BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan teknologi modern memberikan dampak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi terus berkembang kearah yang lebih baik. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan inovatif untuk menciptakan suatu bisnis yang berkelas dan bisa bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masroulina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Arus barang domestik dan internasional dalam era globalisasi dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan bisnis telah menjadi perhatian

(passenger). Hal ini, menurut Radjasa (2006) bisa dilihat dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB V PENUTUP. Didasarkan pada hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan banyak bisnis online yang bermunculan. Seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bidang usaha yang terjadi di era globalisasi adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis terutama dalam bidang transportasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT TIKI JNE Komp. Ruko

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan zaman. Perkembangan ini menyebabkan dunia bisnis mencoba

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan suatu bisnis tergantung pada ide, peluang dan pelaku bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menjanjikan terutama di Pulau Bali. Karena Pulau Bali di kenal

BAB I PENDAHULUAN. konsep pemasaran tradisional yang berfokus pada keistimewaan dan manfaat dari produk

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari hari dengan luas ruang penjualan ±

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi konsumennya, smartphone merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perlunya penerapan strategi pelayanan perusahaan yang tepat. Perkembangan dunia yang

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan yang pesat dalam segala aspek kehidupan mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam

BAB V PENUTUP. Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil dan pembahasan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bisa bepergian kemana saja. Banyak maskapai melihat ini. persaingan penerbangan nasional yang semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. objek wisata menjadi kebutuhan primer sebagai penyeimbang kesibukan. mereka tersebut. Tempat hiburan maupun objek wisata mampu

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks dalam kegiatan pemasaran, sebab dengan perilaku

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat. Banyak negara-negara didunia menjadikan pariwisata sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep pemasaran terus berkembang dan berubah, dari konsep pemasaran. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor-faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. implikasikan pada penumpang pesawat udara di Bandara Internasional Adi

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. analisa deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan path analysis, antara

BAB I PENDAHULUAN. transportasi sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan kesehatan, pebisnis mulai melirik jenis olahraga lain, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. munculnya berbagai jenis industri jasa baru yang disesuaikan dengan kebutuhan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. pada saat yang bersamaan. Tidak seperti produk manufaktur dimana hasil

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi kepada pelanggan atau konsumen. Di dalam perekonomian yang kreatif ini,

BAB V PENUTUP. melihat pengaruh pengaruh dari airlines service quality dan service recovery

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas terbaik dari beberapa alternatif yang ada (Yang et al., 2009 dikutip dari Al-

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor jasa. Semakin maju suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Panjaitan dkk, 2010:01)

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Persaingan bisnis di Indonesia memacu para pelaku bisnis untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan dunia bisnis semakin ketat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dengan meningkatnya ketersediaan maskapai penerbangan di

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap kemajuan, Indonesia merupakan negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Keterangan Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol 1. Jumlah pengun jung melalui gerban.

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. xxi. Halaman DAFTAR TABEL... xxv DAFTAR GAMBAR... xxvii DAFTAR LAMPIRAN... xxix

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat terus berkembang. Hal ini disebabkan oleh persaingan bisnis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor - faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

Dengan Hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara :

BAB 1 PENDAHULUAN. penerbangan, dan banyak yang lainnya. Timbulnya persaingan yang sangat ketat. persaingan dan mendapatkan keunggulan kompetitif.

BAB V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang sudah dijelaskan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha penerbangan harus pandai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi global dan teknologi modern saat ini sangatlah pesat. Perkembangan ekonomi global dan teknologi modern memberikan dampak kehidupan yang menjadi semakin lebih praktis, cepat, dan ekonomis. Hal ini juga merubah pola perilaku masyarakat cenderung menuntut prestige, kenyamanan, kepastian harga, pelayanan yang memuaskan dan kualitas produk atau jasa yang berkualitas baik. Tiap industri berusaha bertahan dan bersaing dengan menonjolkan keunggulan dan keunikan masing-masing. Dari sekian banyak industri yang berkembang di Indonesia, industri jasa adalah salah satu industri yang perkembangan dan peminatnya cukup pesat dan banyak. Namun bertambah pesatnya perkembangan di sektor jasa, juga meningkatkan kesulitan yaitu kegagalan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan tercermin pada rendahnya minat beli pelanggan terhadap produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan, ini disebabkan karena nilai yang diciptakan dan dihantarkan ke pelanggan sasaran tidak bisa melebihi atau minimal memenuhi standar harapan pelanggan (Kotler dan Keller, 2012). Perkembangan usaha layanan kargo dan ekspedisi dewasa ini semakin pesat, hal ini disebabkan karena tingginya permintaan pengiriman barang oleh masyarakat, perusahaan-perusahaan maupun pemerintah berkaitan dengan pengiriman barang-barang dan dokumen-dokumen dari suatu tempat ke tempat

lain. Semakin besarnya mobilitas barang tersebut dikarenakan karena semakin banyaknya dan semakin mudahnya transportasi ke tiap-tiap daerah terutama menggunakan rute penerbangan. Di Indonesia sendiri, prospek penyedia jasa layanan kargo tumbuh pesat, dikarenakan banyaknya frekwensi penerbangan ke wilayah-wilayah yang ada di seluruh nusantara, ditunjang dengan ketersediaan armada masing-masing maskapai yang main meningkat. Hal ini memperlihatkan bahwa arus perpindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain sangat tinggi. Seperti yang telah kita ketahui, kargo merupakan semua barang-barang termasuk juga dokumen-dokumen yang dikirim melalui udara (pesawat terbang komersial), melalui laut (kapal laut) ataupun melalui darat (truk kontainer) ataupun keperluan non komersil lainnya. Sedangkan menurut International Air Transport Association atau IATA (2005) mendefinisikan kargo sebagai barangbarang yang akan maupun yang diangkut dengan menggunakan pesawat udara menggunakan Air Way Bill untuk muatan ke luar negeri dan Surat Muatan Udara untuk muatan domestik tetapi tidak termasuk pos atau barang lain yang dimuat dalam perjanjian konversi pos internasional dan bagasi yang disertakan pada tiket penumpang atau check baggage. Lebih lanjut, kargo disini diartikan pengangkutan barang-barang dengan menggunakan transportasi yang telah disepakati oleh penyedia jasa transportasi dengan penyedia jasa layanan pengiriman barang terhadap rute dan volume barang yang akan dikirim. Perusahaan penyedia jasa kargo bisa disediakan langsung oleh maskapai penerbangan bersangkutan seperti Garuda Airlines, bisa juga melalui perusahaan

kargo seperti Fedex, UPS ataupun DHL yang melayani kargo global, dan tingkat lokal seperti TIKI, JNE ataupun PT. Combina Cargo. PT. Combina Cargo merupakan salah satu perusahaan kargo yang melayani jasa layanan kargo port to port yang berkedudukan di Gedung Kargo Angkasa Pura II Padang dengan alur barang yang dikirim langsung diantarkan ke Airport keberangkatan dan kemudian langsung dijemput di Airport tujuan. Dalam pengamatan peneliti, repurchase intention PT. Combina Cargo tergolong rendah. Rendahnya repurchase intention dapat terlihat dari konsumen yang menggunakan jasa layanan kargo dari tahun 2014 hingga tahun 2015 mengalami penurunan secara signifikan. Hal tersebut dapat di lihat melalui data berikut: Tabel 1.1 Jumlah Konsumen Yang Menggunakan Jasa Layanan Kargo pada PT. Combina Cargo tahun 2014 s/d 2015 No Jenis Produk Jumlah Pengguna 2014 2015 1 Jasa pengiriman cargo Port to Port 1450 1200 2 Jasa penjualan surat muatan udara 850 765 (SMU) 3 Jasa Handling Cargo 566 432 4 Jasa pengiriman Cargo Internasional 120 90 5 Jasa Handling Cargo Internasional 308 219 6 Jasa pembuatan dokumen 231 120 7 Jasa Packing 142 90 8 Jasa service antaran (door to door) 20 - Jumlah 3.687 2.916 Sumber: PT. Combina Cargo Dari Tabel 1.1 di atas, terlihat bahwa terjadi penurunan dari tahun ke tahun oleh konsumen yang menggunakan jasa layanan kargo pada PT. Combina Cargo. Hal ini diperkuat dari bukti observasi langsung dimana terdapat jenis produk yang tidak lagi diminati oleh pelanggan karena memilih menggunakan produk dari jasa layanan lain seperti jasa service antaran (door to door). Selain itu, banyaknya

maskapai penerbangan yang langsung menyediakan jasa kargo seperti Garuda Airlines menjadi penyebab menurunnya repurchase intention pengguna jasa layanan kargo pada PT. Combina Cargo. Repurchase intention adalah intensi untuk melakukan pembelian kembali akan suatu produk sebanyak dua kali atau lebih, baik terhadap produk yang sama maupun yang berbeda (Zeng, dkk, 2009). Repurchase intention mengacu pada kemungkinan menggunakan penyedia layanan yang sama di masa depan. Hal ini merupakan salah satu perilaku konsumen yang mengukur kecenderungan untuk melanjutkan, meningkatkan, atau mengurangi jumlah layanan dari penyedia layanan saat ini. Langkah-langkah repurchase intention biasanya diperoleh dari survei pelanggan saat menilai kecenderungan konsumen untuk membeli merek yang sama, produk atau layanan yang sama, dari perusahaan yang sama (Kitchathorn, 2009). Saat ini, fitur-fitur yang diberikan oleh suatu produk/jasa tidak cukup untuk membuat pelanggan mengkonsumsi produk tersebut secara terus menerus atau dapat dikatakan tidak terjadinya repurchase intention pada pelanggan. Untuk mengatasi hal tersebut, konsep pemasaran telah berkembang pesat kepada sebuah experiential marketing yang diberikan oleh penyedia barang ataupun jasa sehingga pelanggan memilik sebuah pengalaman tersendiri yang unik serta menarik yang membuat keinginan membeli ulang produk/jasa tersebut meningkat. Smilansky (2009) mendefinisikan experiential marketing sebagai proses mengidentifikasi dan memuaskan kebutuhan dan aspirasi yang menguntungkan, melibatkan mereka melalui komunikasi dua arah yang membawa kepribadian merek lebih hidup dan menambahkan nilai pada target pasar. Schmitt (1999) dalam Wiratmadja (2011) menyatakan bahwa tujuan pemasaran saat ini adalah

dapat menciptakan pengalaman yang bernilai, dan konsep experiential marketing yang digagas oleh Schmitt (1999) telah menjadi tren di seluruh dunia. Singh dan Sirdeshmukh (2000) percaya bahwa experiential marketing adalah variabel eksogen dalam membangun pembelian. Dapat menghasilkan kesetiaan jangka panjang pelanggan dan ikatan hubungan erat perdagangan antara kedua belah pihak. Konsumen menghasilkan keakraban, hubungan dan kedekatan setelah pengalaman praktik pemasaran dan mengakibatkan peningkatan jumlah pelanggan yang ingin membeli produk dan jasa. Survey awal yang dilakukan peneliti berkaitan terhadap experiential marketing pada pelanggan reguler yang menggunakan jasa PT. Combina Cargo dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.2 Survey Awal Experiential Marketing pada PT. Combina Cargo tahun 2016 No Indikator Keterangan 1 Sense meliputi desain warna ruangan tunggu, kenyamanan ruang tunggu, desain kantor yang elegan, serta perlengkapan kantor seperti sofa, meja baca, rak buku bacaan yang baik. 2 Feel meliputi keramah-tamahan karyawan, sambutan karyawan yang hangat, kecepatan pegawai dalam melayani, memiliki tanggapan yang tinggi terhadap keluhan pelanggan. 3 Think meliputi kesesuaian harga dengan layanan, variasi pengiriman, proses pengepakan barang, penanganan barang sesuai dengan prosedur, dan proses penimbangan barang yang tepat dan akurat. 4 Act meliputi reputasi perusahaan, posisi perusahaan sebagai pemimpin pasar, pelayanan yang sesuai dengan gaya hidup pelanggan. 36% pelanggan menyatakan baik, sedangkan 64% pelanggan 55% pelanggan menyatakan baik, sedangkan 45% pelanggan 40% pelanggan menyatakan baik, sedangkan 60% pelanggan 50% pelanggan menyatakan baik, sedangkan 50% pelanggan 5 Relate meliputi ekpektasi pelanggan 40% pelanggan menyatakan terhadap pelayanan, jaringan informasi, dan pengalaman positif. baik, sedangkan 60% pelanggan Sumber : Data diolah (Wawancara pada Pelanggan PT. Combina Cargo tahun 2016)

Hasil survey awal di atas disebar terhadap 30 responden tentang experiential marketing. Hasilnya ternyata masih terjadi beberapa kekurangan-kekurangan pada aspek experiential marketing itu sendiri seperti pada aspek sense, dimana pelanggan merasakan desain ruang tunggu masih kurang baik dan tata letak atau layout perlengkapan yang kurang nyaman sehingga pengunjung yang menggunakan jasa PT. Combina Cargo akan merasa kurang nyaman ketika duduk diruang tunggu. Selain itu, hasil wawancara dengan pelanggan juga diketahui dari aspek relate, dimana masih kurangnya kesan positif dan kejelasan informasi yang diberikan oleh PT. Combina Cargo maka aksi atau tindakan konsumen untuk menggunakan jasa PT. Combina Cargo kembali sangat kurang. Ada beberapa penelitian yang melihat bahwa experiential marketing dapat mempengaruhi repurchase intention. Penelitian Kusuma (2013) menyatakan experiental marketing berpengaruh signifikan dan positif terhadap repurchase intention. Hal ini berarti bahwa experiental marketing yang tinggi dapat meningkatkan repurchase intention konsumen. Hendarsono dan Sugiharto (2013) menyatakan komponen sense experience, feel experience, think experience dan relate experience berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang. Penelitian Lajevardi, dkk (2015) membuktikan bahwa experiential marketing merupakan faktor yang sangat diperlukan dan setiap konstruk pemasaran menunjukkan hubungan yang signifikan antara kepuasan konsumen dan dengan minat pembelian ulang. Melihat realita seperti di atas, peneliti ingin melakukan penelitian Pengaruh Experiential Marketing terhadap Repurchase Intention (Studi pada Pelanggan Reguler PT. Combina Cargo).

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Sense terhadap Repurchase Intention pada pelanggan 2. Bagaimana pengaruh Feel terhadap Repurchase Intention pada pelanggan 3. Bagaimana pengaruh Think terhadap Repurchase Intention pada pelanggan 4. Bagaimana pengaruh Act terhadap Repurchase Intention pada pelanggan 5. Bagaimana pengaruh Relate terhadap Repurchase Intention pada pelanggan 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh Sense terhadap Repurchase Intention pada 2. Untuk menganalisis pengaruh Feel terhadap Repurchase Intention pada 3. Untuk menganalisis pengaruh Think terhadap Repurchase Intention pada

4. Untuk menganalisis pengaruh Act terhadap Repurchase Intention pada 5. Untuk menganalisis pengaruh Relate terhadap Repurchase Intention pada 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian adalah: 1. Manfaat Praktis a. Bagi perusahaan Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan rekomendasi yang bermanfaat untuk dipertimbangkan khususnya oleh Manajemen PT. Combina Cargo dalam pengambilan keputusan terkait dengan strategi perusahaan, yaitu mengenai Experiential Marketing terhadap Repurchase Intention. b. Pihak Lain Kiranya penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana dan bahan pertimbangan bagi pihak lain yaitu masyarakat, khususnya mengenai Experiential Marketing terhadap Repurchase Intention. 2. Manfaat Akademis a. Pengembangan Ilmu Diharapkan dapat memberikan sumbangan baru untuk kemajuan ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya manajemen pemasaran yang memperkenalkan materi mengenai Experiential Marketing terhadap Repurchase Intention.

b. Bagi Penulis Penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan sebagai sarana untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat dikursi kuliah. 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini di tulis dengan sistematika sebagai berikut: 1. Bab pertama menguraikan tentang pendahuluan yang berisi sub bab antara lain, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab kedua menguraikan tentang landasan teoritis yang berisi tentang kerangka teoritis, penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual. 3. Bab ketiga menguraikan tentang metodologi penelitian yang berisi metode penelitian yang digunakan, operasionalisasi variabel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, analisis data, dan data pengujian hipotesis. 4. Bab keempat menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi data, pengujian hipotesis, dan pembahasan. 5. Bab kelima adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan, implikasi, batasan peneliti, dan saran.