RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

dokumen-dokumen yang mirip
ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

Interpretasi Citra dan Foto Udara

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

METODE SURVEI DESKRIPTIF UNTUK MENGKAJI KEMAMPUAN INTERPRETASI CITRA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN GEOGRAFI FKIP UNIVERSITAS TADULAKO

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

ISTILAH DI NEGARA LAIN

PENGINDERAAN JAUH. Beberapa satelit yang diluncurkan dari bumi oleh beberapa negara maju antara lain:

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT

IV. PENGINDERAAN JAUH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kota

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

PEMANFAATAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERENTANAN DAN RISIKO BANJIR. Oleh : Lili Somantri*)

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

Jurnal Gea, Jurusan Pendidikan Geografi, vol. 8, No. 2, Oktober 2008

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

UNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI CITRA INDERAJA DARI GOOGLE EARTH

Ir. Mohammad Sholichin, MT., P.hD Jurusan Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya &

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Geografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLATIHAN SOAL BAB 1. Daljoeni. R.Bintaro

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi


II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan 2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

TINJAUAN PUSTAKA. wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang. Kota

Judul PENGINDERAAN JAUH. Mata Pelajaran : Geografi Kelas : I (Satu) Nomor Modul : Geo.I.04

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

TINJAUAN PUSTAKA. Status administrasi dan wilayah secara administrasi lokasi penelitian

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH (REMOTE SENSING) Oleh : Lili Somantri

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

Penginderaan Jauh untuk Tata Guna Lahan dan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

III. BAHAN DAN METODE

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. tersebar di muka bumi, serta menggambarkan fenomena geografikal dalam wujud

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI. Oleh : Lili Somantri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Gambar 1. Lokasi Penelitian

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: GEOGRAFI (KODE: S06)

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya

RSNI-3. Standar Nasional Indonesia. Klasifikasi penutup lahan

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

Ringkasan Materi Pelajaran

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

Transkripsi:

Lampiran 1 Ringkasan Materi RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA 1 Pengertian Intepretasi Citra Inteprtasi Citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari objek tersebut Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto dan atau citra dengan maksud untuk mengenali objek dan geja la serta menilai arti pentingnya objek dan gejala tersebut, (Estes, 1975 dan Sutarto, 1979). 2 Teknik Intepretasi Citra Teknik interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu a) Interpretasi secara manual Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 8 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs dan asosiasi b) Interpretasi secara digital Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan (spasial) tertentu. 3 Unsur-Unsur Intepretasi Citra Berbagai karakteristik untuk mengenali objek pada citra disebut unsur intepretasi citra. Ada 8 unsur intepretasi citra yaitu: a. Rona atau warna Rona atau warna merupakan unsur pengenal utama atau primer terhadap suatu obyek pada citra penginderaan jauh. Rona atau warna merupakan tingkat kecerahan obyek pada citra, dimulai gelap sekali hingga sangat cerah. Rona digunakan untuk foto hitam putih, warna digunakan untuk foto warna, segingga tingkat kegelapan dari warna lebih beraneka. Fungsi utama rona atau warna adalah untuk identifikasi batas obyek pada citra. Pada foto udara pankromatik tingkat kecerahan rona mirip dengan kenampakannya jika dilihat dengan mata. Air jernih ronanya tampk gelap pada foto pankromatik, sedangkan air keruh ronanya lebih cerah dibanding dengan air jernih yang sama-sama tenang, Tanaman padi yang siap panen akan lebih cerah ronanya dibanding dengan tanaman padi yang sedang menghijau

Genting baru pada foto pankromatik tampak kelabu cerah, sedangkan genting lama cenderung kelabu hingga kelabu hitam. b. Ukuran Ukuran merupakan pengenalan obyek yang berupa jarak, volume, keterangan dan ketinggian. Dalam foto udara hal tersebut merupakan skala, sehingga bagi pengamat foto udara yang berbeda secara relatif memberikan kesan yang berbeda-beada. oleh karena itu dalam menggunakan ukuran obyak sebagai unsur pengenal dalam interpretasi foto udara perlu memperhatikan sakalanya. Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu untuk permukiman, perkantoran, industri. Umah untuk permukiman pada umumnya memiliki ukuran lebih kecil daripada kantor atau tempat industri c. Bentuk Diatas foto udara, bentuk merupakan konfigurasi obyek apabila dilihat dari atas. Apabila obyek terletak di daerah dekat sekitar titik tengah foto maka obyek tersebut akan nampak dalam bentuk dua dimensi, sedangkan apabila terletak jauh dari titik tengah maka akan nampak bagian sisi lainnya. Berbagai obyek sering kali dengan mudah dikenali melalui bentuknya. Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I,L atau U Gunung berapi pada umumnya berbentuk kerucut Pohon palma berbentuk bintang, pohon pinus berbentuk kerucut, dan pohon bambu berbentuk bulu-bulu d. Pola Pola adalah kecendrungan bentuk dari suatu objek secara makro pada foto udara. Pola dapat berupa pola buatan manusia, seperti lahan sawah, tegal, perkebunan dan sebagainya, dapat juga pola alamiah, seperti sungai, pola tumbuhan daerah rawa dan sebagainya. Conth: Pola pemukiman tentara cenderung lebih teratur dari pada pola permukiman masyarakat Pola tanam kebun karet, kopi, kelapa lebih teratur berkaitan dengan jarak tanamnya dibandingkan dengan vegetasi hutan e. Tekstur Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra. Tekstur dihasilkan oleh kelompok unit kenampakan yang kecil, tekstur sering dinyatakan dengan kasar,sedang,halus, ataupu belang-belang Hutan primer bertekstur kasar, hutan tanaman bertekstur sedang, tanaman padi bertekstur halus Permukaan air yang tenang bertekstur halus

f. Bayangan Bayangan merupakan unsur pengenal dalam interpretasi foto udara. Banyak obyek yang sukar dikenali menurut wujud sebenarnya, tetapi dengan melihat bayangan terkadang akan lebih mudah diamati. Banyangan ini biasanya berkaitan dengan ketinggian suatu objek. Bayangan ini terkadang juga menganggu obyek lain dibelakang obyek, karena tertutup oleh bayangan tersebut. Keuntungan lain dengan adanya bayangan penginterpretasi akan lebih mudah menentukan orientasi arah. Cerobong asap, menara, jalan tol, gedung bertingkat, akan lebih jelas bayangannya karena ketinggiannya Lereng yang terjal pada foto udara banyangannya tampak jelas Tembok stadion bayangannya tampak jelas g. Situs Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain disekitarnya, situs dapat sangat membantu pengenalan suatu obyek. Situs untuk kebun kopi biasanaya terletak ditanah miring Situs permukiman memanjang pada umumnya terletak di pantai atau sepanjang tepi jalan h. Asosiasi Keterkaitan antara obyek satu dengan obyek yang lainnya. Stasiun kereta api berasosiasi dengan rel kereta apai atau gerbong kereta api Gedung sekolah berasosiasi dengan lapangan upacara Lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang Bandara berasosiasi dengan area parkir pesawat terbang Sungai berasosiasi dengan jembatan 4 Intepretasi Citra Untuk mengenali objek dalam citra dibutuhkan delapan unsur intepretasi yang telah disebutkan sebelumnya. Adapun beberapa tahap untuk mengenali obyek dalam penginderaan jauh adalah : Deteksi Pada tahap pertama kita melihat secara menyeluruh citra yang ada, misalnya citra foto udara. Kemudian pilih objek dengan cara memberi garis batas (mendeliniasi objek yang di inginkan). Misalnya pada foto di bawah ini

Dari gambar di atas terdapat lima wujud objek yang di pilih, yaitu nomor 1,2,3,4dan 5 Identifikasi (Identification) Indentifikasi dalam rangka pengenalan obyek pada citra dapat diartikan pengejaan ciri-ciri yang terekam pada citra. Ciri ini bisa di identifikasi menggunakan delapan unsur-unsur interpretasi, yaitu rona, bentuk, ukuran, tekstur, pola bayangan, situs, dan asosiasi. misalnya rona objek nomor 1 cerah, gelap, atau abu-abu. Bentuk, ukuran, dan polanya bagaimana, dan seterusnya. Semua itu dilakukan untuk dapat mengenali dan menyimpulkan sebenarnya objek nomor 1 menggambarkan apa, demikian pula objek yang lain. Pengenalan akhir (analisis objek) Berdasarkan hasil pengerjaan ciri-ciri yang terekam (teridentifikasi), kita mencoba menyimpulkan obyek yang terekam itu sebenarnya berupa apa. Objek-objek yang ada dalam foto udara itu dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Bentang budaya, bentang budaya itu meliputi; Jalan Raya Jalan Kereta Api Terowongan Jembatan Stasiun kereta api Terminal 2) Bentang Alam, bentang alam ini meliputi: Sungai Mata air Dataran banjir Tanggul sungai Kerucut aluvial Bandar udara Rumah permukiman Gedung sekolah Ruma sakit Sawah Tanaman (vegetasi) Gumuk pasir Batuan pasir Hutan bakau Hutan rawa

5 Manfaat Citra Foto Udara Citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit ditempuh melalui daratan, contohnya hutan, rawa dan pegunungan Citra menggambarkan obyek dipermukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip dengan sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah yang luas dan sifat gambar yang permanen Citra tertentu dapat memberikan gambar tiga dimensi jika dilihat dengan menggunakan stereoskop. Citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya Citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana Penerapan Penginderaan Jauh a. Dalam bidang kependudukan pemetaan distribusi spasial kependudukan meneliti dampak keberadaan manusia dalam lingkungan hidup b. Dalam bidanga meteorologi Untuk pengamatan iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat perawanan dan kandungan air di udara Untuk membantu analisis cuaca dan peramalan atau prediksi dengan menentukan daerah tekanan tinggi dan daerah tekanan rendah, daerah hujan badai dan siklon Mengamati sistem atau pola angin permukaan Pemodelan meteorologi dan set atau bendel data klimatologi

c. Dalam bidang kelautan Pengamat fisik laut Pengamat pasang-surut dan gelombang laut (tinggi, arah dan frekuensi) Mencari lokasi upweling dan distribusi suatu permukaan Studi perubahan pandai, erosi, sedimentasi d. Dalam idang sumberdaya lahan Membantu perencanaan tata guna lahan (untuk pemukiman, perindustrian, areal pertanian, areal hutan dll) e. Untuk pemetaan daerah bencana alam secara cepat pada saat terjadi bencana alam Pemetaan daerah gempa bumi Pemetaan daerah banjir Pemetaan daerah yang terkena angin ribut Pemetaan letusan gunung berapi