BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

Model pembelajaran matematika di sd

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2002: 57) dalam

I. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki (FIS UNY)

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB I PENDAHULUAN. maupun evaluasinya. Tuntutan terhadap kualitas semakin diperhatikan untuk. untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran. kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan dalam berbagai aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu interaksi dengan lingkungan atau objek tertentu. fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perumusan dan tafsiran tentang belajar berbeda satu sama lain. Berikut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperbaiki kelakuan, sikap, dan mengokohkan kepribadian. 3. akan berimbas baik kepada hasilnya. Proses belajar adalah

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR BERBASIS LESSON STUDY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai setiap usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan dirinya. Jadi, belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan bahkan sadar ataupun tidak telah dilakukan oleh manusia mulai dari cara berbicara, berjalan, sampai cara memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa ahli mendefinisikan pengertian belajar dengan perumusan yang berbedabeda, diantaranya adalah Winkel (1996:53) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini relatif tetap dan berbekas. Menurut Slameto (2003:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses. Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, siswa merupakan obyek yang diberi pengalaman belajar. Dengan proses pembelajaran diharapkan input siswa dapat berubah menjadi output dengan kualifikasi tertentu. Dalam proses itu turut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan dan faktor yang dirancang dan dimanipulasikan misalnya kurikulum, guru yang memberikan pelajaran, fasilitas serta manajemen yang berlaku di sekolah. Beberapa faktor seperti keterbatasan konstruksi yang terdahulu, dan struktur kognitif seseorang dapat membatasi pembentukkan pengetahuan tersebut. Sebaliknya, situasi konflik yang membuat orang dipaksa untuk berpikir lebih mendalam serta situasi yang menuntut orang untuk membela diri dan menjelaskan lebih rinci, akan mengembangkan pengetahuan seseorang (Paul Suparno, 1997:28). Asri Budiningsih (2005: 58) menyatakan bahwa belajar merupakan pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh pebelajar. Ia harus aktif 6

7 melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna terhadap hal-hal yang dipelajari. Jika disimpulkan dari pengertian di atas, belajar adalah proses mengkonstruksi (membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengetahuan, dan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku. b. Pembelajaran Pembelajaran dapat diartikan sebagai pengajaran yang mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau dengan kata lain mengajarkan. Itu berarti dalam kegiatan pengajaran ada yang mengajar yaitu pengajar dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa. Kegiatan pengajaran dapat dikatakan juga kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru/ pengajar dan siswa, dimana diantaranya terjadi komunikasi dua arah. Beberapa definisi pembelajaran dikemukakan oleh para ahli, antara lain menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill (ketrampilan), attitude (sikap), ideals (cita-cita), appreciation (penghargaan), dan knowledge (pengetahuan) yang direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran (Slameto, 2003:32). Menurut Sardiman (2001:14), proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai subyek pokok. Selain itu, Isjoni (2010:11) menyatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam pembelajaran, pihak-pihak yang terlibat adalah pendidik dan peserta didik baik perorangan atau kelompok yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan adalah materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan, sedangkan untuk proses kegiatan adalah langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Dari pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dibuat sedemikian rupa oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik baik perorangan atau kelompok untuk dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan cita-cita yang dimiliki oleh siswa secara optimal melalui bimbingan dan arahan dari guru.

8 c. Metode Pembelajaran Kooperatif STAD Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperative learning adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2010:12). Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dapat dikatakan belum selesai apabila salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi pelajaran. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2008:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi beberapa metode. Slavin (2008:11) menyebutkan beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang ditunjukkan dalam tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1. Beberapa Tipe Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin Metode Kesesuaian materi Student Team Achievment Division (STAD) Teams Games Tournament (TGT) Team Accelerated Instruction (TAI) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Jigsaw Materi yang sudah didefinisikan dengan jelas, seperti matematika, berhitung dan studi terapan, penggunaan dan mekanika bahasa, geografi dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Materi yang dapat dibuat permainan (game akademik). Digunakan pada materi yang berkaitan dengan penguasaan materi sebelumnya. Digunakan pada materi-materi yang bersifat narasi, yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan Materi yang bersifat penjelasan terperinci, misalnya siswa diminta membaca bab, buku kecil ataupun materi lain biasanya bidang studi sosial, biografi, dan sebagainya. Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di Universitas John Hopkin. STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif paling sederhana, paling mudah dipahami, dan merupakan model pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan

9 kooperatif. Menurut Arends (2008:13), guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi akademis baru kepada siswa setiap minggu atau atau secara regular, baik melalui presentasi verbal atau teks. Siswa di kelas tertentu dibagi menjadi beberapa kelompok/tim belajar, dengan wakil-wakil dari kedua gender, dari berbagai kelompok rasial atau etnis, dan dengan prestasi yang rendah, rata-rata, dan tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu pembelajaran yang mengacu pada belajar kelompok siswa menyajikan informasi dengan menggunakan presentasi verbal atau teks, dimana di dalamnya siswa diberikan kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebayanya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan (Arends, 2008:15). Langkah-langkah pembelajaran dalam metode STAD yaitu: 1) para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. 2) Guru menyampaikan pelajaran. 3) Siswa bekerja dalam tim utuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. 4) Semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan saling bantu (Slavin, 2008:11). Komponen Metode Pembelajaran STAD Menurut Slavin (2008:143-146) Metode pembelajaran STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, Tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Dengan penjabaran sebagai berikut: 1) Presentasi Kelas Pertama-tama, materi pokok dalam STAD diperkenalkan dengan presentasi di dalam kelas. Presentasi kelas bisa dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan guru, tetapi bisa juga presentasi menggunakan audio visual. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pengajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok. Dengan demikian, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena hal tersebut akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan mempengaruhi skor dari tim mereka.

10 2) Tim Tim atau kelompok pada STAD terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, mewakili seluruh bagian dari kelas baik dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim telah benar-benar belajar sehingga menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik. Setelah guru mempresentasikan materi, anggota tim berkumpul dan secara bersama-sama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan guru. Dalam hal ini siswa mendiskusikan masalah atau kesulian yang ada, membandingkan jawaban dari masing-masing anggota tim, dan membetulkan kesalahan konsep dari anggota tim. Tim adalah fitur yang paling penting yang harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya terletak pada ingatan anggota tim agar bisa bekerja yang terbaik demi timnya dan cara yang terbaik dalam tim adalah bekerjasama dengan baik. 3) Kuis Setelah sekitar satu atau dua kali pertemuan setelah guru mempresentasikan materi di kelas dan sekitar satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, para siswa diberi kuis individual. Dengan demikian, setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya diberi skoryang dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi setiap individu. 4) Skor Kemajuan Individual Skor Kemajuan Individual dimaksudkan untuk memberikan nilai pada setiap siswa jika mereka mengerjakan dengan baik. Masing-masing siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata siswa pada kinerja sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Setelah siswa mendapatkan nilai, maka siswa berhak mendapatkan urutan tingkatan nilai dari skor kuis dan berusaha untuk melampaui skor cukup. Dibalik ide skor perkembangan individu adalah untuk menyampaikan tujuan presentasi masing-masing siswa yang dapat dicapai jika siswa bekerja lebih keras dan lebih baik daripada materi yang telah lampau. Keadaannya mungkin siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun. Setelah melakukan kuis, guru menghitung besarnya skor kemajuan individual dan skor tim, kemudian diberikan penghargaan kepada tim dengan skor tertinggi. Pada dasarnya

11 untuk menentukan poin kemajuan, para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat di mana skor kuis mereka (persentase yang benar) melampaui skor awal mereka. Untuk skor tes dengan skala 100 berlaku ketentuan sebagai berikut: Tabel 2.2 Poin Kemajuan Individu Skor kuis individu Poin Kemajuan Individu Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 1-10 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 (Slavin, 2008:159) 5) Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan penghargaan/hadiah jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan. Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan tingkatan pemahaman siswa. Penghargaan yang akan diperoleh tim tersebut berdasarkan skor rata-rata tim dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 2.3. Penghargaan Tim Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan 15 Tim Baik 16 Tim Sangat Baik 17 Tim Super (Slavin, 2008:160) 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang mendukung penggunaan metode pembelajaran STAD antara lain dilakukan oleh Supardi, A.Ma (2009) dalam artikelnya yang berjudul Peningkatan Aktivitas Belajar IPS dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SDI Kamara Kab. Barru. Dalam Skripsi tersebut disimpulkan bahwa hasil belajar pada siswa kelas IV SDI Kamara Kab. Barru pada pembelajaran IPS secara umum mengalami peningkatan secara signifikan dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Hal tersebut dijabarkan sebagai berikut :

12 Dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada mata pelajaranips, maka hasil belajar siswa dapat meningkat dikarenakan pada proses pembelajaran siswa sudah dapat menerima materi dengan lebih mudah. Dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, siswa sudah dapat bekerja dengan mandiri. Dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD siswa lebih aktif dankreatif. Penggunaan metode kooperatif tipe STAD dapat memberikan pemahaman kepada siswa pada materi pembelajaran IPS dan tersimpan dalam ingatan jangka panjang mereka. 2.3 Kerangka Pemikiran Salah satu tujuan pembelajaran sosial di Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Salah satu karakteristik kurikulum KTSP adalah penggunaan metode serta media pembelajaran yang bervariasi. Penerapan metode dan media pembelajaran yang bervariasi dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran sekaligus sebagai salah satu peningkatkan kualitas pendidikan. Metode belajar yang baik adalah metode yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta penguasaan kompetensi. Metode mengajar sangat berperan dalam menentukan prestasi hasil belajar. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk kritis dalam menentukan metode yang akan digunakan pada materi tertentu. Dalam pembelajaran IPS di SD N 2 Jono, khususnya pada pokok bahasan kenampakan alam dan keragaman sosial budaya di Kabupaten Grobogan merupakan salah satu materi pokok yang diajarkan pada siswa kelas IV semester ganjil berisi hafalan dan fenomena alam yang ada di Kabupaten Grobogan. Padahal untuk mempelajari materi yang menyangkut hafalan yang bersifat kongkret berupa fenomena alam ini perlu adanya media pembelajaran yang dapat menggambarkan semua isi materi dengan jelas. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar. Untuk mengatasi masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division). Materi kenampakan alam dan keragaman sosial budaya di Kabupaten Grobogan merupakan salah satu materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang konkrit. Kekongkretan

13 pokok bahasan tersebut dapat disajikan berupa tampilan tulisan beserta gambar penjelasan dari materi yang ditampilkan. Tampilan berupa gambar berwarna yang bervariasi akan membuat siswa lebih tertarik dan antusias dalam mempelajari materi ini sehingga bisa meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari. Untuk memperjelas hubungan siswa, materi pokok, media pembelajaran dan prestasi belajar, ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut: KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR Guru: Belum menerapkan metode kooperatif STAD pada materi kenampakan alam dan keragaman sosial budaya di Kabupaten Grobogan Menerapkan metode kooperatif STAD pada materi kenampakan alam dan keragaman sosial budaya di Kabupaten Grobogan Diduga melalui penerapan metode kooperatif STAD pada materi kenampakan alam dan keragaman sosial budaya di Kabupaten Grobogan Siswa: Kualitas hasil belajar berupa prestasi belajar siswa masih Siklus I Membentuk siswa dalam kelompok kecil dan menerapkan metode STAD yang dikerjakan siswa secara berkelompok Siklus II Membentuk siswa dalam kelompok kecil dan dan menerapkan metode STAD yang dikerjakan siswa secara individu Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran dalam Penelitian Tindakan 2.4 Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan hipotesis tindakan yaitu: metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams Achievment Division) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Jono pada mata pelajaran IPS materi kenampakan alam dan keragaman sosial budaya di Kabupaten Grobogan.