III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada bulan Juli 2009 Oktober 2010.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Pertanian, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, dan Laboratorium

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisa Hasil Pertanian dan

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1995)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

Lampiran 1. Prosedur analisis

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. BAHAN DAN METODE. laboratorium Biomassa, laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Bab III Bahan dan Metode

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PROXIMATE PROF SIMON BW

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur Analisis

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

Lampiran 1.Diagram alir penelitian proses produksi bioetanol dari hidrolisat fraksi selulosa pod kakao

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan THP

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

MATERI DAN METODE. Prosedur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2013. B. Bahan dan Alat Bahan baku utama yang digunakan yaitu onggok yang diperoleh dari PT. Umas Jaya Agrotama di Lampung Tengah, enzim α-amilase (Thermamyl 120 l), enzim glukoamilase (Glukoamilase SAN 150 l) diperoleh dari Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) di Sulusuban Lampung Tengah, dan enzim selulase (SQzyme CS P- acid cellulase). Bahan kimia yang digunakan adalah Nelson A, Nelson B, arsenomolibdat, K 2 SO 4 10%, asam sitrat, Na 2 Co 3 anhidrat, CuSO 4, natrium tio sulfat 0,1 N, alkohol 96%, air suling, asam sitrat, natrium sitrat, NaOH, HCl, H 2 SO 4 yang didapatkan dari Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung. Alat-alat yang digunakan antara lain shaker inkubator (YIH DER, LM-570D), waterbath (Polyscience), spektrofotometer UV 1601 (Shimadzu, USA), mikropipet 1000µL (Thermo Scientific, Finnpipette F3), oven (Philip Harris Ltd),

20 timbangan 3 digit (Mattler M3000 Swiszerlan), shifter shaker (Endecotts EFL1 Sleve Shaker) ukuran 60 mesh, hot plate (Cimerec3), ph -meter (Eutech), penangas air, pendingin balik, aluminium foil, cawan porselin, desikator, kertas saring, pipet bubble, serta peralatan gelas seperti corong, erlenmeyer, buret, labu ukur, pipet, cawan petri, cawan forselin, gelas ukur, beaker glass, dan tabung reaksi. C. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan dua tahapan, yaitu tahap pertama adalah hidrolisis onggok menggunakan enzim selulase yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi (5, 10, 15, 20 dan 25 FPU) yang dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada suhu 40 C selama 20 menit dengan kecepatan 200 rpm. Perlakuan konsentrasi enzim selulase pada tahap pertama tersebut dilanjutkan ke tahap kedua. Tahap kedua adalah hidrolisis pati dari sisa hidrolisis tahap pertama dengan konsentrasi enzim α-amilase 0,58; 1,15; 1,37 µl/g berat kering onggok pada suhu 100 C, ph 5,5 dan selama 2 jam dan enzim glukoamilase 1,1 µl/g berat kering onggok pada suhu 60 C, ph 4,5 selama 24 jam dengan kecepatan 200 rpm yang dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Sampel yang telah dihidrolisis dengan berbagai perlakuan tersebut kemudian dianalisis kadar gula reduksinya, kadar serat sisa hidrolisis, dan kadar pati sisa hidrolisis. Data disajikan dalam tabel dan grafik, serta dianalisis secara deskriptif.

21 D. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan bahan baku Persiapan bahan baku ditentukan dengan menggunakan metode yang mengacu pada penelitian Silaputri (2011). Onggok dikeringkan dan dilanjutkan dengan pengecilan ukuran dengan blender dan disaring menggunakan shifter shaker ukuran 60 mesh. Bahan baku yang sudah kering dengan ukuran 60 mesh selanjutnya dikeringkan kembali pada oven dengan suhu 105 C hingga berat konstan, dan disimpan dalam kondisi kering. Diagram alir persiapan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 9. Onggok Pengeringan pada oven suhu 60ºC Pengecilan partikel / ukuran dengan blender Pengayakan dengan shifter shaker (60 mesh) Pengeringan dengan oven suhu 105 o C selama 2 jam Onggok kering 60 mesh Gambar 9. Diagram alir persiapan bahan baku Sumber : Silaputri (2011) 2. Penentuan aktivitas enzim Penentuan aktivitas enzim selulase diuji dengan metode Mandels (19 87) yang dimodifikasi. Sebanyak 0,5 ml enzim selulase dengan pengenceran 10 1 10 14

22 dicampurkan 1 ml natrium sitrat (0,05 M, ph 4, 8) dan dimasukan ke dalam tabung reaksi, serta dimasukan kertas saring Whatman No.1 dengan ukuran 1x6 cm (50 mg). Tabung reaksi yang sudah berisi enzim selulase dan buffer sitrat diinkubasi pada suhu 50 o C selama 60 menit. Setelah itu didinginkan, filtrat diukur kadar gula reduksi dengan metode Nelson-Somogyi pada panjang gelombang 540 nm. Hasil pengukuran diplotkan pada kurva standar sehingga didapatkan kadar gula reduksi. Pengenceran enzim yang menghasilkan kadar gula reduksi sebanyak 2 mg dihitung aktivitasnya dengan persamaan Mandels (19 87) sebagai berikut. Satuan FPU berdasarkan pada International Unit (IU) : 1 IU = 1 µmol.menit -1 dari substrat yang dikonversi = 1 µmol.menit -1 dari glukosa (gula reduksi) yang terbentuk selama hidrolisis = 0,18 mg.menit -1 glukosa yang diproduksi Jumlah glukosa yang dilepaskan dalam pengujian aktivitas (FPU) pada pengenceran adalah 2 mg : 2 mg glukosa = 2/0,18 µmol Jumlah glukosa ini telah dihasilkan oleh 0,5 ml enzim selama 60 menit, dalam FPU: 2 mg glukosa = 2/0,18 x 0,5 x 60 µmol.menit -1.mL -1 = 0,37 µmol.menit -1.mL -1 (IU.mL -1 ) Oleh karena itu, perkiraan jumlah enzim (critical enzym concentration = ml.ml 1 ) yang melepaskan 2 mg glukosa dalam FPU mengandung 0,37 unit, dan Konsentrasi enzim = 1 pengenceran

23 FPU = 0,37 konsentrasi enzim yang melepaskan 2 mg glukosa / 3. Hidrolisis secara enzimatis Hidrolisis onggok dilakukan secara enzimatis menggunakan enzim selulase, α- amilase dan glukoamilase. Hidrolisis dilaksanakan secara bertahap yaitu tahap pertama untuk menentukan konsentrasi enzim selulase yang menghasilkan kadar gula reduksi tertinggi. Setelah diperoleh hasil terbaik dari tahap pertama tersebut dilanjutkan ke tahap kedua. Tahap kedua, untuk menentukan konsentrasi enzim α- amilase dan enzim glukoamilase yang menghasilkan kadar gula reduksi tertinggi. a. Penentuan konsentrasi enzim selulase Konsentrasi enzim selulase ditentukan dengan menggunakan metode yang mengacu pada penelitian Silaputri (2011). Sebanyak 20 g onggok dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan aquades volumenya 175 ml. Enzim selulase ditambahkan sebanyak 8,3 µl/g berat kering onggok dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 FPU. Campuran tersebut diinkubasi dalam shaker inkubator pada suhu 40 C, ph 4,8 dengan goyangan 200 rpm selama 20 menit. Cairan hasil hidrolisis dianalisis gula reduksinya, sedangkan bagian padatannya dikeringkan dan dianalisis kadar serat kasar dan pati (Gambar 10). Setelah diperoleh hasil terbaik dari tahap pertama dilanjutkan ke tahap kedua dengan penambahan konsentrasi enzim α-amilase dan enzim glukoamilase yang menghasilkan kadar gula reduksi tertinggi.

24 20 gram onggok * Ditambahkan 175 ml aquades dalam erlenmeyer 250 ml * Ditambahkan enzim selulase 8,3 µl/g berat kering onggok dengan konsentrasi 5 FPU, 10 FPU, 15 FPU, 20 FPU, dan 25 FPU; ph 4,8 suhu 40 C, selama 20 menit Diinkubasi dalam shaker inkubator 200 rpm Diperoleh hasil hidrolisat Dilakukan penyaringan Diperoleh cairan Diperoleh padatan Dianalisis gula reduksi Dianalisis serat kasar dan pati Gambar 10. Hidrolisis onggok oleh enzim selulase Sumber : Silaputri (2011) dan Srinorakutara et al. (2004) yang telah dimodifikasi* b. Penentuan konsentrasi enzim α-amilase dan enzim glukoamilase Perlakuan terbaik pada tahap pertama dilanjutkan ke tahap kedua dengan penambahan enzim α-amilase sebanyak 0,58; 1,15; dan 1,37 µl/g berat kering onggok ph substrat 5,5 dan diinkubasi pada waterbath suhu 100 C, goyangan 200 rpm selama 2 jam. Setelah itu, enzim glukoamilase ditambahkan sebanyak 1,1 µl/g berat kering onggok dengan ph substrat 4,5 dan diinkubasi pada shaker

25 inkubator suhu 60 C, goyangan 200 rpm selama 24 jam. terbentuk disaring untuk memisahkan padatan dan cairan. Hidrolisat yang Bagian padatan dikeringkan dan dianalisis kadar serat kasar dan pati. Bagian cairan dilakukan analisis gula reduksi (Gambar 11). 20 gram onggok Konsentrasi enzim selulase yang menghasilkan kadar gula pada tahap pertama reduksi tertinggi * Ditambahkan enzim α-amylase 0,58; 1,15; dan 1,37 µl/g berat kering onggok ph 5,5; T 100 C, di inkubasi dalam waterbath dengan goyangan 200 rpm selama 2 jam Ditambahkan enzim glukoamilase 1,1 µl/g berat kering onggok, ph 4,5 di inkubasi dalam shaker inkubator T 60 C dengan goyangan200 rpm selama 24 jam Diperoleh hasil hidrolisat Dilakukan penyaringan Diperoleh cairan Diperoleh padatan Dianalisis gula reduksi Dianalisis serat kasar dan pati Gambar 11. Hasil terbaik tahap pertama dilanjutkan tahap kedua dengan penambahan konsentrasi enzim α-amilase dan enzim glukoamilase Sumber : Silaputri (2011) dan Srinorakutara et al. (2004) yang telah dimodifikasi*

26 E. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap filtrat dan residu hasil hidrolisis onggok. Filtrat dianalisis gula reduksinya, sedangkan residunya yang telah dikeringkan dianalisis kadar serat kasar dan pati. 1. Analisis Gula Reduksi Dengan Metode Nelson Somogyi 1.1. Penyiapan kurva standar Larutan glukosa standar dibuat dengan melarutkan 10 mg glukosa anhidrat dalam 100 ml aquades dan dilakukan 6 pengenceran sehingga diperoleh larutan glukosa dengan konsentrasi sebanyak 2, 4, 6, 8, dan 10 mg/100 ml. Tabung reaksi yang bersih sebanyak 5 tabung reaksi disiapkan, masing-masing diisi dengan 1 ml larutan glukosa standar tersebut di atas. Satu tabung diisi 1 ml air suling sebagai blanko, ditambahkan ke dalam masing-masing tabung di atas 1 ml reagensia Nelson, dan dipanaskan semua tabung pada penangas air mendidih selama 20 menit. Ambil semua tabung dan didinginkan bersama-sama dalam gelas piala yang berisi air dingin sehingga suhu tabung mencapai 25 C. Setelah dingin 1 ml reagensia Arsenomolybdat ditambahkan dan dikocok sampai semua endapan CuSO 4 yang ada larut kembali. Setelah semua endapan CuSO 4 larut sempurna, 7 ml air suling ditambahkan ke dalam tabung tersebut dan kocok sampai homogen. Absorbansi masing-masing larutan tersebut ditera pada panjang gelombang 540 nm. Kurva standar dibuat untuk menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa dan absorbansi (Sudarmadji et al, 1984). Hasil kurva standar disajikan pada Lampiran Gambar 19.

27 1.2. Penentuan kadar gula reduksi pada contoh Larutan contoh yang mempunyai kadar gula reduksi sekitar 2-8 mg/100ml disiapkan. Pada contoh harus jernih, karena bila dijumpai larutan contoh yang keruh atau berwarna, perlu dilakukan penjernihan terlebih dahulu dengan menggunakan Pb-asetat atau bubur Aluminium hidroksida. Larutan contoh yang jernih tersebut diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih. Reagensia Nelson sebanyak 1 ml ditambahkan kedalam tabung tersebut dan selanjutnya diperlakukan seperti pada penyiapan kurva standar di atas. Jumlah gula reduksi dapat ditentukan berdasarkan OD larutan contoh dan dimasukkan pada kurva standar larutan glukosa. 1.3. Cara pembuatan reagensia 1. Reagensia Nelson Reagensia Nelson A dapat dibuat dengan melarutkan 12,5 gram Natrium karbonat anhidrat, 12,5 gram garam rochelle, 10 gram natrium bikarbonat dan 100 gram natrium sulfat anhidrat dalam 350 ml air suling. Kemudian diencerkan sampai 500 ml. Reagensia Nelson B dibuat dengan cara dilarutkan 7,5 gram CuSO 4. 5H 2 O dalam 50 ml air suling dan ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat. Reagensia Nelson dibuat dengan cara dicampur 25 bagian Reagensia Nelson A dan 1 bagian Reagensia Nelson B. Pencampuran dikerjakan pada setiap hari akan digunakan. 2. Reagensia Arsenomolybdat Sebanyak 25 gram Ammonium molybdat dilarutkan dalam 450 ml air suling dan ditambahkan 25 ml asam sulfat pekat. Kemudian, dilarutkan pada tempat yang

28 lain 3 gram Na 2 HASO 4. 7H 2 O dalam 25 ml air suling. Larutan dituang ke dalam larutan yang pertama disimpan ke dalam botol berwarna coklat dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Reagensia ini baru dapat digunakan setelah masa inkubasi tersebut, reagensia ini berwarna kuning. 2. Analisis Kadar Serat Kasar Sebanyak 3 gram bahan kering ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml. Larutan H 2 SO 4 1,25% ditambahkan 100 ml, kemudian didihkan selama 30 menit dengan menggunakan pendingin balik. NaOH 3,25% ditambahkan 200 ml dan didihkan selama 30 menit dengan menggunakan pendingin balik. Dalam keadaan panas, campuran tersebut disaring dengan corong Bucher yang berisi kertas saring tak berabu Whatman No.1 yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Endapan yang terdapat di dalam kertas saring dicuci dengan larutan H 2 SO 4 1,25% panas, air panas, dan etanol 96%. Kertas saring beserta isinya diangkat, dikeringkan pada oven dengan suhu 105 C selama 2 jam lalu didinginkan dalam desikator. Kertas saring beserta isinya ditimbang bobotnya. Selanjutnya, kertas saring tersebut diabukan, didinginkan dalam desikator dan ditimbang bobotnya (SNI 01-2891, 1992). Kadar serat kasar ditentukan dalam rumus: keterangan: Seratkasar j z x x100% bc j : bobot endapan pada kertas saring setelah dioven (gram) z : bobot abu (gram) x : bobot kertas saring (gram) bc : bobot contoh

29 3. Analisis Pati Sampel sebanyak 3 gram dimasukkan dalam Erlenmayer 500 ml, ditambahkan 200 ml larutan HCL 3 % dan beberapa batu didih, didihkan selama 3 jam dengan menggunakan pendingin balik dan ditambahkan 2-3 tetes indikator pp. Larutan NaOH 30 % didinginkan dan dinetralkan ± ph 7 lalu ditambahkan 1 tetes asam asetat 3% agar suasana larutan sedikit asam. Isi erlenmeyer dipindahkan ke dalam labu ukur 500 ml dan ditambahkan aquades hingga tanda tera. Penyaringan dilakukan dan dipipet 10 ml ke dalam Erlenmeyer 500 ml, ditambahkan 25 ml larutan luff (dengan pipet) dan beberap a batu didih serta 15 ml aquades, dididihkan selama 10 menit dengan menggunakan pendingin balik (dihitung dari saat mendidih dan digunakan stopwatch), kemudian didinginkan dengan bak berisis es. Selanjunya, ditambahkan 15 ml larutan KI 20% dan 25 ml H 2 SO 4 25 % perlahan-lahan dan dititrasi dengan larutan tio 0,1 N (dengan penunjuk larutan kanji 0.5 %). Blanko dikerjakan seperti diatas tetapi tanpa menambahkan sampel. Berat glukosa dikalikan 0,9 merupakan berat pati (SNI 01-2891, 1992). Perhitungan : Keterangan : Y x fp x 0,95 Kadar pati (%) = x 100% bc Y : glukosa yang diperoleh dari glukosa standar fp : faktor pengenceran bc : berat sampel