FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKATAN STRES PADA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2013

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

GAMBARAN STRES DAN STRATEGI KOPING IBU BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DIASUH ASISTEN RUMAH TANGGA. Abstrak.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjanastrata-1 pendidikan dokter

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

ABSTRAK. Pembimbing II : Felix Kasim, DR.,dr.,M.kes

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

Abstrak. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Semester Satu di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KURSI DAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MAHASISWA FK UNDIP LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PERUMNAS II KECAMATAN PONTIANAK BARAT

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

EFEKTIVITAS DANCE/MOVEMENT THERAPY

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

Differences in Stress Level Between First-Year and Second-Year Medical Students in Medical Faculty of Lampung University

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap adanya tuntutan atau beban. Menurut Griffin dalam Sood (2013)

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya.

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

ABSTRACT GENERAL PROFILE OF STRESSORS AND ADJUSTMENT DISORDER IN FIRST YEAR MEDICAL STUDENTS AT FACULTY OF MEDICINE, UDAYANA UNIVERSITY

GAMBARAN DEPRESI PERIMENOPAUSE KARYAWATI DI PT PELABUHAN INDONESIA 1(PERSERO) MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif observasional

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

STRESS DAN PERILAKU PASIEN DM DALAM MENGONTROL KADAR GULA DARAH Ririn Nasriati 1 1. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

ABSTRAK GAMBARAN STRESOR DAN KOPING STRES DALAM PROSES PENYELESAIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2016

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT SUGESTIBILITAS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA LAPORAN HASIL AKHIR KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

ABSTRAK GAMBARAN TINGKAT STRES DAN DAYA TAHAN TERHADAP STRESPERAWAT INSTALASI PERAWATAN INTENSIF DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKATAN STRES PADA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK TAHUN 215 DWI TIRTA PERWITASARI I111112 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 215

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKATAN STRES PADA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK TAHUN 215 Dwi Tirta Perwitasari 1 ; Novie Nurbeti 2 ; Ita Armyanti 3 Abstrak Latar Belakang: Stres merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Stres satu di antaranya dapat dialami oleh tenaga kesehatan. Tingkatan stres dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat yang dipengaruhi oleh faktor yang berbeda-beda dari setiap individu. Tujuan: Mengetahui tingkat stres dan faktor yang mempengaruhi pada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak tahun 215. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Hasil: Tingkat stres tenaga kesehatan sebagian besar dalam kategori tidak stres sebanyak (66%). Didapatkan juga faktor -faktor yang mempengaruhi tingkat stres yaitu faktor kemampuan individu mempersepsikan stresor (84%), faktor intensitas terhadap stimulus (88%), faktor jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama (68%), faktor lamanya pemaparan stresor (74%), faktor pengalaman masa lalu (82%), dan faktor tingkat perkembangan (78%). Kesimpulan: Faktor kemampuan individu mempersepsikan stresor, faktor intensitas terhadap stimulus, faktor jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waku yang sama, faktor lamanya pemaparan stresor, faktor pengalaman masa lalu dan faktor tingkat perkembangan mempengaruhi tingkat stres. Kata Kunci: Tenaga kesehatan, tingkat stres, faktor stres. Keterangan: 1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. 2) Rumah Sakit Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. 3) Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. 2

FACTORS THAT INFLUENCED THE STRESS LEVELS OF HEALTH PROFESSIONALS AT TANJUNGPURA UNIVERSITY HOSPITAL PONTIANAK IN 215 Dwi Tirta Perwitasari 1 ; Novie Nurbeti 2 ; Ita Armyanti 3 Abstract Background: Stress is a body s response of nonspecific nature to any burden on it. Health professionals are among those who may experience stress. Stress levels are divided into mild, moderate, and severe, influenced by different factors depending on each individual. Objective: To find out the stress levels and factors that influenced them in health professionals at Tanjungpura of University Hospital Pontianak in the year 215. Methods: This research used a descriptive design with cross sectional approach. The data obtained through questionnaires were used as the primary data. Results: The stress levels in most of the health professionals were in the category of not stressed out (66%). This study also revealed that the factor that influenced the stress level were individual's ability to perceive stressors (84%), intensity o f the stimulus (88%), the number of stressor faced at the same time (68%), length of exposure to stressors (74%), past experiences (82%), and level of development (78%). Conclusions: Factors of individual's ability to perceive stressors, intensity of the stimulus, the number of stressors faced at the same time, length of exposure to stressors, past experiences and level of development affected the stress level. Keywords: Health professionals, stress level, stress factor. Description: 1) Medical Education Department, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Kalimantan. 2) Tanjungpura University Hospital, Pontianak, West Kalimantan. 3) Department of Pharmacology, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Kalimantan. 3

PENDAHULUAN Stres merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. 1 Stres yaitu mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres. 2 World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 45 juta orang di dunia mengalami stres. Di Indonesia tercatat sekitar 1 % dari total penduduk Indonesia mengalami stres. 3 Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda s) tahun 213 menyebutkan bahwa sekitar 1,33 juta penduduk DKI Jakarta mengalami stres. Angka tersebut mencapai 14% dari total penduduk dengan tingkat stres akut mencapai 1-3% dan stres berat mencapai 7-1%. Di Jawa Tengah tercatat 74. orang mengalami gangguan kejiwaan, dan dari jumlah tersebut sekitar 96. orang mengalami kegilaan dan 68. orang mengalami stres. 4 Di Kalimantan Barat tercatat,5% atau mendekati 13 ribu penderita yang tersebar diseluruh pelosok Kota/Kabupaten, dan Kota Pontianak diperkirakan menyumbang 15 penderita stres dari angka tersebut. 5 Data tersebut menunjukan bahwa stres bersifat universally, yaitu semua orang dapat merasakannya tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. 6,7 Stres satu di antaranya dapat dialami oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan bertanggungjawab terhadap tugas fisik dan administratif dari instansi tempat ia bekerja. 8 Rumah sakit merupakan unit pelayanan kesehatan yang beroperasi terus menerus selama 24 jam dengan tenaga kesehatan sebagai tenaga kerja yang dituntut kesediaan dan kesiapan selama 24 jam itu pula. Berbagai situasi dan tuntutan kerja yang dialami dapat menjadi sumber potensial 4

terjadinya stres dan memiliki resiko kematian pada pasien jika tenaga kesehatan tidak bisa menanganinya. 9 Oleh karena itu, perlu diadakan kerja gilir atau shift kerja agar mencapai hasil kerja yang optimal. Rumah Sakit Universitas Tanjungpura (RS UNTAN) adalah satu di antara rumah sakit di Kalimantan Barat (Kalbar) yang sudah beroperasi selama dua tahun sejak tanggal 2 Mei 213. RS UNTAN merupakan rumah sakit baru berdiri 2 tahun, sedangkan faktor resiko stres pada tenaga kesehatan terjadi apabila tenaga kesehatan sudah bekerja lebih dari lima tahun. Rumah sakit ini memiliki rata-rata 115 pasien di UGD, 462 pasien rawat jalan, dan 23 pasien rawat inap setiap bulannya selama bulan Januari hingga Agustus 214. RS UNTAN memiliki visi menjadi rumah sakit yang melaksanakan pelayanan, pendidikan, dan riset yang unggul, berku-alitas, mandiri, bermartabat, dan mengabdi kepada kepentingan masyarakat. Dengan visi tersebut maka RS UNTAN harus mampu memberikan pelayanan yang optimal dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui pendidikan dan riset. Dengan usaha untuk mencapai visi tersebut, RS UNTAN akan mampu menjadi rumah sakit percontohan di Kalbar. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Stres pada Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Tahun 215. Bahan dan Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Sampel dalam penelitian ini adalah 5 orang yang bekerja di RS UNTAN dengan metode pengambilan sampel dilakukan secara total sampling yaitu semua populasi terjangkau dijadikan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini tenaga kesehatan yang bekerja dengan shift kerja 24 jam di RS UNTAN yaitu, Dokter umum, Perawat, Bidan sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu tenaga kesehatan yang tidak hadir dalam 5

penelitian. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berasal dari data primer. Data primer didapatkan langsung dari responden yaitu melalui wawancara menggunakan kuesioner. Kuesioner mengenai faktor stres dan tingkat stres diukur dengan kuesioner DASS (Depression Anxiety and Stress Scale). 6

Hasil dan Pembahasan Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Status Pernikahan, Tenaga Kesehatan di RS UNTAN Karakterisik Jumlah Persentase Responden responden Umur 22-24 tahun 25-27 tahun 28-3 tahun 31-33 tahun 34-36 tahun 14 orang 2 orang 13 orang 1 orang 2 orang 28% 4% 26% 2% 4% Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 12 orang 38 orang 24% 76% Pendidikan D3 S1 S2 38 orang 11 orang 1 orang 76% 22% 2% Status Pernikahan Sudah menikah 29 orang 21 orang 58% 42% Belum menikah Tenaga Kesehatan Dokter Umum Perawat Bidan 6 orang 36 orang 8 orang 12% 72% 16% (Data Primer 215) 7

Tabel 2 Distribusi Tingkat Stres Pada Tenaga Kesehatan di RS UNTAN Umur Karakteristik Responden Tingkat Stres Tidak Stres Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat N % N % N % N % 22-24 tahun 9 18 5 1 25-27 tahun 16 32 4 8 28-3 tahun 6 12 7 14 31-33 tahun 1 2 34-36 tahun 2 4 Jenis Kelamin Laki-laki 8 16 6 12 Perempuan 25 5 11 22 Pendidikan D3 23 46 15 3 S1 1 2 1 2 S2 1 2 Status Pernikahan Sudah menikah 19 38 14 28 Belum menikah 14 28 3 6 Tenaga Kesehatan Dokter Umum 5 1 1 2 Perawat 23 46 13 26 Bidan 5 1 3 6 (Data Primer 215) 8

Responden terbanyak yang mengalami stres ringan pada kelompok usia 28-3 tahun yaitu sebanyak 7 orang (14%). Usia dewasa pertengahan dimana merupakan usia produktif bagi seseorang. Pada usia produktif seseorang cenderung untuk bekerja lebih keras sehingga kemungkinan untuk mendapatkan stres sangat tinggi. 1 Berdasarkan tingkat pendidikan sebanyak 16 orang (32%) dengan pendidikan D3 mengalami stres ringan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin banyak pengetahuan yang didapatkan sehingga mereka akan lebih mampu mengatasi stres yang terjadi dalam dirinya dibandingkan dengan mereka yang pendidikannya lebih rendah. Tingkat pengetahuan yang kurang dalam menghadapi masalah ditempat kerja dapat memicu terjadinya stres menyebabkan kinerja yang rendah, komunikasi tidak lancar, keputusan yang jelek, kreativitas, dan inovasi kurang sehingga bergulat dengan tugas-tugas yang tidak produktif. 1 Berdasarkan jenis kelamin responden terbanyak yang mengalami stres ringan adalah perempuan yaitu sebanyak 11 orang (22%). Wanita lebih menggunakan perasaannya dalam menghadapi suatu masalah. Berbeda dengan laki-laki yang dituntut untuk lebih kuat daripada wanita, sehingga laki-laki lebih menggunakan akalnya daripada perasaannya. 1 Secara umum perempuan mengalami stres 3% lebih tinggi daripada lakilaki. 11 Berdasarkan status pernikahan responden terbanyak yang mengalami stres ringan adalah sudah menikah yaitu sebanyak 14 orang (28%). Sudah menikah lebih banyak masalah yang dihadapi di rumah tangga terutama pada keluarga muda yang masih memiliki anak balita dimana kondisi keluarga yang membutuhkan perhatian khusus seperti pada saat anak atau pasangan sakit sementara harus tetap bekerja sehingga dapat menjadi stres tersendiri bagi tenaga kesehatan yang sudah berkelurga dibandingkan dengan yang belum menikah, sehingga pada waktu melaksanakan pekerjaan sering terganggu akan pikiranpikiran diluar dari pekerjaan sehingga membuat kurang konsentrasi 9

didalam melaksanakan pekerjaan yang akhirnya dapat menimbulkan stres. 1 Berdasarkan tenaga kesehatan responden terbanyak yang mengalami stres ringan adalah perawat sebanyak 13 orang (26%). Peran perawat sangat penting karena merupakan tenaga kesehatan yang paling lama kontak atau berhubungan dengan pasien yaitu 24 jam, hal ini akan menyebabkan stressor yang kuat pada perawat di dalam lingkungan pekerjaan. Stres terjadi karena adanya tekanan dalam pekerjaan melebihi ambang kewajaran dan disertai kurangnya dukungan yang dibutuhkan seseorang dari berbagai pihak. 1 Tabel 3 Distribusi Faktor Kemampuan Individu Mempersepsikan Stresor No 1 2 3 4 Pertanyaan Ya Tidak Total Faktor Kemampuan Individu Mempersepsikan Stresor Saya menganggap stresor yang 5 45 Saya hadapi berat. (1%) (9%) Saya menganggap stresor yang Saya hadapi akan berdampak 3 47 buruk pada kehidupan Saya (6%) (94%) selanjutnya. Saya menganggap stresor yang Saya hadapi ringan. Saya menganggap stresor yang Saya hadapi tidak akan berdampak buruk pada kehidupan Saya selanjutnya. 42 (84%) 41 (82%) 8 (16%) 9 (18%) 5 (1%) 5 (1%) 5 (1%) 5 (1%) (Data Primer 215) Ditinjau dari segi faktor kemampuan individu dalam mempersepsikan stresor, mayoritas beranggapan bahwa stresor yang dihadapi ringan (84%) dan tidak akan berdampak buruk dalam kehidupan selanjutnya (82%). Sesuai dengan hasil penelitian ini juga yang menyatakan bahwa responden mayoritas tidak stres (66%) sehingga faktor kemampuan individu mempersepsikan stresor dapat dikatakan mempengaruhi tingkat stres seseorang. Peneliti menduga dikarenakan 1

tenaga kesehatan di RS UNTAN tidak mendapatkan tugas-tugas yang sangat berat dari atasan nya sehingga stresor yang dihadapi dapat di manajemen dengan baik oleh responden. Tabel 4 Distribusi Faktor Intensitas terhadap stimulus No Pertanyaan Sering Jarang Tidak Total 1 Faktor Intensitas terhadap stimulus Seberapa sering Anda menghadapi stresor yang berat? (>1 bulan) 2 (4%) 44 (88%) 4 (8%) 5 (1%) (Data Primer 215) Ditinjau dari faktor intensitas terhadap stimulus, mayoritas responden diketahui jarang menghadapi stresor yang berat (88%). karena responden memiliki intensitas serangan stres yang jarang maka kekuatan fisik dan mental tenaga kesehatan mampu mengadaptasinya sehingga individu tidak kehabisan tenaga untuk menghadapi stresor. Tabel 5. Distribusi Faktor Jumlah Stresor Yang Harus Dihadapi Dalam Waktu Yang Sama No Pertanyaan Ya Tidak Total Faktor Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama 1 Saya menghadapi sejumlah stresor dalam waktu yang bersamaan. (>1 stresor) 16 (32%) 34 (68%) 5 (1%) (Data Primer 215) Ditinjau dari faktor jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama, tidak pernah menghadapi sejumlah stresor dalam waktu yang bersamaan (68%) serta tidak ada stresor yang bertumpuk yang harus dihadapinya sehingga individu dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu dan sangat baik. 11

Tabel 6 Distribusi Faktor Lamanya Pemaparan Stresor No Pertanyaan Ya Tidak Total Faktor Lamanya pemaparan stresor Stresor yang Saya hadapi 13 37 5 1 berlangsung dalam waktu yang (26%) (74%) (1%) lama. (>1 minggu) (Data Primer 215) Ditinjau dari faktor lamanya pemaparan stresor, tidak pernah menghadapi stresor yang berlangsung lebih dari satu minggu (74%). Kondisi lingkungan kerja yang menunjang seperti hubungan interpersonal yang baik dengan rekan kerja, atasan dan pasien serta rutinitas kerja yang tidak monoton dan tidak membosankan meningkatkan kemampuan responden dalam mengatasi stres. Tabel 7 Distribusi Faktor Pengalaman Masa Lalu No Pertanyaan Ya Tidak Total Faktor Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu membantu Saya dalam 41 9 5 1 menghadapi stresor yang (82%) (18%) (1%) sama. 2 Pengalaman masa lalu membuat Saya takut dalam menghadapi stresor yang sama. 1 (2%) 4 (8%) 5 (1%) (Data Primer 215) Ditinjau dari faktor pengalaman masa lalu, mayoritas responden menjadikan pengalaman masa lalu mereka untuk menghadapi stressor yang sama (82%). Pengalaman secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. 12

Tabel 8 Distribusi Faktor Tingkat Perkembangan No Pertanyaan Ya Tidak Total Faktor Tingkat perkembangan 1 2 Seiring perkembangan zaman stresor yang Saya hadapi semakin tinggi. Seiring perkembangan zaman stresor yang Saya hadapi semakin banyak. 25 (5%) 25 (5%) 5 (1%) 22 (44%) 28 (56%) 5 (1%) (Data Primer 215) Pada tingkat perkembangan zaman stresor yang mereka hadapi semakin tinggi dan banyak. Hal ini dikarenakan stresor pada tahap perkembangan berhubungan dengan perkembangan jiwa seseorang, semakin tinggi tahap perkembangan semakin tinggi pula resiko terjadinya stres. Hal ini juga sesuai dengan hasil yang menyatakan bahwa responden sebanyak 34% mengalami stres ringan sehingga faktor tingkat perkembangan juga mempengaruhi tingkat stres seseorang. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Proporsi tenaga kesehatan di RS UNTAN yang memiliki tingkat stres ringan sebesar (34%), sedang (%), dan berat (%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tenaga kesehatan di RS UNTAN cenderung tidak mengalami stres (66%). 2. Faktor kemampuan individu mempersepsikan stresor (84%), faktor intensitas terhadap stimulus (88%), faktor jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waku yang sama (68%), faktor lamanya pemaparan stresor (74%), faktor pengalaman masa lalu (82%), faktor tingkat perkembangan (78%) mempengaruhi tingkat stres pada tenaga kesehatan di RS UNTAN. 13

DAFTAR PUSTAKA 1. Hawari, D. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 28. 2. Atkinson, Smith, dkk. Introduction to Psychology (13 rd Edition). Harcourt College Publisher. 2. p. 491. 3. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 28. Jakarta. 29. Diperoleh dari http://www.depkes.go.id. 4. Tim Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 213. 5. Tim Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 27. 6. Rasmun. Stres, Koping, dan Adaptasi. Edisi Pertama. Jakarta: Sagung Seto. 24. h. 9-16, 24-3. 7. Crowford, J.C., & Henry, J.D. The Depression Anxiety Stress Scale (DASS): Normative data and latent structure in a-large non-clinical sample. British Journal of Clinical Psycology. 23. p. 42, 111-31. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 29 tentang Kesehatan. 9. Indonesia Departemen Kesehatan. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 128 tahun 24 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Depkes. 24. 1. Ismafiaty. Hubungan Antara Strategi Koping Dan Karakteristik Perawat Dengan Stres Kerja Di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Dustira Cimahi (Skripsi). 211. 11. Gunawati, R., Hartati, S., & Listiana, A. Hubungan antara efektivitas komunikasi mahasiswa dosen pembimbing utama skripsi dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa program studi psikologi fakultas kedokteran. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No.2. 14

Ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/659/533. 26. 15