1020 steel with immersion time of 4 seconds is 0.118 mm and Fe - Al intermetallic layer ( FeAl3+Fe2Al5 ) is the thickest on AISI 1045 steel with immersion time of 9 seconds. Energy values were greatest impact on AISI 1020 steel is 187.2 J, means less carbon content of the energy generated greater impact. Keywords : Hot Dip Aluminium, CarbonSteel, Impact Energy,Fe-Al (FeAl3+Fe2Al5), Flux Variations. PENDAHULUAN Baja karbon saat ini banyak dimanfaatkan sebagai komponen keteknikan dibandingkan dengan besi atau jenis logam lainnya. Hal ini diakibatkan karena baja karbon lebih mampu tahan terhadap korosi. Namun untuk penggunaan jangka panjang, perlu dilakukan pelapisan permukaan pada baja karbon guna mengurangi dan menghindari korosi Proses pelapisan dapat dilakukan dengan cara celup panas (hot dipping). Pada proses pencelupan tersebut, parameter (temperatur dan waktu) yang akan digunakan harusdipertimbangkan guna memeperoleh tebal permukaan hasil pencelupan yang maksimal. Pada proses pelapisan celup panas (hotdipping), peningkatan temperatur logam cair akan meningkatkan laju difusi atom-atom logam besi dan aluminium sehingga ketebalan lapisan akan meningkat seiring peningkatan temperatur logam cair. Untuk mendapatkan parameter proses celup panas dan komposisi larutan fluksing pada proses pembuatan baja karbon dengan aluminium celup panas dan ketahanan perlindungan baja dengan lapisan aluminium untuk mendapatkan ketebalan lapisan yang terbaik dengan beberapa variasi. Pengaruh fluks pada permukaan baja AISI 1020, AISI 1045 dan AISI 1090 yang dilapisi Al celup panas dipelajari melalui pencelupanpadatemperatur 700 C selama 4, 9 dan 16 detik. Data hasil celup panas dianalisis untuk mengetahui komposisi fluks dalambaja. Baja lapis Al yang diobservasi melalui mikroskop optik, scanning electron microscopy (SEM), impact dan XRD analisis untuk menjelaskan hasil yang terjadi. 1

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 PROSEDUR PENELITIAN Baja AISI 1020, AISI 1045 dan AISI 1090 dipotong dengan ukuran 10 mm 10 mm 10 mm dan 55 mm x 10 mm x 10 mm untuk dibuat spesimen. Spesimen dilobangi dengan Ø 1 mm untuk menggantungnya pada saat proses pelapisan. Pelapisan baja dilakukan dengan mencelupkan ke dalam bak Al-cair pada 700 C selama 4, 9 dan 16 detik. Spesimen dimasukkan ke dalam larutan Hclyang diletakan di dalamultrasonic cleaner pada 40 C selama 5 menit. Sebelum di celup panas spesimen di letakkan di dalam hot plate pada 55 0 C selama 20 detik. Proses celup panas dilakukan pada 700 C dengan waktu 4, 9 dan 16 detik. Mikrostruktur dan komposisi fluks semua sampel dianalisis menggunakan scanning electron microscopy (SEM), impactdan Optical microscope (OM). Fasafasa yang terbentuk dianalisis dengan X-ray diffraction (XRD). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Baja Lapis Al-celup Panas Hasil penampang permukaan Al ditunjukkan pada gambar 1, 2dan 3dan dapat dilihat permukaan spesimen baja AISI 1020, AISI 1045 dan AISI 1090 yang telah di celup panas Al pada temperatur 700 0 C dengan waktu 4, 9 dan 16 detik menunjukkan perbedaan antara ketebalan Al pada permukaan baja, lapisan Al dan Fe-Al yang terbentuk adalah aluminium dengan atom Fe yang terlarut dalam lapisan Al bagian luar. Gambar 1. Penampang permukaan baja lapis aluminium dengan larutan fluks Y1,a) Baja AISI 1020, b) Baja AISI 1045 dan c) Baja AISI 1090 dengan waktu celup 4 detik. 2

Gambar 2. Penampang permukaan baja lapis aluminium dengan larutan fluks Y2,a) Baja AISI 1020, b) Baja AISI 1045 dan c) Baja AISI 1090 dengan waktu celup 9 detik. Setelah dilakukan pengujian OM dengan variasi larutan fluks (Y1), (Y2) dan (Y3) pada temperatur celup panas 700 0 C maka diperoleh hasil seperti pada gambar 4.3, 4.4 dan 4.5 di atas. Tampak dari hasil pengujian bahwa dengan menggunakan larutan fluks (Y1) laju difusi Al yang paling tebal terjadi pada baja AISI 1020, dengan menggunakan larutan fluks (Y2) lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) yang paling tebal adalah pada baja AISI 1045. Namun dengan menggunakan larutan fluks (Y3) pada baja AISI 1020 tidak terbentuk lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) karena difusi kedalam atom aluminium dan difusi keluar atom Fe dari substrat baja tidak terjadi, sehingga interdifusi tidak terjadi dan akhirnya lapisan intermetalik tidak terbentuk. Hal ini karena lapisan fluks pada permukaan baja rusak atau tidak berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap oksidasi ketika spesimen baja dicelupkan kedalam bak Al cair. Lapisan hitam pada gambar (4.5 a) adalah oksida besi yang terbentuk pada saat proses pelapisan. Tabel 1. Hasil pengukuran ketebalan lapisan intermetalik Fe-Al dan Al setelah proses celup panas dengan variasi waktu pencelupan. Jenis Baja Waktu Celup (s) Ketebalan Lapisan Al (mm) Ketebalan Lapisan Intermetalik Fe-Al (mm) Gambar 3. Penampang permukaan baja lapis aluminium dengan larutan fluks Y3,a) Baja AISI 1020, b) Baja AISI 1045 dan c) Baja AISI 1090 dengan waktu celup 16 detik. AISI 1020 AISI 1045 AISI 1090 4 0.118 0.016 9 0.028-16 0.045-4 0.029 0.025 9 0.054 0.052 16 0.037 0.046 4 0.048 0.014 9 0.041 0.048 16 0.070 0.036 3

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 (error). Pada baja AISI 1045 ketebalan Al semakin naik menjadi 0,054 mm dan lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) menjadi 0,052 mm. Begitu pula baja AISI 1090 ketebalan lapisan Al turun menjadi 0,041 mm dan lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) menjadi 0,048 mm. Gambar 4. Grafik yang menunjukkan proses celup panas terhadap ketebalan lapisan Al dan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) pada baja karbon (A) AISI 1020, (B) AISI 1045 dan (C) AISI 1090 pada temperatur 700 0 C dengan waktu celup 4 detik. Setelah dilakukan pelapisan Al pada baja AISI 1020 dengan mencelupkan kedalam bak Al cair selama 4 detik, ketebalan lapisan Al adalah 0,118 mm dan lapisan intermetalik Fe- Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) adalah 0,016 mm. Pada baja AISI 1045 ketebalan lapisan Al turun menjadi 0,029 mm dan lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) adalah 0,025 mm Selanjutnya, pada baja AISI 1090 ketebalan lapisan Al adalah 0,048 mm dan lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) semakin turun menjadi 0,014. Gambar 5. Grafik yang menunjukkan proses celup panas terhadap ketebalan lapisan Al dan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) pada baja karbon (A) AISI 1020, (B) AISI 1045 dan (C) AISI 1090 pada temperatur 700 0 C dengan waktu celup 9 detik. Selanjutnya pelapisan Al pada baja AISI 1020 dengan mencelupkan kedalam bak Al cair selama 9 detik ketebalan lapisan Al adalah 0,028 mm dan lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) dinyatakan tidak terbaca Gambar 6. Grafik yang menunjukkan proses celup panas terhadap ketebalan lapisan Al dan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) pada baja karbon (A) AISI 1020, (B) AISI 1045 dan (C) AISI 1090 pada temperatur 700 0 C dengan waktu celup 16 detik. Selanjutnya dengan mencelupkan kedalam bak Al cair selama 16 detik, ketebalan lapisan Al baja AISI 1020 adalah 0,045 mm dan ketebalan lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) dinyatakan tidak terbaca (error) Untuk baja AISI 1045 ketebalan lapisan Al turun menjadi 0,037 mm dan lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) naik menjadi 0,046 mm. Begitu pula pada baja AISI 1090 ketebalan lapisan Al adalah 0,07 mm dan lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) adalah 0,036 mm. Pada baja AISI 1020 dan AISI 1090 dengan waktu celup 4 detik dengan menggunakan larutan fluks (Y1) pada gambar (4.3 a dan c) lapisan intermetalik Fe-Al yang terbentuk lebih tipis, karena laju difusi kedalam atom Al dan keluar atom Fe dari substrat baja lebih sedikit, sehingga interdifusi yang terjadi untuk membentuk lapisan intermetalik lebih tipis, disebabkan lapisan fluks pada permukaan baja berfungsi lebih sedikit sebagai lapisan pelindung terhadap oksidasi pada saat proses celup panas kadalam bak Al cair. 4

2. Foto baja carbon celup panas Al yang dilakukan dengan pengujian SEM. Pengamatan foto mikro penampang permukaan spesimen baja carbon AISI 1020, AISI 1045 dan AISI 1090 yang dilapisi Al celup panas pada temperatur 700 0 C dapat dilihat pada gabar dibawah ini. mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (Ductile) sehingga patahan yang terbentuk kurang baik. Tabel 4.2. Energi impact baja karbon celup panas pada temperatur 700 C. Jenis Baja Energi Impact (J) AISI 1020 187,2 AISI 1045 30 AISI 1090 26 Nilai energi impact terbesar diperoleh pada baja AISI 1020 yaitu sebesar 187,2 J, untuk nilai energiimpact terkecil diperoleh pada baja AISI 1090 yaitu sebesar 26 J dan pada baja AISI 1045 diperoleh nilai energiimpact sebesar 30 J. 3. Pertumbuhan Fasa Intermetalik Fe-Al Pada baja carbon aluminium celup panas terdapat bentuk lapisan aluminium dan substrat baja dipengaruhi oleh larutan komposisi Al cair bahkan struktur mikro dari substrat baja. Laju pertumbuhan lapisan intermetalik menurun seiring dengan meningkatnya karbon di dalam substrat baja bahkan dihambat oleh atom-atom silikon, untuk hasil lebih jelas dapat dilihat pada diagram fasa binari dibawah ini. Gambar 7. Patahan lapisan aluminiumdengan larutan fluks Y1,a) Baja AISI 1020, b) Baja AISI 1045 dan c) Baja AISI 1090. Dari gambar 7. terlihat bahwa patahan yang terjadi pada baja AISI 1020 dan baja AISI 1090 adalah patahan granular / kristalinyang diakibatkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle) sehingga patahan yang terbentuk cukup baik. Namun pada baja AISI 1045 bentuk patahan yang terjadi adalah patahan berserat yang diakibatkan oleh Gambar 8. Diagram fasa binary Fe-Al Dapat dilihat dengan jelas menurut 5

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 diagram fasa paduan besi pada kisaran temperatur 700-800 0 C menghasilkan fasa intermetalik Fe-Al yaitu FeAl 3 dan Fe 2 Al 5. Dalam proses perlakuan difusi spesimen yang dicelupkan kedalam Al cair, lapisanva Fe 2 Al 5 yang terbentuk diatas permukaan substrat baja dan lapisan hanya mengandung fasa tunggal Fe 2 Al 5 pada temperatur lebih rendah 1273 K, pada umumnya Fe 2 Al 5 terbentuk bila temperatur difusi lebih rendah mungkin ini juga terjadi bila temperatur pencelupan setinggi 1173 K. Peningkatan temperatur 1273 K Fe 2 Al 5 tumbuh diatas permukaan substrat baja, intensitas (counts) 4. Foto XRD (X-Ray Diffraction) baja karbon AISI 1020, AISI 1045 dan AISI 1090 yang dilapisi aluminium celup panas pada temperatur 700 0 C dengan waktu 4 detik. 5100 3400 1700 0 7200 4800 2400 0 5400 3600 1800 0 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 sudut defraksi (2θ) AISI 1020 Al FeAl3 Fe 2 Al 5 AISI 1045 Al FeAl3 Fe 2 Al 5 AISI 1090 Al FeAl3 Fe 2 Al 5 Gambar 9. Pola difraksi X-RD analisis pada spesimen baja AISI 1020, AISI 1045 dan AISI 1090 yang dilapisi Al pada temperatur 700 C selama 4, 9 dan 16 detik. Proses pelapisan Al cair berdifusi kedalam danfe berdifusi keluar, dapat dilihat lapisan Al dan intermetalik Fe-Al yang terbentuk adalah aluminium dengan banyaknya atom Fe yang terlarut dalam lapisan Al bagian luar.kandungan atom Al menurun seiring dengan ketebalan lapisan intermetalik Fe-Al, lapisan bagian terdalam yang berada pada permukaan baja adalah lapisan FeAl 3 dan Fe 2 Al 5 terjadi peningkatan lapisan ketebalan hasil proses celup panasseiring dengan peningkatan suhu Al sebagai pelapis substrat. Salah satu yang timbul adalah cacat retak tembus sampai ke substrat baja dan bila baja tersebut diaplikasikan pada temperatur tinggi maka performansi lapisan akan berkurang karena terbentuknya oksida besi pada lapisan intermetalik Fe-Al. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Variasi waktu dan komposisi larutan fluks mempengaruhi ketebalan lapisan Al, untuk lapisan Al yang paling tebal adalah pada baja AISI 1020 dengan waktu celup 4 detik yaitu 0.118 mm dan lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) yang paling tebal adalah pada baja AISI 1045 dengan waktu celup 9 detik. Untuk waktu pencelupan 9 dan 16 detik pada baja AISI 1020 tidak terbentuk lapisan intermetalik Fe-Al (FeAl 3 + Fe 2 Al 5 ) karena difusi kedalam atom aluminium dan difusi keluar atom Fe dari substrat baja tidak terjadi, sehingga interdifusi tidak terjadi dan akhirnya lapisan intermetalik tidak terbentuk. Hal ini karena lapisan fluks pada permukaan baja rusak atau tidak berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap oksidasi ketika spesimen baja dicelupkan kedalam bak Al cair. 2. Nilai energi impact yang paling besar adalah pada baja AISI 1020 yaitu 187,2 J, artinya semakin sedikit kadar karbon maka nilai impact yang dihasilkan semakin besar. Pada baja AISI 1090 dengan kadar karbon yang lebih banyak energi impact yang dihasilkan semakin kecil yaitu 26 J. DAFTAR PUSTAKA [1] A. Gierek, L. Bajka, Alumunering en Alternativ metod fill forzinkning Korrosionsinstitutet. Stockhlom, 1976 Bulletin nr 77, s. 3-19. [2] A.S. Witkin, Metaliczeskije pokrytja listowoj I poloswoj stali izd. Mietallurgija Moskwa 1971 (In Russian). [3] Awan, G. H., Ahmed, F., Ali, L., Shuja, M. S., Hasan, F. 2008. Effect of Coatingthickness on the Formability of Hot Dip 6

Aluminized Steel. University of Lahore. Pakistan. [4] Chai, CS. & Eagar, T.W. (1983) Prediction of weld-metal composition during flux-shielded welding, Journal of Materials for Energy Systems. American Society for Metals, VOL. 5, No. 3, Desember, p.160-164. [5] Esme, U. (2009) Application of Taguchi Method for the Optimization of Resistance Spot Welding Process, The Arabian Journal for Science and Engineering, Vol. 34, No. 2B, p.519 528 [6] Glasbrenner H, Knoys J. Investigation on hot-dip alumunisied and subsequent HIP ped steel sheets. Fusion Engineering and Design, 2001, 58-59: 725-729. [7] Indiarto, Dwi. 2009. Pengaruh Waktu Tahan Proses Waktu Hot Dipping Baja Karbon Rendah Terhadap Ketebalan Lapisan, Kekuatan Tarik Dan Harga Impak Dengan Bahan Pelapis Aluminium. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. [8] Suharno, Bambang., Dimiyati, Rima., Arifin, Bustanul., dan Hajanto, Sri. 2007. Morfologi dan Karakteristik Lapisan Intermetalik AkibatDie Soldering Pada Permukaan Baja Cetakan (Dies) Dalam Proses Pengecoran Tekan Paduan Aluminium Silikon. Universitas Indonesia. Depok. [9] Tobler R.L. Et al., E 23-02, Charpy Impact Test Near Absolute Zero, Journal Of Testing and Evaluation, Vol 19, 1 1992. 7