BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah,

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang teramanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB VII PENUTUP. penduduk Kota Magelang yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Program

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No.

panduan praktis Penjaminan di Wilayah Tidak Ada Faskes Penuhi Syarat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

MAKALAH Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (BPJS)

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi, hak, dan kewajiban setiap manusia. Kutipan tersebut juga

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. untuk mengoperasikan BPJS Kesehatan atas perintah UU BPJS. Undang-undang BPJS adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat ke rumah sakit atau ke balai pengobatan itu sendiri. Hal ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

DUKUNGAN REGULASI DALAM PENGUATAN PPK PRIMER SEBAGAI GATE KEEPER. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. masalah kemiskinan selalu menjadi penghambat kemajuan tiap- tiap Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

MEKANISME PELAKSANAAN DAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

2016 GAMBARAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TALAGA BODAS PADA ERA JKN

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL:

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas hidup manusia sangat penting yang tertuang dalam 9

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua terpenuhi oleh pemerintah berkaitan dengan masalah kebutuhan primer dan sekunder. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, maka seharusnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat juga harus meningkat, agar kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat bertahan hidup dan melakukan aktivitas. Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mendirikan layanan kesehatan agar masyarakat dapat mengakses kebutuhan kesehatan. Layanan kesehatan merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia. Jaminan Kesehatan Nasional (selanjutnya disebut JKN), dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui JKN bagi kesehatan perorangan. Pemerintah memberikan jaminan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan 1

2 Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi atau terbagi-bagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali. Sehingga pada tahun 2004, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut SJSN) yang mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk JKN. JKN ini dikelola melalui suatu badan pemerintah yang disebut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut BPJS) yang dinaungi oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut UU BPJS). Program JKN diselenggarakan oleh BPJS kesehatan yang implementasinya di mulai sejak 1 Januari 2014. BPJS kesehatan merupakan program kesehatan baru yang menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Adapun progam BPJS kesehatan berupa perlindungan kesehatan agar peserta jaminan kesehatan dapat memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan juga manfaat perlindungan dalam memenuhi kebutuhan pokok yang diberikan kepada tiap masyarakat yang sudah membayarkan iuran atau pun yang sudah dibayarkan oleh pemerintah, hal ini disebabkan tidak adanya kemampuan secara ekonomi untuk membayar biaya pelayanan kesehatan yang semakin mahal. Walaupun selama ini pemerintah telah membentuk beberapa program jaminan kesehatan bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin, namun sebagian besar masyarakat belum memperoleh perlindungan yang memadai dengan program sebelumnya. Untuk itu perlu adanya sasaran yang lebih luas lagi dan manfaat yang lebih besar pada setiap peserta. Oleh karena itu, dibentuklah BPJS yang diharapkan menjadi penyempurna dari

3 program-program jaminan sosial sebelumnya. 2 Penyebab buruknya aspek kesehatan di Indonesia adalah tidak meratanya pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerataan dalam aspek kesehatan sangat sulit dicapai di Indonesia mengingat kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau yang membuat pembangunan fasilitas kesehatan pada daerahdaerah tertentu masih sangat kurang. Hal tersebut diperparah dengan kesenjangan ekonomi rakyat Indonesia membuat hanya masyarakat berpenghasilan tinggi yang mampu menjangkau biaya kesehatan yang cenderung mahal, sedangkan, masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau biaya layanan kesehatan sehingga muncul diskriminasi pelayanan kesehatan (memperoleh keadilan dalam pelayanan kesehatan). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah pada tahun 2004 mengeluarkan Undang-Undang Sisten Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut UU SJSN). UU SJSN ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh rakyat Indonesia salah satu program dari SJSN adalah JKN melalui suatu BPJS. 3 Namun usaha pemerintah sampai saat ini dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan belum dapat memenuhi harapan masyarakat, masih banyak masyarakat yang mengeluh dan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh BPJS kesehatan baik dari peraturan perundang-undanganya maupun dalam pelaksanaannya. Ketidakjelasan pembagian wewenang, pembagian kerja serta sikap pimpinan kantor yang sewenang-wenang memberikan tugas kepada aparat bawahan tanpa 2 Rismawati, Pelayanan BPJS Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Karan Asam Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda, ejournal llmu Administrasi Negara, Jurnal 3 Vol (5), 2015, hal 1668-1682. 3 http://docplayer.info/201480-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kepuasan-penggunabpjs-terhadap-pelayanan-bpjs-abstrak.html, diakses tanggal 15 Januari 2017.

4 mempertimbangkan aspek sifat pekerjaan, urgensi pekerjaan dan dampak pemberian tugas terhadap kualitas pemberian pelayanan kepada masyarakat. Kondisi tersebut membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi terganggu. 4 Mekanisme pelayanan BPJS kesehatan menggunakan sistem rujukan berjenjang sebagai berikut Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK 1) atau di sebut juga provider tingkat pertama adalah rujukan pertama yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar, Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Dua (PPK 2) atau disebut juga provider tingkat dua adalah rujukan kedua yang mampu memberikan pelayanan kesehatan spesialistik dan Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Tiga (PPK 3) atau disebut juga provider tingkat tiga adalah rujukan ketiga yang mampu memberikan pelayanan kesehatan sub spesialistik. 5 Beberapa permasalahan di BPJS kesehatan yang muncul diantaranya; pertama, sistem pelayanan kesehatan, yang masih adanya penolakan pasien tidak mampu. Hal ini dikarenakan Peraturan Pemerintah (PP) No. 101 Tahun 2012 tentang PBI jo. Peraturan Presiden (Perpres) 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, hanya mengakomodasi 86,4 juta rakyat miskin sebagai Penerima Bantuan Iuran Kesehatan (PBI) fakir miskin dan orang tidak mampu BPS (2011) Indonesia ± 96,7 juta jiwa. 6 Kedua, sistem pembayaran. Belum tercukupinya dana yang ditetapkan BPJS dengan real cost, terkait dengan pembiayaan dengan skema Indonesia Case Base Groups (INA CBGs), yaitu 4 Agus Dwiyanto, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2006), hal 70. 5 Hubaib Alif Khariza, Program Jaminan Kesehatan Nasional: Studi Deskriptif Tentang Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, Volume 3, Nomor 1, Januari April 2015, ISSN 2303-341X. 6 http://www.kabarbangsa.com/2015/08/mencermati-problematika-hukum-bpjs.html?m=1, diakses tanggal 15 Januari 2017.

5 sebuah aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada pemerintah dan kapitasi yang dikebiri oleh Permenkes No. 69 Tahun 2013. Dikeluarkannya Surat Edaran No. 31 dan 32 tahun 2014 oleh Menteri Kesehatan untuk memperkuat Permenkes No.69 ternyata belum dapat mengurangi masalah di lapangan tersebut. Selain itu kejelasan area pengawasan masih lemah baik dari segi internal maupun eksternal. Ketiga, sistem mutu pelayanan kesehatan. Keharusan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta nasional, menengah dan kecil masuk menjadi peserta BPJS kesehatan belum terealisasi mengingat manfaat tambahan yang diterima pekerja BUMN atau swasta lainnya melalui regulasi turunan belum selesai dibuat. Hal ini belum sesuai dengan amanat Perpres No. 111 Tahun 2013 (Pasal 24 dan 27) mengenai keharusan pekerja BUMN dan swasta menjadi peserta BPJS kesehatan paling lambat 1 Januari 2015. 7 Permasalahan lain terkait implementasi payung hukum, perlu dilakukan upaya sinergis dan harmonisasi antar pemangku kebijakan (stakeholder), dalam merumuskan kebijakan yang komprehensif. Sehingga diperlukan revisi regulasi turunan BPJS kesehatan seperti dalam penetapan cost BPJS kesehatan dan pengaturan penyaluran dana ke fasilitas kesehatan penyelenggara, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia (dokter, perawat, administrasi rumah sakit), sehingga memudahkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta fasilitas kesehatan yang dimiliki dapat menunjang pelaksanaan secara efisien dan efektif. 7 Ibid.

6 BPJS kesehatan tidak hanya soal administrasi yang rumit dan berbelitbelit, layanan rumah sakit yang kacau balau, banyaknya kasus penolakan terhadap pasien miskin, tetapi sebenarnya berpangkal pada fondasi hukum sistem ini, yakni UU SJSN dan UU BPJS. Program JKN yang pelaksanaannya dipercayakan pada BPJS kesehatan masih jauh dari makna keadilan. Penerapan BPJS kesehatan masih memiliki persoalan dalam banyak hal, diantaranya persoalan BPJS kesehatan sudah muncul sejak proses aktivasi kartu. BPJS menerapkan aturan bahwa kartu pengguna BPJS baru bisa aktif sepekan setelah pendaftaran diterima. Padahal sakit menimpa tanpa terduga dan tak mungkin dapat di tunda. Rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS kesehatan juga terbatas dan tidak fleksibel. Peserta BPJS hanya boleh memilih satu fasilitas kesehatan untuk memperoleh rujukan dan tak bisa ke faskes lain meski sama-sama bekerja sama dengan BPJS. Keterbatasan itu, menyulitkan orang yang sering bepergian dan bekerja di tempat jauh. Masalah lain, rumitnya alur pelayanan BPJS kesehatan karena menerapkan alur pelayanan berjenjang. Sebelum ke rumah sakit, peserta wajib terlebih dulu ke faskes tingkat pertama, yaitu puskesmas. Banyak peserta BPJS mengeluhkan pembayaran biaya pengobatan yang tak ditanggung sepenuhnya oleh BPJS, sesuai dengan Pasal 2 UU BPJS seharusnya menyelenggarakan sistem jaminan sosial berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi semua rakyat Indonesia. 8 Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas penulis memilih judul Mekanisme Pelaksanaan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Pengguna 8 https://m.tempo.co/read/news/2015/08/09/173690357/4-masalah-paling-dikeluhkandalam-pelayanan-bpjs-kesehatan, 11 Maret 2017.

7 BPJS Kesehatan di tinjau dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS. B. Permasalahan Bertitik tolak pada latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengangkat permasalahan, sebagai berikut : 4. Bagaimana mekanisme klaim BPJS kesehatan dan sanksi bagi para pihak jika terjadi pelanggaran berdasarkan peraturan yang berlaku? 5. Apakah iuran anggota BPJS kesehatan sudah cukup menangani kebutuhan dari sudut hukum kesehatan? 6. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pelayanan terhadap pengguna BPJS kesehatan? C. Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini : 1. Untuk mengetahui mekanisme klaim BPJS kesehatan dan sanksi bagi para pihak jika terjadi pelanggaran berdasarkan peraturan yang berlaku. 2. Untuk mengetahui iuran anggota BPJS kesehatan sudah cukup menangani kebutuhan dari sudut hukum kesehatan. 3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pelayanan terhadap pengguna BPJS kesehatan. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

8 1. Manfaat teoritis Diharapkan hasil penelitian memberikan kontribusi guna pengembangan keilmuan terutama yang berkaitan langsung dengan mekanisme pelaksanaan dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pengguna BPJS kesehatan. 2. Manfaat praktis Menambah pengetahuan dan untuk meringankan beban dalam pemenuhan kebutuhan terkait kesehatan dan lebih mengenal BPJS kesehatan agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana. E. Keaslian Penulisan Berdasarkan penelusuran kepustakan yang dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum, penulisan skripsi terkait dengan judul Mekanisme Pelaksanaan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Pengguna BPJS Kesehatan di Tinjau dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Namun ada beberapa peneltian yang membahas tentang BPJS, yaitu: 1. Nurul Dwi Oktari STP (2014), dengan judul penelitian Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja melalui Asuransi Jamsostek dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) berdasarkan Undang- Undang No. 24 tahun 2011 (Studi pada PT. Jamsostek Cabang Medan), adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Tata cara penanganan dalam mengatasi masalah ketidak sesuaian data para pekerja dilihat dari sudut pandang Jamsostek dan sudut pandang BPJS

9 b. Perbandingan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang diberikan oleh Jamsostek dan BPJS akibat hukum terhadap perusahaan yang telat membayar iuran kepada Jamsostek dan BPJS. 2. Ernanda Ihutan (2015), dengan judul penelitian Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai), adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Alasan hukum peralihan jaminan sosial tenaga kerja menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan b. Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan c. Hambatan pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan pada BPJS ketenagakerjaan di Binjai 3. Muhammad Akbar Siregar (2015), dengan judul penelitian Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang- Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Ruang lingkup Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan. b. Prosedur dan mekanisme kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan.

10 c. Sanksi bagi pengusaha yang tidak mendaftarkan pekerja/buruh ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan. F. Metode Penelitian Guna menghasilkan karya tulis ilmiah ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka harus didukung dengan fakta-fakta/dalil-dalil yang akurat diperoleh dari penelitian, maka metode penelitian yang digunakan, yaitu: 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. 9 Metode pendekatan hukum normatif yaitu dengan meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum, dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundangundangan, putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya. 10 Penelitian normatif merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. 11 9 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Jakarta, Pustaka Pelajar, 2006), hal. 57. 10 Ibid, hal.36 11 Ibid

11 2. Sifat penelitian Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif. Penelitian bersifat deskriptif adalah suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum. 12 3. Pengumpulan data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundangundangan, buku-buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah dan jurnal serta makalah yang berkaitan dengan penelitian. 13 4. Analisa data Guna menganalisis data penelitian digunakan analisis normatif kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis yang berdasarkan data yang diperoleh, sifat data yang dikumpulkan hanya sedikit, besifat monografis atau berwujud kasus-kasus. Analisis kualitatif yaitu analisis data berdasarkan norma hukum secara mendalam dengan melihat tingkat relevansi norma-norma, teori, asas, dan prinsip-prinsip hukum termasuk doktrin-doktrin tentang arbitrase terhadap permasalahan. Data yang telah dianalisis kemudian diungkapkan secara deduktif 12 Ibid. 13 Ibid.

12 dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antar berbagai jenis data sehingga permasalahan akan dapat terjawab. G. Sistematika Penulisan Guna penyusunan skripsi ini, penulis membaginya dalam 5 (lima) bab, di mana tiap-tiap bab dibagi lagi atau pembagian sub bab. Tujuan dari pembagian sub bab ini adalah untuk mempermudah penulis dalam menguraikan permasalahan secara teoritis hingga akhirnya diperoleh kesimpulan dan saran. Adapun rencana dan hasil penelitian ini dituliskan sebagai laporan penelitian menurut sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini penulis menguraikan tentang hal yang bersifat umum serta alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, dan metode penelitian. Sebagai penutup bab ini diakhiri dengan memberikan sistematika penulisan dari skripsi ini. BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN Bab ini berisikan pengertian dan asas-asas perjanjian, jenis-jenis perjanjian, syarat sahnya suatu perjanjian dan prestasi dan wanprestasi/pembelaan debitur yang wanprestasi serta berakhirnya suatu perjanjian. BAB III TINJAUAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

13 Bab ini berisikan landasan hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan, pengertian pelayanan kesehatan dan syaratsyarat pelayanan kesehatan, sistem pembiayaan pembayaran kesehatan di Indonesia, pengertian dan latar belakang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan, Kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dan hak dan kewajiban peserta BPJS kesehatan. BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN DAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS Bab ini berisikan mekanisme klaim BPJS kesehatan dan sanksi bagi para pihak jika terjadi pelanggaran berdasarkan peraturan yang berlaku. Iuran anggota BPJS kesehatan sudah cukup menangani kebutuhan dari sudut hukum kesehatan dan faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pelayanan terhadap pengguna BPJS kesehatan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran merupakan penutup dalam penulisan skripsi ini, dalam hal ini penulis menyimpulkan pembahasan-pembahasan sebelumnya dan dilengkapi dengan saran-saran. Demikian gambaran ringkas dari seluruh isi skripsi ini. Sebagai pelengkap dari skripsi ini, pada bagian akhir akan penulis.