17 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016 EVALUATION OF DRUGS USE WITH PRESCRIBING INDICATORS AT PUSKESMAS AREA CITY ADMINISTRATION OF WEST JAKARTA PERIOD IN 2016 Fetri Charya Munarsih, Okpri Meila, Fitri Ramadhanti Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta fetri.charya@gmail.com ABSTRAK Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat yang rasional pada pasien Puskesmas di Jakarta Barat, ditinjau dari jumlah obat yang diresepkan untuk tiap pasien, persentase peresepan obat generik, persentase peresepan antibiotik, persentase pemakaian injeksi, persentase penulisan resep sesuai dengan daftar obat esensial yang ada. Penelitian dilakukan pada puskesmas kecamatan Taman Sari, Kalideres dan Tambora dengan menggunakan metode cross sectional secara retrospektif dari resep tahun 2016 sebanyak 7500 sampel. Hasil penelitian yang didapatkan antara lain Rata-rata jumlah obat yang diresepkan pada Puskesmas wilayah Jakarta Barat adalah (3,23), persentase peresepan obat generik pada Puskesmas wilayah Jakarta Barat adalah (89,58 %), persentase peresepan antibiotik pada Puskesmas wilayah Jakarta Barat adalah (27,02 %), persentase peresepan injeksi pada Puskesmas wilayah Jakarta Barat adalah (0 %), persentase peresepan obat sesuai dengan DOEN pada puskesmas wilayah Jakarta Barat adalah (98,36%). Kesimpulan dari hasil yang didapat menyatakan bahwa peresepan obat di puskesmas wilayah kota administrasi Jakarta Barat belum rasional kecuali untuk peresepan antibiotik dan injeksi. Sedangkan, untuk indikator yang lainnya hampir mendekati rasional. Kata Kunci: POR, Resep, Puskesmas Jakarta Barat ABSTRACT The use of irrational drugs is a serious problem in health care because of the possible negative impacts. This study aims to determine rational drug use in Puskesmas patients in West Jakarta, in terms of the number of prescribed medicines for each patient, the percentage of prescribing generic drugs, the percentage of antibiotic prescribing, the percentage of injection use, the percentage of prescription writing in accordance with the list of essential drugs available. The research was conducted at sub-district puskesmas of Taman Sari, Kalideres and Tambora using retrospective cross sectional method from prescription of 2016 as many as 7500 samples. The results of the research were: Average number of prescribed medicines in West Jakarta Community Health Center (3,23), percentage of prescribing of generic drugs at West Jakarta Community Health Center (89.58%), percentage of antibiotic prescribing at Puskesmas West Jakarta Is (27,02%), percentage of injection prescribing at Puskesmas West
18 Jakarta area is (0%), percentage of prescribing medicine according to DOEN at puskesmas West Jakarta area is (98,36%). The conclusion of the results indicates that the prescription of medicines in the public health center of the city administration area of West Jakarta has not been rational except for the prescription of antibiotics and injections. Meanwhile, for other indicators almost close to the rational. Keywords: POR, recipe, Puskesmas West Jakarta PENDAHULUAN Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Dalam hal penggunaan obat, langkah yang paling penting diperhatikan adalah diagnosis yang tepat, sehingga menghasilkan suatu peresepan rasional, efektif, aman, dan ekonomis (Depkes RI, 1998) Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan telah menunjukkan bahwa penggunaan obat jauh dari keadaan optimal dan rasional. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya secara klinis, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individunya, selama waktu yang sesuai, dengan biaya yang paling rendah sesuai dengan kemampuannya dan masyarakatnya. Penggunaan obat yang rasional harus memenuhi beberapa kriteria berikut, yaitu pemilihan obat yang benar, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, pemberian obat dengan benar dan ketaatan pasien pada pengobatan (WHO, 2002). Faktor prescribing berpengaruh langsung pada ketepatan pemberian obat yang akan dikonsumsi oleh pasien sedangkan Patient care berkaitan dengan interaksi antara tenaga kesehatan dengan pasien selama proses pengobatan pasien di sarana kesehatan. Interaksi yang terjadi memegang peran penting bagi pemahaman pasien akan pengobatan yang mereka terima (World Health Organization, 1993). Puskesmas sebagai salah satu lini terdepan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia sudah seharusnya menerapkan penggunaan obat yang rasional sesuai standar yang ada. Ketidaktepatan penggunaan obat pada tingkat puskesmas dapat berakibat merugikan bagi kalangan masyarakat luas. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang memilih pelayanan kesehatan di puskesmas, terutamafx dari kalangan menengah ke bawah yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai penggunaan obat yang rasional ditinjau dari indikator prescribing. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Evaluasi penggunaan obat dengan indikator prescribing pada Puskesmas Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat Periode Tahun 2016.
19 BAHAN DAN METODE Jenis penelitian observasional, data diambil secara retrospektif periode Januari- Desember 2016 dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Data yang didaapat dibandingkan dengan target indikator WHO (2012), dan target Kemenkes RI (2016). Bahan Semua resep pasien rawat jalan bulan Januari-Desember 2016 di Puskesmas Kecamatan Willayah Kota Administrasi Jakarta Barat yang memiliki syarat kelengkapan resep. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Desember 2016-Februari 2017. Alat Indikator peresepan WHO (1993), terdiri dari rata-rata jumlah obat tiap pasien, persentase peresepan generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan injeksi, dan persentase peresepan dari DOEN (Daftar Obat Essensial Nasional) yang masih berlaku. Metode Langkah identifikasi dimulai dengan menghitung resep yang diperoleh berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Mengelompokkan data berdasarkan tujuan penelitian yaitu rata- rata obat tiap pasien, obat generik, obat injeksi, obat antibiotik dan obat berdasarkan DOEN. Data yang diperoleh kemudian dihitung untuk mengetahui berapa banyak obat tersebut ditulis dalam resep selama 1 tahun dan hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan total resep rawat jalan sebanyak 7500, semua resep telah ditelaah berdasarkan inklusi. 7500 resep diambil dengan cara total sampling di 3 puskesmas kecamatan yaitu puskesmas kecamatan Kalideres, Tambora, dan Taman Sari. Masing-masing puskesmas diperoleh 2500 resep per tahun. Penggunaanfx obat rasional berdasarkan indikator WHO (1993) yang terdiri dari ratarata jumlah obat tiap pasien, persentase peresepan obat generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan injeksi, dan persentase peresepan obat dari DOEN yang masih berlaku. Hasil penelitian yang di dapat di bandingkan dengan target Kemenkes RI dan target indikator WHO. a. Rata-rata jumlah obat per resep Dirjenbinfar Kemenkes menetapkan target bahwa tingkat polifarmasi di puskesmas kecamatan dikategorikan rasional bila rata-rata obat tiap pasien adalah 2,6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat yang
20 diresepkan tiap pasien pada puskesmas kecamatan di Jakarta Barat melebihi kriteria tersebut yaitu 3,256, tetapi jika dibandingkan dengan penelitian WHO tahun 1993 di Indonesia yaitu (3,3) maka hasil yang didapat sudah lebih baik. 4 3.8 3.6 3.4 3.2 3 Rata-rata jumlah obat per resep 3.21 3.215 3.0838.064 3.364 3.4537.50 3 5.423 3.123 3.279 3.305 3.037 Gambar 1. Rata rata jumlah obat per resep b. Persentase peresepan obat generik Persentase peresepan obat 20riteri tertinggi terdapat pada bulan Februari (94,81%) dan terendah terdapat pada bulan November (84,3%) sehingga persentase yang didapat untuk tahun 2016 adalah (89,58%). Jika dibandingkan dengan target Kemenkes RI (100%) persentase persepan obat 20riteri belum rasional tetapi berdasarkan penelitian WHO 1993 di Indonesia (59%) sudah memenuhi kriteria rasional. Persentase peresepan obat generik 94 94.8914.19 91 91.35 88 85 82 87.3896.85 93.85 89.29 87.06 88.488.33 84.3 89.1 Gambar 2. Peersentase peresepan obat generik c. Persentase peresepan antibiotik Persentase peresepan antibiotik tertinggi terdapat pada bulan November (36,52%) dan terendah pada bulan Januari (18,43%). Hasil persentase tahun 2016 adalah 27,02%. Kemenkes RI tidak memiliki target untuk peresepan antibiotik tetapi dikhususkan untuk penyakit ISPAfx nonpneumonia dan Diare non Spesifik. Peneliti tidak dapat membandingkan dengan target kemenkes RI dikarenakan tidak semua resep tercantum diagnosa. Sehingga dibandingkan dengan penelitianfx WHO 1993 di indonesia (43%), dan didapatkan hasil yang rasional karena kurang dari 43%.
21 45 d. Persentase peresepan injeksi Gambar 3. Persentasi peresepan antibiotik Hasil penelitian menunjukkan bahwa peresepan injeksi pada puskesmas kecamatan di Jakarta Barat tahun 2016 dapat dikatakan tidak ada (0%). Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada penelitian tahun 1993 di Indonesia yaitufx tingkatfx peresepan injeksi dikategorikan tidak rasional dan berlebihan (10-18%) (Hogerzeil,et al., 1993). e. Persentase peresepan obat DOEN Persentase peresepan antibiotik 35 35.0936.52 29.33 32.06 29.0129.33 25 25.16 25 25.2 15 18.4318.1120.99 Persentase peresepan DOEN tertinggi terdapat pada bulan Juni (100%) dan terendah pada bulan November (96,49%). Hasil persentase untuk satu tahun 2016 adalah 98,36%. Jika dibandingkan dengan target Kemenkes RI (100%) belum rasional, tetapi penelitian pertama WHO 1993 di Indonesia tidak melakukan penelitian tentang peresepan DOEN. 102 100 98 98.56 96 94 Persentase peresepan sesuai DOEN 99.84 100 98.88 97.4947.44 99.04 98.498.5968.41 96.49 97.29 Gambar 4. Persentase peresepan sesuai DOEN KESIMPULAN DAN SARAN Penilaian indikator peresepan pada puskesmas kecamatan di Jakarta Barat rata-rata jumlah obat tiap pasien adalah 3,256. Berdasarkan target Kemenkes RI (2,6) dan saran dari WHO (<3) rata-rata jumlah obat belum rasional. Penilaian indikator peresepan pada Puskesmas kecamatan di Jakarta Barat persentase peresepan obat generik adalah 89,58%. Berdasarkan target Kemenkes RI (100%) persentase peresepan obat generik belum rasional tetapi berdasarkan penelitian sebelumnya (1993) mengalami peningkatan sebesar ± 40%. Penilaian indikator peresepan pada Puskesmas Kecamatan di Jakarta Barat berdasarkan persentase
22 peresepan antibiotik adalah 27,02%. Berdasarkan saran dari WHO (<30%) persentase peresepan antibiotik sudah rasional. Penilaian indikator peresepan pada Puskesmas Kecamatan di Jakarta Barat berdasarkan persentase peresepan injeksi adalah 0%. Berdasarkan saran WHO (17,2%) persentase peresepan injeksi sudah rasional. Penilaian indikator peresepan untuk Puskesmas Kecamatan di Jakarta Barat berdasarkan persentase peresepan obat DOEN adalah 98,36%. Berdasarkan target Kemenkes RI (100%) persentase peresepan obat DOEN belum rasional. Berdasarkan kesimpulan tersebut diperlukan penelitian tentang faktor penyebab masalah polifarmasi, dan peresepan obat DOEN yang terjadi di Puskesmas Kecamatan Kota Administrasi Jakarta Barat dan diperlukan penelitian kerasionalan penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan se-dki Jakarta agar didapatkan data yang komprehensif tentang penggunaan obat di seluruh puskesmas wilayah Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Hogerzeil, H.V., Bimo, Ross-Degnan, D., Laing, R.O., Ofori-Adjei, D., Santoso, B., et.al.1993 Desembe 4.Field Test for Rational Drugs Use in Twelve Developing Countries.The Lancet, pp. 1408-1410. World Health Organization. 1993. How to Investigate Drug Use in Health Facilities. Geneva: World Health Organization. World Health Organization. 2012. Promoting rational use of medicines : Core Components. Dalam W. H. Organization, WHO Policy Perspectives on Medicines. Geneva: World Health Organization.